The Bastard Husband || COMPLE...

By aristaptr

626K 25.8K 272

[Sequel of My Love My Billionaire] Emilly Greisy Mackenzie, harus menerima kenyataan pahit saat perusahaan ay... More

Author Note!
Cast!
TBH - 1
TBH - 2
Just information
TBH - 3
TBH - 4
TBH - 5
TBH - 6
TBH - 7
TBH - 8
TBH - 9
TBH - 10
TBH - 11
TBH - 12
TBH - 13
TBH - 14
TBH - 15
TBH - 16
TBH - 17
Cast II
TBH - 18
TBH - 19
TBH - 20
TBH - 21
TBH - 22
TBH - 23
TBH - 24
TBH - 25
TBH - 26
TBH -27
TBH - 29
TBH - 30
TBH - 31
TBH - 32
TBH - 33
TBH - 34
TBH - 35
TBH - 36
TBH - 37
TBH - 38
TBH - 39
TBH - 40
Extra Part
THANKS!
New Story

TBH - 28

9.8K 496 5
By aristaptr

Happy Reading Guys🖤
Don't forget for vote and comment this story!
******

"Lama tidak berjumpa Emilly." Ujar seorang wanita dengan pakaian yang sangat 'sexy' hingga memperlihatkan belahannya.

"Ya, lama tidak berjumpa Olivia." ujar Emilly dengan nada dingin dan menatap tajam kearah wanita itu.

Namun saat itu juga Aaron datang menghampiri Emilly. Olivia yang melihat itu langsung menatap remeh pada Emilly.

"Ah ya aku lupa, besok akan ada acara reuni untuk seluruh alumni. Tentu kau harus datang Emilly." ujar Olivia dengan senyum miring menghiasi wajahnya. "Jika berani." lanjutnya dengan suara rendah namun dapat di dengar oleh Emilly dan juga Aaron.

Olivia langsung berlalu meninggalkan Emilly tanpa menunggu jawaban dari wanita itu. Emilly yang mendengar dirinya diremehkan langsung mengepal tangannya kuat. Aaron yang melihat itu mencoba menenangkan Emilly. Kehadiran wanita itu membuat Emilly tidak ingin melanjutkan makannya. Selera makannya telah hilang. Emilly langsung bangkit dari tempat duduknya dan berjalan menuju meja kasir untuk membayar bill dan juga mengambil pesanannya.

"Kita kembali Aaron." ujar Emilly.

"Baik Mrs. Heyden."

Emilly memasuki mobil dan diikuti oleh Aaron. Mobil mereka pun melaju menjauhi restaurant tersebut menuju mansion Eric. Selama perjalanan Aaron dapat melihat Emilly yang masih menahan amarahnya. Ia tidak tahu apa hubungan Emilly dengan wanita tadi hingga membuat Emilly sangat marah.

Beberapa menit kemudian, mobil mereka telah sampai di pelataran mansion. Emilly langsung turun dari mobil tanpa menunggu Aaron membukakan pintu untuknya.

Emilly berhenti di depan pintu mansion untuk menormalkan raut wajahnya. Ia tidak ingin orang-orang bertanya mengenai perubahan wajahnya. Setelah itu ia membuka pintu dan melangkah masuk ke dalam mansion. Ia dapat melihat sudah banyak orang yang berada di sana.

"Hi mom, Garvin." sapa Emilly saat melihat ibu mertua dan juga adik iparnya yang tengah fokus dengan ponsel yang ada ditangannya.

"Dimana daddy?" Tanya Emilly saat tidak melihat keberadaan Dev.

"Hi sayang, daddy telah berangkat ke New York untuk menghadiri sebuah acara dan malam ini juga mom bersama Garvin akan berangkat menyusulnya." Emilly langsung membulatkan matanya saat mendengar penjelasan dari ibu mertuanya.

"Kenapa sangat mendadak?" Ujar Emilly. Valle yang mendengar itu langsung terkekeh pelan.

"Eric pasti belum memberitahumu." ujar Valle membuat Emilly langsung menatap tajam pada suaminya itu.

"Aku lupa mengatakannya karena aku keburu khawatir saat kau pingsan di kantor." ujar Eric mencoba membela diri. Emilly yang mendengar itu hanya menghela nafas kasar dan kembali menatap ibu mertuanya.

Tentu ia tidak bisa menahan kepergian ibu mertuanya karena itu sudah keputusan mereka. Emilly langsung memanggil maid untuk menyajikan makanan yang ia beli dan menyuruh Eric kembali melanjutkan makan malamnya bersama keluarganya. Emilly mengerutkan keningnya saat tidak melihat keberadaan kakaknya.

"Dimana Daniel?" Tanya Emilly pada suaminya.

"Dia sudah pindah ke rumah Kaylee." ujar Eric dengan santai. Emilly langsung membulatkan matanya saat mendengar ucapan Eric.

Emilly tidak tahu apa yang terjadi dengan hari ini. Entah ini adalah hari sial atau tidak namun hari ini sangat penuh dengan kejutan. Entah sudah berapa kali Emilly terkejut saat mendengar berbagai kabar ditelinganya.

Namun saat Emilly ingin menemani Eric makan, tiba-tiba ia merasakan pusing di kepalanya. Eric yang melihat itu langsung mendekati Emilly.

"Kau baik-baik saja sayang?" Tanya Eric dengan khawatir.

"Hanya sedikit pusing." jawab Emilly.

"Antar istrimu istirahat. Saat hamil memang lebih sering merasakan pusing untuk itu kau harus terus menjaganya dan jangan biarkan dia terlalu lelah." ujar Valle dan langsung dijawab anggukan oleh Eric.

Eric pun langsung membantu Emilly untuk berjalan menuju kamarnya. Setelah mereka sampai di kamar, Emilly merebahkan tubuhnya diatas ranjang dan memejamkan mata untuk menghilangkan rasa pusing di kepalanya.

Emilly membuka matanya dan ia melihat Eric yang sedang duduk di sampingnya dengan menatap kearahnya.

"Pergilah, aku baik-baik saja." ujar Emilly.

"Kau belum sempat makan dari tadi." lanjutnya membuat Eric menghela nafas.

"Baiklah, aku akan segera kembali." ujar Eric dan langsung dijawab anggukan oleh Emilly.

Sebelum ia beranjak dari tempat tidur, Eric mengecup kening istrinya dengan lembut. Setelah itu ia melangkah keluar dari kamar membiarkan Emilly untuk beristirahat. Emilly yang melihat Eric telah menghilang dari balik pintu kembali memejamkan matanya untuk beristirahat. Hari ini benar-benar menjadi hari yang melelahkan bagi Emilly.

*****

Emilly membuka matanya dan meregangkan tubuhnya saat terbangun dari tidurnya. Ia tersenyum saat sinar matahari mengenai wajahnya. Emilly sedikit lega karena pusing dikepalanya telah hilang. Namun ia mengerutkan keningnya saat melihat Eric yang telah menghilang dari tempat tidurnya.

Tiba-tiba pintu walk in closet terbuka dan memperlihatkan Eric yang telah rapi dengan setelan pakaian kantornya. Emilly tersenyum saat melihat kehadiran Eric. Eric yang melihat istrinya yang sudah telah bangun langsung berjalan menghampiri Emilly.

Cup...

"Morning kiss." bisik Eric setelah mengecup lembut bibir Emilly.

Emilly sedikit terkejut saat mendapatkan kecupan tiba-tiba dari Eric, namun saat itu juga senyum mengembang menghiasi wajahnya saat menerima perlakuan manis dari suaminya.

Emilly turun dari atas ranjang dan berjalan menuju walk in closet untuk membersihkan dirinya. Ia juga harus segera bersiap-siap untuk berangkat ke kantor. Namun langkahnya terhenti saat mengingat sesuatu.

'Bukankah hari ini weekend?' Batin Emilly.

Emilly langsung membalikkan tubuhnya dan menatap penuh tanya ke arah Eric.

"Kau mau kemana?" Tanya Emilly.

"Aku ingin bertemu klien hari ini sayang. Tapi aku tidak tahu akan pulang jam berapa." ujar Eric.

Emilly yang mendengar itu hanya memangut mengerti dan berjalan mendekati pria itu untuk membantunya memasang dasinya. Eric tersenyum saat melihat istrinya yang sangat perhatian. Eric menarik pinggang Emilly hingga tidak ada jarak lagi di antara mereka. Eric sangat menyukai posisi mereka saat ini.

"Cepat sarapan atau nanti kau akan terlambat. Aku harus membersihkan diri terlebih dahulu." ujar Emilly sambil merapikan sedikit jas yang dikenakan oleh Eric.

"Yes my wife." ujar Eric sambil mengecup lembut puncak kepala Emilly lalu ia sedikit menunduk hingga sejajar dengar perut Emilly.

"Jangan nakal ya sayang, jangan menyulitkan mommy-mu." ujar Eric sambil mengusap perut Emilly yang masih rata. Emilly yang mendengar itu langsung terkekeh pelan.

"Ah ya aku lupa mengatakannya." ujar Emilly saat mengingat sesuatu. Eric yang mendengar itu langsung menegakkan badannya dan menaikkan alisnya.

"Sore nanti akan ada acara reuni alumni, apa aku boleh ke sana?" Tanya Emilly dengan hati-hati.

Emilly dapat melihat Eric yang tengah berpikir dengan permintaannya dan saat itu juga senyum terlihat diwajah Emilly bersamaan dengan Eric yang menganggukan kepalanya memberikan izin untuk wanita itu. Emilly yang merasa senang langsung memeluk Eric membuat pria itu terkekeh pelan dan membalas pelukan istrinya.

Emilly melepaskan pelukan mereka dan menyuruh Eric untuk segera sarapan. Ia tidak ingin membuat Eric terlambat bertemu klien hanya untuk mengurusnya. Walaupun kehilangan satu klien tidak akan membuat perusahaan milik Eric bangkrut.

Saat Eric telah keluar dari kamar, Emilly melangkahkan kakinya menuju walk in closet.

"Aku tidak akan takut padamu Olivia. Dulu kau memang bisa merendahkanku namun tidak dengan sekarang." ujar Emilly.

Flashback On.

Seorang wanita tengah duduk di salah satu meja yang ada di kantin kampus tersebut. Wanita itu tengah membaca sebuah buku dengan makanan yang ada di sampingnya.

Brak...

Wanita itu sedikit terkejut saat seseorang memukul meja yang ia tempati.

"Kau berani duduk di mejaku Emilly?" Ujar wanita yang memukul meja tersebut.

"Maaf aku tidak tahu." ujar Emilly sambil menunduk takut.

"Cepat pergi dari sini." perintah wanita tersebut.

Emilly langsung merapikan bukunya dan memasukkannya ke dalam tas. Namun saat Emilly ingin pergi dari tempat itu, wanita itu kembali memanggilnya.

"Hey wanita sialan! Minumanmu tertinggal!" Emilly membalikkan tubuhnya ingin mengambil minuman ia beli.

Byurr...

Wanita itu menumpahkan semua isi minuman milik Emilly ke tubuhnya. Semua orang yang ada di sana langsung terkejut saat melihat apa yang terjadi pada Emilly. Namun tidak ada satupun yang berani untuk menolong Emilly karena mereka tidak ingin berurusan dengan Olivia.

Olivia adalah anak dari salah satu pengusaha terkenal di London dan ayahnya juga sering menginvestasikan uang untuk kampus tersebut. Jadi tidak ada yang akan berani untuk menegur wanita itu termasuk dosen sekalipun.

Sedangkan Emilly yang saat itu tengah berjuang melewati kuliahnya hanya dengan beasiswa yang ia raih karena prestasinya. Apalagi saat itu perusahaan ayahnya mulai menurun derastis dan diambang kebangkrutan. Namun untung saja ia masih memiliki tabungan dari hasil ia magang di perusahaan ayahnya selama masa liburan semester. Uang itu berjaga-jaga untuk ia gunakan jika beasiswanya dicabut. Tentu itu semakin membuat Olivia merasa lebih berkuasa di kampus itu.

Emilly terdiam dan menatap kearah bajunya yang telah kotor terkena minuman. Pelupuk mata Emilly sudah memerah menahan tangis agar tidak tumpah di depan Olivia. Emilly langsung melangkahkan kakinya dengan cepat menjauhi tempat itu. Ia dapat melihat Olivia dan teman-temannya yang tertawa melihat kepergian Emilly.

Emilly langsung berlari menuju salah satu toilet yang ada di kampus itu. Emilly melihat sekeliling memastikan tidak ada orang di dalam sana. Emilly melangkah masuk ke salah satu bilik toilet. Saat itu juga tangis Emilly pecah dan memenuhi seluruh ruangan itu.

Tanpa ia sadari seorang wanita baru saja masuk ke dalam toilet dengan mengendap-ngendap dan mengunci pintu utama toilet agar tidak ada yang masuk ke dalam sana. Wanita itu membiarkan Emilly untuk mengeluarkan kesedihannya tanpa diganggu siapapun.

Saat Emilly merasa sudah cukup mengeluarkan tangisannya, ia langsung keluar dari bilik toilet. Betapa kaget dirinya saat melihat ada orang yang tengah berdiri di dekat pintu masuk toilet dan tersenyum kearahnya.

"Hi." sapa wanita itu dengan kikuk.

Emilly yang melihat itu langsung memalingkan wajahnya dan berjalan menuju wastafel untuk membersihkan wajahnya. Tidak lupa ia menggunakan make up untuk menyamarkan matanya yang membengkak karena habis menangis.

"Ini gantilah pakaianmu." ujar wanita itu sambil memberikan Emilly sebuah kemeja.

"Tidak, terima kasih." ujar Emilly singkat.

"Tapi bajumu sangat kotor Emilly." ujar wanita itu sambil menunjuk kearah baju Emilly yang kenyataannya kotor terkena minuman tadi.

Dengan berat hati akhirnya Emilly menerima kemeja yang diberikan wanita itu untuk mengganti pakaiannya yang kotor. Emilly sedikit tidak percaya jika masih ada yang mau berbaik hati dengannya. Setelah Emilly selesai mengganti pakaiannya, Emilly langsung menghampiri wanita tadi.

"Terima kasih." ujar Emilly dengan sedikit malu.

"Devina." ujar wanita itu sambil mengulurkan tangannya. Emilly tersenyum dan membalas uluran tangan dari Devina.

"Emilly."

Saat itulah, Emilly dan Devina mulai bersahabat. Namun persahatan mereka tidak berlangsung lama saat peristiwa itu tiba.

Dimana saat Devina menyukai salah satu pria yang ada kampus tersebut. Namun perasaan Devina hanya bertepuk sebelah tangan dan ternyata pria itu menyukai Emilly.

Devina yang tidak terima dengan pengakuan pria itu langsung menyalahkan Emilly dan memutuskan tali persahabatan mereka.

"Kau ternyata wanita murahan Emilly!" Ujar Devina.

"Apa maksudmu Vin?" Tanya Emilly yang sangat bingung dengan ucapan Devina.

"Kau sangat tahu jika aku menyukai Leo tapi pria itu malah menyukaimu! Kau pasti yang telah merayunya kan?!" Emilly membulatkan matanya saat mendengar ucapan Devina.

"Aku melihatnya sendiri Emilly! Bahkan aku pernah melihatmu sedang berdua dengan Leo!"

"Tidak Devina, kau salah paham. Aku bisa jelaskan semuanya." ujar Emilly mencoba meyakinkan sahabatnya itu.

"Aku tidak perlu penjelasanmu! Saat ini juga kau bukan sahabatku lagi!"

Bagai disambar petir, penyataan Devina membuat Emilly merasakan sakit dihatinya. Demi apapun, ia tidak pernah untuk mendekati Leo sedikitpun. Bahkan Emilly ingin menyatukan mereka karena ia tahu Leo tidak menyukai Devina.

Saat itulah persahabatan mereka hancur. Olivia yang mendengar itu langsung menyebarkan rumor yang tidak-tidak mengenai Emilly. Tentu tidak banyak yang mempercayai ucapan wanita itu, namun itu tetap membuat Emilly sangat kecewa.

Flashback Off.

Emilly melangkahkan kakinya keluar dari walk in closet saat ia telah selesai membersihkan dirinya. Emilly hanya menggunakan pakaian santai jika berada di mansion. Saat ini Emilly memutuskan menuju rumah kaca untuk merangkai bunga. Karena kesibukannya ia jadi tidak sempat untuk menghias mansion dengan vas bunga rangkaiannya.

Namun sebelum ia menuju ruang kaca, Emilly menemui maid untuk menyuruh membawakan sarapannya ke rumah kaca.

Butuh beberapa menit untuk Emilly memetik bunga dari taman mansion itu. Ia memetik beberapa macam bunga dan juga dedaunan.

"Nah sekarang kita tinggal merangkainya." ujar Emilly dengan semangat.

Namun saat Emilly sedang sibuk merangkai bunga, ia melihat seorang maid yang datang membawa sarapan untuknya.

"Terima kasih." ujar Emilly dan tersenyum pada maid tersebut.

Emilly menghentikan kegiatannya untuk memakan sarapannya. Ia tidak ingin bayi di dalam kandungannya kelaparan karena ia melewatkan sarapannya dan tentu Eric akan memarahinya jika pria itu tahu.

Emilly melahap habis makanannya dan meminum susu khusus ibu hamil yang telah disediakan untuknya. Emilly sedikit merasa lega karena ia tidak merasakan morning sickness seperti ibu hamil lainnya. Ia hanya merasa mual disaat-saat tertentu saja.

Setelah makanannya habis, Emilly kembali melanjutkan untuk merangkai bunga yang telah ia petik. Ia akan membuat dua vas bunga untuk di ruang tengah dan juga kamarnya.

Beberapa menit kemudian, Emilly telah selesai merangkai vas bunga. Ia tersenyum senang melihat keindahan hasil karyanya.

"Sepertinya aku sangat ahli dalam merangkai bunga." ujar Emilly sendiri sambil terkekeh pelan.

Emilly merapikan sampah yang berserakan di sana dan memasukkannya ke dalam tempat sampah. Setelah itu ia membawa kedua vas bunga itu kembali ke dalam mansion.

Emilly menaruh salah satu vas bunga tersebut di atas meja ruang tengah, lalu ia kembali melangkahkan kaki menuju kamarnya untuk meletakan vas bunga satunya.

"Rangkai bunga telah selesai, sebaiknya aku diam di kamar saja untuk beristirahat sebelum pergi ke acara itu." ujar Emilly dan melangkahkan kakinya menuju tempat tidur lalu menyalakan televisi yang ada di kamar tersebut.

Namun karena Emilly memilih saluran televisi yang sangat membosankan, itu membuat Emilly secara perlahan mulai tertidur lelap membiarkan kamar itu dipenuhi dengan suara televisi.

*****

Suara dering telpon membangunkan Emilly yang tengah tertidur pulas. Emilly menggeliat dalam tidurnya dan meraba nakas untuk mengambil ponselnya.

"Hallo." ujar Emilly dengan suara serak khas orang bangun tidur.

"Kau baru bangun tidur sayang?"

Emilly menjauhan ponsel dari telinganya dan melihat siapa yang telah menelponnya dan ternyata itu Eric.

"Hm." jawab Emilly singkat dengan mata yang masih terpejam.

"Bukankah kau ada acara sore ini?"

Ucapan Eric sontak membuat Emilly membuka matanya lebar-lebar.

"Jam berapa ini?" Tanya wanita itu sambil mengedarkan pandangannya mencari keberadaan jam dikamarnya. Ia bernafas lega saat melihat jam baru menunjukkan pukul tiga sore dan masih ada waktu dua jam lagi untuk acara tersebut.

"Kau dimana Eric?"

"Aku baru selesai meeting dengan klien dan aku akan mengurus sesuatu setelah ini."

"Baiklah, hati-hati sayang. Aku akan pergi sendiri ke acara itu"

"Maaf karena tidak bisa menemanimu. Jaga dirimu baik-baik dan juga anak kita."

"Ok my hubby."

Emilly langsung mematikan ponselnya dan beranjak dari tempat tidurnya. Ia dapat melihat beberapa makanan yang telah tersaji di atas meja kamarnya.

"Pasti maid yang menaruhnya karena aku tidak turun untuk makan siang." ujar Emilly sendiri.

Emilly yang melihat makanan itu terlihat sangat enak langsung duduk di atas kursi dan segera menghabiskan makanan tersebut. Setelah itu ia harus membersihkan diri untuk bersiap-siap menuju acara reuni alumni.

Saat Emilly telah selesai membersihkan diri ia keluar dari kamar mandi hanya dengan menggunakan bathrobe. Emilly meneliti semua dress yang ia miliki dan tatapannya terhenti pada salah satu dress yang berwarna pink selutut. Dress yang sangat simple namun membuah Emilly terlihat sangat cantik jika menggunakannya.

Emilly memilih dress yang sangat sederhana agar ia tidak menjadi pusat perhatian di acara tersebut.

Setelah selesai mengunakan dress yang ia pilih, Emilly sedikit memoleskan make up diwajahnya dan menata rambut panjangnya. Emilly tersenyum saat melihat pantulan dirinya di cermin.

"Baiklah, ayo kita berangkat." ujar Emilly saat melihat jam telah menunjukkun pukul 04.30 PM dan ia harus segera berangkat agar tidak terlambat datang ke acara tersebut.

Emilly melangkahkan kakinya keluar dari mansion. Saat ia telah sampai di pelataran mansion, ia dapat melihat Joe yang telah berdiri di dekat mobil bersiap untuk mengantar Emilly. Joe yang melihat kedatangan Emilly langsung membukakan pintu belakang untuk Emilly.

"Thanks Joe." ujar Emilly dan langsung melangkah naik ke dalam mobil.

"Ur'well Mrs. Heyden."

Setelah melihat Emilly telah duduk di kursi belakang, Joe tidak lupa menutup kembali pintu untuk Emilly lalu ia melangkah masuk ke kursi pengemudi.

Mobil yang ditumpangi Emilly pun berjalan keluar dari mansion manuju kampus tempat acara tersebut berlangsung. Selama perjalanan Emilly sedikit gelisah karena gugup harus bertemu dengan teman lamanya. Ralat, orang satu angkatannya, karena ia merasa tidak memiliki teman selama berkuliah di sana.

Emilly melirik jam yang melingkar ditangannya dan ia melihat bahwa dirinya telah terlambat lima menit dari waktu yang ditentukan. Saat mobil mereka memasuki kampus, Emilly dapat melihat sudah banyak orang yang datang ke sana. Kegugupan kembali menghampiri Emilly saat melihat betapa ramainya acara tersebut.

Mobil yang digunakan Emilly berhenti di depan pintu masuk aula. Emilly menghirup nafas dalam-dalam dan menghembuskan secara perlahan sebelum akhirnya memutuskan turun dari mobil. Emilly melangkahkan kakinya turun dari mobil saat Joe telah membukakan pintu untuknya.

"Tunggulah di parkiran, aku tidak akan lama." ujar Emilly pada Joe.

"Baik Mrs. Heyden." ujar Joe sambil menundukkan badannya.

Semua pasang mata telah menatap ke arah Emilly yang baru saja turun dari mobil jaguar yang terbilang sangat mahal. Hanya orang yang benar-benar kaya yang mampu membeli mobil tersebut.

Emilly tidak memperdulikan pasang mata yang menatap ke arahnya, ia memutuskan untuk melangkahkan kakinya memasuki aula tempat acara itu berlangsung.

Baru satu langkah Emilly memasuki aula, semua pasang mata langsung tertuju padanya. Semua orang yang ada di sana menatap Emilly dengan tatapan takjub karena kecantikan dari wanita itu. Namun ada juga yang menatap sinis ke arahnya termasuk Olivia.

Emilly kembali melangkahkan kakinya untuk mencari meja yang kosong. Ia tidak berniat untuk bergabung dengan yang lainnya.

"Bukankah itu Emilly?"

"Wah dia sangat cantik."

Seperti itulah bisikan yang ia dengar saat melangkah masuk ke dalam aula tersebut. Namun tidak jarang juga ada yang menjelek-jelekannya secara terang-terangan.

Emilly masih memfokuskan pada pembawa acara yang tengah berbicara di atas panggung. Namun tiba-tiba ada sebuah tangan yang memegang bahunya.

"Nyonya Emilly."

Emilly langsung membalikkan tubuhnya saat mendengar seseorang memanggil namanya. Ia langsung membulatkan matanya saat melihat Viona yang juga ada di sana.

"Viona? Kenapa kau bisa ada di sini?" Tanya Emilly dengan wajah tidak percaya.

"Aku tidak tahu kau alumni di sini juga." lanjutnya.

"Dunia ini sangat sempit nyonya." ujar Viona sambil terkekeh pelan dan dijawab anggukan oleh Emilly. Setidaknya Emilly merasa senang karena saat ini ia memiliki teman untuk menghabiskan acara ini.

"Wah kau memiliki keberanian juga Emilly." ujar Olivia yang baru saja menghampiri Emilly.

"Untuk apa aku takut?" ujar Emilly dengan santai membuat Olivia merasa geram dengan tingkah Emilly.

Emilly langsung menarik Viona untuk menjauh dari Olivia menuju meja kosong di sebelahnya. Emilly tidak memperdulikan wanita itu dan lebih baik ia berbincang-bincang dengan Viona.

"Kau tahu jika Mr. Heyden telah menikah."

Emilly mengerutkan keningnya saat mendengar suara seseorang yang menyebut nama suaminya.

"Tentu saja, aku adalah istrinya."

"Benarkah? Kau sangat beruntung."

Emilly dan Viona membulatkan matanya saat mendengar suara Olivia yang mengatakan itu. Ingin rasanya Emilly menertawakan imajinasi wanita itu tapi ia tidak bisa. Emilly jadi menyesal karena tidak mengajak Eric datang ke acara itu dan mempermalukan wanita itu di tempat umum.

"Apa wanita itu tidak tahu malu nyonya?" Ujar Viona sambil terkekeh geli.

"Dia memang tidak tahu malu." ujar Emilly dan langsung tertawa namun masih mengecilkan volume tertawanya karena acara masih berlangsung.

Emilly dan Viona yang ada di sana hanya bisa terkekeh geli saat mendengar semua imajinasi yang dibuat oleh Olivia yang mengaku sebagai istri Eric. Mereka menjadi tidak fokus dengan apa yang dikatakan oleh pembawa acara karena cerita Olivia lebih seru dibandingkan acara tersebut.

Tiba-tiba sebuah tangan memegang lengan Emilly membuat wanita itu sedikit terkejut. Emilly membalikkan tubuhnya untuk melihat siapa yang memegang lengannya.

"Devina.." Ujar Emilly dengan tatapan tidak percaya.

"Hi Emilly, lama tidak berjumpa." ujar Devina menunduk malu.

Kehadiran Devina membuat suasana menjadi agar canggung antara Emilly walaupun wanita itu. Viona yang tidak tahu ada masalah apa dengan kedua wanita di depannya hanya mampu terdiam dan mengalihkan pandangannya ke panggung acara.

"Emilly.. maafkan aku." ucapan Devina sontak membuat Emilly terkejut.

'Apa aku tidak salah dengar?' Batin Emilly.

"Maaf untuk apa?" Ujar Emilly.

"Untuk masalah itu.." ujar Devina dengan sedikit gugup. Emilly yang mendengar itu langsung terkekeh pelan membuat Devina maupun Viona menyerutkan keningnya bingung.

"Kau tidak salah Vin, hanya saja saat itu kau terpengaruh oleh Olivia. Jadi itu bukan sepenuhnya salahmu." ujar Emilly dan tersenyum ke arah Devina.

"Jadi.. kau memaafkanku?" Tanya Devina dengan tidak percaya. Ia kira Emilly akan menjauhinya saat dirinya menghampiri wanita itu. Emilly yang mendengar ucapan Devina langsung menganggukan kepalanya.

Devina yang merasa senang langsung memeluk tubuh Emilly dengan sangat Erat. Emilly membalas pelukan Devina dan mengelus punggung wanita itu.

"Devina lepaskan, kau bisa membunuh anakku."

Devina sontak melepaskan pelukannya saat mendengar ucapan Emilly. Emilly yang melihat raut wajah Devina yang terkejut langsung terkekeh pelan dan mengusap perutnya untuk meyakinkan wanita itu.

"Kau sudah menikah?" Tanya Devina dan dijawab anggukan oleh Emilly lalu memperlihatkan tangannya yang telah disematkan cincin di jarinya.

"Wah wah sepertinya ada yang sudah baikan." ujar Olivia yang baru saja datang menghampiri mereka.

"Pengacau datang." ujar Emilly dengan memutar bola matanya malas.

*****

Continue Reading

You'll Also Like

635K 34.1K 51
Morgan hanya ingin mencari anaknya yang hilang. Namun Tuhan malah mempertemukannya dengan Kiara, penulis cantik yang galak, dingin, dan menawan. Semu...
490K 24.9K 54
Diperkosa, Dijual dan Dipelihara oleh seorang Milyarder. Mungkin nasib terburuk bagi seorang Giavana Adeslay. Namun, dibalik semua itu ia yakin, cint...
282K 16.8K 56
Dendam yang membara memenuhi relung hati seorang Christian Xander, membuatnya menjadi seorang kepala Mafia yang kejam dan tak tersentuh, apapun ia la...
1.7M 123K 56
[Sebelum membaca follow akun ini dulu] Sita rasa hidupnya sudah cukup bahagia karena di hidupnya sudah ada kedua sahabatnya dan Rian, pria yang sang...