Meaning Of Love

By elysianauthor_

46.2K 6.6K 1.9K

Sooji Melihat orang yang kucintai tersenyum, walau hatiku hancur. Itulah arti cinta bagiku.. Myungsoo Melaku... More

Part 1
Part 2
Part 3
Part 4
Part 5
Part 6
Part 7
Part 8
Part 9
M.E.E.T.U.P.W.I.T.H.C.A.S.T
Part 10
Part 11
Part 12
Part 13
Part 14
Part 15
Part 16
Part 17
Part 18
Part 19
Part 20
Part 21
Part 22
Part 23
Part 24
Part 25
Part 26
Part 27
Part 28
Part 29
Part 30
Part 31
Part 32
Part 33
Part 34
Part 36
Part 37
Part 38
Part 39
Part 40
Part 41
Part 42
Part 43
Part 44
Part 45
Part 46
Part 47
Part 48
Part 49
Part 50
Part 51
Part 52

Part 35

672 136 75
By elysianauthor_

Happy Reading .. 🌻🌻🌻

"Astaga.. lalu bagaimana ini?"

.....

"Bagaimana dengan gaunmu?"

.....

"Baiklah kalau begitu. Hati-hati ya. Akan kuminta Ayah mengirimkan alamatnya padamu."

Wajah Soomi terlihat gusar usai menelepon adiknya. Seharusnya mereka sudah berangkat saat ini, namun karena Sooji tak kunjung pulang mereka pun menunda keberangkatan.

"Soomi, bagaimana?" tanya Tn. Bae.

"Dia terjebak macet. Sooji meminta kita untuk berangkat lebih dulu. Dia akan menyusul langsung ke tempat pertemuan."

"Kupikir itu yang terbaik." Kali ini giliran Ny. Bae bersuara. "Bagaimanapun ini undangan dengan rekan bisnismu, tak baik jika kita terlambat."

"Tapi aku sudah mengatakan bahwa Sooji juga akan ikut."

"Bukankah dia bilang kan menyusul? Jadi jangan khawatir. Dia pasti akan tiba disana."

"Aku setuju dengan ibu. Aku akan bawa gaun untuk Sooji. Dia bisa berganti pakaian disana, ayah. Kita hanya perlu mengirimkan alamatnya pada Sooji."

Terlihat Tn. Bae menimbang beberapa saat sebelum akhirnya berkata, "Baiklah. Ayo kita berangkat."

Sementara itu di sebuah restoran fine dining di tengah kota Seoul, terlihat kesibukan para pelayan menata sebuah meja bundar yang besar. Mereka berlalu lalang membawa berbagai macam peralatan makan, bunga serta lilin sebagai hiasan.

Pihak restoran ingin semua terlihat sempurna. Bagaimana tidak, mereka memiliki tamu VVIP malam ini. Keluarga Kim yang sudah dikenal di seluruh Korea Selatan sebagai keluarga terpandang dan memiliki kerajaan bisnis di sebagian besar wilayah Korea menyewa seluruh restoran mereka hanya untuk makan malam dengan rekan bisnis. Alih-alih menyewa ruangan privat, seperti yang kebanyakan dilakukan oleh pengusaha lain jika ingin makan malam dengan rekan bisnis, keluarga Kim justru menyewa seluruh area restoran hingga ke area rooftop.

Mereka benar-benar ingin menjaga privasi hingga tak membiarkan satu orang asing pun berada disana kecuali pegawai restoran dan orang-orang yang berkepentingan saja yang hanya diijinkan berada disana.

Tn. Kim Hansol cukup trauma dengan acara lelang amal terakhir yang diadakan Jisoo. Mereka tak menjaga keamanan dengan ketat, hingga ada orang asing yang melakukan vandalisme dengan mencoret-coret mobil para tamu. Bahkan hingga beberapa diantaranya rusak. Termasuk mobil milik Sooji saat itu.

"Sarang.. kenapa kau terlihat murung hmm?"

Jisoo menghampiri putrinya yang terduduk diam sejak tiba di restoran. Mereka memang datang lebih awal untuk memastikan sendiri semuanya berjalan sesuai rencana.

"Aku tidak suka makan malam ini bu, ini membosankan. Tidak bisakah aku pulang saja?"

"Tidak ada siapapun dirumah sayang, mana mungkin kau di rumah sendirian."

Sarang menghela nafas panjang. Entah sejak kapan dia tak lagi suka dengan keramaian. Padahal dulu dia selalu bersemangat jika ikut kakek atau ibunya bertemu dengan orang-orang seperti saat ini.

"Tunggu disini ya, ibu akan minta mereka menyiapkan es krim untukmu. Mungkin itu bisa memperbaiki suasana hatimu." Jisoo berlalu menuju salah satu pegawai restoran tanpa menunggu jawaban dari Sarang.

"Aku tahu kau merasa sangat bosan."

"Samchon.."

"Aku juga." Kini giliran Myungsoo yang duduk di sebelah Sarang. "Aku berharap rekan bisnis kakek kali ini tidak membosankan seperti yang sebelum-sebelumnya."

"Kau bosan karena tidak ada Sooji imo disini, ya kan?"

"Ish.. anak ini." Myungsoo sempat memberikan lirikan tajam pada Sarang yang sayangnya sama sekali tak digubris keponakannya tersebut. "Tapi kau ada benarnya. Harusnya saat ini aku menjemputnya. Tapi aku harus membatalkannya karena acara makan malam ini."

"Kenapa tidak kau ajak saja Sooji imo makan malam dengan kita sekarang? Aku yakin kalau kakek dan ibu sama sekali tidak keberatan jika Sooji imo bergabung dengan kita."

"Sudah kulakukan sebelum kau mengatakannya, anak kecil. Tapi dia bilang dia tidak bisa. Dia sudah ada janji makan malam dengan keluarganya." Myungsoo ikut menghela nafas seperti Sarang sebelumnya.

Tak lama kemudian Myungsoo beranjak pergi menghampiri sang Kakek yang memanggilnya untuk mengecek rooftop. Rencananya setelah makan malam, mereka akan berbincang santai di rooftop sambil menikmati langit malam. Tinggallah Sarang sendirian lagi. Kali ini Sarang tak lagi bosan seperti sebelumnya, karena otak kecilnya sibuk memikirkan sesuatu hingga dahinya berkerut. Ada yang aneh disini.

******

"Masih berapa lama lagi pak?"

"Sekitar 10menit Nona. Kita sudah hampir sampai."

Sooji mengangguk mendengar ucapan sopir taksi. Dia melakukan kebodohan yang sangat besar dengan pulang terlambat hari ini. Semua itu karena dia terlaku fokus untuk membuat sketsa desain dekorasi untuk acara ulangtahun Ganghan Company. Tanpa sadar dia menghabiskan waktu lebih dari lima jam dan membuatnya terlambat dua jam dari jam seharusnya dia pulang.

Nanti dia harus siap menerima omelan dari seluruh keluarganya karena datang terlambat. Saat ini sudah pukul 18.10 KST, yang artinya dia sudah terlambat sepuluh menit dari jam yang telah disepakati. Sementara masih membutuhkan waktu sepuluh menit lagi untuk tiba disana. Dia hanya berharap keterlambatannya tidak akan mempengaruhi kerja sama antara perusahaan ayahnya dengan rekannya itu.

Di depan restoran, Soomi berdiri sembari menenteng paper bag berwarna putih. Dia sengaja menunggu Sooji tiba untuk memberikan gaun yang sudah disiapkannya untuk sang adik.

Soomi sendiri terlihat sangat anggun dengan gaun berwarna putih tulang selutut yang dipadukannya dengan stiletto berwarna hitam serta clutch bag yang senada dengan warna sepatunya. Rambut hitamnya yang dibiarkannya tergerai membuatnya tampak semakin elegan.

Soomi menghela nafas lega ketika melihat sebuah taksi masuk ke area restoran. Namun kelegaan itu tak berlangsung lama tatkala para penjaga menghentikan taksi yang dinaiki Sooji dan melarang adiknya untuk masuk ke dalam restoran.

"Tunggu!" Dengan langkah panjang, Soomi menghampiri adiknya. "Dia adikku. Dia memang datang terlambat dan tidak berangkat bersama kami."

"Tapi nona.. Tn. Kim melarang siapapun masuk setelah mobil anda dan keluarga datang." Salah satu penjaga menanggapi ucapan Soomi dengan tegas. Meski begitu, penjaga itu sempat tertegun beberapa saat mendapati wajah Sooji yang baru turun dari taksi terlihat sama persis dengan Soomi, putri dari tamu yang sebelumnya sudah tiba.

"Aku akan bertanggung jawab penuh jika terjadi sesuatu." ucap Soomi sambil menarik tangan Sooji masuk ke dalam restoran mengabaikan kekhawatiran para penjaga.

"Ini.. cepat ganti pakaianmu dan segera masuk ke dalam, oke?"

"Eonni tak menungguku?" tanya Sooji saat menerima uluran paper bag dari tangan Soomi.

Soomi menggeleng cepat. "Ibu dan ayah pasti khawatir menunggumu, aku akan masuk dan menenangkan mereka."

Sooji mengangguk dan bergegas menuju toilet untuk berganti pakaian.

Setelah merapikan penampilannya, Soomi berjalan tenang menuju area dalam restoran tempat dimana ayah dan ibunya sudah masuk sejak dua puluh menit yang lalu.

"Selamat malam semuanya, maaf aku terlambat menyapa."

Obrolan hangat yang telah tercipta mendadak terhenti saat mendengar suara Soomi. Tak ada satupun dari mereka yang bergerak ataupun bersuara, kecuali Tn. Kim Hansol, Tn. Bae dan Ny. Bae.

Tn. Kim Hansol tersenyum dan berdiri dari kursinya menyambut kedatangan Soomi, sementara Tuan dan Nyonya Bae menghampiri putri mereka.

"Dimana Sooji?"

Pertanyaan pertama yang diajukan ibunya membuat Soomi tersenyum manis guna menenangkan kekhawatiran ibunya.

"Dia sedang berganti pakaian bu. Jangan khawatir. Dia baik-baik saja." bisik Soomi menjawab pertanyaan ibunya dan ayahnya yang memasang raut penuh kekhawatiran.

"Tn. Kim.. perkenalkan ini putri kami. Bae--"

"Sooji?"

Jisoo menyela ucapan Tn. Bae yang sedang memperkenalkan Soomi di hadapan semua orang. Sontak saja hal itu membuat anggota keluarga Bae saling melihat satu sama lain dan bertanya-tanya. Apalagi yang disebutkan oleh menantu keluarga Kim itu bukan nama orang lain, melainkan nama Sooji.

"Apa anda mengenal Sooji, Ny. Kim?"

Jisoo hanya mengangguk sebagai jawaban atas pertanyaan Ny. Bae. Myungsoo dan Sarang yang masih tercekat melangkah mendekati Soomi. Mereka memperhatikan Soomi dengan seksama dari ujung rambut hingga ujung kaki, sebelum akhirnya berucap secara bersamaan.

"Dia bukan Sooji."

"Bukan Sooji imo."

Seluruh orang yang ada di ruangan itu pun semakin bingung setelah mendengar ucapan Myungsoo dan Sarang yang memiliki arti sama meski diungkapkan dengan kalimat yang berbeda.

Jisoo jelas yang paling bingung. Wanita di depannya saat ini jelas sekali itu Sooji. Wajah Soomi adalah wajah yang selama ini dikenalinya sebagai wajah Sooji. Tapi Myungsoo dan Sarang malah berkata bahwa wanita itu bukan Sooji.

Tuan dan Nyonya Bae malah lebih terkejut saat putra dan cucu keluarga Kim bisa mengatakan bahwa Soomi bukanlah Sooji. Itu artinya bukan hanya Jisoo yang sudah mengenal Sooji, melainkan mereka berdua juga.

Soomi juga tak kalah terkejutnya saat mendapati Myungsoo kini berdiri hanya dua langkah di hadapannya. Pria yang pernah dilihatnya sedang membantu seorang nenek yang terserempet sepeda motor di jalan kini menatapnya dengan intens. Pria yang tak hanya membelikan makanan, memberi uang dan merelakan sandalnya untuk sang nenek tapi juga pria yang membuatnya merasa tersentuh saat itu. Pria yang hampir dilupakannya, yang sama sekali tak pernah dibayangkannya akan ditemuinya lagi di tempat ini.

Di antara semua orang hanya Tn. Kim Hansol yang tetap tersenyum dan maju untuk menyapa Soomi. "Kau.. Bae Soomi kan?"

Sadar dari keterkejutannya, Soomi menundukkan kepalanya memberi salam pada Tn. Kim Hansol. "Senang bertemu dengan anda, Tuan."

Soomi.. nama itu tidak asing. Dimana aku pernah mendengar nama itu? batin Myungsoo.

Belum hilang semua pertanyaan-pertanyaan yang muncul di kepala setiap orang di ruangan itu, sebuah suara lagi-lagi mengalihkan perhatian mereka.

"Sooji imo.." Kali ini suara Sarang yang terdengar. Gadis kecil itu terlihat berlari menghampiri Sooji yang baru saja datang dan terlihat terkejut mendapati Myungsoo dan seluruh anggota keluarga Kim ada disana beserta keluarganya.

Klik.

Mendadak seluruh puzzle di kepala Myungsoo seolah tersusun tepat pada tempatnya. Semua teka-teki di dalam otaknya kini terjawab sudah.

Bae Sooji, kekasihnya - memiliki kakak yang dikatakan Woohyun sedang sakit bernama Bae Soomi - dan bukan sekedar kakak, ternyata Bae Soomi adalah saudara kembarnya - wajah mereka sama persis - dan Sooji adalah putri Tn. Bae, rekan bisnis baru kakek - yang lebih mencengangkan adalah kakek sudah mengetahui semua ini sejak awal - itulah alasan kakeknya begitu ngotot ingin bekerja sama dengan Bae Industries meskipun latar belakang perusahaan mereka berdua sangatlah berbeda.

Seketika Myungsoo memicingkan matanya ke arah sang kakek, seolah menuntut penjelasan tentang semua kekacauan ini. Tn. Kim Hansol yang menyadari tatapan Myungsoo malah mengabaikannya dan memilih berjalan menghampiri Sooji.

"Akhirnya kau datang juga." ujar Tn. Kim seraya memeluk ringan Sooji.

Kini bertambah satu orang lagi yang bingung, Sooji. Dia yang datang terlambat sama sekali tak tahu apa yang sedang terjadi sebelum kedatangannya. Dia hanya berpikir dia telah melakukan kekacauan dengan datang terlambat. Dalam hatinya Sooji tak hentinya merapalkan berbagai doa agar keterlambatannya tak menyebabkan masalah serius bagi bisnis sang ayah. Namun, kenyataannya malah sebuah tanda tanya besar yang didapatinya ketika dia datang.

Jisoo tak bisa lebih terkejut lagi dari ini. Mendapati kenyataan bahwa ada dua orang yang memiliki wajah sama persis yang selama ini dikenalinya sebagai Sooji.

"Maafkan anak-anakku, Tuan Kim." Tn. Bae merasa tak nyaman atas keterlambatan putri-putrinya. Dia berpikir makan malam ini sudah berantakan. "Mereka sama sekali tak bermaksud untuk datang terlambat. Sooji--"

Penjelasan Tn. Bae terhenti saat sebelah tangan Tn. Kim Hansol terangkat ke udara untuk memberi tanda pada Tn. Bae agar menghentikan ucapannya. "Ini bukan masalah besar. Jangan khawatir. Ayo duduk. Sebaiknya kita bicara sambil makan saja bagaimana? Aku sudah lapar."

Semua orang mengikuti Tn. Kim yang kembali duduk di kursinya meski masih dengan wajah yang penuh kebingungan. Jisoo melambaikan tangannya kepada para pelayan agar mereka mulai mengeluarkan hidangannya.

Dimulai dengan appetizer, Dumpling Clear Soup. Semangkuk sup bening dengan isian beberapa buah dumpling, irisan memanjang wortel rebus, suwiran ayam dan juga potongan daun seledri telah tersaji di hadapan masing-masing orang. Keluarga Kim memang memilih menu western food sebagai menu makan malam mereka hari ini.

Mereka semua makan dalam diam. Tak satu pun orang bersuara karena memang tak ada yang tahu apa yang harus diucapkan. Suasananya sangat canggung. Namun, di tengah semua kecanggungan itu sama sekali tak menghalangi Myungsoo untuk menatap tajam Sooji yang posisi duduk nya berseberangan dengannya dan itu artinya mereka duduk tepat saling berhadapan.

Soomi berada di sebelah kiri Sooji dan Sarang di sebelah kanannya. Sementara duduk melingkar berurutan setelah Sarang adalah Jisoo, Tn. Kim Hansol, Myungsoo, Tn. Bae dan diakhiri dengan Ny. Bae yang tepat berada di sebelah Soomi.

"Kakek yang mengusulkan untuk memilih menu dari luar untuk makan malam ini. Karena kami tidak tahu apa yang kalian suka, jadi kami berharap pilihan kami tak mengecewakan."

Sebagai tuan rumah setidaknya Jisoo harus berbasa-basi meski sangat canggung dan topik soal makanan adalah topik yang paling aman sebagai pembuka.

"Ini sangat enak. Kami merasa sangat tidak nyaman jika sampai merepotkan begini Ny. Kim."

Sesama wanita tertua di keluarga masing-masing, Ny. Bae merasa memiliki kewajiban untuk mengimbangi percakapan yang dimulai oleh Jisoo.

"Ah jangan memanggilku begitu Ny. Bae. Panggil saja aku Jisoo. Aku jauh lebih muda darimu. Aneh sekali mendengarmu memanggilku nyonya begitu."

"Kalau begitu panggil aku eonni. Jika kau tak keberatan. Agar impas. Aku juga tak begitu nyaman dipanggil nyonya. Seakan kita ini nyonya besar saja."

"Deal."

Tawa renyah yang tercipta di meja makan atas obrolan dua wanita dewasa itu sepertinya mampu mencairkan suasana. Seolah semua orang seketika merasa jauh lebih rileks setelahnya. Senyum pun ikut mengembang di wajah Soomi dan Sooji. Tn. Kim dan Tn. Bae juga terlihat senang para wanita sudah terlihat mulai akrab.

Hanya dua orang di meja makan itu yang masih belum tersenyum lepas. Myungsoo dan Sarang. Hanya senyum tipis yang terukir di wajah Myungsoo sedangkan Sarang hanya mengaduk-aduk sup nya dalam diam.

"Jadi kalian berdua ini kembar?"

Soomi dan Sooji mengangguk serempak menjawab pertanyaan Jisoo.

"Kau tak pernah cerita Sooji.." ucapan Jisoo selanjutnya terdengar seperti tuduhan di telinga Sooji.

"Itu-- maaf eonni. Bukan begitu maksudku. Aku hanya belum menemukan saat yang tepat."

"Aku sudah tahu soal itu." Semua mata tertuju pada Tn. Kim yang bersuara sambil masih dengan santai melahap sup nya.

"Kakek tidak pernah cerita." Kali ini giliran Myungsoo yang untuk pertama kalinya -sejak Sooji tiba- mengeluarkan suara menggunakan nada yang sama seperti Jisoo, terkesan menuduh.

"Itu salahmu sendiri. Kenapa tidak membaca dengan baik berkas yang pernah kakek berikan. Disana sudah tertulis dengan jelas semuanya. Siapa Sooji, siapa keluarganya, siapa saudaranya. Sekarang kau menyalahkan kakek, huh?"

Myungsoo mati kutu mendengarnya. Sementara Tn. Bae memberikan tatapan penuh tanya.

"Saat Sooji pertama kali datang ke rumah kami, aku sangat tertarik pada gadis muda ini. Aku hanya berpikir bahwa gadis pintar ini dibesarkan oleh orangtua yang sama pintarnya. Setelah itu aku mulai mencari tahu tentangnya. Dan fakta bahwa ayahnya adalah seorang pengusaha yang sangat berdedikasi sepertimu membuatku tertarik untuk menjalin kerjasama." Tn. Kim akhirnya menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi pada Tn. Bae.

"Itu sebabnya aku ngotot sekali menyuruhmu segera melakukan kerja sama. Orang seperti Tn. Bae akan menjadi incaran banyak pengusaha sebagai rekan bisnis. Sebelum itu terjadi, Ganghan Company haruslah menjadi yang pertama melakukannya." Kali ini penjelasannya ditujukan pada Myungsoo.

"Imo.. temani aku ke toilet." Tiba-tiba saja Sarang menarik gaun Sooji dan berbisik padanya. Meski begitu bisikannya tetap terdengar cukup keras sehingga membuat Jisoo menoleh.

"Sarang, ibu bisa menemanimu. Jangan merepotkan Sooji imo."

"Tidak apa-apa eonni. Biar aku saja. Ayo."

Sarang menggandeng tangan Sooji berjalan ke arah toilet diikuti dengan tatapan heran dari Soomi. Dia tak pernah menyangka bahwa adiknya bisa dengan mudah sedekat itu dengan anak-anak. Karena sebelumnya dia sama sekali tak pernah melihat Sooji berinteraksi dengan anak kecil. Meskipun Sarang bukan lagi anak kecil, usianya sudah cukup besar.

"Mereka terlihat akrab." celotehnya.

Jisoo tersenyum ke arah Soomi dan berkata, "Ya. Aku sangat bersyukur hari itu Woohyun datang ke rumah kami dan membawa serta Sooji. Jika tidak mungkin sampai hari ini, Sarang masih tidak mau bicara pada siapapun."

"Itu juga salah satu alasan mengapa aku menawarkan kerjasama padamu Tn. Bae. Karena aku merasa sangat berterimakasih pada Sooji untuk cucuku. Sejak kematian ayahnya dia sangat sedih. Dia tenggelam dalam kesedihannya sendiri dan tak mau membaginya dengan kami."

"Sarang kami.. yang dulu nya sangat ceria berubah menjadi sangat pendiam. Sampai akhirnya dia mengenal Sooji. Perlahan putriku mau bicara lagi dengan orang lain."

Soomi mendengar penjelasan Tn. Kim Hansol dan Jisoo dengan seksama. Sekarang dia tahu penyebab sikap Sarang yang terlalu diam untuk anak seusianya. Murid-muridnya di tempat les piano tak ada yang sediam Sarang, jadi itu sebabnya sejak tadi dia bertanya-tanya dalam hati.

"Kami turut prihatin mendengarnya." Ny. Bae merespon ucapan Jisoo dan Tn. Kim. "Semoga setelah ini Sarang bisa kembali seperti dulu lagi ya.."

"Terima kasih. Itu adalah harapan terbesar kami saat ini." jawab Jisoo seraya mengusap sudut matanya.

"Hmm... Permisi. Aku juga perlu ke toilet." Myungsoo berdiri dari kursinya dan berlalu begitu saja.

"Maafkan sikap Myungsoo." kali ini Jisoo yang meminta maaf. Dia merasa perlu menjelaskan keanehan sikap dua orang anggota keluarganya. Bagaimanapun dia tak ingin jika keluarga Bae menganggap Myungsoo tak menghargai mereka karena sejak tadi pria itu diam saja. Karena ke depannya Myungsoo lah yang akan lebih banyak berinteraksi dengan mereka mengenai kerjasama perusahaan.

"Di keluarga kami hanya aku dan kakek yang terlihat normal, mereka berdua memang punya masalah dengan sikap." ujar Jisoo mencoba bercanda.

"Tidak perlu sungkan. Aku tahu Myungsoo bukan orang seperti itu. Aku sudah pernah makan malam dengannya sebelumnya. Dia anak yang baik dan hangat. Sangat menyenangkan. Kupikir mungkin malam ini dia sedang ada masalah atau suasana hatinya saja yang sedang buruk. Itu sebabnya dia terlihat sangat diam." jelas Tn. Bae menenangkan Jisoo.

"Jisoo.. kurasa kita harus segera mengatur makan malam lagi setelah ini. Makan malam hari ini terasa sangat berat sekali." pinta Tn. Kim yang dijawab dengan tawa semua orang yang tersisa di meja.

******

Myungsoo menatap gadis yang berdiri sepuluh langkah darinya yang kini sedang bersandar pada dinding. Pelan namun pasti Myungsoo melangkah mendekat dan tersenyum saat tiba di hadapan gadisnya.

Tak ada percakapan. Hanya senyuman manis yang juga diberikan Sooji pada Myungsoo. Mata mereka saling menatap. Meski tak saling terucap tapi mereka berdua tahu ada banyak hal yang memang harus mereka bicarakan. Tapi sekarang bukanlah saat yang tepat.

"Kenapa samchon lama sekali datangnya?" tanya Sarang -yang entah sejak kapan sudah berdiri di belakang Myungsoo- dengan nada acuh.

"Oh.. kau sudah selesai?" Alih-alih mendengar jawaban Myungsoo, malah Sooji yang bertanya. Mereka bertiga saat ini sedang berdiri di depan toilet wanita yang letaknya bersebelahan tepat dengan toilet pria.

"Dasar tidak peka."

"Kau-- kau mengutukku?"

"Iya. Memangnya siapa lagi. Disini cuma samchon yang tidak peka. Aku bahkan sudah dari tadi mengajak Sooji imo pergi dari sana supaya kalian bisa bicara. Tapi apa.. samchon malah baru datang ckckck."

Myungsoo terbelalak mendengar ucapan keponakannya itu. Gadis kecil itu dengan gampangnya mengejek dirinya. Sarang tidak tahu seberapa besar usaha Myungsoo menahan diri untuk tak menarik tangan Sooji dari sana dan meminta penjelasan atas semua keadaan ini.

"Kalian bisa bicara nanti di rooftop. Jangan terlalu lama disini. Membuat orang curiga nanti."

Sarang segera berbalik dan melangkah pergi setelah mengucapkan kalimat yang mampu membuat Sooji dan Myungsoo menganga. Kalimat yang sama sekali tak pernah mereka bayangkan akan terucap dari mulut anak usia 10tahun. Bahkan gadis kecil itu mengucapkannya tanpa ekspresi. Datar dan acuh.

"Kau yakin Sarang berusia 10tahun?"

"Aku bahkan sekarang tak yakin kalau dia masih keponakanku. Jangan-jangan hantu toilet merasuki dirinya."

Sooji memukul lengan Myungsoo sambil tertawa. "Ayo.."

Langkah Sooji terhenti saat tangannya ditarik. Dia menoleh dan berbalik. "Ada apa?"

"Aku belum mengatakannya."

"Apa?"

"Kau cantik sekali malam ini."

Mendadak Sooji merasa menghangat. Pipi putihnya yang tersapu blush on berwarna pink tampak semakin merona. Sooji menundukkan wajahnya menghindari tatapan Myungsoo. Pujian dari Myungsoo mampu membuatnya salah tingkah.

"Tapi aku tidak terlalu suka dengan gaunmu. Kau memang terlihat sangat cantik dengan ini.. hanya saja.." Myungsoo terlihat menilai penampilan Sooji. Menyapukan pandangannya dari atas ke bawah.

Sooji terlihat sangat manis mengenakan gaun berwarna pink selutut berbahan satin yang terlihat sangat pas dengan tubuhnya. Dengan aksen tali yang lebar pada bahu dan bentuk U pada bagian punggung yang membuat gaun di bagian punggung Sooji sedikit terbuka. Dilapisi dengan kain tile berwarna senada yang membentuk ruffle di sekeliling gaun hingga terlihat seperti luaran gaunnya membuat Sooji terlihat bak peri. Ditambah dengan rambutnya yang diikat ekor kuda dan poni yang juga menutupi keningnya.

Jika Soomi terlihat anggun dan elegan, maka Sooji terlihat manis dan ceria. Sesuai dengan karakter mereka masing-masing.

"Memangnya kenapa? Aku suka gaunku. Eonni yang memilihkannya untukku. Pilihannya tak pernah salah." bela Sooji.

"Memang tidak salah. Aku sudah bilang kau terlihat sangat cantik. Hanya saja aku tidak suka punggungmu sedikit terbuka begitu."

Sooji terkekeh. "Tidak ada siapapun disini Tuan Kim. Hanya ada tiga pria disini. Kakek, ayah dan kau. Jadi apa yang kau khawatirkan."

Myungsoo mendengus tidak suka mendengarnya.

"Jika ada yang harus kuwaspadai itu adalah kau." ucap Sooji masih sambil terkekeh.

"Kau lupa disini banyak pelayan berlalu-lalang? Kau memberi mereka tontonan gratis. Bagaimana jika mereka punya pikiran buruk tentangmu?"

Sooji maju selangkah lebih dekat dan memeluk Myungsoo yang masih saja memasang wajah sebal. "Jika kekasihku berada disini, apa yang kutakutkan? Bukankah kau yang akan selalu menjagaku?"

Myungsoo menghela nafas dan membalas pelukan Sooji. Kekesalannya perlahan menguap mendengar kalimat yang menenangkan dari Sooji. Bukannya dia marah, dia hanya khawatir pada Sooji. Itu saja.

Sejak tahu tentang kehidupan Sooji dari Woohyun, tanpa sadar rasa sayang yang dimiliki Myungsoo untuk gadis itu semakin bertambah besar. Hingga rasanya Myungsoo seolah sudah mengenal gadis itu bertahun-tahun lamanya, bukannya baru beberapa bulan saja.

"Jadi jangan mengutuk gaun pilihan kakakku, oke?" Sooji melepas pelukannya sambil memicingkan matanya ke arah Myungsoo.

"Baiklah. Maafkan aku."

"Ayo kembali. Mereka pasti sudah menunggu lama."

Myungsoo dan Sooji berjalan beriringan sambil sesekali tersenyum satu sama lain tanpa mereka sadari ada sosok yang berdiri di balik pintu toilet yang sejak tadi mendengarkan pembicaraan mereka berdua.

******

"Oh Sarang.. kau masih ingat saat aku bilang kakakku seorang guru piano?"

Sarang mengangguk.

"Bagaimana jika dia mengajarimu bermain piano? Kau mau?"

Sarang terdiam. Dia hanya menatap Soomi dan Sooji secara bergantian.

"Apa kau suka bermain piano?" tanya Soomi pada Sarang.

Hening. Sarang sama sekali tak menjawab pertanyaan Soomi. Alih-alih menjawab dia malah asik menekuri ayam panggangnya di piring.

Saat ini mereka sedang menyantap main course yang berupa ayam panggang disajikan dengan mashed potato dan berbagai sayuran rebus serta saus tiram sebagai celupan. Tak hanya itu, sate udang windu bakar dengan sapuan saus lemon juga terhidang di meja sebagai side dish menu main course mereka malam ini.

Keterdiaman Sarang membuat Jisoo merasa tak enak dengan Soomi. "Sarang, Soomi eonni bertanya padamu. Jangan diam saja begitu."

"Ah tidak Jisoo eonni. Biarkan saja. Tidak apa-apa. Mungkin dia masih merasa asing denganku. Meski wajahku dan Sooji mirip tapi tetap saja kami berbeda." ucap Soomi menenangkan Jisoo.

"Benar. Tadi Sarang juga bisa mengenalimu, bahwa kau bukan Sooji. Myungsoo juga. Hanya mereka bersua yang tidak terkecoh. Aku saja tidak bisa membedakan kalian sekarang. Jika kalian memakai baju yang sama persis, pasti aku akan keliru mengenali kalian." celoteh Jisoo. "Ahh.. kecuali mungkin lewat warna rambut. Tapi jika warna rambut kalian sama, wah.. aku menyerah."

Soomi tersenyum mendengarnya. Dia dan Sooji memang memiliki warna rambut yang berbeda. Jika Soomi memilih untuk mempertahankan warna hitam pada rambutnya, maka Sooji memilih untuk mengecat warna rambutnya menjadi kecoklatan.

"Jadi, Sarang bagaimana kau bisa membedakan Sooji eonni dan Soomi eonni nak?"

Kali ini Sarang menjawab pertanyaan yang diajukan padanya. Mungkin karena Ny. Bae yang bertanya dan Sarang tidak pernah melupakan ajaran ibunya untuk menghormati orang yang lebih tua. "Tidak tahu. Aku hanya merasa asing. Dan aku tahu dia bukan Sooji imo."

"Imo? Kau memanggil Sooji dengan sebutan imo?" Kali ini Tn. Bae yang bertanya.

"Ya. Karena Sooji imo akan jadi bibiku."

Uhuuukk!

Sooji terbatuk mendengar ucapan polos dari Sarang. Buru-buru dia menerima uluran gelas berisi air putih dari Soomi yang kini juga menepuk punggungnya pelan.

"Maksud Sarang bukan begitu." Jisoo menyahut dengan canggung. "Dia sangat dekat dengan pamannya. Dan dia mengenal Sooji sebagai teman pamannya. Jadi yaa dia sudah menganggap Sooji seperti bibi baginya."

Tn. Bae tertawa sebelum berucap, "Sarang kau bisa menganggap Soomi eonni juga seperti bibimu."

"Cucumu sangat manis Tn. Kim."

Sementara diam-diam Sooji dan Myungsoo saling menatap satu sama lain dengan pandangan yang sulit diartikan. Si kecil Sarang juga terdiam mendengar ucapan Tn. Bae sebelumnya.

Semua orang di meja bundar itu memiliki pemikiran masing-masing di dalam kepalanya. Mungkin beberapa pikiran diantaranya mudah ditebak. Namun beberapa lagi terlihat rumit.

Ada yang lega karena pada akhirnya mengetahui semua kebenaran.
Ada yang terlihat takut akan pikirannya sendiri meski dikamuflase dengan seuntai senyuman.
Ada yang menahan diri untuk bersikap lebih sabar agar tak merusak rencana.

Semua pikiran itu tentu saja tak pernah terucap, setidaknya sekarang. Namun tahukah kalian bahwa hal yang paling berbahaya di dunia ini bukanlah pikiran-pikiran jahat? Justru pikiran baik yang tak terucaplah yang menjadi sangat berbahaya. Karena ketidaktahuan seseorang terhadap pikiran baik kita hanya akan membuat situasi menjadi di luar kendali.

Continue...

Haloooo...
Cuma mau say hi buat readers baru. Entah yang selama ini cuma silent readers tanpa komen but always nge vote, atau readers yang selama ini gak pernah komen atau vote tapi sekalinya komen langsung nagih update an 😂😂

Welcome to cerita si kembar yang udah masuk ke part 35 ini. Semoga kalian enggak bosen ya dengan alurnya yang super duper lambat😂😅

Buat yang ngerasa mulai bosen, boleh silahkan close lapaknya si kembar. Yang masih stay, dengan segala kerendahan hati dan kekuranganku .. thankyousomuch🙇🙇🙇🙆🙆🙆

Aku gak paham gimana kalian bisa balik lagi dan lagi ke cerita ini even aku update nya juga kadang lama banget. Thankyousomuch😭😭😭😭

Seeyou di komen yaaa.. selamat main tebak-tebakan setelah baca part ini😌

Oh, buat yang belom baca cerita nya Miracle.. follow quaintrelleauthor_ yaaa itung-itung baca cerita original fiction sambil nunggu part 36 si kembar beres diketik❤️

Continue Reading

You'll Also Like

78.2K 8.1K 24
"Tunggu perang selesai, maka semuanya akan kembali ketempat semula". . "Tak akan kubiarkan kalian terluka sekalipun aku harus bermandikan darah, kali...
164K 8.9K 48
Noa baru saja di pecat dari perusahaannya, karena kesulitan mencari pekerjaan ia terpaksa menerima pekerjaan merawat pria dewasa yang tengah berjuang...
1.7M 64.8K 96
Highrank 🥇 #1 Literasi (24 November 2023) #1 Literasi (30 Januari 2024) #3 Artis (31 Januari 2024) #1 Literasi (14 Februari 2024) #3 Artis (14 Fe...
72.3K 10.2K 36
Jake, dia adalah seorang profesional player mendadak melemah ketika mengetahui jika dirinya adalah seorang omega. Demi membuatnya bangkit, Jake harus...