The Bastard Husband || COMPLE...

By aristaptr

626K 25.8K 272

[Sequel of My Love My Billionaire] Emilly Greisy Mackenzie, harus menerima kenyataan pahit saat perusahaan ay... More

Author Note!
Cast!
TBH - 1
TBH - 2
Just information
TBH - 3
TBH - 4
TBH - 5
TBH - 6
TBH - 7
TBH - 8
TBH - 9
TBH - 10
TBH - 11
TBH - 12
TBH - 13
TBH - 14
TBH - 15
TBH - 16
TBH - 17
Cast II
TBH - 18
TBH - 19
TBH - 20
TBH - 21
TBH - 22
TBH - 23
TBH - 24
TBH - 26
TBH -27
TBH - 28
TBH - 29
TBH - 30
TBH - 31
TBH - 32
TBH - 33
TBH - 34
TBH - 35
TBH - 36
TBH - 37
TBH - 38
TBH - 39
TBH - 40
Extra Part
THANKS!
New Story

TBH - 25

11.2K 566 8
By aristaptr

Happy Reading Guys🖤
Don't forget for vote and comment this story!
******

"Kau baik-baik saja?" Tanya Emilly pada wanita yang tengah tertunduk di hadapannya.

"Terima kasih telah menolongku Mrs. Heyden." ujar wanita itu. Emilly sedikit terkejut saat mengetahui wanita itu mengetahui ia adalah istri Eric. Bahkan saat ia menginjakkan kakinya di perusahaan tidak ada yang mengetahui itu selain Aaron. Emilly memang sedikit bingung dengan apa yang terjadi. Setahunya Eric sudah mengundang karyawannya untuk datang ke acara pernikahannya, namun sekarang tidak ada satupun yang mengenalinya.

"Tidak perlu berterima kasih, siapa namamu?" Tanya Emilly.

"Nama saya Viona Mrs. Heyden, saya staff HRD dan Personalia." ujar wanita itu sedikit menundukkan kepalanya tidak berani untuk menatap Emilly.

"Jika kau sedang berbicara kau harus menatap lawan bicaramu. Hm Bagaimana jika kau menjadi asistenku?" Tawar Emilly sontak membuat Viona mendongak dan membulatkan matanya.

"Saya?" Ujar Viona untuk meyakinkan apa yang ia dengar barusan. Emilly menganggukan kepalanya dan tersenyum ke arah Viona.

Eric yang juga berada di sana hanya memutar matanya malas melihat interaksi mereka. Ia terus melirik jam tangan yang ia gunakan karena Emilly sudah menunda interview pada calon pegawai baru cukup lama. Mereka saat ini memang sedang berada di ruangan CEO karena Emilly yang mengajak Viona untuk mengobati lukanya.

'Dia terlalu baik.' batin Eric. Namun ia tidak bisa menutupi kekagumannya pada istrinya saat ini.

"Sampai kapan kau akan di sini sayang? Kita sudah menunda sepuluh menit dan aku masih punya banyak pekerjaan." ujar Eric yang mulai bosan dengan percakapan mereka. Emilly yang mendengar ucapan Eric langsung menatap tajam pada pria itu.

"Kalau kau sibuk kau bisa pergi mengurus pekerjaanmu, masalah rekrutmen aku bisa mengurusnya dengan Viona." ujar Emilly membuat Eric hanya mampu menghela nafas. Viona sedikit terkejut dengan sikap Emilly yang membentak Eric. Karena selama ini tidak ada yang berani untuk berbicara seperti itu pada Eric.

'Ah aku lupa dia kan istrinya.' batin Viona.

Akhirnya Eric mengalah dan mengikuti kemauan istrinya atau ia akan melihat Emilly kembali mendiamkannya. Emilly pun bangkit dari tempat duduknya dan berjalan mendekati Eric dan menggandeng pria itu untuk keluar dari ruangan CEO.

"Eric." panggil Emilly sambil melangkahkan kakinya.

"Hm."

"Bukankah kau mengundang karyawanmu datang ke pernikahan kita, tapi kenapa tidak ada satupun yang mengenaliku?" tanya Emilly sambil menatap kearah pria itu.

"Ya aku memang mengundang karyawanku." ujar Eric.

"Siapa?"

"Aaron."

Emilly sontak menghentikan langkahnya saat mendengar ucapan Eric. Ia langsung menatap tidak percaya pada pria itu. Pantas saja semua karyawan di sana tidak mengetahui dirinya adalah istri CEO dan pantas saja selama acara pernikahan Eric tidak ada mengenalkannya pada salah satu karyawannya.

Eric tersenyum saat melihat raut wajah Emilly yang terlihat sangat menggemaskan. Ia tahu pasti wanita itu tidak akan habis pikir dengan ucapannya. Namun itu memang kenyataannya, ia hanya mengundang Aaron dan pria itu adalah karyawan di perusahaannya.

"Jangan cemberut seperti itu atau aku akan menciummu di sini." ujar Eric sambil terkekeh pelan.

"Ah terserah." ujar Emilly dan langsung melangkahkan kakinya meninggalkan Eric yang tertawa di belakangnya.

Aaron dan Viona yang berada di belakang mereka hanya tersenyum senang melihat tingkah atasannya dan ini pertama kalinya Viona melihat atasannya tertawa lepas.

Mereka pun akhirnya sampai di sebuah ruangan yang khusus dibuat untuk melakukan interview pada calon pegawai. Emilly dapat melihat sudah banyak orang yang menunggu didepan ruangan itu. Emilly tersenyum saat melihat semua calon pegawai yang akan ia interview menatap kearahnya.

Saat Emilly melangkahkan kakinya memasuki ruangan itu, ia melihat wanita pembuat onar juga berada di sana. Emilly kembali memasang senyum meremehkan pada wanita itu dan membuat Eric mengerutkan keningnya saat melihat raut wajah Emilly. Emilly dapat melihat wanita itu menatap tajam kearahnya.

'Cih kau kira aku akan takut.' batin Emilly.

Emilly sebenarnya sudah mengerti dengan jelas bagaimana pekerjaan di kantoran karena ia dulu juga pernah bekerja di perusahaan ayahnya sebelum perusahaan itu bangkrut. Emilly menarik salah satu kursi yang ada di samping Eric dan menaruh tas yang ia bawa di atas meja.

"Siapa sebenarnya wanita itu?" bisik Emilly namun dengan tatapan yang masih tertuju pada wanita itu.

"Aku tidak tahu jabatannya, yang jelas dia di divisi HRD dan berarti dia adalah bawahanmu." jelas Eric membuat Emilly berdecak sebal.

"Ck aku tidak mau mempunyai bawahan sepertinya." ujar Emilly membuat Eric tersenyum tipis. Tentu saja pria itu tahu apa permasalahan Emilly dengan wanita yang dikatakannya karena ia sudah melihat kejadian itu di rekaman CCTV.

"Viona, berikan data calon pegawai padaku." pinta Emilly. Viona yang berdiri dibelakang Emilly langsung melangkahkan kakinya mendekati Emilly dan memberikan sebuah map pada Emilly dan juga Eric.

Emilly langsung mengintruksi wanita yang berdiri di depan pintu untuk mempersilahkan beberapa calon pegawai masuk. Emilly meneliti CV yang dilampirkan oleh pelamar. Ia sedikit tersenyum saat melihat rata-rata mereka itu lulusan universitas terbaik dan sudah berpengalaman dibidangnya.

Selama interview berlangsung, Eric dapat melihat antusias Emilly saat mengajukan satu persatu pertanyaan kepada calon pegawainya. Tidak hanya itu, pertanyaan yang diajukan Emilly sangatlah berkualitas bukan hanya sekedar pertanyaan biasa. Namun tidak jarang wanita itu menggelengkan kepalanya saat beberapa yang tidak dapat menjawab pertanyaan yang sangat mudah menurutnya.

"Tolong kalian bersikap santai saja agar dapat menjawab pertanyaan dengan baik. Tidak perlu terlalu tegang." ujar Emilly sambil terkekeh pelan saat melihat calon pegawai yang ada dihadapan terduduk kaku dengan raut wajah yang sangat tegang.

"Be relaxed, but don't forget your ethics." ujar Emilly membuat semua orang yang ada di sana tersenyum, kecuali wanita pembuat onar yang selalu menatap tajam padanya.

Namun baru saja ia ingin mengajukan pertanyaan, ia mendengar ponselnya yang berdering. Ia mengambil ponsel yang ada di dalam tasnya dan melihat siapa yang menelponnya. Emilly beranjak dari tempat duduknya dan menyuruh mereka melanjutkan interview. Emilly berjalan menuju sudut ruangan dan menerima panggilan tersebut.

"Hallo mom."

"Kau dimana sayang?"

"Aku sedang berada di perusahaan Eric mom, hari ini aku mulai bekerja di perusahaannya." jelas Emilly dengan senang.

"Benarkah? wah selamat sayang tapi ingat jaga kesehatanmu."

"Tentu mom, apa mom ingin berbicara dengan Eric?"

"Iya sayang, Mom ingin membicarakan hal penting dengannya karena dari tadi dia tidak mengangkat telpon dari mom."

"Tunggu sebentar mom."

Emilly berjalan mendekati Eric dan memberikan ponselnya pada pria itu.

"Mom ingin berbicara, ada hal penting katanya." bisik Emilly.

Eric yang mendengar itu hanya menaikkan alisnya dan beranjak dari tempat duduknya. Emilly kembali duduk di tempat semula dan tersenyum pada calon pegawainya.

"Maaf kalian sedikit terganggu, mari kita lanjutkan." ujar Emilly.

Semua karyawan yang mengikuti perekrutan calon pegawai selalu tersenyum saat melihat cara Emilly yang sangat friendly dalam melakukan interview membuat semua orang yang ada seperti sedang berbicara layaknya teman.

"Aku akan menemui mom, kau tetaplah disini." bisik Eric saat sudah berada di samping Emilly. Emilly menatap bingung pada pria itu namun belum saja Emilly membalas ucapannya Eric sudah lebih dulu melangkahkan kakinya keluar dari ruangan.

Emilly menghela nafas dan memutuskan untuk kembali melanjutkan sesi wawancara karena masih banyak orang yang harus ia wawancarai. Ia akan menanyakan apa yang telah terjadi saat pekerjaannya telah selesai.

*****

Emilly melangkahkan kaki menuju ruang kerjanya diikuti oleh Viona di belakangnya. Emilly tidak menyangka jika banyak orang yang akan melamar di perusahaan ini. Emilly melirik ke arah jam yang melingkar di tangannya dan melihat waktu telah menunjukkan pukul dua belas siang.

"Apa di perusahaan ini ada kantin?" tanya Emilly.

"Ada Mrs. Heyden..." belum selesai Viona berbicara namun Emilly lebih dulu memotongnya.

"Jangan memanggilku seperti itu, panggil Emilly saja ok?" ujar Emilly dan langsung dijawab anggukan oleh Viona. Emilly tersenyum saat Viona langsung menuruti perkataannya.

Emilly membuka pintu ruang kerjanya dan berjalan memasuki ruangan itu. Emilly menaruh blouse dan tas yang ia bawa di kursi kerjanya. Emilly mengambil ponsel dari dalam tasnya dan mencoba menghubungi Eric. Sudah satu jam semenjak kepergian pria itu namun Emilly tidak mendapat kabar sedikit pun darinya.

"Eric." ujar Emilly saat mengetahui Eric telah mengangkat telponnya.

"Ada apa sayang?"

"Kau dimana?"

"Aku masih di mansion mom, kau membutuhkan sesuatu?"

"Hm tidak, Apa terjadi sesuatu?" Emilly sedikit khawatir karena tiba-tiba mertuanya menelpon dan menyuruh Eric menemuinya.

"Tidak sayang, nanti aku akan menceritakan semuanya padamu setelah sampai di kantor."

"Baiklah, aku akan makan dengan Viona saja."

"Ok sayang, maaf aku tidak bisa menemanimu." ujar Eric dari seberang sana penuh dengan penyesalan.

"It's ok, cepatlah datang."

"Tentu, Love you sweetheart."

"Me too."

Emilly mematikan ponselnya dan kembali menaruhnya di dalam tas. Ia mengerutkan keningnya saat melihat Viona yang masih berdiri di ruangannya.

"Kenapa kau tidak duduk?" tanya Emilly.

"Ah itu.. Saya tidak berani jika anda tidak menyuruhnya nyonya." Emilly langsung tertawa saat melihat sikap polos wanita itu. Sedangkan Viona yang melihat Emilly tertawa langsung menatap dengan bingung.

"Santailah jika bersamaku." ujar Emilly dan langsung dijawab anggukan oleh Viona. Wanita itu langsung tersenyum dan melangkah duduk di kursi yang ada di ruangan itu.

Sebelum mereka pergi untuk makan siang, Emilly memutuskan untuk merapikan sedikit berkas yang ia bawa tadi. Emilly sangat tidak suka jika meja kerjanya yang dipenuhi berkas-berkas seperti meja kerja Eric.

Emilly kembali meneliti semua CV yang ia interview lagi. Emilly memilah-milah mana yang akan ia terima untuk bekerja di perusahaannya. Dari dua puluh lima pelamar hanya ada lima yang masuk kriterianya. Sisanya hanya berbicara omong kosong saat melakukan interview.

Emilly langsung mengangkat gagang telpon yang ada di ruangan itu dan menekan tombol nomor telpon yang tertera di bawah telpon itu untuk menghubungi seseorang agar datang ke ruangannya.

Tiba-tiba ia mendengar ketukan pada pintu ruangannya. Ia dapat melihat wanita pembawa onar berdiri di depan ruangannya. Emilly langsung mempersilahkan wanita itu masuk.

"Ini orang-orang yang sudah aku pilih. Siapkan semua surat kontrak dan hubungi mereka untuk datang menemuiku dua hari lagi. Aku yang akan langsung menjelaskan masalah kontraknya." ujar Emilly sambil menyerahkan berkas di tangannya.

Wanita itu langsung mengambil berkas yang diberikan Emilly dan langsung keluar dari ruangan itu tanpa membalas ucapannya. Emilly langsung menatap tidak percaya pada wanita itu.

"Dasar tidak tahu sopan santun." ujar Emilly dengan mendengus sebal. Viona langsung terkekeh pelan saat melihat Emilly marah karena sikap wanita itu. Emilly mengalihkan pandangannya dan menatap ke atah Viona setelah ia mendengar suara tawa darinya.

"Siapa sebenarnya dia?" Tanya Emilly dengan raut wajah penasaran.

"Dia Aurora biasa dipanggil Rora di sini. Sebelum anda datang dialah yang menjadi kepala di divisi ini untuk sementara waktu karena Direktur sebelumnya sudah mengundurkan diri karena harus pindah ke luar negeri." jelas Viona. Emilly jadi tahu apa yang membuat wanita itu menjadi sok berkuasa di sini.

Emilly mengangkat bahunya acuh dan kembali merapikan berkas di atas mejanya agar ia bisa pergi untuk makan siang. Cacing diperutnya sudah mulai berdemo untuk menagih makanannya. Emilly langsung memakai blouse-nya kembali dan menyambar tasnya sebelum melangkah keluar dari ruangan itu.

Selama diperjalanan menuju kantin di perusahaan ini, Emilly terus bercerita panjang lebar mengenai kehidupan sedangkan Viona hanya sering menanggapi cerita Emilly dengan tawa. Bagi Viona, Emilly adalah wanita idaman para pria. Bagaimana tidak, Emilly sangat cantik, baik dan juga friendly. Siapapun akan nyaman jika berada di dekat wanita itu.

"Ini kantin kita." ujar Viona saat mereka telah sampai di kantin perusahaan. Emilly dapat melihat banyak tempat duduk yang berada di sana dan kita dapat memilih makanan sesuai keinginan kita.

"Kantinnya sangat luas." ujar Emilly saat melihat di sana juga terdapat cafe yang menjual berbagai minuman. Mereka pun mengantri untuk mengambil makanan.

Setelah Emilly dan Viona mengambil makanan, mereka melangkahkan kaki menuju salah satu meja yang ada di pojok ruangan dekat dengan jendela.

"Ah Viona, aku belum bertanya padamu kenapa kau bisa tahu aku adalah istri Eric?" Tanya Emilly membuat Viona langsung tersedak. Emilly membulatkan matanya dan langsung memberikan air untuk wanita itu.

"Kau baik-baik saja?" Tanya Emilly dengan nada khawatir.

"Ah ya saya baik-baik saja." ujar Viona. Emilly bernafas lega setelah mendengar ucapannya.

"Saya mengetahuinya saat melihat anda dan Mr. Heyden datang bersama." jelas Viona dan membuat Emilly menganggukkan kepalanya.

Mereka pun kembali untuk melanjutkan makan bersama. Namun baru saja Emilly memasukan makanan ke dalam mulutnya, ia melihat seseorang menaruh dua gelas coffee di mejanya. Emilly dan Viona langsung mendongakkan kepalanya untuk melihat siapa yang menaruh minuman itu karena mereka merasa tidak memesan minuman.

"Silahkan dinikmati Mrs. Heyden." ujar pelayan itu dan langsung berlalu meninggalkan Emilly dan Viona yang masih menatap bingung. Namun saat itu juga sudut bibir Emilly terangkat saat melihat seorang pria yang bersandar di bar cafe dan menatap kearahnya. Namun beberapa menit kemudian Eric kembali melangkahkan kakinya meninggalkan kantin.

'Cepat sekali dia datang.' batin Emilly.

Emilly mengambil gelas yang berisi coffee kesukaannya dan meminumnya. Ia tidak tahu jika Eric juga mengetahui minuman kesukaannya, coffee latte.

Beberapa menit kemudian, mereka selesai menikmati makan siang yang disediakan di kantin perusahaan. Emilly tidak menyangka jika makanan di sini sangat enak bahkan ia menyesal karena hanya mengambil sedikit.

Emilly lalu mengajak Viona untuk kembali ke ruangan sebelum jam istirahat selesai. Namun baru satu langkah Emilly berjalan, ia melihat Rora berdiri di hadapannya.

Emilly menaikkan alisnya bingung saat wanita itu mencegat dirinya. Viona yang saat itu berdiri di samping Emilly langsung melangkah mundur dan berdiri di belakang Emilly. Emilly tahu jika Viona saat ini sudah mulai ketakutan.

"Bisa kau minggir." ujar Emilly dan menggerakan tangannya menyuruh Rora untuk memberi jalan untuknya. Rora yang melihat itu hanya tersenyum meremeh dan tidak bergerak sedikit pun.

'Dia memang mencari gara-gara denganku.' batin Emilly yang mulai muak dengan tingkah wanita itu.

Emilly menarik tangan Viona dan kembali melanjutkan perjalanannya. Emilly langsung mendorong pelan bahu Rora untuk menyingkir dihadapannya. Rora yang tidak terima langsung menarik tangan Viona dan mendorong wanita itu hingga tersungkur. Semua orang yang melihat kejadian itu langsung membulatkan matanya.

Plak...

Emilly melayangkan tamparan ke wajah Rora saat melihat kelakuan wanita itu. Tubuh Emilly sudah dilanda amarah akibat perbuatan wanita itu. Beberapa orang yang berada di sana langsung membantu Viona untuk berdiri. Emilly dapat melihat Viona yang meringis kesakitan pada pinggangnya.

"Jika kau memiliki masalah denganku lakukan itu padaku bukan pada orang lain sialan!" Bentak Emilly membuat semua orang yang ada di sana langsung terdiam. Rora yang merasa dipermalukan langsung menatap tajam pada Emilly. Kilatan benci terlihat jelas dari tatapan wanita itu.

"Kau hanya orang baru sudah berani mengucapkan itu padaku! Jangan hanya karna kau direktur baru di sini kau berani memakiku!" Bentak Rora. Emilly yang mendengar itu hanya menatap remeh pada Rora.

"Jadi karena kau sudah lama bekerja disini kau berani menindas pegawai baru?" Ujar Emilly dengan senyum seringai diwajahnya.

"Nona Emilly hentikan, saya baik-baik saja." ujar Viona mencoba untuk menenangkan Emilly. Emilly tidak menghiraukan ucapan Viona dan tetap menatap tajam ke arah Rora.

"Kau seharusnya tidak pantas berada di sini bit*h!" Rora membulatkan matanya saat mendengar ucapan Emilly. Viona menggelengkan kepalanya agar Rora tidak menyakiti Emilly.

"Kau..."

Plak...

Satu tamparan kini melayang ke pipi Emilly membuat pipi wanita itu merah akibat tamparan itu. Viona membulatkan matanya saat melihat Rora menampar Emilly. Viona memaksakan berjalan untuk mendekati mereka dan berdiri di depan Emilly.

"Jangan sakiti nyonya Emilly." ujar Viona yang mulai terisak karena melihat Emilly terluka karenanya.

"Apa yang kau lakukan Viona, menyingkir dari sini." ujar Emilly berusaha menjauhkan Viona dari hadapan Rora. Ia tidak ingin Viona kembali terluka karena ulah wanita itu.

"Ck kalian sangat drama." ujar Rora dan langsung mendorong tubuh Emilly hingga wanita itu hilang keseimbangan.

Namun seseorang dengan cepat menangkap tubuh Emilly sebelum wanita itu terjatuh kebelakang.

"Eric." lirih Emilly.

Semua orang yang berada di sana langsung menegang saat melihat kedatangan Eric. Tidak ada yang berani bersuara sedikit pun. Eric membantu Emilly untuk berdiri tegak dan mengelus pipi wanita itu yang memerah. Emilly sedikit meringis saat Eric memegang pipinya. Wajah pria itu mulai mengeras dan mengeluarkan aura mengintimidasi.

"Aku baik-baik saja Eric." ujar Emilly mencoba untuk menenangkan suaminya.

"Pipimu merah seperti ini kau bilang baik-baik saja?!" Emilly membulatkan matanya saat mendengar ucapan Eric yang dipenuhi dengan amarah. Jika seperti ini ia tidak tahu harus berbuat apa.

Eric menatap tajam ke arah Rora yang saat ini sedang menunduk ketakutan. Bahkan saat ini kantin sudah dipenuhi oleh seluruh karyawan. Saat mereka mengetahui ada perkelahian di kantin dan Eric berada di sana, mereka langsung berlari untuk melihat apa yang terjadi.

"Kau berani sekali melakukan ini di perusahaanku." ujar Eric dengan nada dingin.

"Maafkan saya Mr. Heyden." lirih Rora dengan suara yang sedikit bergetar karena ketakutan.

"Aaron tolong bawa Viona ke rumah sakit. Aku takut terjadi sesuatu padanya karena dia terjatuh ke lantai cukup keras. Hubungi aku jika terjadi sesuatu." ujar Emilly saat melihat Aaron yang baru saja datang.

"Baik Mrs. Heyden." ujar Aaron dengan sedikit membungkuk lalu berjalan menghampiri Viona dan membawa wanita itu menuju rumah sakit. Emilly merasa kasihan pada Viona saat melihat wanita itu yang sangat kesulitan untuk berjalan.

Semua orang yang berada di sana langsung terkejut saat mendengar Aaron yang memanggil Emilly dengan sebutan 'Mrs. Heyden' itu artinya Emilly adalah istri CEO mereka.

Emilly dapat melihat Eric yang masih memaki-maki Rora. Ia memutuskan untuk berjalan menuju sebuah meja yang ada di dekatnya dan duduk di salah satu kursi yang ada di sana. Entah kenapa tiba-tiba kepalanya terasa sangat pusing.

'Apa ini efek tamparan tadi.' batin Emilly.

Emilly memijit pangkal hidungnya mencoba untuk menghilangkan pusing di kepalanya. Namun tiba-tiba ia melihat seseorang mendekat dan menunduk dihadapannya.

"Mrs. Heyden anda baik-baik saja?" Tanya wanita itu dengan sangat sopan.

Emilly tersenyum pada wanita itu dan menganggukan kepalanya. Namun tiba-tiba pandangan wanita itu sedikit buram hingga akhirnya ia melihat semuanya gelap.

"Mr. Heyden!" teriak wanita itu saat melihat Emilly yang jatuh pingsan.

Eric yang mendengar namanya dipanggil langsung melihat ke sumber suara. Ia membulatkan matanya saat melihat Emilly yang tidak sadarkan diri di pelukan salah satu karyawannya. Eric langsung berlari menghampiri Emilly dan menarik tubuh wanita itu ke dalam dekapannya.

"Sayang, bangunlah." ujar Eric mencoba untuk membangunkan Emilly. Namun nihil, Emilly tidak kunjung sadarkan diri.

Semua orang yang ada di sana seketika berubah panik. Eric langsung mengangkat tubuh Emilly ala bridal style. Namun sebelum ia melangkah keluar, pria itu menatap tajam ke arah Rora.

"Aku tunggu surat pengunduran dirimu." ujar Eric membuat Rora membulatkan matanya.

Eric langsung berlari menuju parkiran untuk membawa Emilly ke rumah sakit. Suasana perusahaan mulai kacau setelah kejadian itu. Semua karyawan mulai menatap tajam ke arah Rora yang sudah membuat kekacauan di sana. Bahkan ia sudah membuat istri CEO jatuh pingsan akibat ulahnya.

*****

Continue Reading

You'll Also Like

1.6M 7.4K 16
LAPAK DEWASA 21++ JANGAN BACA KALAU MASIH BELUM CUKUP UMUR!! Bagian 21++ Di Karyakarsa beserta gambar giftnya. ๐Ÿ”ž๐Ÿ”ž Alden Maheswara. Seorang siswa...
397K 23.1K 43
Terlibat masalah dengan 'Cowok Gay' adalah salah satu kesialan terbesar bagi Senja dalam catatan hidupnya di bumi. Start: 17 Desember 2020 Ended: 22...
635K 34.1K 51
Morgan hanya ingin mencari anaknya yang hilang. Namun Tuhan malah mempertemukannya dengan Kiara, penulis cantik yang galak, dingin, dan menawan. Semu...
219 66 11
Kisah ini menceritakan tentang kehidupan seorang gadis bersama teman teman nya TIDAK NYATA Gacha game Random story Low update maaf jika alur ceritany...