Drama Only (✓)

By tirameashu

36K 6K 4.5K

[Seoksoo GS Fanfiction] Gagal memperkenalkan sosok pacar kebanggaan, tidak serta merta membuat Jisoo kehabisa... More

prolog
1. Balada Oppa Kandung VS Oppa Khayalan
2. Pertama Kali Pacaran, Artinya Juga Pertama Kali.........
3. Gambaran Jika Sungguhan Punya Pacar
4. Antara Sahabat, Tugas, dan Janji
5. Skenario Putus
6. Pacar Sewaan Plus-Plus
7. Seperti Sungguhan Punya Pacar
8. Drama Semakin Meluas
9. Kalau Sungguhan Sayang
10. Ketika Jeonghan Sudah Beraksi
11. Menghentikan Drama Secepatnya
12. Si Topik Utama
13. Ada Pagar Pembatas
14. Sahabat Yang Lebih Dari
15. Syarat Permintaan Putus
16. Hubungan Yang Istimewa
18. Sudah Mendapat Pengganti
19. Seperti Permainan
20. Pacar Pertama dan Wanita Misterius
21. Ini Yang Disebut Sahabat?
22. Duel Ketiga
23. Terima Kasih Sudah Meminta Pertolonganku
24. Jangan Memaksakan Diri
25. Aku Akan Menunggu
26. Rayakan Kemenangan
27. Bisa Menjadi Teman
28. Tanpa Rasa Curiga
Epilog 1; Honey
Epilog 2; Mesin Produksi
Catatan Kecil

17. Putus

940 180 268
By tirameashu

Mata Hao dibuat ratusan kali lipat lebih tajam. Memperhatikan detail mulai dari ekspresi, gerak-gerik, sampai cara bernapas. Semakin lama diperhatikan, semakin mencurigakan. Kini Hao yakin 100 persen bahwa memang ada yang tidak beres pada sosok Lee Seokmin hari ini.

"Kamu semalam mabuk? Berapa banyak botol yang kamu habiskan?" tanya Hao, penasaran. Karena yang ia tahu, Seokmin cukup pandai mengontrol diri meskipun dalam keadaan mabuk sekalipun. Tingkat toleransi Seokmin terhadap alkohol terbilang tinggi. Itu artinya, kalau sampai mabuk, alkohol yang Seokmin minum tidak lagi hanya dalam hitungan gelas. Namun berbotol-botol.

Cukup lama menunggu, Hao belum juga menemukan jawaban. Seokmin pun nampak enggan membuka mulutnya untuk memberi jawaban. Menyantap ramyeon kesukaannya dengan terpaksa. Jelas tengah tidak berselera makan. Dan tentu Hao sangat ingin mengajukan pertanyaan lainnya. Namun juga tidak mau membebankan Seokmin dengan banyak pertanyaan.

Apakah ini berhubungan tentang keluarga Seokmin? Apakah Seungkwan lagi-lagi diganggu oleh sejumlah pria? Atau tentang perkuliahannya? Atau lagi... Tentang Jisoo? Hao melebarkan kedua mata begitu ingat dengan gadis bermarga Hong yang satu itu. Kalau memang ada hubungannya dengan Jisoo, bukankah ini adalah kesempatan emas?

"Biar kutebak," Hao mencoba peruntungannya. Antusias. Meski tidak juga berhasil menarik perhatian Seokmin. Sebaliknya, malah Mingyu-lah yang merasa bulu kuduknya berdiri. Tahu persis dengan apa yang ada di dalam pikiran Hao. "Pasti ada hubungannya dengan Jisoo. Iya, kan?"

Mendengar nama Jisoo disebut, spontan mulut Seokmin mengeluarkan decak. Kesal, lelah, juga meruntuhkan mood-nya yang sejak awal memang sudah runtuh hingga terperosok jauh ke dasar jurang. Menyeruput jus melon yang telah Mingyu pesankan untuknya, padahal pada awalnya Seokmin ingin memesan kopi. Tapi Mingyu bilang, mengonsumsi kopi tidak disarankan untuk sekarang. Khawatir Seokmin semakin sulit tidur. Jus melon itu sudah hambar. Es batunya telah meleleh. Tidak begitu dingin lagi.

"Jangan mulai," Seokmin memperingatkan.

Hao tertawa terbahak seketika dibuatnya. Bahkan tanpa Seokmin jawab pun, ia sudah tahu persis sekarang. Tidak mungkin salah lagi. Seokmin mendadak bertransformasi menjadi seorang sad boy seperti sekarang ini pasti disebabkan oleh Hong Jisoo. "Ya mau bagaimana lagi? Bukankah aku sudah memperingatkanmu sejak awal? Sejak pertama kali bertemu dengannya, aku sudah bisa membaca. Kamu dan Jisoo sama sekali tidak cocok. Kalian berdua memiliki aura yang berlawanan. Malah akan saling menyiksa jika hubungan kalian diteruskan."

Seokmin tergelak. "Sejak kapan kamu menjadi ahli pembaca aura? Kamu tidak tahu apa masalah kami. Tidak perlu ikut campur."

Sejujurnya Hao sedikit tersinggung dengan ucapan Seokmin. Tidak perlu ikut campur? Apakah Hao tidak salah dengar? Ah... Tidak. Hao tidak mungkin salah dengar. Ia ingat persis. Sejak kenal Jisoo, Seokmin memang banyak menampilkan perubahan. Fakta inilah yang paling menyebalkan dan menjadi alasan utama kenapa Hao sungguhan bertekad hendak memisahkan keduanya. Sekarang, malah mereka sendiri yang memunculkan masalah. Entah masalah apa, Hao tidak peduli. Tapi yang pasti, fakta satu ini terdengar sangat menyenangkan bagi Hao.

Jika masalah mereka terus berkembang, tidak menutup kemungkinan dampak akhirnya sampai ke tahap memutuskan hubungan. Iya, kan? Dengan begitu, Hao jadi merasa bebas. Tidak perlu putar otak lagi untuk menyusun skenario agar mereka berdua bisa cepat berpisah.

Hao mengubah ekspresi wajah. Seakan ikut bersedih. "Aku dan Jisoo sama-sama perempuan, Seok... Melihat melalui tingkah laku dan cara bicaranya saja, aku sudah tahu persis dia itu perempuan baik atau bukan. Aku ini sahabatmu, tidak mungkin aku diam saja jika ada orang jahat di sampingmu."

Seokmin sungguh tidak tahan lagi. Berkumpul dengan para sahabat yang bertujuan untuk menenangkan diri, malah gagal dan dibuat semakin panas seperti ini. Karenanya, Seokmin memutuskan untuk pergi. Meninggalkan Mingyu dan Hao di sana. Yang tanpa Seokmin sadari, Hao menyeringai penuh kemenangan. Sungguh merasa puas.

"Itu berlebihan, Hao," tegur Mingyu pada akhirnya. "Kita tidak tahu masalah apa yang mereka berdua hadapi. Masuk tiba-tiba seperti ini hanya akan memperburuk keadaan."

Hao diam dulu sampai Seokmin benar-benar menghilang dari jangkauan matanya. Mengubah ekspresi setelahnya. Sedikit tertawa. Mengambil alih minuman jus melon milik Seokmin. Meski hambar, namun baginya tetap terasa manis. Buah dari kemenangan hari ini. "Justru itu. Memperburuk suasana memang menjadi tujuan utamaku. Jisoo tidak pantas mendapatkan pria sebaik Seokmin."

Mingyu menggelengkan kepala tidak percaya. Sungguh tidak menyangka kalau Hao akan berlaku sejauh ini. Meski suka. Tidak, tapi lebih dari itu. Meski cinta, ia tidak bisa menerima ini. Kini Mingyu pun beranjak pergi dari sana. "Terserah kamu saja. Tapi ada satu fakta yang wajib kamu ingat. Jangan pernah memaksakan orang lain. Kamu memang akan bahagia, tapi kamu juga menyiksa orang itu."

"Gyu!" Hao berhasil mencegat. Tetap bersikukuh menahan kepergian Mingyu meski sempat menerima penolakan. Sudah cukup Seokmin yang pergi. Hao tidak mau ditinggal sendirian. "Apa maksudmu?"

"Apa maksudmu? Apa maksudmu dari pertanyaan 'apa maksudmu?'?" Mingyu memutar pertanyaan Hao. Ia memang tahu persis bagaimana Hao berperilaku selama ini. Akan tetapi, ia tidak menyangka bahwa gadis bermarga Xu ini bahkan tidak mengerti dengan apa dampak buruk dari yang sudah ia lakukan. Entah terlalu polos, atau malah terlalu bodoh. Atau terlalu egois. Mingyu sungguh ingin marah. Tapi ia sadar tengah berada di mana. Tidak mungkin masalah rumit mereka diumbar di depan publik seperti ini. Apalagi jika sampai terdengar oleh orang lain. Pasti kisah persahabatan ketiganya akan menjadi topik perbincangan hangat antar mahasiswa Universitas Hanin.

Melihat Mingyu berusaha keras menahan emosinya, Hao jadi ikut tersadar. Mengedarkan mata ke sekelilingnya. Ada beberapa mahasiswa lain di sana. Ditambah para penjaga kantin. Hao mendesah pelan. Menghampiri penjaga kantin untuk membayar. Menarik tangan Mingyu setelahnya. Mereka harus cepat-cepat menuntaskan perselisihan ini.

"Sekarang apa maumu?" tanya Hao, begitu masuk ke dalam mobil. Tenang sudah. Di dalam sana, mereka berdua dapat dengan bebas membahas segala hal secara terperinci.

"Putus."

Mata Hao dibuat terbelalak tentu saja. Menggeleng cepat setelahnya. Ia tidak bisa membiarkan ini. "Apa maksudmu putus? Gyu, kenapa hal kecil seperti ini saja dibuat besar?"

"Hal kecil bagaimana maksudmu? Kamu menyukai Seokmin, Xu Minghao! Apa yang bisa aku lakukan?"

Hao tetap menggelengkan kepala. "Tidak. Kamu salah. Aku tidak menyukai Seokmin. Kita sudah berulang kali membahas ini. Aku tidak menyukai Seokmin lebih dari kata sahabat seperti yang kamu tuduhkan! Harus berapa kali aku mengatakannya? Aku hanya tidak mau kehilangannya, Gyu. Dia berubah semenjak berpacaran dengan Jisoo. Aku yakin kamu pun merasa ada yang berubah dengan Seokmin. Iya, kan? Apa salahnya kalau aku ingin Seokmin kembali lagi ke sisi kita berdua?"

"Jadi maksudmu apa?" Mingyu masih menantang. Ini adalah kesempatan emas untuk mengeluarkan keluh kesahnya. "Kita menjalin hubungan seperti ini dan kamu malah berharap Seokmin menyendiri terus? Tanpa ada pasangan? Hanya kamu yang boleh menjalin hubungan? Kamu tahu betapa egoisnya itu?"

Dan, sesuai dengan tebakan Mingyu, Hao tidak sanggup lagi menjawab. Dan lagi sejujurnya, Mingyu sendiri pun yakin bahwa Hao tidak mungkin memiliki pikiran seburuk pertanyaannya tadi. Lambat laun, ia pasti bisa meyakinkan Hao bahwa kehidupan di dunia tidak seburuk yang dicapnya sekarang. Masalah ini hanya bergantung kepada waktu.

Untuk menenangkan diri sendiri, Mingyu coba menarik napas dalam-dalam. Lama bersahabat, membuatnya hafal betul bagaimana perilaku buruk Hao yang satu ini selama bertahun-tahun tertanam. Bergantung kepada ia dan Seokmin, tidak mau ada orang lain di antara mereka bertiga. Pada awalnya, tentu Mingyu masih bisa menerima. Mungkin karena sudah terlanjur dibutakan oleh cinta. Tapi lama-lama membuat ia muak juga.

"Berhentilah berpikiran negatif pada orang lain. Tidak semua orang itu jahat, Hao. Aku yakin Jisoo adalah orang baik. Dan kita berdua tahu kalau Seokmin adalah orang yang baik. Mereka cocok. Mereka sempurna. Berhentilah mengganggu hubungan mereka," Mingyu memperlembut suaranya.

"Tapi hatiku mengatakan hal yang sebaliknya, Gyu... Jisoo jahat. Seokmin akan tersiksa jika terus bersamanya. Dan dugaanku terbukti. Seokmin sudah dua kali mendapat luka akibat membela Jisoo. Bisa kamu bayangkan seberapa bermasalahnya gadis itu? Jadi kemungkinan besar perilaku baiknya itu hanyalah sebuah acting."

Tanpa merasa harus membalas argumen lagi, Mingyu menyalakan mesin mobilnya. Ini cara terbaik agar perdebatan rumit yang sekarang terjadi bisa dengan cepat menemukan kata akhir. Bukan terselesaikan. Setidaknya bisa dihentikan. Mingyu mengantar Hao pulang ke kediamannya.

Dan, kalimat yang Hao ucapkan sesaat sebelum turun dari mobil membuat Mingyu luluh lagi. "Aku tahu tidak semua orang itu jahat. Tapi aku yakin kamu tahu apa alasanku melakukan ini. Dan ini bukan pertama kalinya. Yang menjadi tumpuanku di sini hanya kalian berdua. Aku tidak mau ada yang membawa kalian berdua jauh dari jangkauan mataku."

Tidak. Seokmin tidak langsung pulang ke rumahnya. Juga tidak mampir ke suatu tempat yang mungkin akan membuat perasaannya menjadi jauh lebih tenang seperti bioskop, kafe, ataupun taman. Nekat. Seokmin malah mendatangi kampus Jisoo. Lokasi yang tidak seharusnya ia datangi.

Tidak seharusnya Seokmin datangi. Ya, benar-benar tidak seharusnya Seokmin datangi. Karena begitu tiba di sana, Seokmin berhenti dalam jarak yang cukup jauh. Bahkan tubuh Jisoo seperti ukuran seekor serangga dalam pandangan mata Seokmin. Tapi sekecil apa pun jangkauan matanya, Seokmin masih dapat melihat dengan jelas. Apa yang gadis itu lakukan. Dengan siapa gadis itu sekarang.

Moon Junhui. Mantan kekasih Jisoo. Kejadian ini membuat keyakinan Seokmin semakin meningkat tajam. Jisoo memang belum berhasil melupakan masa lalunya. Bodohnya Seokmin sempat berharap sebaliknya.

Pantas saja Jisoo memintaku menjadi pacarnya hanya sebatas pura-pura. Ingin sekaligus memancing Jun rupanya, Seokmin bermonolog sendiri. Sambil tertawa kecil. Menertawa kebodohan diri sendiri. Menutup kaca helmnya. Memutar balik arah. Akan jauh lebih baik jika ia tidak pernah bertemu dengan Jisoo lagi.

tirameashu, 4 November 2020

==========
Alhamdulillah gyuhao gajadi putus🙂

Continue Reading

You'll Also Like

18.3K 1.6K 14
Sebuah restoran dan coffe shop di salah satu sudut Cheongdam-dong, tempat dimana sebuah kisah cinta dimulai dan juga sebuah tempat seseorang menunggu...
25.6K 4.2K 30
[SEOKSOO GS Fanfiction] Perpaduan antara sahabat dan cinta itu memang sering kali membuat mual. Namun terkadang, juga memperkuat ikatan hingga tak mu...
107K 11.2K 43
Setelah kepergian jennie yang menghilang begitu saja menyebabkan lisa harus merawat putranya seorang diri... dimanakah jennie berada? Mampukah lisa m...
447K 8.3K 13
Shut, diem-diem aja ya. Frontal & 18/21+ area. Homophobic, sensitif harshwords DNI.