Benci jadi candu

By yupikenyalz

464K 11.5K 1.2K

🔞🔞❗️❗️ "Sayang. Aku mau ini yaa?" rengek Aruna menunjuk bibir sang pacar. "Heh! Kamu masih kecil," mendoro... More

1
otak mesum
rencana 18+
kapan lagi?
hampir
usaha
mabuk
kandang singa
kesepakatan
kesempatan
arkana!
acara sekolah
camping

menguntit

37.4K 724 14
By yupikenyalz


• • •

Kringg..

Bel SMA Praharja berbunyi. Momen yang paling ditunggu oleh seluruh siswa. Mereka berhamburan keluar kelas. Menuju tempat parkir. Entah mengambil kendara'an atau menunggu jemputan.

Tetapi tidak dengan Aruna, Zoya, Ziva, Shila dan Mishel. Lima sekawan itu memilih untuk tetap diam dalam ruangan. Tidak ingin berdesakan dengan siswa lain.

Setelah menunggu sekitar 15 menit. Dirasa koridor sudah mulai sepi. Mereka memutuskan untuk pulang.

Aruna melangkahkan kaki jenjang nya menuju parkiran. Tempat ia memarkirkan kendaraan.

"Gila. Dari jarak jauh aja mobil gue cantik banget," Aruna bersuara.

"Sombong lo bangsat," sahut Ziva.

Tetapi langkah nya tiba-tiba terhenti. Ia melihat geng Blacklist berdiri disamping mobil nya. Tampang mereka sangat serius. Membuat Aruna semakin penasaran. Sehingga ia memilih untuk bersembunyi dibalik tembok dan menguping perbincangan Blacklist.

"Bos! Dangker berulah lagi," Daniel memulai percakapan.

Mendengar kata Dangker emosi mereka membara. "Ngapain lagi mereka?" Arkana dengan suara rendah.

"Kemarin mereka ngeroyok Romeo dijalan Bulkano. Tahu sendiri kan itu jalanan sepi banget kayak hati Riki," ucap Daniel.

"Ngapain bawa-bawa hati gue anjing?" lanjut Riki. "Mereka mah banci. Main nya keroyokan."

"Emang dasar nya banci mereka," timpal Riko.

"Heleh. Kayak berani aja lo," sindir telak oleh Arjuna. Mereka hanya menyengir.

Romeo adalah salah satu anggota Blacklist yang bersekolah di SMA Malanda. Berbeda sekolah dengan anggota lain. Blacklist beranggotakan 200 orang. Namun pemegang Blacklist hanya Lima orang. Yaitu, Arkana sebagai ketua. Dan Daniel, Arjuna, Riki dan Riko sebagai antek-antek.

"Markas. Pulang ganti baju." Kadang ucapan Arkana sering membuat mereka gagal paham. Tapi itu lah Arkana.

"Hah? Ke Markas ganti baju?" Daniel bertanya dengan tampang bodoh.

"Kita ke Markas bego! Ngumpulin anggota buat ngatur strategi pembalasan Dangker. Kalau Arka pulang dulu buat ganti baju. Lo buta atau gimana? Gak liat baju Arka kotor kayak apa?" Arjuna emang selalu menjadi penerjemah kalimat tidak jelas yang dilontarkan oleh Arkana.

"Santai dong anjing kalau mau ngejelasin!" balas Daniel tak kalah nyolot.

Melihat kedua temannya beradu mulut. Riki berusaha melerai. Ia bertanya kepada Arkana. "Eh Ar ngapa dah tu baju sampe kotor kayak gitu?"

"Nyebur selokan ya lo?" celetuk Riko yang dihadiahi tatapan dingin.

"Gak papa." Setelah mengucapkan kalimat itu Arkana menaiki motor besar. Melaju kencang keluar gerbang SMA Praharja.

Suasana menjadi sepi. Aruna keluar dari persembunyian. "Arjana mau nyerang? Gak akan gue biarin." Aruna membatin.

• • •

Saat perjalanan menuju rumah. Laki-laki yang bernotabene sebagai ketua tak henti-henti memikirkan strategi apa yang cocok untuk membalas perbuatan Dangker yang selalu mengusik Sirkel nya.

Sebenarnya. Aksi anarkis tidak ada dalam jiwa Arkana. Tetapi. moto Blacklist membuat ia harus melakukan aksi tersebut. "Tidak suka mengusik. Jika diusik. Boleh di adu."

Ketika sampai dipekarangan rumah. Arkana mengerutkan kan dahi.

"Mobil siapa? Perasaan mobil mama papa gak gini deh," Arkana bertanya dalam hati.

Tok Tok Tok

"Assalamualaikum. Arkana pul—" Teriakan-nya terhenti. Melihat sosok wanita asing. Namun seragam sekolah nya seperti yang ia pakai.

"Arkana. Waalaikumsalam sayang. Sini nak." Balas Shinta menepuk sofa disamping.

"Kamu punya pacar cantik kayak gini kok gak bilang-bilang Mama sih?" Shinta bertanya antusias.

"Pacar?" Arkana membatin.

Gadis itu duduk manis memangku Rena. Wajah Arkana kembali datar.

"Ah Tante. Bisa aja," ucap Aruna malu-malu.

"Kan Mama udah bilang tadi. panggil nya Mama bukan Tante!"

Mendengar penuturan Shinta Arkana bingung. What? Sampai mana perbincangan Shinta dengan gadis asing itu? Sampai-sampai Mama nya sendiri yang meminta untuk dipanggil Mama?

Tanpa mempedulikan raut wajah bingung Arkana. "Iya Mamaaaa," goda Aruna sambil melirik Arkana dengan ekor mata.

Melihat respond yang diberikan. Aruna tetap melanjutkan aksi jail. "Yang. Aku salting loh kamu tatap kayak gitu."

Shinta melihat putra nya menatap tajam Aruna langsung menegur. "Kamu ni yah! Natap Aruna kayak mau terkam aja! Gak boleh. Nikah dulu baru bebas kamu apain," betapa pintar akting Aruna sampai Shinta mengira kalau Arkana akan menakali gadis tidak tahu diri itu.

Muak dengan tingkah laku Aruna.
Arkana memilih untuk berdiri lalu meninggalkan ruang tamu "Kamar," pamit pada Shinta.

"Kamu nyusul Arka ke kamar ya. Dia emang gitu kalau lagi ngambek. Elus aja kepala nya. Bisa bikin dia tenang kok," ucap Shinta. Mengambil alih Rena dalam pangkuan calon mantu.

"Gilaaa sih! Belum juga beraksi udah dikasih lampu ijo aja nih camer." Aruna membatin.

"Hehe. Gitu ya mah? Yaudah Aruna kekamar Arka dulu ya? Dadah Renaaa," pamit Aruna sopan. Bukan hanya otak mesum. Ia juga sangat pandai untuk mengambil hati orang sekitar dengan tingkah sopan dan lugu.

Aruna melangkahkan kaki menuju lantai atas. Menatap tajam pintu kamar ber-cat putih. "Ini kali ya kamarnya?"

Ceklek

Aruna terkejut. "Pemandangan macam apa ini Tuhan." Laki-laki dengan keada'an shirtless diatas kasur. Mata tertutup rapat. Seperti nya laki-laki itu sedang tidur.

Otak Aruna jadi liar. Dada bidang itu terlihat jelas tanpa penghalang. Bulu tipis membuat-nya semakin sexy.

Pandangan nya turun kebawah. Perut kotak sungguh menggoda iman. Tanpa ia sadari. Mata nya kini terpaku pada celana pendek yang Arkana kenakan.

Glekk

Aruna berusaha menelan saliva pelan.
Melihat gundukan dibalik celana pendek. Cepat-cepat Aruna mengalihkan pandangan." "Astaghfirullah Ya Allah maafin Aruna. Aruna khilaf kali ini YaAllah."

Perlahan ia menurunkan bokong nya disamping kepala Arkana. Usapan lembut dilakukan sesuai intruksi Shinta.

• • •

Sampi dikamar. Arkana langsung membuka seragam kotor yang melekat pada tubuh kekar nya. Bergegas masuk kamar mandi. Sekarang yang ia butuhkan adalah mengguyur kepala dengan air dingin. Menghilangkan kejadian-kejadian yang ia alamai seharian ini.

Selesai dengan ritual mandi. Arkana keluar dengan mengenakan celana pendek dan bertelanjang dada. Ia menghempaskan diri diatas kasur rasa nyaman yang dirasakan membuat nya tertidur.

Dalam keadaan seperti ini ia sangat membutuhkan sosok Shinta untuk sekedar mengusap kepala.

Tiba-tiba sebuah tangan mulai mengusap lembut. Rasanya berbeda. Hmm lebih nyaman? Tetapi Arkana tak mau ambil pusing. Karna itu yang ia butuhkan saat ini.

"Mama tahu aja kalau aku butuh diusap-usap kepala nya," gumam Arkana pelan.

Arkana terhipnotis dengan usapan lembut tersebut. membuat nya ingin menenggelamkan wajah pada perut yang ia kira perut Shinta. Bahkan ia mengendus-ngendus perut tersebut.

Setelah lima menit merasakan kenyamanan. Arkana tersadar. Perasaan perut Mama buncit deh. Kok berubah jadi rata gini? Parfum Mama juga nggak kayak biasanya dan usapannya juga beda. Merasa banyak keanehan Arkana memutuskan untuk membuka mata dann..

"Lo!? Ngapain!?" bentak Arkana sembari menjauhkan badan dari Aruna.

"Disuruh Mama kok. Katanya kalau kamu lagi kesel pengen nya diusap-usap kayak bayi," Aruna membalas dengan nada imut yang dibuat-buat.

Tadi nya emosi Arkana sedikit berkurang. Namun karna kehadiran cewek aneh diruang privasi kini emosi nya menjadi dua kali lipat.
"Pergi! Gue nggak butuh!"

"Tadi aja nyaman banget. Sampe ngedusel diperut gue lagi. Kayak suami minta jatah aja." Aruna berucap sedikit menggoda.

Shit!

"Keluar!"

Melihat perubahan wajah Arkana tidak membuat Aruna tertunduk. "Kalau gue nggak mau. Lo mau apa? Mau ngancem gue? Teriak manggil Mama? Yang ada Mama kira lo apa-apain gue lagi." Aruna yang terlalu pendek terpaksa mendongakan kepala agar matanya langsung menatap tajam mata lawan.

"Stop manggil Mama gue dengan sebutan Mama!" Arkana membentak dengan nada lebih tinggi. Sumpah demi apapun Arkana sangat emosi dan risih terhadap cewek yang berani menantang diri nya seperti ini.

"Kok lo yang sewot? Orang Mama lo yang nyuruh kok! Gue sih anak nya penurut ya. Kalau disuruh ya gue lakuin," cerocos Aruna dengan santai sembari memainkan kuku-kuku cantik.

"Berhenti atau lo bakal—!"

Aruna tersenyum remeh. Berjalan kedepan mengikis jarak antara ia dengan Arkana.

"Lo mau ngancem gue? Silahkan. Gue tinggal kasih tau orang tua lo kalo lo mau tawuran."

Arkana. Ketua geng yang sangat disegani oleh banyak orang seketika terdiam membisu mendengar ancaman yang keluar dari mulut perempuan ini. "Dari mana dia tau kalau malam ini gue mau nyerang?"

"Gimana?" tantang Aruna dengan senyum kemenangan.

"LO-!" bersusah payah Arkana menahan tangan agar tidak menonjok wajah Aruna.

Mendengar keributan yang berasal dari dalam kamar Arkana. Shinta berlari cepat menaiki tangga.

***

Tidak ada yang mengeluarkan kata-kata setelah perdebatan tadi. Tetapi mata elang Arkana tak lepas dari cewek yang sudah membuat nya naik pitam.

Mendengar derap langkah yang semakin mendekat Aruna berfikir "Kayaknya Mama Arkana bakalan kesini nih. Gue kasih pelajaran aja ah buat Arkana."

Tiba-tiba Aruna menjatuhkan diri diatas kasur dan menarik pergelangan tangan Arkana sehingga membuat ia terjatuh tepat diatas tubuh mungil Aruna.

Saking fokus menatap tajam Aruna sampai tidak sadar jika ia masih berada diatas tubuh itu.
Belum sempat Arkana merubah posisi. Pintu kamar terbuka dengan keras.

Brakkk!

Continue Reading

You'll Also Like

2.1M 115K 53
"Lihat saudaramu yang lain! Mereka berprestasi! Tidak buat onar! Membanggakan orang tua!" Baginya yang terbiasa dibandingkan dengan saudara sendiri...
1.2M 72.3K 42
Kanaya Tabitha, tiba tiba terbangun di tubuh seorang figuran di novel yang pernah ia baca, Kanaya Alandra Calash figuran dingin yang irit bicara dan...
Roomate By asta

Teen Fiction

444K 30.1K 37
"Enak ya jadi Gibran, apa-apa selalu disiapin sama Istri nya" "Aku ngerasa jadi babu harus ngelakuin apa yang di suruh sama ketua kamu itu! Dan inget...
ARSYAD DAYYAN By aLa

Teen Fiction

1.8M 95.5K 55
"Walaupun وَاَخْبَرُوا بِاسْنَيْنِ اَوْبِاَكْثَرَ عَنْ وَاحِدِ Ulama' nahwu mempperbolehkan mubtada' satu mempunyai dua khobar bahkan lebih, Tapi aku...