Drama Only (✓)

By tirameashu

36.1K 6K 4.5K

[Seoksoo GS Fanfiction] Gagal memperkenalkan sosok pacar kebanggaan, tidak serta merta membuat Jisoo kehabisa... More

prolog
1. Balada Oppa Kandung VS Oppa Khayalan
2. Pertama Kali Pacaran, Artinya Juga Pertama Kali.........
3. Gambaran Jika Sungguhan Punya Pacar
4. Antara Sahabat, Tugas, dan Janji
5. Skenario Putus
6. Pacar Sewaan Plus-Plus
7. Seperti Sungguhan Punya Pacar
9. Kalau Sungguhan Sayang
10. Ketika Jeonghan Sudah Beraksi
11. Menghentikan Drama Secepatnya
12. Si Topik Utama
13. Ada Pagar Pembatas
14. Sahabat Yang Lebih Dari
15. Syarat Permintaan Putus
16. Hubungan Yang Istimewa
17. Putus
18. Sudah Mendapat Pengganti
19. Seperti Permainan
20. Pacar Pertama dan Wanita Misterius
21. Ini Yang Disebut Sahabat?
22. Duel Ketiga
23. Terima Kasih Sudah Meminta Pertolonganku
24. Jangan Memaksakan Diri
25. Aku Akan Menunggu
26. Rayakan Kemenangan
27. Bisa Menjadi Teman
28. Tanpa Rasa Curiga
Epilog 1; Honey
Epilog 2; Mesin Produksi
Catatan Kecil

8. Drama Semakin Meluas

1K 201 127
By tirameashu

Berulang kali Jisoo menjinjitkan kedua kaki. Mengintip masih sejauh apa antrean di depan. Menghitung. 1, 2, 3, 4, 5... dan seterusnya. Banyak. Panjang seperti ular yang meliuk-liuk di persawahan. Jisoo mendesah nyaring setelahnya. Menjatuhkan telapak kaki dengan bibir yang menukik ke bawah. Kesal bukan main. Antrean yang harus ia lalui masih sangat panjang. Pasrah menjatuhkan kepala ke atas pundak Jeonghan. Membuat gadis yang ikut mengantre di depannya itu memekik terkejut. Memukul pantat Jisoo sebagai balasan.

Seokmin ikut terkekeh melihat interaksi ini. Mengambil alih perhatian. Menyentuh pinggang, ditarik pelan. Coba menegakan badan Jisoo. Merangkul. "Kita main tebak-tebakan saja supaya kamu tidak bosan."

"Tidak mau. Tadi kamu curang!" rajuk Jisoo.

Saat dalam perjalanan, mereka juga sempat terjebak macet. Sampai Jisoo berulang kali mengeluh. Bilang hendak jalan kaki saja. Hampir turun dari motor Seokmin pula. Tapi Seokmin tidak kehabisan akal. Membuka helm, Seokmin coba mengajak Jisoo bercanda dengan memberikan tebak-tebakan lucu. Tidak menyangka kalau Jisoo dapat menjawabnya dengan benar. Jadi tidak lucu lagi.

Tapi bukan Seokmin namanya kalau gagal melawak. Alhasil, ia coba menyelewengkan jawaban. Membuat Jisoo kesal. Bertubi-tubi melayangkan pukulan. Seokmin malah tertawa semakin kencang. Sadar betul bahwa saat itu mereka berdua menjadi pusat perhatian pengguna jalan lain. Seokmin jadi membayangkan bagaimana jika kecurangan itu dilakukannya lagi. Sudah bisa dipastikan rasa kesal Jisoo jadi berlipat ganda. Lebih baik dihindari daripada image kalem, anggun, dan lemah-lembut Jisoo sirna dalam hitungan detik. Tidak hanya memukul manja seperti saat terjebak macet. Tapi malah mengumpati Seokmin. Atau yang lebih parah, melakukan kekerasan dengan cara menjambak rambutnya sampai botak.

Kekehan Seokmin kini berubah menjadi suara gelak tawa. Lalu tangan berpindah ke bagian pinggang. Bersyukur Jisoo nampak tidak mempermasalahkan ini sama sekali. Malah dengan nyaman menyenderkan kepala. Menutup mata. menggeliat kecil, seperti seekor kucing yang hendak pergi tidur. Ah... Kalau sudah seperti ini, rasanya Seokmin hendak langsung saja memeluknya. Membiarkan Jisoo tidur dalam pelukan, baru dibangunkan saat sudah tiba gilirannya masuk bioskop.

Catatan yang perlu diketahui, bukan tanpa alasan Seokmin melakukan ini. Karena ia lihat Chan melakukan hal yang sama terhadap Jeonghan. Mengintip ke depan, Seungcheol pun memeluk Jihoon dari samping. Seokmin tentu tidak mau kalah. Setidaknya ia harus membuat drama pura-pura pacaran mereka terlihat jauh lebih natural. Itu kewajiban, bukan?

Beberapa saat Jisoo mulai tenang, kini giliran Seokmin yang bersikap gelisah. Jelas berusaha menghindari sesuatu. Memutar posisi berdirinya jadi condong ke kanan. Membuat mata Jisoo terbuka. Mengerjap. Memperhatikan ekspresi wajah Seokmin. Menengok ke arah yang Seokmin hindari. Bingung. Tidak ada apa-apa di sana.

"Kamu kenapa? Mau pipis?"

Seokmin menggeleng panik. Sesekali mengintip. Namun sayangnya tindakan tersebutlah yang menjadi perkara. Hao berhasil melihatnya. Sudah bisa ditebak bagaimana tindakan Hao selanjutnya. Ia menarik tangan Mingyu agar ikut melabrak Seokmin.

"Seokmin?"

Bahkan panggilan itu berhasil menarik perhatian semua orang yang berdiri di sekitar Seokmin. Terutama Jeonghan, Chan, dan juga Jisoo. Membuat yang dipanggil meringis. Belum menyiapkan alasan. Dengan senyum yang dipaksakan Seokmin menoleh ke arah kedua sahabatnya. Improvisasi segera diperbaharui. Pura-pura terkejut. "Eoh? Hei, kalian juga ke sini?"

Hao menatap Seokmin penuh selidik. Fokus ke arah tangan kanan Seokmin yang tengah merangkul pinggang Jisoo. Sadar, Seokmin pun segera melepasnya. Berdiri dengan canggung. Kini jelas mata Hao coba menerka gadis Hong itu. Menelisik beberapa kesamaan fisik Jisoo dengan gadis yang berhasil ia lihat di dalam mobil yang mengantar Seokmin dulu. Sejauh ini, 75 persen.

Mingyu mengambil alih jawaban. "Ya, tadi Hao bilang tidak mau pulang dulu. Jadi aku mengajaknya ke sini."

Selesai menerawang, barulah Hao bersuara. "Kamu bilang harus pulang cepat karena Seungkwan membutuhkan bantuanmu. Kenapa kamu malah ke sini? Di mana Seungkwan?"

Ya... Memang Seungkwan-lah yang lagi-lagi menjadi alasan Seokmin. "Seungkwan sudah tidak apa. Tadi dia hanya minta dijemput pulang sekolah."

Mendengar penjelasan Seokmin, Mingyu mengangguk paham. Nampak tidak curiga sama sekali. Atau mungkin, hanya berpura-pura percaya. "Syukurlah kalau begitu. Kalau dia siapa?"

Dia. Mingyu memberi isyarat dengan menunjuk keberadaan Jisoo mengandalkan dagu. Inilah pertanyaan yang paling Seokmin hindari. Melihat ke arah Hao, gadis itu pun sama. Jelas sangat penasaran dengan jawaban Seokmin. Beralih ke Jisoo, diam seribu bahasa. Seokmin tidak bisa menemukan jawaban yang tepat melalui tatapan mata Jisoo. Namun yang jelas ia tidak bisa mengaku hanya berteman karena ada kedua sahabat Jisoo di sana. Mau tidak mau drama tetap harus dimainkan. "Ini Hong Jisoo, pacarku."

"Pacar?" Mata Hao terbelalak. Menatap Jisoo sekali lagi. Membuat Jisoo merasa takut, entah kenapa. Sedikit termundur. Mata Hao sungguh mengintimidasinya.

Dengan gemetar Jisoo sedikit membungkukan badan. Senyum. Berusaha seramah mungkin. "Aku Hong Jisoo. Kalian pasti Mingyu dan Hao, kan? Seokmin sangat sering bercerita tentang kalian."

Keadaan sekarang terlalu mencekam. Terutama tatapan Hao terhadap Jisoo. Mau tidak mau, tidak ada pilihan lain, Mingyu harus melakukan sesuatu agar udara di sekitar mereka tidak terasa semakin angker. Atau mungkin ia bisa melakukan sesuatu agar Hao bisa cepat menerima kedatangan Jisoo? Setidaknya kehadiran gadis bermarga Hong itu bisa menguntungkan bagi Mingyu. "Ya, benar. Aku Mingyu dan ini Hao. Wah... Kebetulan macam apa ini? Kami berdua juga hendak menonton. Bagaimana kalau kita menonton bersama?"

Tentu Jisoo menganggukan kepala dengan antusias. Seokmin pun sama. Menyambut tawaran Mingyu dengan sangat baik. Setidaknya untuk mengurangi rasa bersalahnya. Bukankah semakin banyak orang akan semakin menyenangkan? Jeonghan dan Seungcheol pun Jisoo yakin tidak akan merasa keberatan sama sekali.

"Maaf, sepertinya tidak bisa. Tidak ada film yang sesuai dengan seleraku. Gyu, kita makan saja, ya? Aku sangat lapar." Hao menghancurkan antusiasme Seokmin dan Jisoo dalam hitungan detik.

Belum sempat Mingyu menjawab ajakan tersebut, Hao sudah terlebih dulu menarik tangannya. Bahkan tidak mengucapkan salam perpisahan kepada Seokmin dan Jisoo. Sebagai ganti, sebisa mungkin Mingyu melakukannya dengan menoleh ke belakang. Membungkukan sedikit kepala. Meminta maaf.

Seokmin meringis. "Sepertinya Hao marah padaku."

"Marah kenapa?"

"Aku bohong. Hao itu sangat sensitif. Pasti dia tahu kalau jawabanku tadi hanya bohongan."

Dan, ketidaktenangan Seokmin berlangsung lama. Belum juga berakhir meski telah 2 jam berlalu. Keluar dari bioskop dengan perasaan yang bercampur aduk. Merasa bersalah. Terutama Hao. Gadis itu jelas menunjukan kekecewaan meskipun beralasan perutnya sedang lapar.

Menyadari kegelisahan Seokmin, Jisoo jadi ikut tidak enak hati. Menghampiri Seungcheol dan Jeonghan sebentar. Mengatakan agar keduanya pulang duluan dengan pasangan masing-masing. Seokmin dan Jisoo hendak melanjutkan acara kencan hari ini. Ingin hanya berdua. Berhasil. Tanpa rasa curiga dua pasang kekasih itu meninggalkan mall.

"Seok, aku traktir makan ya hari ini." Belum sempat Seokmin mengiyakan, langsung saja Jisoo menggandeng tangan si pria terlebih dulu. Tanpa perlawanan yang berarti keduanya masuk ke dalam salah satu restoran Chinese. Seokmin mempersilakan Jisoo untuk memesankan makanan untuknya karena tidak pernah memakan makanan Chinese sebelumnya. Walaupun Hao berasal dari Tiongkok. "Sebenarnya aku juga tidak terlalu tahu makanan Chinese. Tapi saat pacaran dengan Jun, beberapa kali kami makan di restoran seperti ini."

"Jun? Ah... Mantan pacarmu itu namanya Jun?"

Jisoo mengangguk. Menyengir. Kenapa jadi nostalgia seperti ini? "Ngomong-ngomong, sepertinya Hao juga, ya? Wajahnya sedikit berbeda dengan kita."

Kini giliran Seokmin yang menganggukan kepala. "Tapi sudah tinggal di Korea sejak SMA."

"Sepertinya Mingyu dan Hao sangat berharga bagimu. Sama seperti aku, Seungcheol, dan Jeonghan. Maaf sudah membuat Hao marah."

"Jadi kamu mengajakku makan untuk membicarakan ini?" tanya Seokmin, menatap penuh selidik. Sampai Jisoo tidak mampu berkutik lagi. Seokmin pun dapat mengambil kesimpulan sendiri. Memang itulah yang terjadi. "Sama sekali bukan masalah. Selama kami bersahabat, sudah sering terjadi perselisihan seperti ini. Paling besok sudah normal lagi."

"Tapi aku benar-benar merasa tidak enak... Bagaimana kalau kita pesankan makanan untuk Mingyu dan Hao? Kita antar ke rumah mereka saat pulang nanti."

Bukan tidak mau. Seokmin hanya merasa bahwa mempertemukan Jisoo dan Hao untuk sekarang ini bukanlah waktu yang tepat. Seokmin khawatir bukannya memaafkan, Hao malah akan semakin marah dibuatnya. "Tidak perlu. Besok kami akan berkumpul seperti biasanya di kantin. Tidak usah khawatir."

"Kalau begitu kita pesankan lebih untuk keluargamu saja, ya? Ayahmu pasti sudah pulang, kan?"

"Jisoo..."

Lagi. Si pemilik nama menyengir lebar. Memamerkan jejeran gigi kelincinya yang lucu. Kalau sudah seperti ini, bagaimana bisa Seokmin menolak? "Baiklah. Tapi aku yang bayar."

"Kan aku bujuk beli lebih untuk orangtuamu karena ingin mentraktir..." Jisoo merengek lagi. Mengeluarkan jurus andalannya. Mengerucutkan bibir. Mata berbinar terang. Membuat siapa pun jadi tidak tega menolaknya. Membuat Seokmin kesal namun juga terheran-heran secara bersamaan. Sejak kapan gadis ini begitu hafal dengan kelemahan Seokmin?

"Oke, kamu traktir orangtuaku, aku traktir makan kita sekarang dan orangtuamu."

"Orangtuaku?"

Mengangguk, terdiam sejenak saat pelayan telah mengantarkan pesanan mereka. "Orangtuamu sudah pulang, kan? Aku juga mau traktir mereka. Kalau kamu membantah, kita gagalkan saja acara traktiran malam ini. Bayar masing-masing."

Tidak ada pilihan lain, selain menurut. Lahap menyantap hidangan makan malam spesial mereka. Terutama Jisoo. Semenjak putus dengan Jun, ia tidak pernah makan makanan Chinese lagi. Rasanya rindu. Lebih dari sejam setelahnya, mereka keluar dari mall dengan perasaan yang jauh lebih baik. Bersemangat Jisoo turun dari motor Seokmin. Mengantar makanan untuk 3 orang penghuni rumah, sementara Seokmin sibuk mengeluarkan mobil Jisoo dari dalam garasi. Mobil Jisoo memang ditinggalkan di sana.

"Sudah... Masuk saja dulu, bertemu dengan Ayah," Seungkwan bersikeras menarik tangan Jisoo.

Bukannya Jisoo tidak mau. Hanya tidak enak hati. Khawatir hubungan mereka benar-benar dianggap serius oleh kedua orangtua Seokmin, yang pada kenyataannya hanyalah sebuah drama.

"Wah... Temanmu?" Ketua keluarga Lee menyambut.

"Bukan, ini pacarnya Seokmin Oppa."

"Oh, jadi ini gadis yang ibu ceritakan kemarin?" Ayah Seokmin tergelak menahan tawa. Membuat Jisoo semakin panik. "Wah... Bagus juga selera anak itu."

Seungkwan mengangguk antusias. Menerima bingkisan yang Jisoo bawa dengan tidak kalah antusiasnya. "Eonnie, apa kamu tidak curiga? Jangan-jangan Seokmin Oppa memakai ramuan untuk menarik perhatianmu."

"Hush! Kamu ini," Ibu Seokmin menegur. Jisoo malah semakin tidak bisa berkutik. Berulang kali mengintip ke jendela. Seokmin belum juga selesai dengan urusan mengeluarkan mobil Jisoo dari dalam garasi. "Duduk dulu, Nak. Ibu buatkan minum, ya?"

"Tidak usah repot-repot, Bu."

Ibu Seokmin membantah. Tidak ada kata repot hanya dengan menyiapkan minuman. Dan di saat yang bersamaan, Seungkwan tidak hentinya meracau. "Tapi memang aneh kan, Bu? Mustahil gadis cantik seperti Jisoo Eonnie mau pacaran dengan Si Oppa Durhaka seperti Lee Seokmin."

"Lee Seungkwan... Aku mendengar itu!" Teriakan Seokmin berhasil membuat kedua orangtuanya tertawa. Termasuk Jisoo sendiri. Perlahan mulai terbiasa dengan keluarga Seokmin yang tidak pernah kehabisan bahan obrolan.

tirameashu, 4 Oktober 2020

==========
Dramanya udah panjang x lebar x tinggi. Kalo ketahuan asik nih :)

Continue Reading

You'll Also Like

1.4K 54 32
• • • Tentang pertemanan kemudian menjadi sepasang kekasih antara Letta dan Xavier, Xavier si manusia paling cuek dalam segala hal tapi tidak jika i...
46.1K 7.3K 27
[SEOKSOO GS Fanfiction] 2 bulan, bukan waktu yang lama. Bagi kedua orangtua Jisoo, 2 bulan adalah penentuan masa depan putri semata wayang mereka. Se...
208K 12.7K 56
Renata Purinda, seorang mahasiswa kedokteran yang sedang mencari pekerjaan. Suatu saat dosen Renata memberi suatu lowongan pekerjaan, tanpa mengetahu...
240K 36K 65
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...