Drama Only (✓)

By tirameashu

36.1K 6K 4.5K

[Seoksoo GS Fanfiction] Gagal memperkenalkan sosok pacar kebanggaan, tidak serta merta membuat Jisoo kehabisa... More

prolog
1. Balada Oppa Kandung VS Oppa Khayalan
2. Pertama Kali Pacaran, Artinya Juga Pertama Kali.........
3. Gambaran Jika Sungguhan Punya Pacar
4. Antara Sahabat, Tugas, dan Janji
5. Skenario Putus
6. Pacar Sewaan Plus-Plus
8. Drama Semakin Meluas
9. Kalau Sungguhan Sayang
10. Ketika Jeonghan Sudah Beraksi
11. Menghentikan Drama Secepatnya
12. Si Topik Utama
13. Ada Pagar Pembatas
14. Sahabat Yang Lebih Dari
15. Syarat Permintaan Putus
16. Hubungan Yang Istimewa
17. Putus
18. Sudah Mendapat Pengganti
19. Seperti Permainan
20. Pacar Pertama dan Wanita Misterius
21. Ini Yang Disebut Sahabat?
22. Duel Ketiga
23. Terima Kasih Sudah Meminta Pertolonganku
24. Jangan Memaksakan Diri
25. Aku Akan Menunggu
26. Rayakan Kemenangan
27. Bisa Menjadi Teman
28. Tanpa Rasa Curiga
Epilog 1; Honey
Epilog 2; Mesin Produksi
Catatan Kecil

7. Seperti Sungguhan Punya Pacar

1K 201 103
By tirameashu

Satu kali lagi Seokmin mengintip kaca spion. Pipi kiri, pipi kanan, dahi, dagu, pelipis kiri dan kanan. Rasanya baru kemarin ia berkaca sambil mengagumi ketampanan diri sendiri. Dengan bangga menaikan sebelah alisnya. Berpose ganteng layaknya seorang foto model. Bahkan berbisik bahwa ia jauh lebih tampan dibandingkan idol kesayangan adiknya. Vernon Seventeen. Seungkwan hanya malu mengatakan fakta ini. Dan, hari ini Seokmin malah tidak bisa mengagumi diri sendiri lagi akibat memar di mana-mana. Mengganggu penampilan saja. Tapi tidak hanya penampilan. Aktivitas Seokmin pun juga ikut terganggu. Akibat memar ini, Seokmin jadi pusat perhatian. Selalu ditanya bagaimana asal usul memar itu tercipta. Demi menghentikan kekepoan orang-orang, Seokmin bergantung pada yang namanya masker dan topi.

Mendongak. Langit berwarna biru cerah ditambah sedikit awan. Cuaca yang bagus. Membuat perasaan Seokmin sedikit lebih baik. Menghirup napas dalam-dalam selagi berjalan pelan mendatangi kantin dekat open space. Seperti biasa, tadi pagi tiga sekawan ini telah membuat janji. Seokmin pun sudah menyiapkan skenario drama jika kedua sahabatnya bertanya apa yang terjadi terhadap wajah tampannya. Seungkwan. Ya, lagi-lagi kebohongannya tertuju pada Seungkwan. Belum jera rupanya. Seokmin meminta maaf dalam hati atas kebohongan yang bahkan belum terucap.

Tidak jauh dari pintu masuk. Seokmin memilih duduk dekat kaca begitu yakin Mingyu dan Hao belum tiba di sana. Membuka ponsel genggam. Ada pesan masuk dalam grup chatting mereka bertiga. Mingyu minta izin datang sedikit terlambat untuk menyerahkan tugas. Sedangkan Hao sudah dalam perjalanan menuju open space. Lepas topi dan masker. Ah, akhirnya Seokmin bisa menghirup udara segar. Seokmin tersandar dengan nyaman. Sejenak menutup kedua mata. Lelah.

"Seokmin? Oh astaga, wajahmu kenapa?" jeritan langsung terdengar bahkan sebelum Seokmin membuka mata. Jelas panik. Karena yang Hao tahu, Seokmin bukanlah seorang remaja pria yang gemar berkelahi. Pasti ada alasan-alasan tertentu hingga perkelahian itu sampai terjadi.

Seokmin meringis begitu Hao menyentuh pipinya. Memar itu memang tidak begitu terasa sakit kemarin. Apalagi sewaktu ia berjalan-jalan sebentar bersama Jisoo usai pengobatan luka dadakan yang dilakukan gadis Hong itu di dalam mobil. Makan dan menonton seperti biasanya. Mungkin efek obat penghilang rasa nyeri yang Seokmin minum. Karena setelah cukup lama, akhirnya rasa nyeri mulai mengganggu sesaat sebelum mereka secara resmi mengakhiri jadwal pura-pura kencan.

Beruntung ibu Seokmin sempat tidak menyadari memar ini. Mungkin efek mata beliau tidak begitu jernih lagi. Karena begitu berhadapan dengan adiknya, Lee Seungkwan, malah langsung menyadari dan panik. Menatap oppa-nya penuh intimidasi. Mengira oppa sekaligus musuh terbesarnya itu telah berkelahi. Usai dijelaskan apa alasan Seokmin berkelahi, bukannya bantu mengobati, atau setidaknya mengasihani, Seungkwan malah bertepuk tangan. Geleng-geleng kepala. Juga menepuk bahu Seokmin dengan bangga sambil mengatakan oppa-nya adalah seorang heroik.

"Biasalah... Ada yang mengganggu Seungkwan. Hanya memar sedikit," Seokmin coba menenangkan Hao. Ingin berdiri untuk memesan minuman, malah sudah didahului oleh kedatangan Mingyu bersama sebotol air mineral dingin. Dan juga obat pereda nyeri. Membuat Seokmin sedikit terkekeh menerimanya. Sejak kapan sobatnya yang satu ini begitu peka?

"Aku sudah melihat memar itu sejak kamu memarkirkan motor," Mingyu seakan bisa membaca pikiran Seokmin. "Ingin menegur, tapi pengumpulan tugasku jauh lebih penting. Bahaya jika berurusan dengan Pak Baekho."

"Kamu mau makan apa? Seperti biasanya saja? Aku pesankan dulu, ya," Hao langsung beranjak meski belum mendapat persetujuan Seokmin.

Kantin masih sepi. Belum memasuki jam makan siang. Seokmin harus mensyukuri fakta ini. Setidaknya ia tidak menjadi tontonan mahasiswa lain karena kondisi wajah yang tidak bisa dikatakan biasa. Sudah cukup ia menjadi pusat perhatian selama berada di dalam kelas.

"Aku tahu kamu bohong. Ingin bercerita?" Mingyu bicara pelan. Sedikit berbisik. Melirik Hao yang masih berhadapan dengan penjaga kantin. Sibuk memesan makanan untuk mereka bertiga. Mungkin Seokmin mau berbagi cerita dengannya sebagai sesama lelaki. Melihat Seokmin hanya tersenyum untuk menyambut tawaran, Mingyu sudah cukup paham. Ikut tersenyum, menyengir lebar, tertawa bersama. Memukul bahu Seokmin main-main. Ia tidak mau memaksa. "Anggap saja tato dadakan. Tato semi permanen."

Wajah Seokmin berubah menjadi masam. "Hyung... Wajahku sakit..." rengeknya. Memeluk Mingyu.

"Itu menjijikan, Bodoh!" Mingyu langsung mendorong badan Seokmin agar menjauh. Kalau saja lupa dengan keberadaan memar itu, sudah bisa dipastikan Mingyu akan mendorong wajahnya. Aksi bercanda ala Lee Seokmin dan Kim Mingyu.

"Jadi, kali ini Seungkwan diganggu siapa?" Hao kembali bergabung.

Seokmin dan Mingyu dengan kompak saling memandangi. Seokmin bertanya, haruskah kebohongan ini terus dilanjutkan? Dan Mingyu menjawab dengan kedipan mata. Membuat Seokmin tertawa. Geli luar biasa. Sampai lupa dengan rasa nyeri di wajahnya.

"Kita sudah lama tidak bertanding main game," Mingyu mengalihkan topik. Mengambil ponsel genggamnya. Membuka aplikasi permainan. Cekatan Seokmin menyambut baik usulan Mingyu. Turut mengambil ponsel genggamnya. Membuat Hao mengumpat di dalam hati. Untung sahabat. Kalau tidak, sudah bisa dipastikan keduanya mendapat cakaran di wajah masing-masing.

"Lee Seokmin yang tampan sudah pulang!" teriak Seokmin, begitu masuk ke dalam rumahnya. Hal pertama yang dilakukannya tentu saja mendatangi dapur. Seperti biasa, hendak mengabsen minuman dingin di dalam kulkas. Namun kegiatan itu harus tertunda berkat keberadaan 2 orang wanita yang duduk di meja makan. Sang ibu dan adik perempuannya. "Kalian curang! Kenapa pergi belanja tidak mengajakku? Padahal camilan di kamarku juga hampir habis."

"Belanja apanya? Ini barang pemberian calon kakak iparku," sahut Seungkwan. Sungguh bahagia mendapat outer rajut cantik berwarna biru muda.

"Calon kakak ipar?" tanya Seokmin, mengerutkan kening.

Ibu mereka tertawa. "Jisoo tadi ke sini, mengantarkan semuanya. Sebenarnya ibu sempat menolak. Tidak enak menerima barang sebanyak ini. Tapi dia bilang semua ini sebagai permintaan maaf ke kamu untuk kejadian kemarin. Ibu jadi tidak tega."

"J-jisoo? Semuanya dari Jisoo?" tanya Seokmin. Kaget luar biasa. Paket buah-buahan, bahan makanan, juga beberapa lembar pakaian untuk Keluarga Lee. Bukankah ini sudah sangat berlebihan? Seokmin langsung hendak berlari menuju kamarnya. Untuk apa lagi selain mengajukan protes? Sayang aksi ini malah dicegat. Seokmin diminta duduk dulu bersama mereka. Menyantap buah-buahan segar pemberian Jisoo.

"Memangnya kamu dan Jisoo ada hubungan apa? Kemarin bilang cuma teman. Kamu bohongi ibu?" tanya beliau. Sambil mengupaskan apel merah untuk kedua anaknya.

"Ya sudah pasti bohong lah, Bu..." yang menyahut malah Seungkwan. "Tapi aku bingung. Bagaimana bisa perempuan secantik Jisoo Eonnie mau sama oppa-ku yang jelek ini?"

Kalau tidak ingat dengan kenyataan bahwa Lee Seungkwan adalah seorang perempuan, sudah bisa dipastikan Seokmin akan memukul adiknya itu. Murid kelas 3 SMA yang satu ini sungguh menyebalkan. Bersyukur ayahnya selalu memperingatkan kalau perempuan itu harus dijaga, bukan diajak bertengkar. "Aku tidak bohong. Kami hanya berteman."

"Tapi hanya berteman adalah jawaban yang paling masuk akal. Jadi aku terima. Jisoo Eonnie tidak mungkin suka dengan pria seperti oppa."

"Seungkwan!" Seokmin sudah tidak tahan lagi.

Sang ibu tertawa. "Yah... Sayang dong. Padahal ibu setuju kalau kamu sama Jisoo. Dia sangat baik. Cepat akrab sama ibu dan adikmu."

"Ya... Sebenarnya aku setuju jika Oppa dengan Jisoo Eonnie. Apalagi setelah dapat outer secantik ini. Tapi aku juga kasihan dengan orangtua Jisoo Eonnie kalau punya menantu sepertimu. Kesialan bertubi-tubi namanya," lagi-lagi ocehan Seungkwan membuat Seokmin geram.

Ibu dari 2 orang anak itu tertawa. Seokmin dan Seungkwan tidak pernah berubah meski sama-sama sudah dewasa. "Kamu bagaimana, Seungkwan? Kapan Hansol mampir ke sini? Ibu penasaran ingin lihat dia. Memangnya seberapa mirip dia dengan pacar khayalanmu?"

Pacar khayalan. Siapa lagi kalau bukan Vernon Seventeen. Seokmin langsung tertawa nyaring dibuatnya. "Sebegitu gilanya dengan Seventeen, harus cari pasangan yang mirip mereka? Jomlo seumur hidup baru tahu rasa!"

"Hei, Oppa tidak tahu saja bagaimana Hansol. Dia sungguhan mirip Vernon, tahu! Dia juga keturunan bule. Pokoknya ganteng. Banget malah. Oppa tidak ada apa-apanya. 5 persen saja tidak," Seungkwan membela sang pacar.

"Ya makanya ajak ke sini, supaya oppa-mu percaya," Nyonya Lee menyela.

"Ibu..." Seketika Seungkwan merengek. Gagal menyuap apel. "Aku sangat mau memperkenalkan dia, tapi dia sedikit pemalu. Dia bilang belum siap bertemu dengan keluargaku. Aku jadi sedih mengingatnya."

"Alasan. Bilang saja kalau sebenarnya Hansol itu juga pacar khayalanmu," Seokmin bersemangat meledek. Melihat adiknya semakin marah dan siap meledak, Seokmin segera pergi kabur. Ditegur sang ibu agar membawa keranjang buah pemberian Jisoo masuk ke dalam kamarnya, usai disisihkan beberapa untuk persediaan dapur.

Hubungi Jisoo. Tidak ada hal yang lebih penting dilakukan selain menghubungi Jisoo. Bahkan Seokmin enggan mengganti pakaian atau sekadar melepas sepatu. Langsung saja menjatuhkan tubuhnya di atas ranjang dengan kaki menjuntai ke lantai. Mencari nama Jisoo di kontak ponsel genggamnya.

"Aku sungguh menyesal, Seok... Semalaman aku tidak bisa tidur. Aku takut kamu kenapa-kenapa..."

Ternyata benar apa kata ibu Seokmin tadi. Segala kalimat yang diutarakan Jisoo sungguh membuat tidak tega menolaknya. Gadis ini memiliki terlalu banyak pesona hingga siapa pun tidak bisa berkutik. Dan itu terbukti sejak awal Jisoo memohon padanya agar mau berpura-pura pacaran. "Kan kemarin sudah... Kamu obati lukaku, kamu traktir aku makan, sampai tiket nonton pun kamu yang bayar padahal saat di mobil aku berjanji hendak traktir. Itu sudah lebih dari cukup, Hong Jisoo. Justru sikapmu yang seperti ini yang membuatku tidak nyaman. Aku sebagai pria merasa tidak berguna."

"Bukan seperti itu maksudku..."

"Iya, aku tahu. Aku mengerti," Seokmin memijat sisi kepalanya yang terasa sedikit nyeri. Mengubah posisi. Duduk di bibir ranjang. Memandangi keranjang buah pemberian Jisoo. "Kamu membayar jasaku sebagai pacar bayaran. Aku mengerti itu. Tapi bagaimanapun aku tetap seorang pria. Tugasmu untuk membayar jasaku sudah berakhir, oke? Jangan membayar apa-apa lagi. Bayaran yang kuterima sudah terlalu besar. Tidak sebanding dengan jasa yang kuberikan."

"Maksudmu sebagai bayaran terakhir apa? Apa kamu tidak mau bermain drama lagi denganku? Tapi aku belum menyiapkan alasan putus, Seok... Kalau Seungcheol dan Jeonghan curiga, bagaimana?"

Seokmin meringis. Tidak menyangka kalau kalimatnya malah disalahartikan oleh Jisoo. "Tidak, bukan itu maksudku. Kita tetap pura-pura pacaran, tapi kamu tidak perlu membayar jasaku lagi. Mengerti?" kata Seokmin, mutlak. Lalu diam sejenak untuk menunggu respon Jisoo. Tidak ada. "Jisoo? Kamu masih di situ?"

"Ya..."

"Kenapa diam? Mengerti dengan ucapanku tadi apa tidak?"

"Sebenarnya ada sedikit bagian yang tidak aku mengerti."

Seokmin berhasil dibuat terkekeh olehnya. Ah... Kenapa gadis yang satu ini begitu lucu? "Baiklah. Apa yang tidak kamu mengerti?"

"Kamu. Padahal semua yang kita lakukan hanya sebatas drama. Tapi kenapa aku merasa seperti sungguhan memiliki pacar?"

tirameashu, 30 September 2020

Continue Reading

You'll Also Like

25.7K 4.2K 30
[SEOKSOO GS Fanfiction] Perpaduan antara sahabat dan cinta itu memang sering kali membuat mual. Namun terkadang, juga memperkuat ikatan hingga tak mu...
194K 9.5K 31
Cerita ini menceritakan tentang seorang perempuan yang diselingkuhi. Perempuan ini merasa tidak ada Laki-Laki diDunia ini yang Tulus dan benar-benar...
61.6K 5.5K 47
Sebuah cerita Alternate Universe dari tokoh jebolan idol yang banyak di shipper-kan.. Salma-Rony Bercerita mengenai sebuah kasus masa lalu yang diker...
462K 4.9K 85
•Berisi kumpulan cerita delapan belas coret dengan berbagai genre •woozi Harem •mostly soonhoon •open request High Rank 🏅: •1#hoshiseventeen_8/7/2...