The Bastard Husband || COMPLE...

By aristaptr

626K 25.8K 272

[Sequel of My Love My Billionaire] Emilly Greisy Mackenzie, harus menerima kenyataan pahit saat perusahaan ay... More

Author Note!
Cast!
TBH - 1
TBH - 2
Just information
TBH - 3
TBH - 4
TBH - 5
TBH - 6
TBH - 7
TBH - 8
TBH - 9
TBH - 10
TBH - 11
TBH - 12
TBH - 13
TBH - 14
TBH - 15
TBH - 16
Cast II
TBH - 18
TBH - 19
TBH - 20
TBH - 21
TBH - 22
TBH - 23
TBH - 24
TBH - 25
TBH - 26
TBH -27
TBH - 28
TBH - 29
TBH - 30
TBH - 31
TBH - 32
TBH - 33
TBH - 34
TBH - 35
TBH - 36
TBH - 37
TBH - 38
TBH - 39
TBH - 40
Extra Part
THANKS!
New Story

TBH - 17

10.6K 499 4
By aristaptr

Happy Reading Guys🖤
Don't forget for vote and comment this story!
******

"Aku harus menjemput my little boy." lanjutnya.

Semua orang yang berada di sana langsung membulatkan matanya, terutama Kaylee yang langsung mematung di tempat.

*****

"Kakak sudah memiliki anak?" Tanya Emilly dengan menatap tidak percaya. Daniel yang mendengar itu langsung tersenyum dan menganggukan kepalanya.

"Aku sudah menikah di Canada dan memiliki seorang putra yang bernama Brian dan itu berarti dia keponakanmu." Emilly yang mendengar itu ikut tersenyum senang pada Daniel. Namun pandangannya beralih pada Kaylee yang masih terdiam.

"Ah aku lupa jika memiliki janji dengan seseorang. Kalau begitu aku duluan ya." ujar Kaylee langsung berpamitan pada semua orang yang ada di sana lalu melangkahkan kakinya keluar dari ruangan tersebut. Emilly langsung menatap ke arah Carlos untuk menyuruhnya mengejar Kaylee.

Emilly melihat semua orang sibuk dengan aktivitasnya masing-masing. Eric yang sibuk dengan ponsel yang ada di tangannya, Kenzie yang sibuk dengan majalah yang ia baca dan yang terakhir kakaknya masih berada di kamar mandi untuk mengganti pakaiannya.

Emilly yang merasa sangat bosan langsung mendengus sebal. Ia beranjak dari tempat tidurnya dan berjalan menuju jendela sambil menarik tiang infus. Emilly menatap pemandangan di luar jendela. Pikiran gadis itu masih memikirkan masalah Kaylee dan juga kakaknya. Ia sangat senang jika ternyata ia telah memiliki keponakan, namun ia merasa sedih karena tidak bisa membantu sahabatnya untuk dekat dengan kakaknya.

Eric yang melihat Emilly turun dari ranjang langsung beranjak dari tempat duduknya dan berjalan menghampiri Emilly. Eric memeluk Emilly dari belakang dan menaruh kepalanya di bahu gadis itu.

"Ada apa?" Tanya Eric.

"Eric, apa aku boleh pulang? Aku sangat bosan. Daniel saja diperbolehkan pulang." Eric yang mendengar itu langsung terkekeh pelan.

"Aku akan coba bicara dengan dokter." ujar Eric. Emilly yang mendengar itu langsung tersenyum gembira. Setidaknya ia bisa keluar dari rumah sakit yang membosankan ini.

Eric melangkahkan kakinya menuju ranjang Emilly dan menekan tombol yang ada di sana. Tombol itu berfungsi untuk memanggil perawat yang bertugas. Beberapa menit kemudian, seorang dokter dan perawat datang ke ruangan itu.

"Mr. Heyden." sapa dokter itu pada Eric.

"Aku ingin kau mengurus kepulangan Emilly sekarang." Dokter yang mendengar itu sedikit terkejut dengan permintaan Eric. Namun ia tidak bisa mencegah Eric untuk membawa pulang Emilly.

"Baik Mr. Heyden, saya akan mengurus kepulangan Mrs. Mackenzie. Untuk saat ini anda harus sering mengontrol kondisi jahitan selama seminggu sekali sisanya tidak ada masalah. Kalau begitu saya permisi." jelas dokter tersebut lalu meninggalkan ruangan Emilly.

Emilly yang mendengar ucapan dokter tersebut langsung tersenyum senang. Akhirnya ia bisa keluar dari rumah sakit.

"Kau juga pulang?" Tanya Daniel saat melihat Emilly yang juga membereskan barang-barangnya. Emilly yang mendengar itu langsung menganggukan kepalanya.

"Kakak tinggal dimana?"

"Aku memiliki rumah di kawasan manresa rd." ujar Daniel dengan santai. Emilly yang mendengar itu langsung menatap kagum. Bagaimana tidak, semua orang di kota itu tau jika kawasan manresa rd adalah kawasan kaum elit.

"Wah ternyata kakakku orang kaya." Daniel yang mendengar itu langsung tertawa. Bagaimana mungkin ia memiliki adik yang sangat konyol baginya.

"Tapi calon suamimu lebih kaya dariku."

"Tentu saja, karena itu aku menyukainya." ujar Emilly dan langsung tertawa saat melihat ekspresi Eric.

"Just kidding honey." ujar Emilly dan langsung berjalan menghampiri Eric lalu memeluk pria itu.

Eric yang mendengar itu hanya mendengus. Ternyata gadis yang saat ini pendiam sudah berubah drastis saat bertemu dengan sahabatnya. Namun ia tidak memasukkan ke dalam hati ucapan Emilly. Tentu saja ia akan merelakan seluruh hartanya habis hanya untuk kebahagiaan gadis itu.

"Baiklah aku pergi dulu, aku harus menjemput Brian di penitipan anak. Sampai jumpa." Emilly mengerutkan keningnya saat mendengar bahwa anaknya di titipkan di penitipan anak. Namun ia tidak terlalu ikut campur dengan masalah kakaknya.

Setelah semuanya beres, Eric dan Emilly meninggalkan ruangan itu diikuti dengan Kenzie di belakang mereka. Eric melingkarkan tangannya di pinggang Emilly dengan posesif. Emilly yang melihat itu langsung tersenyum senang.

Saat mereka telah sampai di depan rumah sakit. Sebuah mobil berhenti di depan mereka. Eric membuka pintu tersebut dan mempersilahkan Emilly masuk terlebih dahulu setelah itu baru ia menyusul Emilly masuk ke dalam mobil. Mobil mereka pun menuju ke mansion milik Eric diikuti beberapa mobil pengawal di belakangnya.

*****

Daniel melajukan mobil yang ia kendarai menuju tempat ia menitipkan anaknya. Daniel sangat merindukan putranya karena beberapa hari ini ia harus menitipkan putranya dengan gurunya. Beberapa menit kemudian, ia telah sampai di depan pintu gerbang yang bertuliskan kids nursery & preschool.

Ia langsung turun dari mobil dan tidak lupa kembali mengunci mobil tersebut. Daniel melangkahkan kakinya untuk masuk ke tempat itu. Ia tersenyum saat melihat Brian yang tengah berbincang dengan seorang wanita yang merupakan gurunya.

"Daddy." teriak Brian saat melihat kedatangan Daniel.

"Hei little boy, kau hari ini belajar apa dengan Mrs. Diana?" Tanya Daniel dan langsung menggendong tubuh kecil Brian.

"Aku belajar mewarnai daddy, Mrs. Diana menyuruhku mewarnai seekor keledai." ujar Brian dengan semangat. Daniel yang melihat itu langsung terkekeh pelan saat melihat putranya yang sangat antusias untuk bercerita dengannya.

"Terima kasih karena telah menjaga anakku Mrs. Diana."

"Tidak perlu berterima kasih Mr. Dalton, bahkan aku sangat senang jika terus bersama dengan putramu. Dia benar-benar anak yang pintar." ujar Mrs. Diana membuat Daniel tersenyum senang menatap ke arah putranya.

Akhirnya Daniel langsung berpamitan dan juga berterima kasih pada Mrs. Diana yang merupakan guru Brian untuk mengajaknya pulang. Setelah itu ia menggendong Brian menuju mobilnya. Anak itu tidak henti-hentinya bercerita mengenai apa yang dilakukannya selama seharian dan itu membuat Daniel terkekeh pelan melihat kelucuannya.

"Daddy kita sekarang akan kemana?" Tanya Brian yang sudah duduk di kursi penumbang sebelahnya.

"Daddy akan mengajakmu menemui seseorang, kau pasti akan senang." ujar Daniel. Ia memang berencana untuk mengajak Brian bertemu Emilly.

"Siapa daddy? Apakah kekasih daddy yang akan menjadi mommy Ian?" Daniel membulatkan matanya saat mendengar ucapan Brian.

"Dari mana kau belajar itu Brian?" Tanya Daniel dengan tatapan bingung.

"Ian mendengarkan itu dari kak Chelsea. Katanya daddy pasti memiliki kekasih dan dia akan menjadi mommy Ian." ujar Brian dengan sangat polos.

Chelsea merupakan gadis yang baru menginjak remaja, ia selalu datang ke tempat itu karena ibunya yang mengajar di sana. Jadi Chelsea sudah mengenal semua anak yang dititipkan di tempat itu termasuk Brian.

Daniel yang mendengar itu hanya menatap Brian dengan tatapan tidak percaya. Bagaimana bisa seorang gadis remaja bisa meracuni otak anaknya dengan pemikiran seperti itu. Ia merutuki dirinya saat membiarkan anaknya dekat dengan seorang gadis yang sangat bar-bar. Ia tidak menjawab ucapan putranya dan lebih baik fokus terhadap jalanan yang ada di depannya.

Selama di perjalanan, Daniel mencoba mengingat-ingat jalanan di kota london yang menuju mansion Eric. Sudah lama ia tidak tinggal di london membuatnya sedikit lupa tentang jalanan di sana. Sudut bibirnya tertarik ke atas saat melihat sebuah gerbang yang sangat besar. Akhirnya ia telah sampai di mansion milik Eric.

Mobil Daniel telah berada di depan pintu gerbang. Seorang pria yang berada di pos keamanan menghampirinya. Daniel menurunkan jendela mobilnya agar dapat berbicara dengan pria itu.

"Ada yang bisa saya bantu tuan?" Tanya pria itu saat berada di depan Daniel.

"Daniel Grammy Dalton." ujar Daniel menyebutkan namanya. Eric pasti sudah mengatakan pada orang-orangnya untuk membiarkan Daniel masuk jika pria itu datang.

"Ah Mr. Dalton. Silahkan masuk." ujar pria itu dengan menekan sebuah tombol untuk membuka pintu gerbang tersebut.

Daniel tersenyum pada pria itu lalu melajukan mobilnya melewati pintu gerbang menuju mansion Eric berada. Brian yang melihat mansion yang ada di depannya sangat besar langsung menatap kagum.

"Rumah ini sangat besar daddy." ujar Brian yang menatap kagum. Daniel yang mendengar itu langsung terkekeh pelan.

"Ini namanya mansion little boy. Mansion jauh lebih besar dari sebuah rumah." jelas Daniel pada putranya.

Setelah mobil mereka sampai di depan pelataran mansion Eric. Daniel turun terlebih dahulu lalu berlari kecil untuk membukakan pintu Brian. Daniel melepaskan sabuk pengaman yang digunakan Brian lalu menggendong anak itu.

"Daddy turunkan aku, aku bisa jalan sendiri." Daniel yang mendengar itu langsung terkekeh pelan. Daniel sangat bangga memiliki putra yang sangat pintar. Diusianya yang masih menginjak empat tahun namun anak itu sudah pandai berbicara dengan orang dewasa.

Daniel pun menurunkan Brian dari gendongannya dan menggandeng putranya memasuki mansion. Ia menekan tombol bell yang ada di sana dan menunggu seseorang membukakan pintu untuknya. Beberapa menit kemudian, seorang maid membukakan pintu untuk Daniel.

Maid yang melihat kedatangan Daniel langsung tersenyum membungkukkan badannya dan mempersilahkan Daniel masuk. Daniel pun mengajak Brian untuk masuk ke dalam mansion. Saat sampai di ruang tengah, Daniel dapat melihat Kenzie yang sedang duduk dengan ponsel di tangannya. Kenzie yang mendengarkan sebuah langkah kaki mendekat ke arahnya langsung mengalihkan pandangannya. Ia tersenyum saat melihat kedatangan Daniel dan juga seorang anak laki-laki yang sangat tampan di sampingnya.

"Apakah ini Brian?" Tanya Kenzie dan langsung dijawab anggukkan oleh Daniel.

"Hai uncle, perkenalkan namaku Brian Xenvander Dalton, uncle bisa memanggilku Ian." sapa Brian memperkenalkan dirinya pada Kenzie.

"Wah putramu sangat pintar Daniel." ujar Kenzie yang menatap kagum pada Brian.

Daniel yang mendengar itu langsung tersenyum dan mengajak Brian duduk di sofa. Namun Brian yang sangat aktif tidak ikut duduk dengan ayahnya melainkan berlari melihat sebuah aquarium yang sangat besar yang ada di sana.

"Dimana Eric dan Emilly?" Tanya Daniel saat tidak melihat keberadaan mereka.

"Mereka masih membersihkan diri di kamarnya." jawab Kenzie dengan pandangan yang tidak lepas dari anak kecil yang bermain di ruangan itu karena pria itu sangat menyukai anak kecil. Daniel yang mendengar itu hanya menganggukan kepalanya mengerti.

Wajah Brian menempel pada kaca aquarium saat melihat seekor ikan mendekatinya. Wajah anak itu langsung berbinar saat melihat ikan yang sangat deket dengannya. Daniel dan Kenzie yang melihat itu langsung tertawa melihat kekonyolan tingkah Brian.

"Kau ingin memberi makan ikan?" Tawar Kenzie pada Brian. Brian yang mendengar itu langsung menoleh ke arah Kenzie dan menganggukan kepalanya cepat.

Kenzie beranjak dari tempat duduknya dan berjalan menuju sebuah rak yang menyimpan berbagai macam makanan ikan. Ia mengambil beberapa makanan ikan lalu berjalan menghampiri Brian. Kenzie memberikan makanan itu pada Brian dan mengangkat tubuh anak itu agar ia bisa memasuki makanan dari atas Aquarium. Brian pun menaburkan sedikit makanan ikan di atas air, ia tertawa saat semua ikan berebutan makanan.

Seorang wanita yang baru saja tiba langsung menatap Brian dengan tatapan menggemaskan. Ia berjalan menghampiri Kenzie yang sedang menggendong Brian.

"Oh god, siapa ini yang tampan?" Tanya Valle yang baru saja tiba di mansion Eric. Valle datang bersama Dev untuk melihat keadaan Emilly. Namun mereka dikejutkan dengan seorang anak laki-laki yang ada di gendongan Kenzie.

Brian yang melihat kedatangan Valle menatap Kenzie bingung. Kenzie bingung harus mengatakan apa pada Brian.

"Hm Brian, salam dengan Grandma." ujar Kenzie pada Brian.

'Benar bukan? Aunty adalah ibu Eric dan berarti Daniel seumuran dengan Eric. Otomatis Aunty adalah grandma bukan. Ah sudahlah, katakan saja begitu.' batin Kenzie yang berkecambuk dengan pikirannya mengenai panggilan untuk Valle.

"Hai grandma, namaku Brian, grandma bisa memanggilku Ian." sapa Brian melambaikan satu tangan pada Valle. Valle tersenyum saat melihat betapa pintarnya Brian.

"Ini anak dari Daniel aunty, pria yang duduk di sana." ujar Kenzie menjelaskan siapa Brian sebenarnya. Valle yang mendengar itu langsung menganggukan kepalanya mengerti. Valle pun mengajak Kenzie untuk membawa Brian duduk di ruang tengah.

Brian turun dari gendongan Kenzie lau berlari menuju ayahnya. Daniel yang melihat kedatangan putranya langsung mengangkat tubuh Brian untuk duduk di atas sofa.

"Jadi apa hubunganmu dengan putraku?" Tanya Dev pada Daniel yang ada di hadapannya.

"Aku tidak ada hubungan apapun dengan Eric, tapi aku memiliki hubungan dengan Emilly." ujar Daniel membuat Valle dan Dev yang mendengar itu membulatkan matanya.

Kenzie terkekeh pelan saat melihat keterkejutan paman dan bibinya. Ia sangat tahu apa yang dipikirkan oleh kedua orang itu.

"Dia kakak laki-laki Emilly aunty." jelas Kenzie membuat Valle bernafas lega. Ia mengira jika Emilly adalah istri Daniel dan anak di sebelahnya adalah buah hati mereka. Valle merutuki dirinya yang memikirkan hal yang tidak-tidak. Akhirnya mereka berbincang-bincang sambil menertawakan tingkah lucu dari Brian.

Beberapa menit kemudian, mereka melihat Eric dan Emilly yang menuruni tangga menuju ke arah mereka.

"Grandma coba lihat ini, Ian yang membuatnya." ujar Brian dengan semangat sambil menunjukan sebuah gambar yang ia warnai.

"Wah ini sangat bagus sayang, kau sangat pintar." ujar Valle, Brian yang mendengar pujian Valle langsung tertawa senang.

Emilly yang melihat seorang anak laki-laki di pangkuan Valle langsung mengerutkan keningnya bingung. Ia langsung menyadari saat melihat keberadaan Daniel di sana.

Emilly dan Eric yang sudah berada di sana langsung duduk di samping Daniel. Sedangkan Daniel tersenyum saat melihat kedatangan mereka, lebih tepatnya pada adiknya, Emilly.

"Brian." panggil Daniel pada putranya. Brian yang mendengar namanya di panggil langsung menoleh ke arah Daniel.

"Yes daddy."

"Kemarilah, sapa aunty Emilly dan uncle Eric."

Brian yang mendengar ucapan ayahnya langsung turun dari pangkuan Valle dan berlari kecil menuju ayahnya.

"Hai aunty, uncle. Namaku Brian kalian bisa memanggilku ian." ujar Brian dengan senyum menggemaskan. Emilly yang melihat Brian langsung mencubit pipi Brian dengan sangat gemas.

"Kau sangat menggemaskan Ian." Brian yang mendengar itu hanya terkekeh pelan. Namun saat ia melihat ke arah Eric, ia langsung mengerutkan keningnya.

"Uncle, apa kau tidak bisa tersenyum?" Tanya Brian pada Eric. Ucapan Brian sontak membuat semua orang yang ada di sana langsung tertawa. Eric yang mendengar itu langsung mengacak rambut anak itu.

"Senyumanku hanya untuk aunty Emilly." ujar Eric membuat raut wajah Brian semakin bingung. Brian berjalan menuju ayahnya dan meminta untuk dipangku olehnya. Daniel yang melihat itu langsung mengangkat tubuh Brian dan menaruh di pangkuannya.

Namun saat semua orang yang ada di sana senang asik bercengkrama. Salah satu pengawal Eric berjalan dengan cepat menghampiri mereka.

"Mr. Heyden, maaf mengganggu waktu anda. Saya ingin melaporkan jika ada seorang pria sedang mengamuk di depan gerbang mansion ini." ujar pria itu sambil membungkukkan badannya. Semua orang yang mendengar itu langsung mengerutkan keningnya bingung.

Eric langsung beranjak dari sana dan berjalan keluar dari mansion untuk mencari tahu apa yang terjadi. Daniel yang merasa curiga menyuruh Brian untuk tetap tinggal dengan Emilly di sana dan menyusul Eric yang sudah berjalan lebih dulu.

"Aku ikut." ujar Kenzie saat Daniel baru saja ingin berbalik melangkahkan kakinya. Daniel yang mendengar itu langsung menganggukan kepalanya.

Emilly yang melihat Brian menatap kearah Daniel langsung mengalihkan pandangan anak itu dengan bercanda dengannya. Untung saja Brian sangat senang bermain jadi ia tidak perlu memikirkan cara membuat Brian tidak ingin mengikuti ayahnya.

Karena jarak mansion dan juga pintu gerbang cukup jauh, Eric menggunakan golf car untuk menuju pintu gerbang. Saat Eric ingin menaiki mobil tersebut, ia melihat Daniel dan juga Kenzie menghampirinya. Eric kembali menaiki mobil diikuti oleh Daniel dan Kenzie. Mobil itu pun berjalan menuju pintu gerbang diikuti beberapa pengawal di belakangnya.

Beberapa menit kemudian mereka sampai di pintu gerbang mansion yang sangat besar. Pintu gerbang terbuka dan memperlihatkan siapa yang membuat onar di mansion milik Eric. Daniel membulatkan saat melihat Freddy yang berdiri di depan sana. Namun wajahnya kembali mengeras saat mengingat apa yang telah dilakukan ayahnya dengan Emilly.

Eric turun dari mobil dan diikuti oleh Kenzie. Sedangkan Daniel masih ingin melihat ayahnya dari kejauhan. Eric menatap tajam pada Freddy yang berpenampilan sangat kacau.

"Berani sekali kau kemari Mr. Mackenzie." ujar Eric dengan nada dingin. Freddy yang melihat Eric langsung melangkahkan kakinya ingin mendekati pria itu. Namun langkahnya terhenti saat dua orang pengawal menghadang jalannya.

"Dimana putriku?!" Teriak Freddy dan berusaha mendorong pengawal yang menghadangnya.

Daniel yang mendengar ucapan ayahnya langsung tertawa dan menurunkan satu kakinya keluar dari mobil itu. Eric memutar tubuhnya agar Freddy dapat melihat orang yang telah menertawakannya.

Freddy yang melihat kedatangan Daniel langsung membulatkan matanya.

"Kau... kenapa kau ada di sini?!" Daniel yang mendengar ucapan Freddy langsung memandang meremehkan kearah ayahnya.

"Kenapa? Apa aku salah datang ke tanah kelahiranku?" Sarkas Daniel dengan senyum menyeringai di wajahnya.

"Cih kau harusnya mati saja dengan wanita itu!" Ucapan Freddy sontak membuat wajah Daniel mengeras. Tangan pria itu sudah mengepal kuat ingin segera membalas ucapan pria itu. Bahkan ia tidak sudi untuk memanggil Freddy dengan sebutan ayah.

Eric yang melihat itu langsung terkekeh pelan dan menatap Freddy dengan senyum seringai di wajahnya. Ia sangat tidak menyangka jika pria yang ada dihadapannya ternyata sangat berhati busuk. Dengan teganya ia mengatakan hal menyakitkan pada anaknya sendiri.

"Cepat berikan Emilly padaku!"

"Sampai kapanpun aku tidak akan memberikan Emilly padamu brengsek!" Ujar Eric yang sudah kehilangan kesabarannya.

Freddy yang mendengar itu langsung mengambil pistol yang ada di dalam sakunya dan mengarahkan pada Eric. Semua orang yang ada di sana langsung membulatkan matanya, namun tidak dengan Eric yang menatap meremehkan. Semua pengawal yang ada di sana langsung mengarahkan pistol pada Freddy.

Eric berjalan dengan santai mendekati Freddy dengan pistol yang masih mengarah padanya. Freddy yang melihat itu sedikit memundurkan langkahnya.

"Kau ingin membunuhku?" Ujar Eric yang telah berada tepat di depan Freddy. Tubuh Freddy sedikit bergetar saat melihat senyum seringai di wajah Eric. Freddy langsung menarik pelatuk dengan sedikit bergetar.

Dor....

*****

Continue Reading

You'll Also Like

1.7M 123K 56
[Sebelum membaca follow akun ini dulu] Sita rasa hidupnya sudah cukup bahagia karena di hidupnya sudah ada kedua sahabatnya dan Rian, pria yang sang...
3.8M 121K 45
"Aku seorang pengacara, bukan pengasuh anak. Jadi jangan memaksa ku untuk mengasuh anak-anakmu. Mungkin kamu bisa melakukan apapun dengan uang mu itu...
284K 11.1K 52
COMPLETED #myfirststory Xavier Alexander. Orang-orang pasti mengira ia adalah orang yang paling beruntung karena memiliki kekayaan yang berlimpah dan...
490K 24.9K 54
Diperkosa, Dijual dan Dipelihara oleh seorang Milyarder. Mungkin nasib terburuk bagi seorang Giavana Adeslay. Namun, dibalik semua itu ia yakin, cint...