Benci jadi candu

By yupikenyalz

464K 11.5K 1.2K

🔞🔞❗️❗️ "Sayang. Aku mau ini yaa?" rengek Aruna menunjuk bibir sang pacar. "Heh! Kamu masih kecil," mendoro... More

1
otak mesum
menguntit
kapan lagi?
hampir
usaha
mabuk
kandang singa
kesepakatan
kesempatan
arkana!
acara sekolah
camping

rencana 18+

62.1K 936 30
By yupikenyalz


• • •

"Oke google. Langkah apa yang harus dilakukan untuk mendapatkan ciuman cowok cuek"

"Oke google. Bagaimana cara menaklukan hati cowok dingin"

Semangat 45 Aruna mencari. Apapun caranya akan ia lakukan untuk mendapatkan Arkana. Si otak mesum memang kurang waras. Rela begadang hingga dini hari. Demi mengetahui cara-cara tersebut.

Selesai membaca banyak tips. Aruna memutuskan untuk tidur. Jam dinding menunjukan pukul 02:30 dini hari. Kira-kira ada 4 jam untuk ia beristirahat. Aruna merapikan laptop dan cemilan berserakan diatas kasur. Mematikan lampu lalu menarik selimut sebatas leher.

"Siap praktek untuk besok!"

"Good night Arkana. Sampai jumpa dengan sejuta kenikmatan."

• • •

Sinar mentari pagi menyelinap masuk diselah-selah jendela. Menyilaukan pandangan Aruna. Ia mengerjap mata pelan.

Tok tok tok

"Aruna. Bangun," teriak Devina.

"Run. Udah siang. Jangan pura-pura tidur kamu ya." Belum ada sahutan. Lagi-lagi Devina teriak memanggil putri semata wayang.

"Aruna Richardo! Jangan kira bunda gak tahu ya kamu bolos kemaren! Pokoknya kalau kamu gak bangun. Bunda kasih tau Ayah! Biar fasilitas kamu di tahan semua!" Berhasil. Ancaman Devina satu ini emang paling ampuh untuk membangunkan putri tidur. Mana bisa ia hidup miskin tanpa fasilitas Ayahnya.

Sangat terpaksa Aruna menyibakan selimut. Berjalan gontai menuju pintu dengan nyawa yang belum terkumpul.

"Iya. Runa udah bangun kok Bun," sahut Aruna malas.

Devina melihat putri nya membuka pintu dengan mata tertutup langsung dicecer habis-habisan.

"Kamu ya! Mandi cepat! Bisa naik darah Bunda lama-lama ngomong sama kamu! Atau Bunda nikahin aja kamu sama anak nya sahabat Bunda biar kamu bisa jadi cewek baik-baik?"

Mendengar ocehan Bunda pagi-pagi telinga Aruna memanas. "Ih Bunda. Emang aku anak gak baik apa?"

"Apa lagi itu? Jodoh-jodohan. Ih ogah."

"Punya anak cewe satu gak bisa diatur!" Devina berjalan menuruni tangga. Menghampiri suami dimeja makan.

• • •

Selesai dengan ritual mandi. Aruna memakai seragam SMA Praharja. Jalan menuju meja rias. Sedikit polesan mendarat dibagian wajah.

"Bedakan. Catokan. Sedikit liptint biar keliatan fresh. Udah."

"Apa lagi ya?" Aruna memperhatikan diri dicermin. Meneliti tampilan dari ujung rambut sampai ujung kaki.

"Ah. Parfum."

"Paling penting nih. Biar Arkana terhipnotis kalau nyium wangi gue."
Ia menyemportkan parfum pada seragam sekolah. Terutama pergelangan tangan, leher dan bagian bawah kuping. Antisipasi saja. Kali aja Arkana tiba-tiba meluk dan mencium nya tepat di bagian leher. Hihi.

Meneliti kembali penampilan. Dan oke! Sempurna. Aruna beranjak. Menarik tas lalu jalan menuju meja makan.

"Bundaa. Ayaah." "Runa langsung berangkat ya. Takut telat.

"Cih. Bilang aja takut diintrogasi." Devina mencibir.

Aruna langsung mengacir keluar.

"Ck! Anak kamu tuh!"

"Anak kita Bund," balas Devano tersenyum ke arah Devina.

"Ih untung cuma satu! Kalau banyak gak tahu deh gimana ngurus nya."

Melihat istri nya kesal. Devano tetsenyum simpul. "Kode mau bikin anak lagi nih? Yuk lah," balas Devano menarik pergelangan Devina menuju kamar.

Devina kaget. "Ih apaan sih. Gak ingat umur."

Tawa Devano pecah. "Ha ha ha."

• • •

Pukul 07:15.am  Aruna memasuki gerbang. Seperti biasa. Perempuan satu ini selalu menjadi sorotan.

Siapa yang tak kenal Aruna? Gadis cantik nan imut. Bertutur kata sopan dan sering menyapa orang. Itu lah yang di ajarkan oleh kedua orang tua nya. Terutama Devina.

Dengan mengendarai mobil mewah, pakaian dan aksesoris mahal. Semua pasang mata menyorot Aruna penuh kekaguman. Namun, tak sedikit pula yang memandang nya penuh kebencian. Siapa lagi kalau bukan Bianca CS. Murid SMA Praharja yang terkenal suka membully. Mempunyai hati iri dengki. Mengaku diri sebagai Most Wanted Girl SMA Praharja.

Banyak yang menyapa. Ia balas dengan senyuman manis. Tetapi mereka semua tidak tahu. Ada sifat yang Aruna sembunyikan dibalik tampang polos itu. Hanya sahabat-sahabat nya yang mengetahui.

Setelah berhasil melewati koridor yang sangat ramai. Aruna berhasil sampai didepan kelas 10 Mipa5.

"Hi bitch." sapa Aruna melempar ransel ke kursi.

"Bitch pala lo!" balas Zoya.

"Hi ketua bitch," timpal Shyla.

Mendengar balasan sarkas Zoya. Aruna terkekeh pelan.
"Santai dong. PMS lo? Atau gak dapat jatah dari Marcel? Ha ha ha." Aruna tertawa pecah diikuti ke tiga sahabat nya. Marcel adalah mantan pacar Zoya.

"Eh Run. Jadi gimana?" pertanyaan Mishel menghentikan tawa mereka.

"Apanya?"

"Itu lho. Rencana lo ke Arka."

"Oh. Itu sih udah gue pikirin. Pokoknya kalian ikuti intrupsi gue. Oke?"

"Ayolah bantu temen sesekali. Gak rugi kok," mohon Aruna tampang polos.

Putra teriak heboh."Bu Rani woy!

Grasak grusuk anak Mipa5 mencari tempat duduk masing-masing.

"Assalamu'alaikum anak-anak."

"Wa'alaikumsalam bu."

"Sekarang buka halaman 70 ya. Sebelum ibu menjelaskan kalian baca dulu sebentar."

"Siap bu."

• • •

Kring .. kring .. kring

"Ibu rasa cukup sampai disini. Minggu depan kita lanjutkan. Inget! dirumah jangan lupa belajar," ucap Bu Rani kepada semua murid.

"Siap bu."

Belum jauh Bu Rani keluar dari kelas. Aruna bergerak cepat." "Waktunya beraksi!"

"Santai aja kali. Ngebet banget lo," sahut Ziva. Zoya. Shyla dan Mishel melihat kelakuan Aruna.

"Hehe. Ayo cepetan." Sungguh semangat gadis itu untuk melakukan aksi mesum nya.

• • •

"Ar. Ke kantin gak?" tanya Daniel setelah merapikan alat tulis.

"Enggak," balas Arkana singkat.

"Oke deh. Duluan ya bro," pamit Daniel. Arjuna. Riki dan Riko.

Melihat sahabat nya sudah pergi. Baru lah Arkana berjalan keluar kelas. Menuju taman belakang.

Kebiasan Arkana. Sebab, ia malas untuk bertemu banyak orang. Lebih asik menyendiri sambil merokok.

• • •

"Run. Arkana mana si? Lo bilang dia suka lewat sini."

"Wait. Paling bentar lagi muncul." setelah Aruna mengucapkan kata itu.
laki-laki yang ia tunggu akhir nya muncul.

"Tuh kan. Itu Arka!"

"Jadi gimana rencana lo?" saut Shyla.

Aruna mengeluarkan senyum smrik. "Sini gue bisikin."

Komuk mereka awalnya serius. Berubah menjadi terkejut. Mishel menahan ketawa. Zoya biasa aja dan ekspresi Ziva sangat heboh.

"Gila. Otak lo isi nya gituan mulu Run?"

"Lancar banget tu otak."

"Ho'oh. Kalo aja Matematika. Bisa mati ditempat dia."

"Banyak ngomong. Yuk mulai."

Bersiap pada posisi masing-masing.
"Gue itung mundur dari tiga ya."

Mereka mengangguk sekilas. mengambil ancang-ancang untuk berlari.

"Tiga. Dua. Satu!" Sekuat tenaga Aruna berlari menghampiri Arkana yang sedang menyesap minuman.

"Woi Aruna! Jangan lari lo!" teriak Zoya

"Arunaaa! Berhenti gak lo!" sambung Shyla, Mishel dan Ziva berlari kencang mengejar Aruna.

Sembari menengok kebelakang. Aruna mengejek. "Wle. Kalian gak bisa ngejar gue." Menjulurkan lidah.

Zoya mengkode. Tanda Arkana berada tepat depan-nya. Aruna mengangguk. Berbalik arah. Dan..

Brukk!

Yap! Tepat sasaran. Minuman Arkana Tumpah. Seragam basah dan bibir nya belepotan akibat minuman yang ia pegang.

Aruna memasang tampang watedos.

"Ah Arkana. Kok lo disini? Maaf ya baju lo kotor. Bibir lo juga belepotan." Aruna berucap sembari membersihkan bibir Arka menggunakan ibu jari.

Koridor untuk menuju tanan belakang memang sepi. Pantas saja Aruna berani melakukan itu.

Aruna terpana. Bibir lembut yang ia idamkan selama ini berada digenggaman. Sensasi nya jauh lebih nikmat. Lembut dan kenyal. "Jadi pengen gigit." Suara hati Aruna.

Tidak ada respond dari Arkana. Ia semakin liar. Usapan dari bibir kini pindah ke rahang kokoh. Lalu turun ke leher. Menekan tengkuk Arkana agar mendekat.

Zoya, Ziva, Shyla dan Mishel melihat itu melotot kaget. Aksi Aruna sungguh diluar duga'an.

Arkana menyentak tangan Aruna. "Ngapain?"

"Ha? G-gue?" Gue ngapain?" balas Aruna gugup.

"Ngapain?"

"C-cuma bersihin mulut lo doang kok. Gak lebih." Ha ha ha. Apa Aruna bilang? Gak lebih? Wah gak waras dia. Jelas-jelas ia ingin mrncium bibir Arkana.

Arkana mendecih.

"Murahan." Satu kata Arkana lontarkan. Mampu membuat Aruna terdiam.

Dan melewati Aruna dalam keada'an membisu.

"Gue murahan? Gue?"

Wajah Aruna yang tadi muram kembali cerah.

"Hehe it's oke. Murahan depan Arkana. Baru mulai aja dikatain murahan. Apalagi nanti? Ha ha ha. Aruna tersenyum membayangkan rencana-rencana selanjut-nya.

Continue Reading

You'll Also Like

1.1M 68.9K 42
Kanaya Tabitha, tiba tiba terbangun di tubuh seorang figuran di novel yang pernah ia baca, Kanaya Alandra Calash figuran dingin yang irit bicara dan...
3.7M 219K 58
[USAHAKAN FOLLOW DULU SEBELUM BACA] Menikah di umur yang terbilang masih sangat muda tidak pernah terfikirkan oleh seorang gadis bernama Nanzia anata...
323K 17.2K 28
Menjadi istri antagonis tidaklah buruk bukan? Namun apa jadinya jika ternyata tubuh yang ia tepati adalah seorang perusak hubungan rumah tangga sese...
2M 61.9K 74
NOVEL BISA Di BELI DI SHOPPE FIRAZ MEDIA "Bisa nangis juga? Gue kira cuma bisa buat orang nangis!" Nolan Althaf. "Gue lagi malas debat, pergi lo!" Al...