Shaka's Ending โœ”

By dimplesfeel

329K 33.5K 2.1K

Shaka tidak pernah meletakkan kepentingannya di atas kepentingan orang lain. Shaka bahkan tidak memiliki rapa... More

prologue: The One Who Lost Himself.
Arus 1
Arus 2
Arus 4
Arus 5
Arus 6
Arus 7
Arus 8
Arus 9
Arus 10
Jeram 11
Jeram 12
Jeram 13
Jeram 14
Jeram 15
Jeram 16
Jeram 17
Jeram 18
Jeram 19
Jeram 20
Waterfall 21
Waterfall 22
Waterfall 23
Waterfall 24
Waterfall 25
Waterfall 26
Waterfall 27
Waterfall 28
Waterfall 29
epilogue: FINAL DESTINATION
Side story: London, Shaka, Rayyan dan Mahendra

Arus 3

10.9K 1.2K 99
By dimplesfeel

Tap your star! 💫














Setibanya mereka dikomplek rumah, untungnya hujan sudah berhenti. Hanya sisa-sisa angin hujan dan malam yang bersatu menjadikan suhu turun sedingin es. Membuat Shaka yang belum berganti nyaris pingsan saat dingin menusuk-nusuk kulitnya. Bibirnya sudah ungu, seluruh tubuh menggigil. Ditambah kecepatan motor yang dibawa Rayyan melambung cepat ditengah jalan raya yang licin.

Ditambah Papa dan Mama sudah menunggu mereka diteras rumah. Hari sudah gelap, Shaka sudah meminta Nenek untuk menjelaskan kejadiannya. Sekarang Shaka hanya dapat merapalkan nasibnya agar tidak berakhir di UGD ataupun pingsan diruang kerja Papa setelah menerima hukuman.

"Rayyan, masuk!"

"Shaka ikut Papa!" perintahnya telak. Dan Shaka tidak perlu bertanya ke mana ia harus mengikuti langkah besar sang Ayah. Sudah pasti ke ruang kerja, disudut ruangan, dimana ia biasa menyimpan rotan panjang untuk menghukum putra-putranya. Sialnya, Rayyan hanya pernah sekali terkena rotan hanya tiga kali pukul saat kelas 1 SMP sehabis berkelahi dengan kakak kelasnya.

Shaka sudah malas menghitung, apa lagi mengingat-ingat berapa kali ia mendapatkan hukuman untuk perbuatan yang tidak perlu pakai rotan.

Dengan gemetar di seluruh tubuh, Shaka mengikuti langkah sang Ayah yang begitu cepat. Jangan minta kasihani Mama, karena wanita itu segera merangkul putra bungsunya dan membawanya kekamar tanpa melirik Shaka sedikitpun. Wajar bila terkadang Shaka berpikir dia ini anak haram atau anak pungut. Karena rasa sayang orang tuanya terlihat jelas berat sebelah.

Tapi ya sekali lagi, Shaka tidak keberatan.

Sekujur tubuh Shaka langsung merinding saat Papa mulai menarik rotan panjang itu keluar sarang. Dengan nada rendah dan menuntut, tuan Wardito menyuruh Shaka melepas pakaian atasnya dan segera memunggunginya.

Shaka tidak habis pikir, apa Papanya memiliki penyakit psikopat atau apa. Bagaimana bisa ia menambahkan luka lain diatas biru-biru keunguan dipunggungnya. Punggungnya sudah terlalu banyak bekas rotan, terkadang ia bisa tidak tidur dua hari karena kesakitan. Apa bekas rotan dibelakang sana menjadi sebuah mahakarya hingga membuat Harun kecanduan ingin menambah coretannya lebih banyak.

Bisa-bisa Shaka mati muda.

"Jelasin ke Papa gimana ceritanya Rayyan gak ada disekolah?" ucapnya tenang, namun satu pukulan berhasil mendarat dipunggung Shaka dengan kuat.

"Eugh...gak tau, Pa. Waktu jemput, Rayyannya...ssh..Rayyannya udah gak ada. Kata Nenek ngambek gak Papa beliin motor."

"Kenapa Shaka yang dihukum sih, Pa?" lirih Shaka. Pasalnya kini keringat dingin mulai turun membasahi keningnya. Pening dan seluruh tubuhnya terasa remuk.

"Shak, kenapa Papa gak izinin Rayyan bawa motor?"

"Karena bahaya," lalu bunyi rotan bergema lagi ke seluruh ruangan. Ringisan Shaka seperti berkolaborasi dengan jangkrik yang berbunyi diluar sana.

"Lalu tadi kenapa Papa liat Rayyan bawa motor?"

"Kalau gak gitu dia gak mau pulang, Pa!" adu Shaka yang justru mendapat hadiah double dari sang Ayah.

"Aw!" ringisnya. Pasalnya, sakitnya bertambah dua kali lipat saat Papa melayangkan rotannya di bagan lebam-lebam yang belum sembuh.

"Kamu lalai sebagai kakak, Shaka!" bentak Papa di akhiri bunyi rotan dua kali dipunggung membuat sang puan mengaduh kesakitan dengan seluruh badan gemetaran.

Buset, punya ortu gini amad. Batin Shaka. Habisnya bisa gak tidur dia menahan ngilu disekujur tubuh. Berdoa saja bila ia tidak kena flu dikeesokan harinya. Bisa tambah-tambah penderitaannya.

Setelah sesi hukuman itu selesai, dan Shaka sudah kelar melakukan acara mandinya dengan susah payah itu. Akhirnya ia bisa mengistirahatkan tubuhnya yang sudah kebas sekujur badan. Baru hari ini tenaganya sudah terkuras banyak, khawatir bila hari esok mungkin akan lebih berat. Jadi ia hanya bisa pasrah dan memilih memejamkan mata dan berharap bisa tidur hingga besok datang.

Namun baru saja matanya memejam sekitar lima menit, pintu kamarnya dibuka oleh seseorang. Saat ia tau bahwa ia adalah Rayyan yang mencoba mencuri stoples tengonya diatas meja. Shaka langsung bangkit dengan susah payah dan menatap Rayyan dengan mata mengantuk.

"Ngapain dek? Kalau mau bisa mintakan? Abang kasi kok," kata Shaka. Namun Rayyan sepertinya menganggap eksistensinya sebagai hantu, karena setelah itu ia berjalan mengendap-endap keluar kamar padahal kelakuannya ditonton terang-terangan oleh Shaka.

Sedang tidak ingin memperpanjang urusan, Shaka memilih merebahkan dirinya diatas kasur dengan kaku karena ngilu sekali punggungnya bahkan hanya untuk merebahkan diri.

"Abang Bener-bener mati kalau kamu banyak bikin masalah, dek," gumamnya. Entah terdengar atau tidak oleh Rayyan karena tak lama pintu kamar ditutup perlahan oleh pemuda itu.

🐢🐢🐢

Pagi-pagi Shaka sudah berdecak frustrasi.

Ia yakin hadirnya didunia ini adalah suatu kesalahan. Atau Tuhan sedang gabut dan membuatnya masuk dikeluarga asal-asalan. Shaka yakin hidupnya ini hanya hiburan untuk malaikat-malaikat diatas sana yang tertawa terbahak-bahak saat kesialan menimpa Shaka berulang kali.

Dia demam.

walau peningnya sudah mereda sedikit karena meminum paracetamol subuh-subuh tadi, tapi panasnya belum juga turun. Bahkan di pagi yang secerah ini, tubuhnya justru menggigil.

Shaka menatap pantulan dirinya dicermin. Biasanya ia terlihat menggoda dengan bibir merah mudanya, matanya juga nampak tegas walau kehilangan cahayanya. Tapi hari ini, baginya dibandingkan dengan Voldemort pun masih ganteng beliau. Shaka begitu kacau hanya dilihat dari wajahnya.

Niatnya bergulung dikasurpun urung saat tau ternyata adik kesayangannya itupun harus masuk angin dan sakit perut dari tadi subuh. Mama dan Papa berlari seperti kesetanan kekamar sibungsu saat mendengar anak itu berteriak kesakitan. Shaka sempat mengintip, melihat bagaimana adiknya berguling-guling memegangi perutnya membuat hatinya sendiri tidak tega. Jadi karena tidak enak mengaku demam pula, Shaka memilih mengalah dan tetap berangkat sekolah dan berencana rebahan di UKS.

"Pagi, Ma," sapanya seperti biasa, disambut senyum tipis pula seperti biasa.

"Adek gimana? Udah mendingan?" tanya Shaka sembari memakan roti tawar tanpa selainya.

Bisa tambah parah nanti bila demamnya berkolaborasi dengan alergi stroberrynya.

"Tidur. Lain kali kamu bawa jaket dua ya kalau dia gak pakai. Gampang masuk angin dia," ucap Nadin. Wanita itu bahkan berhenti menggosok meja hanya untuk menasehati Shaka.

Kalau aku gampang demam, Ma. Shaka terkekeh saat mendengar suara hatinya berkomentar. Jangan sampai tersuarakan atau suasana akan jadi canggung.

"Berangkat dulu ya, Ma," pamit Shaka membuat Nadin menggeleng kearah jam dinding.

"Masih pagi, Papa juga belum keluar kamar," ujarnya sembari membiarkan punggung tangannya dicium sang putra.

"Gak papa, mau singgah keminimarket sebentar."

"Ada yang buka?"

"Banyak, Ma yang buka 24 jam. Udah ya, Shaka mau berangkat dulu."

Lalu saat Shaka berbalik, berniat berangkat sekolah, tiba-tiba Nadin menahan lengannya dan menyelipkan uang berwarna biru ke dalam telapaknya. Senyumnya mengembang lagi, kali ini lebih lebar dan hangat.

"Buat tambahan."

Shaka tidak dapat menahan senyum lebarnya, kemudian mengangguk. Ia sangat ingin memeluk Mamanya, namun mengingat suhu tubuhnya yang tinggi pagi ini, ia urung dan memilih segera sampai di sekolah dan tertidur di UKS sampai demamnya turun.

🐢🐢🐢

Persetan dengan kasir menganggap dirinya Papa muda atau apa. Pagi-pagi datang ke minimarket untuk membeli masker dan penurun panas bayi. Shaka juga tidak bisa berpikir sekarang, pening tiba-tiba menyerang membuat motornya sedikit oleng tadi. Maka ia segera singgah di minimarket terdekat untuk membeli semua ini, ia bahkan membeli koyo. Terimakasih untuk Mama, duit birunya sangat membantu.

Bahkan jika ia ingin, ia bisa membeli salep untuk mengobati punggungnya. Hanya saja, ia tidak bisa menggapai punggungnya sendiri. Meminta orang lain untuk melakukannya? Siapa? Mama? HHAHAHAHA. Akan lebih lucu jika kusebutkan Papa tadi.

Saat keluar dari minimarket dan seketika mentari menubruk wajah pucatnya. Shaka kembali disadarkan kedunia, hari ini begitu cerah, terlalu cerah bahkan untuk pemuda dengan konsep kelam seperti mendung dibulan September. Shaka gak terlalu suka matahari, sama dengan bulan, mereka sementara.

Shaka juga ingin punya konsep hidup demikian, bulan muncul hanya disaat malam hari. Shaka juga ingin muncul disaat-saat membahagiakan.

Kalau boleh jujur, hidup seperti ini melelahkan. Shaka benar-benar bingung mau marah pada siapa. Rayyan? Rasa sayangnya terlalu besar bahkan hanya untuk mengabaikannya sehari. Apa lagi Mama dan Papa, kurang apa 17 tahun lamanya ia hidup didunia. Materi selalu tercurahkan, kasih sayang...ya untuk satu ini Shaka ragu.

Setiap selesai menghukum, Papa atau Mama akan bersikap manis lagi. bersikap bila Shaka adalah putra sulung mereka yang bisa diandalkan. Putra sulung yang dapat melindungi adiknya kelak. Putra sulung yang akan mengorbankan apapun untuk sibungsu kesayangan mereka.

Shaka melirik arloji hitam yang bertengger manis dipergelangan tangannya, masih pagi. Namun ia memilih segera melajukan Varionya membelah jalanan Jakarta yang waktu itu sedang padat-padatnya.

Karena sebaiknya tubuhnya segera pulih untuk mempersiapkan diri dengan masalah-masalah lain yang akan datang.







Nemu dipinterest, ngakak pagi-pagi. Wkwkw.

Mon. Jun. 15
-HR 💜

Continue Reading

You'll Also Like

232K 18K 51
[SUDAH DIBUKUKAN!] "Ketika laramu tak kunjung menemukan tempat untuk berlabuh, maka beristirahatlah sejenak." -Afkalio Shaqueel Prawira. ** Afka ingi...
1.3M 72.7K 35
Agatha Kayshafa. Dijadikan bahan taruhan oleh sepupunya sendiri dengan seorang laki-laki yang memenangkan balapan mobil malam itu. Pradeepa Theodore...
718 80 8
Sejak hari itu tidak ada yang pernah benar-benar sembuh. Semua hanya berusaha menyembunyikan lukanya.
52.5K 885 6
"Ma, Pa, aku juga ingin disayang. Apa aku ini sebenarnya anak pungut?" -Jeffin - Tw // harshword , selfharm , little bit ๐Ÿ”ž BUKAN BXB, jangan salah l...