The Lady And The Bodyguard

By violentinaR

105K 8.3K 280

#2 Constara Books Lily Constara sebagai cucu pertama keluarga Constara seharusnya Lily memiliki hidup paling... More

Prolog
Satu
Dua
Tiga
Empat
Lima
Enam
Tujuh
Delapan
Sembilan
Sepuluh
Sebelas
DuaBelas
Empat Belas
Lima belas
Enam Belas
Tujuh Belas
Delapan belas
Sembilan Belas
Dua Puluh
Dua Puluh Satu
Dua Puluh Dua
Dua puluh tiga
Dua Puluh Empat
Dua puluh Lima
Dua Puluh Enam
Dua Puluh Tujuh
Dua Puluh Delapan
Dua Puluh Sembilan
Tiga Puluh
Tiga Puluh Satu
Tiga Puluh Dua
Tiga Puluh Tiga
Tiga Puluh Empat
Tiga Puluh Lima
Promosi

Tiga Belas

2.9K 223 5
By violentinaR

Setelah aku selesai menangis Dom membawakan makanan ke kamarku dan menyuruhku tidur, aku sama sekali tidak mengantuk jadi aku terus menatap langit-langit kamar memikirkan perkataan Dom.

Aku bahkan hampir melupakan orang-orang yang ingin menculik ku, pikiranku terlalu penuh dengan Dom sampai aku melupakan keselamatan ku sendiri tapi aku bahkan hampir tidak perduli, tidak jika aku tahu Dom akan menjagaku.

Persetan dengan omong kosong dia pengawal ku dan aku atasannya apa lagi tentang status sosial, pamanku menikah dengan orang Amerika dan mereka luar biasa bahagia sekarang jadi mengapa aku tidak bisa juga?

Aku mendengar suara air menghantam genting rumah lalu semakin lama semakin deras membuatku menikmati bunyinya. Aku keluar dari kamar dan aroma tanah tersiram hujan menyambut ku membuatku tersenyum senang.

Aku berjalan kearah belakang rumah berhati-hati pada perabotan yang ada sampai aku menemukan pintu geser itu lalu keluar dan menikmati angin yang bertiup menerpa tubuhku.

Aku melangkah ke tengah halaman lalu mengadah keatas menikmati tetes-tetes air yang memukul wajahku.

"Lily! apa yang kau lakukan?!" dapat aku dengar Dom berteriak namun aku mengabaikannya sampai aku merasakan dia menarik tanganku, aku menariknya kembali menolak dengan tegas untuk berpindah.

"Kau bisa demam lagi" dapat aku dengar kegusaran di suaranya namun aku menggeleng kecil.

"aku tidak pernah di biarkan di bawah hujan seperti ini oleh orang tuaku karena itu tidak pantas, apa lagi setelah aku kehilangan pengelihatan ku"

Dom terdiam namun aku tersenyum sambil mengadah lagi.

"Sudah terlambat untuk kembali, bagaimana jika kita menikmatinya saja?"

-----------------------

Aku yakin aku sudah gila sekarang! Aku terdiam kaku melihat Lily menikmati air hujan yang mengguyur tubuhnya, gaun tidurnya sudah melekat sempurna ke tubuhnya bagaikan kulit kedua membuat bayangan samar dari lekuk tubuhnya.

Wajah Lily sangat tenang saat butiran air itu mengenai wajahnya, titik-titik air bergelantungan di bulu matanya bagai mutiara dan bibirnya mengecap air itu sambil mengulurkan lidahnya sedikit.

"aku masih berfikir kau harus masuk" ucapku sambil menahan tanganku dari mengangkatnya di pundak ku dan memaksanya masuk namun aku masih ingin menikmati pemandangan ini, Lily terlihat bebas dan senyumnya begitu indah membuatku ingin terus menjaganya seperti itu.

"menarilah bersamaku" Lily mengambil tanganku dan melingkari yang satunya di pundakku, kepalanya bersandar di dadaku membuatku harus menahan diri dari merobek gaunnya.

Kami bergoyang perlahan dan kemudian sedikit berputar yang di hadiahi tawa Lily, perutku menggepal mendengarnya. Aku memandang lekat wajah itu, wajah yang mampu mengusir mimpi buruk ku belakangan ini.

"Cium aku Dom" Lily berkata lembut membuatku memejamkan mata.

Aku pernah membunuh orang saat bertugas, ditangkap dan di siksa oleh musukku bahkan teman-temanku berkata aku adalah orang yang kuat karena berhasil melewati semuanya tanpa kehilangan nyawa dan pikiranku, namun sekarang di taman belakang rumahku sendiri bersama wanita ini aku menjadi lemah.

"Please" ucap Lily lagi sambil mengusap leherku dan menarik kepalaku turun, Aku menyambutnya dan menyatukan bibir kami. Bibir Lily dingin karena hujan membuatku menangkup seluruhnya berusaha menghangatkannya. Ciuman ini tidak seperti tadi pagi, ciuman ini lembut dan perlahan membuatku hampir lupa tentang seluruh dunia dan hanya dapat merasakan saat ini.

Puting Lily menegang dan menggesek dadaku membuatku mengerang dalam, Desahan Lily bersautan dengan suara angin dan erangannya menyatu dengan milikku.

Tanganku menguap punggungnya menariknya lebih dekat lalu berpindah ke pinggulnya sebelum aku mengambil payudara bulatnya dan meremasnya seolah membentuk ulang.

Aku mencium leher Lily membuat dia mendesahkan namaku makin keras, aku menarik tubuhnya naik membuat dia melingkarkan kakinya ke pinggulku. Aku terus menciumnya turun mengambil putingnya ke dalam mulutku dan menghisapnya melalui kain tipis itu.

Lily menarik rambutku dan kepalanya mengadah keatas dengan mulut terbuka, Aku menghisap yang satu lagi memberikan kehangatkan kepada keduanya. Aku menarik kepalaku mengumpat pelan saat menyadari apa yang baru saja ku lakukan dan membawanya masuk kedalam rumah

"Dom?"

"Sshh, Aku seharusnya tidak melakukan itu"

Ucapku sambil membawanya kedalam kamar mandinya, aku menurunkan dia disana memandang ke wajahnya yang terlihat marah.

"Kau harus mandi"

Aku kemudian meninggalkan dia disana dan mengututuki diriku sendiri, Aku sudah berjanji pada diriku untuk tidak menyentuhnya lagi namun aku bersumpah aku menjadi lemah hanya dengan mendengarnya memohon dan aku berani bersumpah mata Lily seolah berteriak memintaku untuk memasukinya, mata Lily tidak rusak ataupun menunjukkan kecacatan yang membuatku sering kali lupa jika dia buta.

Sial aku harus mandi air dingin, Lagi.

------------------------------

Aku sudah menyerah dengan ide menggoda Dom, Aku akan membiarkan frustasi sexsual ini semakin besar hingga membuatku gila. Setelah sore itu saat hujan aku menarik diri dari Dom aku menghabiskan waktuku dengan mendengarkan audio book ataupun berjalan-jalan di halaman belakang, persetan dengan Dom.

Aku tahu dia terus mengawasi ku namun aku sama sekali tidak menggubrisnya aku benar-benar kesal hingga rasanya aku ingin menelpon ayahku dan meminta pengawal yang lain.

Aku sedang duduk di ruang tamu saat suara ketukan di pintu terdengar, aku mendengar Dom membukakan pintu lalu suara Giana menyapanya membuatku tersenyum lega, akhirnya ada orang lain!

"Giana?" tanyaku melangkah kearah pintu depan.

"Lily!" Giana langsung memelukku dan sedikit melompat-lompat membuatku tertawa.

"Aku ingin mengenalkan mu pada kekasihku, Marco ini Lily dan Lily ini Marco"

"Senang bertemu denganmu" Aku mengulurkan tangan yang di sambut dengan tegas oleh Marco, tangannya lebar dan tegas membuatku sedikit tersipu.

"piacere di conoscere belle donne" Marco lalu menarik tanganku dan mengecupnya membuat pipiku sedikit merona.

"kau perayu rupanya" ucapku membuat Giana terkikik.

"Satu lagi alasan mengapa aku akan mematahkan tanganmu" ucap Dom dingin membuat suasana hening sebelum suara tawa Marco mengisi ruangan.

"Aku hanya berlaku sopan, aku tidak mungkin mengambil wanita mu Dom, aku sudah puas dengan milikku"

"Aku bukan wanitanya" saut ku cepat yang di sertai nada kesal.

"sungguh?"

"ya aku lajang"

"jika begitu aku akan senang hati mengenalkan mu pada teman-temanku, mereka pasti ingin mengenalmu"

"Kau ingin makan atau hanya berbicara di depan pintuku?" Potong Dom cepat sebelum aku bisa menjawab.

Aku mendengar Giana terkekeh geli sebelum mengambil tanganku dan membawanya ke meja makan.

"seperti yang di janjikan aku bawa anggur lagi untukmu"

"terimakasih dan Marco anggur mu sangat enak"

"sama-sama bella"

"Namanya Lily" Aku menyirit mendengar nada dingin dalam suara Dom, apa sih maunya?

"Dia hanya mencoba memujiku Dom"

"dan aku hanya mencoba memberitahu namamu"

Aku terdiam dengan bibir terkatup, bajingan ini.....

"Kau ingin wine?"

Tanya Giana memecahkan keheningan sembari memberikanku gelas.

"ya tolong" Aku langsung menenggaknya habis dan meminta isi ulang padanya.

Dom menyiapkan makanan dan mengambilkannya untukku.

"Bagaimana bisnismu Marco?" tanya Dom, aku tahu ini saatnya dia menjadi kakak yang menyebalkan.

"Baik aku sudah melebarkan kebun anggurku tahun ini dan mendapatkan beberapa kerja sama dengan restoran luar"

"Tidak berencana pergi keluar negeri dengan salah satu wanita mu?"

"Dom!" Dapat aku dengar nada gusar Giana.

"Ya aku memang merencanakannya" Dapat aku rasakan tubuh Dom menegang di sebelahku, secara reflek aku mengusap pahanya memintanya untuk menahan emosi.

"Tapi aku hanya punya satu wanita yang akan aku ajak"

Dapat aku bayangkan Marco mencium punggung tangan Giana dan memberikan senyumnya membuatku mau tidak mau ikut tersenyum juga. Aku menengar Dom menarik nafas panjang.

"Aku tahu reputasi mu Zucca"

"aku tidak akan menyakiti adikmu Salvatore, lui è la mia vita"

Aku mendengar Giana sedikit terisak membuatku sedikit bingung dengan kata itu.

"apa kau baru saja bilang dia adalah hidupmu?" tanyaku pada Marco.

"Ya, Giana memang hidupku"

Dapat aku rasakan air mataku menyengat, sialan semua romantisme ini membuatku rapuh.

"Aku harap kau benar" ucap Dom masih belum tulus.

"aku tahu aku benar"

"sudahlah ka aku hanya ingin mengenalkan dia dan membuatmu mengerti bahwa dia adalah pilihanku"

"Baik tapi jika aku mendengar ada yang salah aku harap kau punya ansuransi medis"

"Aku punya" Ucap Marco dengan nada bercanda di sertai tawa membuatku ikut tersenyum.

Setelah makan malam dan menghabiskan dua botol anggur Marco dan Giana pamit meninggalkanku dengan Dom lagi.

"Oh ya Dom mama menyampaikan kabar bahwa mama April baru saja menelponnya" Ucap Giana sebelum keluar dari pintu membuatku kembali bertanya, siapa April?

"apa katanya?" Tanya Dom dengan tubuh menegang di sebelahku.

"dia meminta agar kau menelponnya besok, dia bilang nomer lamamu tidak bisa di hubungi"

"aku memang menggantinya sebelum pulang kemari, aku akan menelponnya besok"

"baik, sampai jumpa"

Aku melambaikan tangan pada Giana sampai mendengar suara mobil menjauh. Aku berjalan ke arah kamarku masih mengabaikan Dom.

Sikap dia malam ini makin membuatku kesal, dia tidak mau menyentuhku dan bersikeras hubungan kita tetap pada pertemanan namun dia juga tidak mengizinkan pria lain menggodaku?! apa-apaan itu?!

Aku bersiap tidur dan mengganti bajuku lalu mulai berbaring bersiap merajut mimpi. Baru sebentar aku mendengar dentuman itu lagi, Dominic.

Hatiku berperang dengan pikiranku apa aku harus menghampirinya lagi?

Aku menggeleng kuat saat mengingat bagaimana dia mengabaikan dan menolak ku.

Aku kembali memejamkan mata dan mengabaikan dentuman itu, aku terkejut saat mendengar lolongan kepedihan di lanjut dengan ratapan lalu hening sampai langkah kaki menghentak lantai terdengar.

Aku bangun terduduk tidak bisa mengabaikannya lagi, lolongan itu terdengar sangat sedih dan penuh dengan penderitaan membuatku bangkit dan berjalan menuju kamarnya. Aku tidak perduli jika nanti dia mengusirku aku hanya ingin menghiburnya.












Tbc.

Continue Reading

You'll Also Like

1.4M 102K 28
WARNING : 21++ Naskah ini mengandung unsur sex yang dijabarkan dengan detil. Yang belum cukup umur silahkan kembali lagi lain waktu. William Edward L...
573K 49.1K 25
❝sampai kapan pun lo milik kita berdua, haikal pradipta.❞ bxb threesome! ©cutearaa_
875K 34.9K 43
[18+] Bermula dari robeknya gaun di pesta pertunangan sang mantan, Barbara tidak pernah menyangka bahwa arti dari kencan semalam ternyata telah menye...
170K 4.5K 25
Part masih lengkap. Dia cantik bagaikan putri dalam dongeng. Namun sayangnya hidupnya tidak mudah seperti Cinderella yang berakhir dengan pangeranny...