Puzzle Love | END

By lynxstvr_

1.8K 1K 132

Untuk Areum/You yang selalu ceria. Dua orang yang sifatnya bertolak belakang ini, ternyata malah di paksa ke... More

1 :: Know
2 :: Don't Want!
3 :: About Him
4 :: Day
5 :: Perform
6 :: With Him
7 :: Progress
8 :: Conscience
9 :: About Yura
10 :: Bestfriend
11 :: What?
12 :: Meaning
13 :: Sick
14 :: Jealous
15 :: Chat
16.1 :: (Remember) Seoyun
16.2 :: (Remember) Areum
16.3 :: (Remember) Yura
16.4 :: (Remember) Renjun
17 :: With Chenle
18 :: Other Side
19 :: Anxiety
20 :: In Fact
21 :: Hidden
22 :: Upset
23 :: Feeling
25 :: Revenge
26 :: Message
27 :: For Areum (END)
Epilog

24 :: Idiot

34 21 0
By lynxstvr_


Sungguh mati, mestinya hari ini Areum nggak masuk sekolah aja sekalian! Kepalanya rasanya kayak batu kali seberat satu ton, dan pusingnya hadoooooh... belum pernah Areum merasa seperti ini.

Tadi pagi-pagi bangun tidur dia terus aja memuntahkan seluruh isi perutnya, dan sekarang rasanya dia hanya setengah sadar, kepingin tidur aja, kepingin mematikan matahari yang terang benderang dan menyakitkan itu..."

”Areum! Lo kenapa?” suara Seoyun seolah menusuk telinganya, Areum mencoba membuka mata.

”lo Sakit?” Seoyun meletakkan punggung tangannya di dahi Areum. ”Nggak demam tuh.” Seoyun  menggoyang goyangkan bahu Areum.

”Areum. Lo baik-baik aja? Mau gue anter pulang?”

”Kenapa dia?” Yura ikut-ikutan nanya dengan nada prihatin. ”Aku beliin jeruk hangat mau?”

Areum melek begitu mendengar jeruk hangat disebut sebut.

”Air mineral aja, ra. Tolong. Jangan yang dingin ya,” ujarnya lemas. Dia harus mengeluarkan sisa'sisa minuman entah apa yang ditenggaknya semalam.

Semalam. Duh.

Rasanya kok kayak udah bertahun tahun yang lalu. jauhnya. Dia ingat Chenle mengajaknya ke salah satu pesta yang diadakan teman lamanya. Lagi jutek, katanya. Areum ingat bilang; kalau memang itu alasannya, berarti udah dua minggu ini Chenle jutek terus. Soalnya selama itulah Chenle terus-menerus ngajak Areum pergi dari satu pesta ke pesta lainnya, dan mereka selalu pulang hampir tengah malam.

Terus Chenle bilang, kali ini sebenarnya bukan pesta. Cuma kumpul bareng beberapa teman karena ortu teman yang jadi tuan rumah kebetulan lagi ke luar kota dan di rumahnya ada berbagai jenis alkohol.

Tentu saja potongan info terakhir nggak disampaikan Chenle ke ceweknya. Areum baru tahu setelah tiba di sana. Itu pun setelah lewat bujuk rayu cukup alot dan diakhiri ucapan Chenle,

”Terserah deh kamu mau ikut apa nggak. Aku ngajak karena kamu cewek aku, Areum. Karena aku pikir kamu sayang sama aku, jadi kamu pasti kepingin ikut ke mana aja aku pergi.”

Areum tahu banget Chenle ngambek. Tapi...

”Nilai-nilaiku jeblok lagi, Chenle. Kalau aku nggak buru buru benerin bisa-bisa nggak naik kelas...”

Mendengar itu, Chenle malah cuma ketawa mengejek.

Mendengar terdiam. Entah mengapa tawa Chenle terasa menyakitkan di telinga. Dan hatinya.

”Halah! Nilai lagi yang dipikirin. Hidup cuma sekali, Mendengar. Dan hidup nggak mentingin nilai ulangan, tahu!”

Mungkin kamu bener... tapi kalau nilaiku jeblok dan aku nggak naik kelas, gimana tanggung jawabnya ke Appa? kepingin rasanya Areum berteriak begitu. Terus aku sendiri gimana?

”Aku nggak pengin tinggal kelas terus jadi veteran, le!”

”Ah, lebay banget! Nggak mungkin kamu nggak naik kelas cuma karena nilai yang kepeleset sedikit. Pokoknya putusin deh. Ikut apa nggak. Terserah. Kalo kamu nggak ikut terus aku mabok, ya itu karena kamu nggak ada untuk jagain aku.” Dan kalimat itulah yang bikin Areum memutuskan ikut. Untuk jagain Chenle.

Seminggu lalu, waktu Areum menolak ikut, Chenle nggak cuma minum. Padahal belum pernah Chenle menyentuh barang haram itu sejak dia kenal Areum. Dan yang bikin hati tambah ketar-ketir, dari salah satu

Minuman itu terasa pahit dan mengirimkan panas ke kerongkongan dan hidungnya. Areum nggak suka rasa minuman itu. Dia mencecapnya sedikit, lalu mendorong gelas minuman itu menjauh.

Tapi Chenle berkeras minuman itu baik untuk Areum. Katanya kalau sudah terbiasa pasti enak. Berulang kali cowok itu membujuknya agar mencoba, dan Areum meneguknya beberapa kali lagi demi memuaskan cowok itu.

Tetap saja minuman itu menggigit lidahnya. Juga penglihatannya. Dan kepalanya. Areum ingat mencari-cari Chenle untuk mengajaknya pulang.

”Badanku nggak enak, Chenle!” dia berkata.

Chenle manggut-manggut bilang sebentar lagi, dan sebentar itu ujung'ujungnya berakhir di jam sebelas juga.

Botol Mineral bersedotan yang disodorkan ke bibirnya kembali menyadarkan Areum.

”Ayo, minum yang banyak. Biar enakan,” bujuk Yura. Bersama Seoyun, dia duduk mengapit Areum, memperhatikan lekat-lekat.

”Nggak mending pulang aja ?” ujar Seoyun akhirnya.

Areum menatap Seoyun. Matanya merah. Seoyun akhirnya mengerti, Areum lagi hangover.

”Gue harus ngadep Bu guru nih. Nilai gue jeblok, Yun. Harus ikut BM an lagi,” Areum berhenti sebentar dan menenggak aqua-nya.

”Dipasangin lagi sama Renjun.”

”Bagus dong. Dijamin nilai lo pasti bisa beres lagi, reum,” ujar Yura. Areum menggeleng. ”Chenle bakal ngamuk kalo gue BM an sama Renjun. Jadi gue mau ganti pasangan aja,” bisik Areum pelan.

Duh! Cukup!

Seoyun jengkel dan gemas mendengar ucapan Areum barusan. Jengkel dan gemas melihat keadaannya sekarang. Dia nggak ngerti sejak kapan temannya ini berubah jadi mayat berjalan begini!

Seingat Seoyun, mingguminggu Areum baru jadian sama Chenle rasanya selalu ada matahari di wajah manis cewek itu. Selalu ketawa, selalu berseri-seri, selalu penuh canda.

Terus tahu-tahu, pelan dan nyaris tanpa disadari siapa pun, Areum mulai berubah... pertama-tama berhenti Ngefangirl,  entah apa penyebabnya. Lalu semakin jarang nongkrong dengan Seoyun dan Yura, dengan seribu satu alasan yang intinya adalah Chenle.

Terus Areum sering menghilang sebelum istirahat kedua, beberapa kali duduk tepekur di depan kantor Kepsek karena dipanggil, terus terakhir ini. Mata merah. Wajah lecek.

”Yuk, gue anter pulang aja, soal B-M, biar Monik yang bilang ke Rennun supaya diurusin. Chenle mana? Gue belum lihat dia seharian ini,” ujar Seoyun.

Areum menggeleng. Missed call'nya sejak pagi belum di' balas juga. Chat pun tidak disahuti. Tapi Areum nggak heran. Semalam Chenle lebih gila-gilaan minumnya. Duh. Kenapa juga Areum mau disuruh mencicipi minuman sinting itu?

”Reum, kita anter pulang aja yuk!” ujar Seoyun kepada Yura,

”Naik mobil gue aja. Jam segini Supir gue biasanya udah ada di parkiran kok.” Lalu berdua mereka membantu Areum bangkit dan membimbingnya perlahan lahan menuju parkiran.

*****


Chenle membuka mata. Kamarnya gelap. Tirai biru muda tebal yang menggantung di jendela menghalangi sinar matahari masuk.

jam berapa ini? Chenle mencoba menggerakkan leher. Namun langsung aja mengurungkannya. Pandangannya berputar. Perutnya bergolak. Dia bergegas bangkit dan mengeluarkan isi perutnya di kamar mandi.

Sial.

Bayangan Areum berkelebat di benaknya. Ingatannya datang sepotong demi sepotong. Juga kemarahannya, yang semakin lama semakin mencekik. Dia ingat beberapa minggu yang lalu tersadar dirinya mulai jatuh cinta pada cewek itu. Dan memutuskan untuk menutup hatinya rapat-rapat. Dia nggak boleh jatuh cinta. Semua ini permainan belaka. Semua ini dilakukannya untuk melukai Renjun. Bukan untuk jatuh cinta.

Chenle mencuci muka, lalu mendongak dan menemukan bayangannya di cermin. Dia tertegun lama sekali. Lalu muncul bayangan Areum. Menatapnya sedih.

”Renjun nanyain kamu, Areum,” Chenle teringat sepotong percakapan yang tanpa sengaja didengarnya kurang-lebih dua minggu yang lalu.

Waktu itu Chenle pergi sebentar meninggalkan Areum untuk membeli minuman dingin, dan ketika kembali, dilihatnya Areum duduk bersisian dengan Yura. Wajah seperti ingin mengatakan sesuatu. Tapi kemudian terdiam. Ingin rasanya dia bertanya apa aja yang sudah diceritakan Renjun tentang Chenle.

Tapi… tapi rasanya seolah dengan begitu dia mengkhianati Chenle.

Bayangan wajah Chenle berkelebat lagi. Kemarahannya. Kegelisahannya. Kerapuhannya. Areum nggak ngerti apa sebenarnya yang menyulut semua api emosi cowok itu. Apa yang bikin dia seperti terperangkap. Apa yang menjeratnya. Dia hanya percaya meski sekarang sulit bagi Areum untuk melihatnya, bahwa cowok itu menyayanginya.

Ah, kalau saja Chenle bisa mengatasi semua kekalutan' nya. Kalau saja Chenle bisa melepaskan semua kegetirannya. Lukanya.

”Gue...gue baik-baik aja kok. Chenle sayang banget sama gue,” ucapnya, sama sekali tidak menyadari bahwa ucapannya itu malah menyulut kemarahan baru di hati Chenle. Kemarahan yang lahir dari penyangkalan terhadap cinta yang tumbuh di hatinya sendiri, dari keinginan untuk menyakiti orang lain, dari...

Oh, betapa Chenle tidak ingin mengingat percakapan itu lagi. Maka sekarang dia mencuci wajahnya lagi dengan air dingin. Lalu berdiri tegak, mengibaskan rambutnya yang basah.

”Dan inget, lo akan sayang dia sepenuh hati. Lo akan bikin dia bahagia,” kini ada bayangan Renjun, berbicara dari dalam cermin.

Arrrrggggghhhh! !

” Persetan! Dan lo pikir gue bakal mengiyakan perintah lo itu?! Persetan! Persetan! Lihat aja nanti! Akan gue hancurkan dia! Gue hancurkan! Dan kita lihat apa yang akan lo perbuat! Kita lihat! KITA LIHAT!” amuknya. Dan bersamaan dengan itu dikepalkannya tangannya erat-erat, lalu dilayangkannya tinjunya ke cermin.

Cermin itu pecah berkeping-keping. Suaranya keras, tapi seperti tidak mengganggu Chenle sedikit pun.

Tangan Chenle mengeluarkan darah. Tidak ada yang datang tergopoh-gopoh menanyakan ada apa. Tidak ada siapa-siapa. Dia sendirian. Seperti selama ini.

Malam itu Areum gelisah. Dia lelah. Lelah terperangkap di tengah-tengah badai kebencian bernama Chenle. Lelah membiarkan dirinya terseret masuk ke dunia kelam yang tidak dikenalnya. Lelah ikut terjatuh, jauh, ke lubang tanpa dasar yang menyesakkannya.

Dia lelah. Ah. Sungguh cintakah ini?

Tapi mengapa rasanya teramat tak menyenangkan?

Continue Reading

You'll Also Like

1.7M 65.4K 96
Highrank 🥇 #1 Literasi (24 November 2023) #1 Literasi (30 Januari 2024) #3 Artis (31 Januari 2024) #1 Literasi (14 Februari 2024) #3 Artis (14 Fe...
727K 67.9K 42
Menceritakan tentang seorang anak manis yang tinggal dengan papa kesayangannya dan lika-liku kehidupannya. ( Kalau part nya ke acak tolong kalian uru...
64.4K 5K 55
[Finish] Cerita ini hanya fiktif belaka. "Si bang Doy kalo ngomong nggak di rem.Sini Njun beliin remnya."-Rj "Lo tuh yang ngomong nggak di filter.Sin...