Prepossess

Faradisme tarafından

3.6M 470K 73.6K

Ini tentang arti dari menemukan di antara banyak kemungkinan. Tentang sebuah keputusan, yang menjerat tanpa... Daha Fazla

INFO : REPUBLISH
First Of All.
Prolog
Prepossess - 1
Prepossess - 2
Prepossess - 3
Prepossess - 4
Prepossess - 5
Prepossess - 6
Prepossess - 7
Prepossess - 9
Prepossess - 10
Prepossess - 11
Prepossess - 12
Prepossess - 13
Prepossess - 14
Prepossess - 15
Prepossess - 16
Prepossess - 17
Prepossess - 18
Prepossess - 19
Prepossess - 20
Prepossess - 21
Prepossess - 22
Prepossess - 23
Prepossess - 24
Prepossess - 25
Prepossess - 26
Informasi!
Prepossess - 27
Prepossess - 28
Prepossess - 29
Prepossess - 30
Prepossess - 31
Prepossess - 32
Prepossess - 33
Prepossess - 34
Prepossess - 35
Prepossess - 36
Prepossess - 37
Prepossess - 38
Prepossess - 39
Prepossess - 40
Prepossess - 41
Prepossess - 42
Prepossess - Tamat
Info Prepossess - Extra Part
INFO TERBIT DAN CARA PEMESANAN (HARAP DIBACA)
EBOOK PREPOSSESS

Prepossess - 8

87.8K 13.4K 1.4K
Faradisme tarafından

Aku berencana melarikan diri dari patah
Bukan untuk menyerahkan hati padamu dengan pasrah

🔥

Sepertinya Bella akan sangat menikmati pekerjaan barunya ini.

Terbukti sejak Ronald datang membawa bahan baku kue, Bella sudah tidak meninggalkan dapur hingga waktu tutup tiba.

Apalagi ada beberapa kue yang berhasil terjual saat sempat dipajang di etalase. Bella yang mengintip dari pintu dapur hampir melompat karenanya. Tidak pernah ia membayangkan bahwa memakai apron dengan tangan dipenuhi tepung bisa membahagiakannya seperti ini.

Mungkin itu adalah hal yang pantas untuk membuatnya bertahan bekerja di sana. Walaupun bersama itu pula Bella masih harus menghadapi sesuatu yang lain, yang sama beratnya.

Bella menghentikan langkah dan berbalik. "Aku tidak menghindarimu."

Seseorang yang sejak tadi berjalan dengan jarak lima langkah di belakangnya, ikut berhenti. Kedua tangannya tenggelam di saku jaket kulit, ia menatap Bella.

"Aku tidak menghindarimu, Romeo." ulang Bella lagi dengan nada lebih tegas. Seakan Romeo akan mengira dirinya tidak yakin.

Romeo tidak merespon. Namun laki-laki itu tetap tidak melanjutkan langkah, tapi diam mendengarkan.

"Aku hanya ingin membuat semuanya jelas," ucap Bella. "Kau tetanggaku, dan sekarang kita bekerja di tempat yang sama. Tentu saja itu akan membuat kita sering bertemu. Jadi tidak mungkin aku menghindarimu."

Lebih tepatnya tidak bisa.

"Benarkah?" Romeo melangkah maju, dan Bella refleks melangkah mundur. Di bawah langit yang menghitam pekat, Romeo tidak segan menatapnya lekat.

"Kau baru saja melakukannya." sambung laki-laki itu.

Bella meremas tali tas selempang miliknya. "Mungkin ini tidak ada hubungannya denganmu, tapi penyebab aku pindah adalah untuk melarikan diri dari seseorang yang tidak ingin lagi kutemui. Aku juga perlu waktu untuk—"

"Patah hatimu?" terka laki-laki itu.

"Y-ya," Bella meremas tali tasnya. "Lagi pula aku juga tidak nyaman dengan Petty."

Kali ini Romeo melangkah maju lagi, dan Bella tanpa sadar mundur satu kali. "Apa hubungannya dengan Petty?"

"Sudah jelas karena dia kekasihmu. Aku tidak ingin membuatnya memikirkan hal aneh yang sebenarnya tidak ada."

Romeo melangkah maju lagi, begitu pula Bella bergerak mundur lagi. "Aku tidak mengerti."

Bella kewalahan. Mengapa laki-laki itu tidak diam saja seperti biasa. "Kau tahu, kadang wanita memiliki lebih banyak sisi sensitif terutama untuk urusan hati. Bahkan sesuatu yang tidak nyata, bisa sangat mengganggu pikiran mereka. Sebagai temannya, aku ingin menjaga hubunganku dengan Petty tetap baik sekaligus perasaannya."

Romeo melangkah maju. "Kalau begitu mengapa tidak ingin berteman denganku juga?"

Kali ini Bella tidak bergerak mundur.

Berteman dengan Romeo.

"Kau keberatan?" tanya laki-laki itu.

"Teman?" lucu sekali Bella tidak pernah memikirkan gagasan itu sebelumnya. "T-tentu saja."

"Atau sebenarnya kau memikirkan hal lain?"

"Tidak!" Bella mengatakan itu terlalu cepat dan buru-buru. "Tidak masalah... Kita sudah menjadi teman kerja, kau ingat."

Dan Bella baru menyadari Romeo sudah berdiri di hadapannya. "Dan tetangga."

Entah kenapa ketika Romeo yang mengatakan itu, justru mengisyaratkan sesuatu yang lain. Yang membuat lampu jalanan menemukan gurat merah di pipinya.

"Baiklah." Bella rasa ia sudah mengatakan apa yang harus dikatakannya. Ia langsung berbalik dan mempercepat jalan untuk pulang. Ia terlihat seperti berlari dan berbelok di ujung jalan demi memperlebar jarak dengan Romeo.

Ketika Bella sudah melihat pintu masuk apartemen, ia juga melihat seseorang yang dikenalinya. Rambut pirang tidak menutupi wajah wanita itu karena terikat, juga karena sedang dipeluk erat.

Langkah Bella terhenti. Itu jelas sekali Petty, sedang berpelukan disertai cumbuan dengan seorang laki-laki, yang sama sekali bukan Romeo.

Petty tidak menolak ciuman laki-laki itu, bahkan terlihat sangat menikmati dengan sambutan menggebu. Berbagai pertanyaan melintas tentang siapa laki-laki yang tengah bersama Petty itu. Lalu Bella terpaku tidak tahu apa yang harus dilakukannya.

Bella tahu rasanya dikhianati. Dan tidak pernah sedikit pun Bella mengira jika orang sebaik Petty bisa melakukannya.

Tapi mengapa Petty mencium laki-laki lain. Bagaimana dengan perasaan Romeo?

Bella tersentak dan berbalik cepat. Ia berlari menuju belokan yang tadi dan langsung saja menabrak Romeo di sana.

Romeo memegangi lengannya. Menahan tubuhnya tidak terjatuh akibat menabrak tubuh keras milik laki-laki itu. Dahi Romeo sedikit mengerut memperhatikan Bella.

"Kau seperti baru saja melihat hantu." katanya.

Bella meneguk ludah. Ia tidak tahu apa yang sebaiknya harus dilakukan. "K-kita tidak boleh lewat jalan ini."

Satu alis Romeo terangkat dengan kerutan di dahi semakin dalam.

"Sebaiknya kita mengambil jalan yang lain. Mungkin jalan memutar lebih baik." Bella menarik Romeo tapi laki-laki itu bahkan tidak bergeming. Romeo terlalu kuat untuk bisa ditariknya.

"Tidak mau."

"Tapi..."

Romeo berhasil melewati Bella dan berbelok di jalan itu.

Bella yang panik mengejar untuk mendahului. Ia sampai di hadapan Romeo dan membuat langkah laki-laki itu terpaksa berhenti. Bella berjinjit dan meletakkan kedua telapak tangannya menutupi mata Romeo.

Sesaat tidak ada respon dari Romeo. Juga Bella yang secara tidak sadar menahan napas atas tindakan di luar kepalanya. Yang berakibat memacu debaran di dadanya semakin hebat.

Bella bisa merasakan bulu mata Romeo bergerak di bawah tangannya. Juga sensasi menyentuh wajah laki-laki itu yang membuat Bella mengamati lebih seksama. Bagaimana ujung rambut Romeo yang jatuh mengenai jari kelingking Bella. Lalu rasa gatal di ibu jarinya yang ingin mengelus turun ke hidung mancung laki-laki itu.

"Apalagi sekarang?" Romeo tidak bergerak begitu pula Bella.

"T-tidak ada."

"Kenapa menutupi mataku?"

Bella memang tidak pandai berbohong dan untuk beberapa alasan ia sedikit menyayangkan hal itu. "Kau tidak boleh melihat dulu."

Kalau Romeo menolak permintaan konyolnya, maka Bella tidak bisa mencegah laki-laki itu melihat cumbuan Petty bersama orang lain. Paling tidak Bella sudah berusaha melakukan apa yang ia bisa. Ia tidak akan ikut merasa bersalah.

Tapi tiba-tiba suara berat milik Romeo terdengar rendah, dan lembut. "Baiklah." katanya.

Bella terdiam karena tidak menyangka Romeo mengikuti keinginannya. Jika ada orang yang lewat melihat mereka, Romeo pasti akan malu dibuatnya.

Namun tiba-tiba satu tangan Romeo melingkari pinggangnya. Menopang Bella hingga sedikit merapat ke tubuh tinggi laki-laki itu. Saat itu ia hanya mampu mematung dan bertanya.

"Kau pasti sedang berjinjit. Aku tidak ingin kau pegal karena itu."

Jantung Bella kembali bereaksi. Seperti seseorang sedang menabuhkan memukul-mukul di dalam sana. Jika begini, bagaimana bisa Bella bisa bersikap biasa saja. Seluruh hal yang berhubungan dengan Romeo selalu berhasil memengaruhinya.

Butuh waktu lama untuk Bella tersadar dari melamunkan sikap tidak terduga Romeo itu. Ia menolah ke arah belakang, dan bersyukur karena Petty dan laki-laki lain itu sudah tidak ada di sana.

"Su-dah." ujar Bella. Ia hendam menurunkan tangan tapi Romeo lebih dulu menangkap pergelangan tangannya dan membawanya turun, juga membuka mata dengan tatapan ke arahnya.

Sekarang tindakan Bella justru membuat ia terperangkap dalam kedekatan bersama Romeo. Justru jika dipikir-pikir apa bedanya ia dengan Petty. Ia sedang dipeluk pacar orang.

"Le-paskan."

Romeo menurut dengan melepaskan sentuhannya pada Bella. Itu memberikannya semacam relung untuk bernapa lega.

Bella mundur. Itu tindakan paling berani yang pernah ia lakukan pada seorang laki-laki. Bahkan Bella tidak pernah melakukan itu pada Robert dulu.

Sepertinya Bella tidak sanggup mengatakan apa-apa sehingga ia memilih berbalik, sedikit berlari menuju apartemen. Meninggalkan Romeo di belakangnya.

Bella mendahului Romeo memasuki lift dan tanpa menunggu menekan tombol lantai. Mengeluarkan kunci dengan buru-buru. Beberapa kali sempat meleset memasukkan kunci ke lubang pintu. Ia hanya ingin segera menenggelamkan dirinya atas tindakan impulsifnya tadi.

"Oh, tidak." Bella mencoba memutar handle pintu sekali lagi. "Oh, tidak!" Tapi pintu tidak bisa terbuka. Ia memutar kunci ke segala arah. Tapi tetap saja pintu tidak bergerak dari tempatnya.

Suara lift membawa seseorang dan dari langsung mempertemukan matanya dengan Romeo. Ia bersikap tenang agar tidak terlihat sedang frustasi menghadapi pintu sialan itu. Dengan berbagai cara Bella berusaha memutar kunci, tapi sepertinya pintu itu memang membencinya.

Bella terkesiap ketika sebuah tangan menyentuh tangannya di handle pintu. Bella menariknya buru-buru dan menyadari Romeo sudah ada di sampingnya. Laki-laki itu mencoba membuka pintu, dengan trik seperti pertama kali dulu. Tapi kali ini gagal karena pintu tetap tertutup.

"Kurasa pintu ini bermasalah lagi." ucap Bella.

"Aku akan mendobraknya."

"Kau gila?!" Bella hampir berteriak.

"Tidak."

"Jangan mendobrak pintu orang lain di hadapan pemiliknya!"

"Kau bisa menutup matamu." Romeo bergeser mundur mengambil posisi.

Tapi Bella menarik lengan jaket Romeo yang membuat laki-laki itu menoleh.

"Kalau kau merusak pintuku, aku akan marah dan kita tidak jadi berteman."

Romeo menatapnya sejenak dengan ekspresi tidak terbaca lalu membuang muka ke arah lain.

"Kau sungguh mudah dikelabui," ujar Romeo kembali menatapnya, dengan sorot mata Romeo yang lembut mengejutkan Bella.

"Aku tidak benar-benar ingin melakukannya, Bella."

"L-lalu?"

"Kita bisa memanggil Mr. Wilson untuk masalah pintumu." ujar Romeo sambil berlalu menuju pintu apartemennya.

Benar. Bella beranjak ingin turun. "Aku akan meminta tolong Petty memanggilnya."

Tapi saat melewati Romeo, laki-laki itu menahan lengannya. "Biar aku saja. Aku yang akan memanggil Mr. Wilson untukmu."

"Oh, terima kasih."

Romeo membuka pintu apartemen miliknya lebih lebar. Laki-laki itu berdiri di sisi pintu dan menatapnya. "Sementara itu kau bisa menunggu di tempatku."

Bella mengerjap. "T-tidak perlu, aku akan menunggu di sini."

"Kupikir sebagai tetangga harus saling membantu."

"Aku bisa ke tempat Petty."

"Memangnya kenapa jika di tempatku?"

Karena bisa saja aku harus pergi ke rumah sakit karena terlalu banyak berdebar.

Dan terlebih lagi mungkin saja Petty sedang sibuk dengan laki-laki yang tadi dilihatnya.

Mungkin Bella tidak apa-apa menunggu di dalam. Mungkin ia bisa menerima bantuan Romeo sebagai tetangga. Mungkin ini memang hanyalah tindakan biasa sebagai teman.

Tidak ada yang perlu Bella khawatirkan. Ia menunduk menatap kakinya, yang dilangkahkannya ke dalam apartemen Romeo.

Ketika pintu menutup di belakang Bella, begitu pula hangat punggung Romeo tidak sengaja menyentuh punggungnya, Bella tidak tahu apakah sekarang ia harus berterima kasih atau tidak.

🔥

Sebelumnya, aku ingin mengucapkan selamat hari raya idul fitri. Mohon maaf lahir batin ya...
terutama maaf karena progress cerita ini yang cukup lambat. Semoga kita semua tetap diberikalan sehat dan keberuntungan karena bisa berkumpul dengan keluarga tersayang.

Apa kabar kalian semua?
Udah lama aku nggak nyapa pembaca. Semoga nyapanya bisa lebih sering lagi ya...

Karena Romeo Bella sudah terlalu lama dianggurin, jadi mulai part depan akan banyak INTERAKSI mereka. Hehe

Btw aku kebangun jam 3 subuh terus kepikiran ini jadi langsung kutulis 🤣

Semoga juga masih inget ya tag cerita ini mature jadi tolong banget yang nggak suka atau masih di bawah umur udah diwarning dari sekarang.

Tapi part depan aman kok. Dikit. 🔥

Faradita
Penulis amatir makan nastar dua biji yang katanya setara satu piring nasi. 🙂

Romeo 🔥



Revisi : 9 September 2021

Okumaya devam et

Bunları da Beğeneceksin

4.4M 291K 37
"Relax babe, you're mine and i'm yours." Aiden hanya ingin menyimpan Alody untuk dirinya sendiri. ____________________ [F...
1.7M 23.8K 41
Karena kematian orang tuanya yang disebabkan oleh bibinya sendiri, membuat Rindu bertekad untuk membalas dendam pada wanita itu. Dia sengaja tinggal...
117K 3.4K 8
Sara, perempuan polos nan mungil yang begitu beruntung karena memiliki suami seperti Adrian. Lelaki tampan dan mapan yang begitu perhatian dan menyay...
1M 109K 49
Kehidupan Dinar Tjakra Wirawan berubah, setelah Ayah dan kakak laki-lakinya meninggal. Impiannya yang ingin menjadi seorang News anchor harus kandas...