FILOVE

By Luluk_HF

2.1M 253K 82.8K

Semua manusia diciptakan untuk mangasihi, mencintai dan menyayangi. Mereka juga berhak untuk mendapatkan cint... More

WAJIB DIBACA !
PROLOG
1 - ARUNA DAN GENG ABC
2 - Pesta ulang tahun
3 - KONTRAK
4 - ARUNAAA!
6 - HAPPY ENDING
7 - Segitiga
8 - Tangisan
9 - Rencana
10 - Ada yang hilang
11 - Antara hati dan tindakan
12 - Kebahagiaan
13 - Gadis cantik yang sombong
14 - HANCURKAN
15 - Pertanyaan dan Pernyataan
16 - Kepastian
17 - Kejujuran
18 - Permintaan
19 - Pengakuan
Maaf ya :)
20 - Penolakan
21 - Second Chance
22 - Ide Gila
23 - Tidak Apa-Apa
24 - Boleh?
25 - Mana dan Mano
26 - Cinta pertama
27 - Kabar Bahagia
28 - Penemuan
29 - Mata minus
30 - Rasa Brownis
31 - Wanita itu
32 - Diara
33 - Cinta dan persahabatan

5 - FILOVE

62K 7.8K 1.3K
By Luluk_HF


2011. Setelah pesta Ulang tahun.

Aruna membuka kotak hadiah yang diberikan oleh Arjuna, Bana dan Cica. Aruna berteriak senang, ketika melihat boneka beruang besar warna putih yang sangat ia inginkan.

"Makasih banyak Kak Bana beruangnya."

Aruna langsung menghamburkan diri kedalam pelukan Bana. Ia tiba-tiba berlari dan memeluk Bana dengan erat, membuat Arjuna, Bana dan Cica terkejut.

"Run, bukan Bana doang yang beliin kadonya. Gue sama Cica juga," ucap Arjuna tak terima.

"Aruna suka banget Kak sama beruangnya, Makasih banyak Kak Bana."

"Run, kita bertiga patungan buat beli beruang putihnya. Kita bertiga sampai rela nggak jajan dikantin sebulan. Bukan Bana aja yang beli!" tambah Cica ikut tak terima.

Bana hanya diam, tersenyum kaku. Ia tidak tau harus berbuat apa.

"Aruna janji bakalan sayang sama beruangnya seperti Aruna sayang sama Kak Bana," ucap Aruna masih dalam dunianya, tidak mempedulikan Arjuna maupun Cica.

"Run, kakak kandung lo disini. Kita lahir di rahim yang sama Run," lirih Arjuna pedih.

Aruna melepaskan pelukannya, memandang Arjuna lekat.

"Makasih banyak ya Kak Bana buat kadonya. Aruna seneng banget. Ini hadiah yang paling bagus yang pernah Aruna dapat."

Daaak!

"Makasih aja teros sama Bana!" kesal Arjuna sambil menendang kotak kado dihadapannya cukup keras.

Cica geleng-geleng. "Nih bocah lebih nggak ada akhlak dibandingkan Bella!"

*****

2020.

Aruna tersenyum puas, FILOVE part 52 sudah selesai ia upload di platform PENAKU dan langsung mendapatkan respon bagus. Instagramnya pun banjir demo dari pembacanya agar part 53 segera di update.

Baru lima belas menit publish saja yang baca sudah mencapai tiga puluh ribu pembaca. Benar-benar keren!

FILOVE sendiri menyeritakan tentang seorang gadis yang untuk pertama kalinya menyukai seorang cowok lebih dewasa darinya dan gadis itu berusaha untuk mendapatkan cinta dari cowok itu. Yah, Aruna menceritakan kisahnya sendiri di FILOVE. Mungkin karena itu, pembaca merasakan FILOVE seperti kisah nyata yang menyentuh mereka.

"Baiklah, waktunya menelfon Kak Bana," ucap Aruna. Ia meraih ponselnya.

Rasa kesalnya kepada Bana sirna dengan cepat, rasa sukanya kepada Bana lebih besar. Mungkin seperti inilah yang dinamakan cinta buta. Walaupun di tolak beratus-ratus kali, Aruna tidak pernah menyerah. Karena Aruna yakin, Bana sudah menyukainya namun cowok itu masih belum mengakuinya.

Aruna akan terus bergerak maju dan membuat Bana menyadari perasaan sesungguhnya.

Sambungan terhubung, Aruna tersenyum senang.

"Lagi apa? Meskipun ganggu jangan ditutup telfonnya."

Tak ada jawaban untuk beberapa detik.

"Kak Bana? Denger suara Runa kan?"

"Denger."

"Lagi apa?"

"Main monopoli."Jawab Bana datar.

"MAMPUS LO CA, MASUK PENJARA LAGI LO!!"

"KAMBING LO JUN. JANGAN CURANG LO MUTER DADUNYA!"

Aruna buru-buru keluar dari kamarnya, ia menuju ke ruang tengah. Kosong. Tidak ada siapapun. Ia pun beralih ke kamar Arjuna.

Aruna membuka pintu kamar Arjuna lebar-lebar dan benar saja. Mereka bertiga ada disana, bermain Monopoli. Aruna menghembuskan napas kasar, ia tak mengerti kenapa tiga bocah ini sangat kecanduan dengan Monopoli. Hampir setiap minggu, Aruna bisa menemukan Arjuna, Bana dan Cica bermain monopoli dirumahnya. Bahkan bisa jadi seminggu lima kali. Jika mereka benar-benar tidak sibuk. Gila kan?

Aruna mematikan sambungannya. Ia saling berpandangan dengan Bana yang juga perlahan meletakkan ponselnya.

"Ada apa?" tanya Bana tenang.

"Bisa cek naskah gue nggak?" pinta Aruna.

"Gue nggak nerima naskah potongan. Kalau naskah lo udah full semua baru kirim ke gue," tolak Bana.

"Gue lagi stuckpemilihan kalimat. Itu-itu aja. Ajarin gue," rajuk Aruna.

"Lo bisa cari referensi di no..."

"Gue janji nggak akan nyatain cinta, gue akan fokus minta ajarin," porong Aruna cepat.

Bana menghela napas pelan, ia terlihat gamang sesaat. Hingga akhirnya mengangguk setuju.

"Oke, gue susul ke kamar lo lima menit lagi."

YES! Aruna bersorak senang dalam hati. Ia tak menyangka Bana akan menyetujui tanpa berdebat panjang.

"Gue tunggu dikamar ya," pamit Aruna.

"Iya."

Setelah itu Aruna beranjak keluar kembali ke kamarnya.

Arjuna menoleh ke Bana, ia sedari tadi mendengarkan percakapan adiknya dan Bana sambil berpura-pura tetap bermain monopoli. Meskipun akhirnya fokusnya terbagi dua dan membiarkan Cica berbuat curang dua kali.

"Runa kenapa tadi kesini?" tanya Arjuna basa-basi.

"Minta cek naskah dia," jawab Bana. "Dia belum cerita?"

"Apa? Soal tanda tangan dengan WINMEDIA?"

"Iya."

"Udah, semalam dia cerita ke Mama dan Papa juga."

"Syukurlah. Gue kira belum."

Bana bangkit dari duduknya, mengambil ponselnya.

"Mau kemana?" tanya Cica.

"Kamar Aruna," jawab Bana santai.

"Ngapain lo? Ganti popok Aruna? Dia udah besar Ban," ucap Cica ngaco.

"Lo belajar dulu keluar dari penjara. Baru ngomong sama gue," sadis Bana.

"Sialan!"

"Gue duluan."

Bana berjalan menuju pintu.

"Ban," panggil Arjuna membuat Bana menghentikan langkahnya tanpa berbalik.

"Gue tau Jun. Gue nggak akan ngasih dia harapan," ucap Bana mengerti arti panggilan itu.

"Oke, thanks."

Bana keluar dari kamar Arjuna, melangkah menuju kamar Aruna yang berada di depan dekat balkon rumah.

*****

Bana langsung masuk kedalam kamar Aruna yang tidak dikunci, Aruna sudah menunggunya di balkon depan dengan laptopnya. Bana pun segera mendekati gadis itu.

"Coba lihat, baru 30 menit update FILOVE sudah dibaca 70 ribu pembaca. Keren kan gue?" pamer Aruna menunjukan work FILOVE miliknya di platform PENAKU.

Bana mengangguk-angguk kecil sembari duduk di kursi samping Aruna. Bana yakin gadis ini sengaja menaruh kursinya disampingnya.

"Mana yang perlu gue cek?" tanya Bana tak ingin basa-basi.

"Mau gue ambilin minum nggak?" tawar Aruna.

"Mana Run?"

"Cih," desis Aruna.

Aruna pun segera membuka file naskah FILOVE bagian pertamanya yang sudah selesai dia edit. Aruna memberikan sorotan warna kuning pada teks yang ingin dia koreksi lagi dan ingin ia tunjukkan ke Bana sejak beberapa hari yang lalu, bahkan sebelum ia tanda tangan kontrak dengan WINMEDIA.

"Yang warna kuning," ucap Aruna.

Bana mengangguk, menyeret laptop Aruna agar lebih dekat dengannya. Bana mulai fokus memainkan mouseAruna, memeriksa tulisan Aruna. Sedangkan, Aruna hanya fokus menatap Bana. Wajah tampan cowok itu terlihat bersinar walaupun sudah malam hari seperti ini.

"Lo seneng nggak kak gue tanda tangan kontrak dengan WINMEDIA?" tanya Aruna membuka pembicaraan.

"Lumayan."

"Kok lumayan?"

"Iya gue seneng," jawab Bana tak mau berdebat panjang.

"Gitu dong, kan gue makin cinta eh maksudnya makin seneng nulisnya."

Bana tak menanggapi, ia kembali fokus, memperbaiki kalimat-kalimat yang menurutnya rancu di naskah FILOVE Aruna. Bana juga memberikan noteagar Aruna bisa mempelajari apa yang salah dari kalimatnya.

Aruna mengembung kempiskan pipinya, mulai jenuh. Ia ingin mengganggu Bana tapi ia sudah berjanji. Kalau dia melanggar, ia takut Bana akan pergi begitu saja. Kan ini kesempatannya bisa berduaan dengan Bana.

"Kalau udah adadannggak perlu ada kata penghubung lain seperti karena, denganatau lainnya. Cukup banyak lo gunakan disini, lo perbaiki lagi itu. Udah gue cantumkan di note juga," ucap Bana memberitahu kesalahan Aruna.

Aruna tersenyum, memeringkan kepalanya yang ia sandarkan di telapak tangannya. Ia menatap Bana lekat.

"Terus apa lagi?" tanya Aruna tak bisa menghilangkan senyumnya.

Bana menggumam pelan, matanya tak lepas dari layar laptop Aruna, ia membaca naskah Aruna dengan seksama.

"Setiap paragraf kalau bisa maksimal tujuh sampai delapan baris aja, nggak semua pembaca suka banyak narasi. Ini ada beberapa yang terlalu banyak, bisa lo buat paragraf baru."

"Terus apa lagi?"

Tangan Bana berhenti bergerak dari mouseyang dipegangnya, ia merasakan ada ketidak beresan disampingnya. Bana menoleh ke samping, dan benar saja Aruna sedang memandanginya sambil senyum-senyum nggak jelas.

"Run," panggil Bana.

"Apa?"

Bana diam sejenak, memperhatikan kedua mata lentik Aruna. Pantulan wajahnya terlihat jelas disana, berbinar. Keheningan terjadi diantara mereka. Keduanya saling menatap lebih dalam.

Aruna meneguk ludahnya, senyumnya perlahan menghilang, jantungnya berdegub sangat kencang. Untuk pertama kali, Bana menatapnya selama ini.

"Mau ciuman nggak?" tanya Aruna frontal.

"Nggak."

Bana tersadarkan, ia mendorong kening Aruna dengan jari telunjuknya agar lebih menjauh darinya. Bana menghela napas berat, kembali menatap kedepan, hawa dikamar Aruna terasa lebih panas daripada sebelumnya.

Aruna mendesis pelan, merutuki kebodohannya.

"Lo masih SMA jangan ngelakuin hal yang aneh-aneh," ucap Bana memperingati. Ia menutup laptop Aruna untuk mengakhiri sesi koreksi naskah.

"Emang ciuman aneh?" tanya Aruna dengan polosnya.

"Aneh. Apalagi lo masih kecil."

Bana mendorong kursinya sedikit kebelakang, ia berdiri. Aruna langsung ikut berdiri.

"Emang Kak Bana nggak pernah ciuman?"

"Lo selalu buntutin gue kalau lagi pacaran kan. Pernah lihat gue ciuman nggak?"

"Nggak pernah."

"Yaudah."

Bana berjalan menuju pintu kamar Aruna.

"Masa nggak pernah ciuman? Gue aja pernah," ucap Aruna enteng.

Bana menghentikan langkahnya, mengerutkan kening. Ia perlahan membalikkan badan.

"Lo pernah ciuman?" tanya Bana serius. Ia cukup terkejut mendengarnya.

Aruna mengangguk dengan yakin tanpa malu.

"Pernah," jawabnya jujur.

"Sama?"

"Sama Kak Arjuna waktu kecil. Mama, Papa juga kayaknya pernah. Bahkan hampir tiap hari."

Bana mendecak pelan, ia menatap gadis dihadapannya sedikit tajam, ingin rasanya Bana marah tapi menatap wajah lugu Aruna membuatnya tak bisa berbuat apapun selain menghela napas pelan.

"Lo jangan pernah ciuman sama siapapun sebelum nikah," pesan Bana.

"Iya, bibir gue bakal gue simpen cuma buat Kak Bana kok. Kan Aruna bakalan nikah sama Kak Bana."

"Run ...."

"Iya iya. Kalau nggak mau nikah sama gue, nikah sana besok sama orang lain. Biar gue patah hati dan nggak nunggu Kak Bana lagi," kesal Aruna.

"Oke, gue akan segera nikah," jawab Bana serius.

Degh! Aruna membeku ditempat, kedua matanya mulai berkaca-kaca tanpa ia sadari. Membayangkan Bana menikah dengan perempuan lagi membuat hatinya sangat sakit. Seperti ada yang patah tapi bukan kayu.

"Jangan," lirih Aruna menahan Bana yang akan berbalik.

Bana menatap Aruna, ia sangat terkejut melihat Aruna yang hampir menangis.

"Run, lo nangis?" bingung Bana.

Aruna terisak kecil, mengigit bibir bawahnya.

"Jangan nikah sama orang lain."

Kedua mata Bana bergerak tak pasti, ia mulai panik tidak tau harus berbuat apa.

"Run gue ha..."

Aruna melepaskan tangan Bana kemudian mengahambur memeluk Bana sangat erat. Bana terkejut untuk kedua kalinya.

"Nggak apa-apa Kak Arjuna dan Kak Cica nikah sama gadis lain. Tapi, Kak Bana nggak boleh."

"Run ..."

"Pokoknya nggak boleh. Janji sama Aruna!"

Bana menggaruk-garuk kepalanya yang tak gatal.

"Gue nggak bisa janji Run," jujur Bana.

"Kenapa?"

Bana melepaskan pelukan Aruna, menatap gadis itu lekat. Perlahan Bana menghapus air mata Aruna yang semakin mengalir deras di pipi gadis itu.

"Berhenti nangis dulu," suruh Bana.

Aruna menggelengkan kepala, tidak mau.

"Berhenti nangis Run."

Aruna akhirnya berusaha menghentikan isakannya, untuk beberapa saat ia bisa meredahkannya. Setelah melihat Aruna lebih tenang, Bana bersuara kembali.

"Gue nggak mungkin suka sama lo apalagi nikah sama lo. Gu..."

"Karena dilarang Kak Arjuna kan?"

"Bukan. Karena gue udah anggap lo seperti adik gue sendiri, gu..."

"Aruna nggak punya Kakak seperti Kak Bana, jadi jangan pernah anggap Aruna seperti adik Kak Bana."

"Run, kita udah sering berdebat karena ini. Coba lo paham dan..."

"Aruna nggak akan paham dan nggak akan mau paham," tegas Aruna menepis kedua tangan Bana dari bahunya.

Bana menghela kasar. "Terserah lo."

Bana menyerah dan langsung keluar dari kamar Aruna, Bana tidak peduli gadis itu menangis kembali. Walaupun berat meninggalkan Aruna begitu saja, tapi Bana harus tega. Ini semua demi Aruna dan dirinnya.

Aruna hanya bisa melihat punggung Bana yang semakin menjauh. Kali ini Aruna tidak menangis walaupun hatinya perih. Aruna cepat-cepat menghapus bekas air matanya.

"Menyebalkan! Padahal udah dibela-belain ngeluarin air mata masih aja belum luluh," decak Aruna, ia mengibas-kibaskan matanya yang sedikit perih.

"Apa gue harus ngeluarin darah dulu baru Kak Bana mau jadi pacar gue?"

*****

Bana kembali ke kamar Arjuna, ia menemukan dua temannya masih bermain monopoli. Bana kembali ke tempat duduknya.

Bana terdiam, masih memikirkan Aruna yang menangis. Hatinya tergerak untuk kembali ke kamar Aruna, takut gadis itu masih menangis. Tapi, Bana mencoba menahannya.

"Ada yang bisa bantu gue nggak?" tanya Bana.

"Nggak ada," jawab Arjuna dan Cica bersamaan dengan cepat.

"Aruna nangis."

Degh!Arjuna dan Cica langsung menghentikan permainan mereka, menoleh ke Bana dengan kedua mata melotot.

Detik berikutnya Arjuna dan Cica langsung berdiri dan berlari keluar kamar. Mereka buru-buru mendatangi Aruna seolah ada bencana besar yang baru saja terjadi. Yah, sesayang itu mereka bertiga kepada Aruna.

Meskipun terkadang mereka kejam kepada Aruna, tapi mereka tidak akan tega jika melihat Aruna menangis.

*****

"RUN LO KENAPA?"

Arjuna dan Cica membuka pintu Aruna lebar-lebar. Namun, langkah mereka langsung terhenti ketika menemukan gadis itu tengah gulung-gulung di lantai.

Mbeek! Seperti ada suara kambing lewat. Arjuna dan Cica mengumpati Bana dalam hati. Mereka bahkan rela meninggalkan permainan penting mereka hanya untuk melihat gadis gila ini gulung-gulung.

"Gue kenapa?" tanya Aruna tak berdosa.

"Lo ngapain?" tanya Cica

"Gulung-gulung. Butuh pencerahan untuk next part naskah gue."

Cica menepuk bahu Arjuna pelan. "Kalau lo butuh jasa santet adik sendiri, bilang aja ke gue."

Setelah itu, Cica meninggalkan Arjuna duluan, ia memilih kembali ke kamar Arjuna. Berlari ke kamar Aruna seperti tadi merupakan salah satu hal yang pernah ia sesali dalam hidupnya.

Arjuna mendekati adiknya, lalu duduk.

"Kata Bana lo habis nangis?" tanya Arjuna serius. Arjuna tau Bana tidak mungkin berbohong.

"Iya tadi, tapi sekarang nggak," jujur Aruna.

"Kenapa lo nangis?"

Aruna berhenti gulung-gulung, ia ikut duduk seperti Arjuna.

"Karena Kak Bana bilang katanya dia mau nikah sama gadis lain."

"Bagus dong, berarti lo bisa lupain dia."

Aruna mendecak pelan, menatap Arjuna tajam.

"Kenapa sih Kak Arjuna nggak ngebolehin Aruna pacaran sama Kak Bana? Kak Arjuna benci sama Kak Bana?"

"Nggak. Gue sama sekali nggak benci sama Bana."

"Terus? Benci sama Aruna?"

Arjuna menghela napas pelan. "Karena gue sayang sama lo berdua, makanya gue nggak mau ada yang sakit hati baik lo ataupun Bana. Gue nggak mau lo sakit hati karena Bana dan gue juga nggak mau Bana sakit hati karena lo. Kita udah seperti keluarga Run."

"Kata siapa kita keluarga? Kak Bana nggak lahir di rahim yang sama kayak kita berdua!"

Arjuna terdiam sebentar, tatapanya lebih tegas.

"Keputusan kakak nggak akan berubah. Kakak nggak pernah setuju kamu pacaran sama Bana."

"KAK!!!"

Arjuna segera berdiri. "Lanjutin gulung-gulung," suruh Arjuna dan beranjak begitu saja.

"KAK ARJUNAAAA!!"

****

#CuapCuapAuhtor

Bagaimana part lima FILOVE? Tambah suka nggak sama ceritanya ?

PART ENAM MAU DIUPDATE KAPAN NIH? ^^

Semoga part lima FILOVE berhasil membuat kalian semakin suka dengan FILOVE yaa.

Terus suka dan baca FILOVE  ^^ 

Jangan lupa buat ajak teman-teman kalian, saudara-saudara kalian, tetangga kalian dan keluarga kalian untuk baca FILOVE yaa

Jangan lupa juga buat COMMENT dan VOTE yang selalu paling ditunggu dari kalian ^^

Kalian juga bisa follow instagram @novelfilove karena banyak spoiler-spoiler dan GIVE AWAY disana ^^

TERIMA KASIH BANYAAK SEMUAAA UDAH MAU BACA FILOVE. LOVE YOUU ALL ^^


Salam,


Luluk HF

Continue Reading

You'll Also Like

ALZELVIN By Diazepam

Teen Fiction

3.8M 226K 28
"Sekalipun hamil anak gue, lo pikir gue bakal peduli?" Ucapan terakhir sebelum cowok brengsek itu pergi. Gadis sebatang kara itu pun akhirnya berj...
ARSYAD DAYYAN By aLa

Teen Fiction

2.1M 111K 59
"Walaupun وَاَخْبَرُوا بِاسْنَيْنِ اَوْبِاَكْثَرَ عَنْ وَاحِدِ Ulama' nahwu mempperbolehkan mubtada' satu mempunyai dua khobar bahkan lebih, Tapi aku...
2.1M 122K 42
Kanaya Tabitha, tiba tiba terbangun di tubuh seorang figuran di novel yang pernah ia baca, Kanaya Alandra Calash figuran dingin yang irit bicara dan...
361K 23.2K 48
JANGAN DISIMPAN, BACA AJA LANGSUNG. KARENA TAKUT NGILANG🤭 Transmigrasi ke buku ber-genre Thriller-harem. Lantas bagaimana cara Alin menghadapi kegi...