[πŸ”›] Semanis Madu dan Sesemer...

By vocedeelion

400K 42.4K 10.5K

"SEMANIS MADU DAN SESEMERBAK BUNGA-BUNGA LIAR" Terjemahan Indonesia dari cerita MarkHyuck terbaik: "Honeymout... More

Disclaimers
Honeymouthed and Full of Wildflowers Playlist
I
II
III
IV
V
VI
VII
VIII
IX
X
XI
XII
XIII
XIV
XV
XVI
XVII
XVIII
XIX
XX
XXI
XXII
XXIV
XXV
XXVI
XXVII
XXVIII
XXIX
XXX
XXXI
XXXII
XXXIII
XXXIV
XXXV
XXXVI
XXXVII
XXXVIII
XXXIX
XL
XLI
XLII
XLIII
XLIV
XLV
XLVI
XLVII
XLVIII
πŸŽ‰ BIRTHDAY GIVE AWAY πŸŽ‰
XLIX
XLIX (Deleted Scene)
πŸŽ‰ 3K FOLLOWERS GIVE AWAY πŸŽ‰
L
LI
LII
LIII
LIV
LV
LVI
LVII
LVIII
LIX

XXIII

5.1K 594 379
By vocedeelion

= (INTERMESO) LAMA SETELAH KEPERGIANKU, KAU AKAN INGAT PADA APA YANG TELAH KITA LAKUKAN BERSAMA =

.

.

.

Playlist: Splitter-Crystal Child

.

.

.

Donghyuck baru menyaksikan lima musim dingin ketika ia mati dan bertemu dengan Dewa Laut.

Mereka berlayar tepat di atas Seacourt, beberapa ratus meter di atas permukaan laut, di tempat legenda dan dongeng berada. Zaman dahulu, tepat di atas rentangan air ini, Dewa Laut membangun sebuah istana untuk Dewi Matahari, istana yang luar biasa indah untuk calon pengantinnya. Namun ketika Dewi Matahari melarikan diri dan menolak untuk menikahinya, kemurkaannya sungguh luar biasa hingga memengaruhi seluruh samudra bagaikan penyakit, dan semua kapal yang berani melintasi laut pun tenggelam, tak lagi pernah kembali ke permukaan. Umat manusia kemudian berdoa kepada Dewi, dan sang dewi menjawab. Dewi Matahari menenggelamkan istana itu jauh menuju dasar bumi, di tempat air terdalam, di mana para makhluk abadi menyembunyikan dendam mereka hingga tidak ada yang bisa menemukannya, satu-satunya tempat yang tak tertembus cahaya sang dewi. Dewa Laut dibuang ke dalam kegelapan, tak lagi mampu melihat cahaya sang tunangan. Laut telah kembali bebas, tetapi Seacourt tetap tercemar, penuh akan dendam.

Ketika Donghyuck jatuh, itu adalah sebuah kecelakaan, tentu saja, sebab tidak ada seorang pun yang ingin Pangeran Pulau Shar tenggelam di dalam laut yang berdekatan dengan Seacourt, tempat di mana air tampak tenang dan licin bagai cacian Dewa Laut dan tangan dinginnya yang selalu menarik, bahkan pelaut paling andal sekalipun, untuk jatuh ke dalam istananya.

Donghyuck tidak ingat bagaimana ia terjatuh, ia hanya ingat bahwa itu adalah perjalanan pertamanya menuju Lembah, perjalan pertama seumur hidupnya yang pendek dan indah. Ia bersemangat, ayahnya tampak berbicara pada sang kapten, dan para pelaut tertawa ketika melihatnya melompat di sekitar dek, terlalu bersemangat, dengan suaranya yang tinggi bagai burung kecil. Donghyuck ingat dengan kenangan pertamanya ketika melihat paus.

Itu adalah kawanan kecil dari mereka, yang memuncratkan air mancur setinggi gunung, yang seolah menyembur tanpa ujung dan membuat air berjatuhan di sekitar dek bagai hujan musim semi. Donghyuck menjerit, bersemangat, dan berlari menuju haluan kapal, tetapi orang-orang di sana tampak cemas. Donghyuck tidak mengerti dengan teriakan waspada yang tersuarakan selanjutnya, dan ketika ia berbalik, ia sadar bahwa para paus tidak mengejar satu sama lain. Mereka tengah melarikan diri. Dan kapal berada tepat di atas lintasan mereka. Itu adalah kenangan terakhir yang melintas di benak Donghyuck sebelum seluruh kapal berguncang, bertabrakan dengan sesuatu yang nyaris sama besar, dan kaki Donghyuck terpeleset. Hal itu terjadi sangat cepat hingga bahkan dirinya tidak punya kesempatan untuk menjerit.

Masyarakat Shar adalah pelaut, sebagaimana seharusnya. Sebelum Dewi datang dan memberikan Pulau Selatan untuk ditinggali, masyarakat Shar adalah orang-orang lautㅡrakyat Dewa Lautㅡberlayar dari satu tempat ke tempat yang lain, perompak dan penyamun yang lahir dan mati di laut, terkadang bahkan tidak sempat menyentuh daratan. Meski setelah kepercayaan gelap ditinggalkan, tradisi berlayar masih tetap bertahan. Donghyuck telah belajar berenang bahkan sebelum ia bisa berjalan.

Ketika air menghujamnya, Donghyuck tidak panik. Itu air, hanya air. Ia mengenal air bagai mengenal pantulan dirinya di cermin. Ia mendorong air keluar dari hidung dan berusaha untuk tetap membuka mata, merasakan garam yang menusuk iris matanya. Dalam otak kecilnya, insting memberitahunya untuk menggerakkan tubuh dan berenang ke permukaan, menuju cahaya. Ia mendongak. Untuk sejenak, permukaan air adalah atap bagi dunia yang lain, sebuah kaca biru tembus pandang yang mengurungnya. Kemudian, ia mendengar sebuah lagu.

Paus. Lusinan paus. Sangat besar, lebih besar darinya, lebih besar daripada kapal mereka. Paus-paus itu berenang melewati Donghyuck, tak menyadari keberadaannya dan hanya mendorongnya semakin jauh ke dalam air. Mereka melarikan diri, dan kedua mata Donghyuck melebar mengabaikan rasa perih dari air garam, ketika dari kegelapan, buram dan bergetar, cahaya tertarik menuju air dan membentuk sebuah bayangan, dan sesuatu pun mulai timbul. Sesuatu yang tua dan besar, sesuatu yang tidak jahat tetapi juga tidak baik. Sesuatu yang marah. Sesuatu.

Kisah Paus Putih telah menjadi dongeng pengantar tidur, salah satu yang menjadi favorit Dongsoon, sejauh yang mampu Donghyuck ingat. Potret sang Dewa Laut, penjaga istana yang tenggelam, hantu laut dengan gigi berdarah dan mata biru pucat. Sosok itu menghancurkan kapal dan perahu, memakan manusia. Sosok itu bersembunyi ... dalam kegelapan, di Seacourt. Sosok itu hanya keluar selama musim dingin, ketika salju berayun turun sementara Dewi Matahari tertidur, membiarkan Dewa Laut melepaskan kemarahannya pada kapal-kapal yang melintas antara Pulau dan Bale. Itulah mengapa tidak ada kapal yang diizinkan meninggalkan pelabuhan dan melintasi Seacourt ketika musim dingin.

Oh, Donghyuck pun akhirnya berpikir. Itulah mengapa para paus melarikan diri. Namun ini tidaklah benar, ini tidak bisa jadi benar. Saat itu adalah musim panas, saat di mana Dewi sedang memperhatikan dan Dewa Laut pun dihukum jauh di dasar laut. Ini tidaklah benar, tidak sama sekali.

Kau tidak seharusnya di sini, pikirnya. Kau tidak boleh ada di sini.

Paus Putih berenang mendekat, dengan gerakan sedikit malas. Makhluk itu begitu besar hingga Donghyuck sendiri tidak mampu memperkirakannya, lebih besar dari yang mampu jarak pandangnya tangkap. Makhluk itu menatap ke arahnya, bocah lelaki ini perlahan semakin tenggelam sebab ia tidak berani bergerak, dan Donghyuck merasa sangat kecil, sangat tidak signifikan di hadapan raksasa laut itu, hingga bahkan menghimpun rasa takut pun ia tak mampu. Untuk apa merasa takut kalau ia sudah mati? Ia hanya memandang ke arah paus dan paus itu memandang ke arahnya, beberapa meter di bawah permukaan, dalam beberapa rentang waktu, sebesar si paus putih tua, sebesar dan sedalam laut kebiruan.

Kau tidak bisa menyakitiku, pikirnya, dengan segala yang ia miliki. Kau tidak diizinkan membunuh siapa pun sebelum salju pertama musim dingin. Pergilah, pergi!

Laut menertawakannya dan si paus bergerak semakin dekat, cukup dekat hingga Donghyuck bisa melihat giginya, sangat besar daripada yang ia tahu.

Aku adalah Pangeran Pulau Shar. Aku memiliki darah Dewi Matahari dan Dewa Laut, dan aku memerintahkanmu untuk pergi!

Dan si paus putih langsung berhenti seolah teralihkan oleh sesuatu. Untuk sejenak makhluk itu memiringkan kepala raksasanya, seolah mendengar sebuah panggilan, lalu kemudian berenang melintasi Donghyuck, menerobos permukaan untuk bernapas sebelum kembali menyelam ke dalam neraka tanpa cahaya, dengan suara yang melengking dalam. Saat itulah Donghyuck menyadari paru-parunya terbakar dan tungkai-tungkainya memberat, dengan cahaya yang memanggilnya ke permukaan. Ia kembali hidup dengan teriakan tercekik dan udara yang terasa dingin di wajahnya, berikut garam yang terasa lengket di kulitnya, dan dunia terasa luar biasa indah. Ia membiarkan dirinya mengambang hingga seorang pelaut meraihnya dan membawanya kembali ke atas kapal.

"Itu adalah Dewa Laut," si pelaut memberitahunya ketika ia tersadar, basah dan kedinginan dengan rasa tercekik yang masih tertinggal. Wajah para kru kapal tampak lebih putih dari paus yang semula Donghyuck lihat. "Yang Mulai, Dewa Laut telah memilih untuk bertemu dengan Anda."

Mungkin itu memang Dewa Laut, mungkin itu hanya paus putih yang tinggal di dasar samudra dan sedang keluar mencari makan, tetapi pada akhirnya, makhluk itu tidak menghancurkan kapal, ataupun memakan Donghyuck. Mungkin Donghyuck memang terlalu kecil. Mungkin sang Dewi tengah memperhatikannya. Mungkin sang Dewa Laut tengah memperhatikannya. Donghyuck tidak tahu, dan segera setelahnya, ia melupakan percakapan ini.

Kapal mereka membutuhkan waktu dua hari sebelum mencapai Tanjung Conk. Tiga hari perjalan kemudian, Donghyuck menginjakkan kaki di Dawyd untuk pertama kali.

(Donghyuck baru menyaksikan lima musim dingin ketika ia bangkit dari kematian dan bertemu dengan Minhyung dari Lembah Raksasa.)

*

Sungguh ironi bahwa seluruh persepsi Donghyuck tentang Minhyungㅡkeseluruhan hubungannya dengan Minhyungㅡdipengaruhi cukup kuat oleh pertemuan pertama mereka, dan Minhyung bahkan tidak tahu sama sekali bahwa ia bertemu Donghyuck.

"Apa kau mengerti, Hyuckie? Kau harus menjadi aktor yang baik. Seluruh rakyat kita mengandalkanmu."

Donghyuck cemberut dan dengan perlahan menggerakkan kepalanya ke atas dan ke bawah. Poni pirang jatuh di depan matanya selama beberapa saat dan si gadis pelayan kecil membetulkannya lagi, menyisirnya dengan jemarinya sebelum mengepangnya dengan pita emas dan bunga-bunga merah muda.

"Kalau seseorang sampai tahu ini kau dan bukan saudarimu, kita akan berada dalam bahaya."

Donghyuck bahkan belum berusia lima tahun dan ia tidak mengerti mengapa berbahaya baginya untuk berada di sini.

Kemudian, bertahun-tahun setelahnya, ia akan menyadari seberapa besar risiko yang ayahnya ambil, mendatangi negara asing, negara musuh, dengan membawa satu-satunya putranya ke sana. Jika Raja Lembah tahu, mereka berdua pasti sudah dibunuh, sang raja dan pewarisnya, meninggalkan singgasana dalam kekosongan, lemah. Namun, ayah Donghyuck tidak punya pilihan. Dua puluh tahun telah berlalu sejak terakhir kali Kekaisaran menyerang Lembah, merampas satu kota pegunungan dari mereka. Sepuluh tahun telah berlalu sejak wacana aliansi antara Lembah dan Pulau pertama kali disuarakan. Sepuluh tahun berseteru, saling tidak percaya, sepuluh tahun penuh harapan. Putri Dongsoon akan dinikahkan dengan Pangeran Minhyung, dan aliansi itu akan diikat dengan kehadiran pangeran dan putri itu, tetapi Dongsoonie, si wanita cilik pemberani itu, menyelinap pergi di malam hari untuk menangkap bintang laut bersama salah satu dayangnya dan terkena flu, tiga hari sebelum keberangkatan. Dan sang raja beralih pada Donghyuck dengan tatapan putus asa di matanya.

Si gadis pelayan pergi dan Donghyuck melompat turun dari bangkunya. Gaun panjang itu terasa ketat dan aneh di kulitnya, terlalu licin, seperti menggunakan sesuatu yang terbuat dari cairan. Donghyuck berusaha merentangkannya, tetapi segera berhenti ketika merasa ada yang robek di punggungnya. Ketika ia mendongak, ia menangkap wajah yang familier, balas menatapnya di permukaan cermin.

Ia dan Dongsoon bukan kembar identik dan orang tua mereka sudah sering mengatakan bahwa, hanya karena mereka tampak mirip saat ini, bukan berarti mereka akan tetap begitu sepanjang hidup mereka. Namun, wajah yang saat ini cemberut ke arah Donghyuck di sisi lain cermin adalah wajah Dongsoon. Bibir melengkungnya, keterkejutannya, serta bunga-bunga di kepalanya. Donghyuck dan Dongsoon mungkin bukan kembar identik, tetapi ini bukan kali pertama mereka bertukar peran dan membodohi semua orang selain orang tua mereka, dan baik Raja Lembah dan si putra kedua belum pernah bertemu dengan Dongsoon. Ini hanya untuk beberapa minggu, pikir Donghyuck, dan ini akan berjalan dengan mudah.

Nyatanya tidak.

*

Pangeran Minhyung adalah sosok pucat dan kecil, dengan kaki dan tangan yang kurus, berikut ekspresi linglung di bibirnya. Ia bergelayut di gaun ibunya, hanya mau bergerak ketika wanita itu mendorongnya untuk melangkah maju. Ia terseyok, berhenti tepat di depan Donghyuck, dan membungkuk dengan gugup. Rambutnya memental ketika ia melakukan itu, dan Donghyuck menyadari rambut itu terlalu berantakanㅡbukan rambut yang bergelombang dan keriting seperti milik Donghyuck. Ketika ia menegakkan tubuh, pipinya memerah. Donghyuck meraih ujung gaun Dongsoon dan ia membungkuk sebagaimana yang telah diajarkan oleh biarawati dua hari lalu sebelum keberangkatannya. Gerakan itu tampak canggung dan syukurnya gaun panjang itu menyembunyikan tampilan kakinya yang nyaris tersandung. Ketika ia menegakkan tubuh, wajahnya sama merah sebagaimana Minhyung.

Ia dengan samar menyadari bahwa ayah mereka tengah memperhatikan, tetapi Minhyung tidak mengatakan hal yang lain sehingga Donghyuck pun memilih untuk diam.

"Minhyung, pegang tangan sang putri. Dia tunanganmu sekarang."

Minhyung menelan saliva dan bergerak mendekat, bersikap seolah Donghyuck adalah hiu yang akan mencabik tubuhnya menjadi beberapa bagian. Ia meraih tangan Donghyuck dan menggenggamnya di antara miliknya. Telapak tangannya terasa dingin dan berkeringat di saat bersamaan.

"Aku sangat senang bertemu denganmu," gumamnya di balik napas, dalam suara pelan yang cepat.

"Apa?"

"Aku sangat ...." Minhyung memejamkan mata dan menggaruk kepalanya. Ia menelan saliva lagi. "Aku sangat senang bertemu denganmu. Kuharap kita bisa cocok kedepannya."

Donghyuck berkedip, terkejut, tetapi Minhyung menatapnya dengan begitu banyak ekspektasi dan sedikit rasa takut, sehingga ia tidak bisa menahan diri untuk balas tersenyum. Rileks, ia ingin memberi tahu bocah laki-laki itu. Tidak perlu ada yang ditakutkan di sini. Tunggu sampai kau bertemu dengan Dongsoon yang sesungguhnya, dialah yang paling menakutkan.

Minhyung tersentak, terkejut, dan kemudian meleleh dalam senyuman manis. Tangannya meremas tangan Donghyuck untuk sejenak, nyaris seolah berusaha mengatakan terima kasih. Orang-orang bersorak sorai. Sebuah aliansi pun diresmikan.

*

Untuk tiga hari ke depan, Minhyung dan DonghyuckㅡMinhyung dan Dongsoonㅡtak terpisahkan. Minhyung adalah kucing pengecut. Ia baru saja memulai latihan berpedang dan ia sangat membencinya. Tangannya jauh lebih lembut daripada tangan Donghyuck, dan matanya berubah selebar piring ketika pertama kali Donghyuck mengikat ujung gaun di pinggulnya, menampilkan lutut dengan bekas luka di baliknya, dan mengajari Mark dasar-dasar berpedang.

"Aku tidak pernah bertemu gadis sepertimu," gumamnya, setelah Donghyuck berhasil melucuti senjatanya, dan saat itulah Donghyuck ingat bahwa ia masihlah Dongsoon. Ia berkedip, tertangkap dalam jaring kebohongannya sendiri, tetapi hanya sejenak sebab ia menganggapnya tidak penting. Segala yang Donghyuck lakukan, Dongsoon bisa lakukan dengan lebih baik.

"Kau belum bertemu dengan banyak gadis," ia lantas berucap, dengan kepala yang dimiringkan. Mahkota bunga yang ia kenakan, hadiah yang diberikan oleh Ratu Lembah, bergeser miring di kepalanya dan Minhyung segera membetulkannya dengan eskpresi yang fokus.

"Kau benar, Putri. Aku belum bertemu mereka. Aku harap semua gadis yang kutemui sama menyenangkannya denganmu."

Donghyuck menatap padanya dan keduanya berlari bersama, bermain kejar-kejaran di taman.

*

Di hari kepulangan Donghyuck, Minhyung dan saudaranya mengantar mereka menuju pelabuhan. Donghyuck mengenakan gaunㅡyang semoga menjadi yang terakhir dalam hidupnya. Minhyung menggandengnya menuju dermaga, mengabaikan ejekan saudaranya tentang betapa ia begitu terpesona dengan Putri dari Pulau.

Mereka memandang satu sama lain untuk yang terakhir kali.

"Aku tidak mau kau pergi, rasanya menyenangkan bermain bersamamu."

"Aku akan kembali tahun depan," ucap Donghyuck, meskipun hal itu tidak akan terjadi. Dongsoon-lah yang akan ke Lembah, dan apabila Dongsoon pergi, Donghyuck harus tetap berada di Pulau. Harus selalu ada Pangeran atau Putri Shar di Coraline.

"Aku akan menunggumu," gumam Minhyung. "Aku sangat senang bertemu denganmu, Dongsoon. Kuharap kau akan dinobatkan sebagai omega atau beta sehingga kita bisa menikah."

Kemudian, sebelum semua orang mampu menghentikannya, ia bergerak mendekat dan mendaratkan ciuman di pipi Donghyuck, berdekatan dengan ujung mulutnya. Ketika ia menarik diri menjauh, Donghyuck merasakan wajahnya memerah begitu terang hingga rasanya pandangannya memerah ketika ia berkedip.

*

Lembah tampak bagai hanya sebuah garis tipis yang membentang di kaki langit ketika Donghyuck menarik lengan kemeja ayahnya. Ia telah mengganti pakaian dengan yang lebih nyaman, bukan pakaian putri atau pangeran, tetapi seragam pelaut, bagus untuk memanjati tali dan bergelantungan di dek. (Bukan berarti orang-orang akan mengizinkannya, kecelakaan di Seacourt masih terasa jelas di benak semua orang, termasuk bagaimana Donghyuck nyaris mati.)

"Ah, lihatlah calon pewarisku!" ujar sang raja. "Kau kembali terlihat seperti dirimu."

"Aku selalu terlihat seperti diriku, Yah."

"Tentu saja. Kau melakukannya dengan baik, Donghyuck. Aku minta maaf karena memintamu untuk berbohong, dan terima kasih, karenamu kita berhasil mengatur aliansi dengan Lembah Raksasa. Kau bertindak seperti pangeran sungguhan."

Donghyuck mengembangkan dadanya, penuh rasa bangga.

"Katakan, apa kau menyukai sang pangeran? Menurutmu dia akan jadi pasangan yang baik untuk Dongsoonie?"

"Dia baik, kurasa? Dia bertarung seperti tahi."

"Donghyuck!" Sang raja memperingatkan, dengan heboh, membuat salah satu pelaut, yang memiliki mulut paling kotor dan senyuman licik, yang mengajarkan pada Donghyuck kata-kata sumpah serapah yang belum bocah itu ketahui, terkekeh. "Dia akan belajar, beri dia sedikit waktu. Dia baru saja memulai latihan. Kau menilainya dengan tidak adil."

Mereka bersandar pada dek, menatap ke bawah, ke arah lumba-lumba yang berenang bersama kapal mereka.

"Boleh aku bertanya sesuatu, Yah?"

Sang raja mengangguk.

"Minhyung bilang dia berharap aku ... maksudku, Dongsoon ... dinobatkan sebagai omega atau beta ... Sehingga dia bisa menikahinya ... Tapi kenapa? Bagaimana kalau dia dinobatkan sebagai alpha? Apa buruk menjadi alpha?"

Sang raja melayangkan tatapan gugup. Ia tampak sedikit gelisah. "Tidak, Donghyuck, bukan begitu. Hanya saja, ketika mereka menikah, Minhyung dan Dongsoon harus membuat bayi."

Donghyuck berkedip, kebingungan. "Bayi? Mereka bisa membuat bayi?"

Ia menerima kekehan dan tepukan di kepalanya. "Kau akan mengerti begitu kau dewasa."

"Jadi, alpha tidak bisa membuat bayi?"

"Tampaknya, tidak dengan sesama alpha. Dan hal itu akan tetap sulit apabila Minhyung berakhir menjadi beta sebagaimana saudaranya. Jadi mari berdoa semoga Dongsoon dinobatkan sebagai omega, sehingga tidak akan menyusahkan orang lain."

Donghyuck sedikit merasa tertarik. Angin mengembus rambutnya, membawa mereka pulang. Ia kembali menarik lengan kemeja sang ayah.

"Yah, Ayah."

"Ada apa?"

"Bagaimana kalau Minhyung dinobatkan sebagai omega? Bisakah Dongsoon tetap menikahinya apabila dia juga omega?"

Sang raja melayangkan tatapan heran. "Kurasa tidak, tapi ...."

"Kalau begitu, bisakah aku menikahi Minhyungie? Kau bilang aku akan jadi alpha, iya, kan?"

Sang ayah memandangnya dalam keheningan, terlalu terkejut untuk menjawab, dan kemudian dengan tiba-tiba pria itu meledak dalam tawa kegirangan.

"Oh, Hyuckie, kau tidak akan pernah berhenti mengejutkanku. Tentu saja kau bisa, Nak, kenapa tidak? Kalau bocah itu dinobatkan sebagai omega, dia akan jadi milikmu seutuhnya."

Donghyuck mengangguk, merasa puas.

Jadilah omega, Minhyung. Dan aku pasti akan menjadi alpha. Sehingga kita bisa bermain selama yang kita inginkan.

*

Tidak ada cara yang pasti untuk mengetahui apakah anak akan menjadi alpha, beta atau omega. Namun ada beberapa petunjuk. Donghyuck tidak tahu apa saja petunjuk itu, tetapi tampaknya semua petunjuk mengarahkannya sebagai seorang alpha, sehingga ia pun dibesarkan sebagai seorang alpha. Dengan pedang di kedua tangannya, dengan busur dan panah, serta darah di lututnya akibat jatuh dan bangkit berkali-kali selama latihannya.

Dongsoon duduk di bawah pohon lemon dan memperhatikan saudaranya berlatih anggar, dengan sebuah buku yang berpangku di kedua lututnya. Ketika Donghyuck beristirahat untuk meraih udara, Dongsoon memberikannya air. Ketika Donghyuck berdarah, Dongsoon akan mendelik pada kesatria yang melatih saudaranya dan menarik sang pangeran ke bawah pepohonan, mendesahkan napas sambil membersihkan lukanya dengan serbet yang direndam dengan alkohol yang dicurinya dari dapur.

Semua orang beranggapan bahwa Dongsoon adalah omega yang sempurna, tetapi tidak ada seorang pun yang mendengar apa yang ia gumamkan di bawah napasnya ketika membersihkan luka Donghyuck. "Eunbin bilang dia menemukan jalan rahasia melewati penjara bawah tanah menuju laut. Kau mau menelusurinya bersama kami?"

Donghyuck memiringkan kepalanya. "Apa Jeno boleh ikut?"

"Kalau harus. Kalian tidak boleh sampai memperlambat langkah kami."

"Kau seperti melarang kami. Siapa yang akan selalu disalahkan setiap kali kita kedapatan melakukan sesuatu?"

"Dan siapa yang selalu membuat kita ketahuan?" balasnya. Donghyuck mengerutkan wajah dan meniru protes Dongsoon dengan suara cemprengnya, sehingga gadis itu menuangkan sebotol alkohol ke atas lukanya, membuat Donghyuck nyaris menjerit. "Malam ini, setelah makan malam. Tolong jangan kenakan baju barumu. Kita akan merayapi lumpur."

*

Musim panas selanjutnya, Dongsoon mengemasi pakaiannya dan pergi menuju Lembah untuk menemui tunangannyaㅡuntuk pertama kali, meskipun tak seorang pun akan tahu. Kunjungan itu tidak berlangsung lama. Gadis itu kembali setelah tiga minggu, dan hal pertama yang Donghyuck tanyakan adalah apakah gadis itu menyukai Minhyung.

"Dia baik," jawabnya. "Sedikit membosankan. Kami tidak mengobrol banyak. Dia sedikit sepertimu, berlatih sepanjang waktu."

Oh, sekarang bocah itu berlatih. Minhyung sangat lemah ketika kali pertama Donghyuck bertemu dengannya. Namun ia tidak membosankan, ia sungguh baik-baik saja. Ini baru satu tahun, tetapi satu tahun bagi bocah berusia lima tahun terasa bagai selamanya, dan Donghyuck hanya mampu mengingat sedikit dari wajah Pangeran Minhyung.

"Tapi apa dia lebih baik daripada aku?" tanyanya, bergerak semakin dekat pada saudarinya sehingga ia bisa menyandarkan kepala di pangkuannya.

Dongsoon tertawa. "Tentu saja tidak, Hyuckie. Kau adalah yang terbaik."

"Aku harus jadi yang terbaik. Ayah bilang kau akan menemukan pasangan yang baik apabila mampu membuktikan bahwa kau pantas untuk mereka. Dan aku ingin menemukan pasangan yang terbaik."

"Apakah itu alasan kau selalu berlatih? Siapa yang berusaha kau pikat, Hyuckie? Jeno? Yangie?" Mata Dongsoon melebar. "Apa aku juga harus mulai berlatih? Untuk membuktikan pada Minhyung dari Lembah Raksasa kalau aku pantas untuknya?"

Donghyuck memiringkan kepalanya ke samping sambil memikirkan hal tersebut.

"Apa kau bercanda?" ia akhirnya berkata. "Dialah yang harusnya berlatih untuk membuktikan bahwa dia pantas untukmu."

*

Ketika Donghyuck berusia enam tahun, sang ratu melahirkan dua pangeran kecil. Mereka juga adalah anak kembar, tetapi tidak seperti Donghyuck dan Dongsoon, mereka sungguh identik, bagai dua cermin berbeda yang memantulkan bayi menangis. Mereka memanggilnya Taeho dan Taeyang, dan Donghyuck serta Dongsoon menghabiskan sepanjang musim dingin menggendong mereka mengelilingi istana dan berusaha membuat bayi-bayi itu menyebut nama mereka lebih dulu. (Kata pertama Taeyang adalah mama; kata pertama Taeho adalah Lu, nama kucing domestic ocelot milik sang ratu. Setelah itu, tidak ada yang mampu menghentikan mereka untuk berhenti bicara.)

Ketika musim semi datang, dua pangeran muda itu telah bisa bercakap-cakap dengan saudara laki-laki dan perempuannya dalam bahasa yang hanya bisa dimengerti oleh empat orang itu, dan sang raja mendekati Donghyuck dengan sebuah permintaan.

"Kami telah berpikir, ibumu dan aku, bahwa akan baik apabila kau berusaha untuk berinteraksi dengan calon saudara iparmu. Kami tidak pernah punya hubungan yang baik dengan Lembah dan sudah seharusnya generasi muda mengubahnya. Dan karena sekarang sudah ada keturunan lain, tidak ada alasan untuk tetap menahanmu di sini sementara saudarimu mengunjungi Dawyd."

Mata Donghyuck berbinar.

"Bolehkah aku pergi bersama Dongsoon? Bolehkan? Sungguh?"

"Ya, tapi ... Donghyuck? Itu akan jadi kali pertama semua orang di sana bertemu denganmu, sebagaimana kau juga. Dan mereka tidak boleh sampai tahu kalau pernah bertemu denganmu sebelumnya, apa kau mengerti? Bersikaplah seperti kau tidak pernah melihat Lembah selama hidupmu."

Donghyuck mengangguk dengan semangat. Ia menangkap mata Dongsoon di seberang ruangan. Gadis itu tersenyum.

*

Minhyung jadi sedikit lebih tinggi dan lebih gugup, dengan sebuah kepangan kecil di sisi kepalanyaㅡdi Pulau mereka menyebutnya kepangan harapan, menumbuhkan sejumput rambut untuk membuat harapan jadi kenyataan. Donghyuck tidak punya kesempatan untuk menanyakan maksudnya, mengapa Minhyung menumbuhkan dan mengepang sejumput rambut itu, harapan yang mana yang berusaha ia wujudkan, sebab Minhyung akan memotong kepangan itu setelah duel pertama mereka.

Lagi pula, itu seharusnya menjadi duel persahabatan. Dengan dua pangeran, dua pedang kayu, dan hampir seluruh kerajaan Lembah yang menyaksikan mereka. Dan Donghyuck ... Donghyuck menyukai Minhyung. Dan ayahnya pernah mengatakan bahwa seorang alpha harus menunjukkan yang terbaik dari dirinya kepada orang yang ia sukai. ("Kau harus membuktikan bahwa kau kuat, cukup kuat untuk melindunginya.")

Dan Donghyuck berlatih, hanya untuk ini. Ia ingin menjadi kuat. Ia ingin menjadi pantas.

Ia melakukan yang terbaik, dan ia menang.

Dan kemudian ia harus menyaksikan, keringat meluncur turun dari lengannya menuju ujung pedangnya, di bawah siraman matahari hangat bulan Juni, ketika Pangeran Minhyung dari Lembah Selatan menunduk, menggigit bibir bawahnya agar tidak gemetar, kedua tangannya menyentuh tanah, pedang berbaring di sisinya setelah serangan yang ganas, dan ia berusaha untuk tidak menangis setelah dikalahkan kurang dari satu menit di hadapan ayahnya dan seluruh kerajaan.

Minhyung tidak bicara pada Donghyuck selama sisa waktu kunjungan mereka.

*

Donghyuck tidak mau kembali mengunjungi Lembah, tetapi ayahnya mengirim ia dan Dongsoon di tahun berikutnya, dan segala hal tidak membaik. Minhyung tidak menyukainya, dan Donghyuck tidak bisa menghabiskan waktu bersama Dongsoon sebab ia selalu bersama Minhyung.

Musim panas berikutnya, ia berusaha meyakinkan ayahnya agar bisa tetap di rumah, di mana setidaknya ia bisa bermain bersama Jeno dan Yangyang, tetapi sang raja tidak mengabulkan.

"Kau harus berteman dengan Pangeran Minhyung. Dia akan menjadi bagian dari keluarga suatu hari nanti."

Donghyuck tidak mau Minhyung menjadi bagian dari keluarganya apabila bocah itu selalu bersikap seperti bajingan padanya. Bukan salah Donghyuck apabila ia jauh lebih baik dari bocah itu. Donghyuck cemberut dan mengentakkan kaki ke tanah, tetapi tetap berlayar menuju Lembah karena ia adalah pangeran yang baik dan melakukan sebagaimana yang diperintahkan (hampir sepanjang waktu).

Hari Nama kedelapan Donghyuck dan Dongsoon jatuh selama waktu kunjungan mereka.

Itu adalah hari yang indah. Musim panas baru saja dimulai tetapi hawanya tidak begitu panas. Udaranya berangin dan terasa segar, seperti aroma rumput dan sinar mentari. Dongsoon sudah berjanji akan bermain bersama Donghyuck, hanya hari ini, sebab itu adalah hari ulang tahun mereka, tetapi ketika Donghyuck melompat ke atas ranjang untuk membangunkannya, gadis itu menjawab dalam erangan.

"Tampaknya sang putri memakan sesuatu yang beracun," ucap sang tabib istana, setelah memeriksa lidah Dongsoon. Gadis itu muntah dan Donghyuck harus menatap ke langit-langit ketika sang tabib menuntun Dongsoon mendekati ember di sudut ruangan. Menjijikkan. Ia sudah memperingatkan gadis itu untuk tidak memakan beri ungu mencurigakan itu, tetapi apa Dongsoon pernah mendengarnya? Tidak, gadis itu keras kepala seperti keledai.

"Jadi apa yang harus kulakukan sekarang?" tanyanya, berusaha untuk tidak terdengar menyedihkan. "Ini ulang tahun kita dan kau memakan makanan beracun. Sekarang aku harus melewati hari ini sendirian, tanpa seorang pun teman."

"Donghyuck, maafkan aku, aku menderita di sini. Pergi dan carilah Minhyung. Bermainlah bersamanya."

"Minhyung membenciku!"

"Kau mengganggunya sepanjang waktu! Bersikap baiklah padanya dan dia akan bersikap baik padamu!"

Gadis itu berhenti bicara dan memberi gestur agar ia kembali meraih ember, yang mana Donghyuck lakukan dengan cepat, pun meninggalkan ruangan sebelum Dongsoon memuntahkan seluruh isi perutnya di sana.

Minhyung berada di luar, di taman. Ia bermain dengan bocah tinggi yang berasal dari daerah di luar perbatasan, putra dari panglima perang dan jenderal Lembah yang paling ditakuti. Yukhei baik, tetapi ia tetaplah sahabat Minhyung, yang berarti ia memiliki kewajiban untuk ikut tidak menyukai Donghyuck (meski bocah itu akan bertingkah sangat lucu ketika Minhyung tidak ada). Donghyuck berjalan di bawah rumah pohon dan mendengar mereka tertawa selama beberapa saat. Ia mempertimbangkan untuk kembali dan menghabiskan hari ulang tahunnya sendirian atau bersama Dongsoon, tetapi itu akan membuatnya semakin merasa menyedihkan dan Donghyuck lebih baik dihina daripada merasa menyedihkan. Ia pun berdeham, membersihkan tengggorokan.

"Hei," panggilnya, "boleh aku bermain bersama kalian?"

Terdapat suara gemeresak di dalam rumah pohon, kemudian suara bisikan. Lalu, kepala Yukhei menyembul dari jendela kecil di sana. Ia memandang Donghyuck dengan tatapan menyesal.

"Aku minta maaf, Yang Mulia, tidak ada cukup ruang di sini untuk kita bertiga."

Rasanya menyakitkan, sebab ia sangat tahu bahwa Dongsoon berada di sana bersama Yukhei dan Minhyung tiga hari lalu, dan gadis itu tidak mengatakan satu hal pun terkait ruang yang sempit. Donghyuck merasa terhinda dan menyedihkan, tetapi ia tetap mendongak.

"Tubuhku kecil, aku tidak akan makan tempat terlalu banyak. Atau kalian bisa turun ke sini dan kita bermain bersama."

Yukhei melihat ke dalam rumah untuk beberapa saat. Terdapat lebih banyak gemeresak dan bisikan.

"Dengar, Yang Mulia, ini sungguh ... Mungkin kau bisa kembali dan bermain dengan salah satu pelayan kami?"

Yukhei berusaha bersikap baik, tetapi Donghyuck tidak berada dalam suasana hati yang tepat untuk menghargainya.

"Ya, aku bisa. Atau kau bisa katakan pada pangeranmu untuk tidak perlu bersikap seperti pecundang hanya karena aku selalu mengalahkannya."

Yukhei dengan seketika tertarik menjauh dari jendela dan wajah Mark muncul dengan tiba-tiba. Wajah pucatnya tampak memerah akibat amarah. Ia menunduk menatap Donghyuck dengan tatapan tak lebih dari rasa muak.

"Bagian mana yang tidak kau mengerti? Aku tidak mau bermain denganmu. Tidak ada yang mau bermain denganmu! Pergi!"

"Kau bahkan bukan pangeran," Donghyuck berteriak dengan kencang. "Seorang pangeran sejati akan mampu menerima kekalahan dengan lapang dada. Atau mungkin pangeran sejati tidak akan terkalahkan semudah itu."

"Seorang pangeran sejati akan memiliki teman, Donghyuck. Dan kau tidak punya teman, tidak di sini."

Dan dengan itu, Minhyung kembali menghilang ke dalam rumah pohon. Donghyuck berdiri di sana, gemetar, kedua tangan teregam, untuk waktu yang cukup lama.

"Sungguh ...."

Suara Ten bergema di dalam kepalanya. Kalau kau mau mengumpat, lebih baik lakukan di dalam kepalamu atau ayahmu akan meletakkan kepalaku di atas piring emasnya, pangeran muda. Sehingga Donghyuck mengumpat, di dalam kepalanya, dan ia pastikan untuk menggunakan semua kata yang Ten ajarkan padanya. Sungguh bajingan. Sungguh bajingan kurang ajar. Dasar binatang hina, pengecut luar biasa. Tahi.

Donghyuck mendengus. Jangan menangis, jangan menangis, jangan menangis. Kalau ia menangis, Minhyung dari Lembah Raksasa akan menang dan Minhyung dari Lembah Raksasa tidak boleh menang. Ia tidak boleh menang. Donghyuck akan pastikan itu.

Ia mendongak ke arah rumah pohonㅡsungguh, menyebutnya sebagai rumah pohon terlalu berlebihan, itu hanyalah kumpulan kayu yang diikat satu sama lain dengan tali yang melingkar di sekitar struktur utamanya dan bisa rubuh hanya dengan satu ikatan yang dilepas. Donghyuck menggigit bibir bawahnya untuk berhenti menangis. Ia lantas meraih ujung terdekat tali itu, pun mulai menariknya.[]

.

.

.

Mungkin kalian ingat insiden rumah pohon Mark sama Hyuck di bab-bab awal (mungkin bab 2)? Wkwk ... So, dari bab ini, kelihatan kalo ternyata cinta pertama Mark pun adalah Hyuck (yang disangka Dongsoon) ehew ~

Jangan lupa vote dan komennya ya : D

See you! 💛

Continue Reading

You'll Also Like

39.4K 4.5K 36
Sebuah rahasia yang tidak akan pernah meninggalkanmu...
87.1K 4K 22
[ 18+ Mature Content ] Gerald Adiswara diam diam mencintai anak dari istri barunya, Fazzala Berliano. Katherine Binerva mempunyai seorang anak manis...
42.1K 5.2K 30
Marsha Ravena baru saja diterima di salah satu perusahaan ternama, ia jelas sangat senang karena memang dari dulu itulah yang ia inginkan. tetapi kes...
68.3K 7.3K 60
Chris adalah seorang duda yang memiliki empat anak,anak nakal yang selalu sulit diurus semenjak cerai dengan istri. suatu saat ia bertemu dengan hyun...