[πŸ”›] Semanis Madu dan Sesemer...

By vocedeelion

403K 42.5K 10.5K

"SEMANIS MADU DAN SESEMERBAK BUNGA-BUNGA LIAR" Terjemahan Indonesia dari cerita MarkHyuck terbaik: "Honeymout... More

Disclaimers
Honeymouthed and Full of Wildflowers Playlist
I
II
III
IV
V
VI
VII
VIII
IX
X
XI
XII
XIII
XIV
XV
XVI
XVII
XVIII
XIX
XX
XXII
XXIII
XXIV
XXV
XXVI
XXVII
XXVIII
XXIX
XXX
XXXI
XXXII
XXXIII
XXXIV
XXXV
XXXVI
XXXVII
XXXVIII
XXXIX
XL
XLI
XLII
XLIII
XLIV
XLV
XLVI
XLVII
XLVIII
πŸŽ‰ BIRTHDAY GIVE AWAY πŸŽ‰
XLIX
XLIX (Deleted Scene)
πŸŽ‰ 3K FOLLOWERS GIVE AWAY πŸŽ‰
L
LI
LII
LIII
LIV
LV
LVI
LVII
LVIII
LIX

XXI

4.8K 605 160
By vocedeelion

= BAGAI MALAM TANPA CAHAYA =

.

.

.

Playlist: You're Somebody Else - Flora Cash; I of the Storm - Of Monsters and Men

.

.

.

Ikatan mereka tidaklah rusak, melainkan tertampik ketika Mark melepaskan Donghyuck, bagai benang karet yang tertarik ke bentuk semula, menyambuk Mark dalam usahanya menjauh. Sesuatu itu mengenai tepat bagian terdalam dadanya, melewati permukaan kulitnya, daging dan darahnya, menyentuh sesuatu dalam diri Mark yang tidak memiliki bentuk yang solid, sesuatu yang tidak seharusnya tersentuh, dan sesuatu itu meledakkan suatu rasa sakit di fisiknya, meski ikatan mereka tidak melibatkan fisik. Rasanya seolah jantungmu tertusuk, rasa sakit yang tajam dan akut di tengah-tengah dada Mark, bagai petir keperakan yang membelah langit fajar.

Mark tersandung mundur, merosot ke atas ranjang di samping Donghyuck, satu tangan meremas bagian dadanya, sedang yang lain meremas seprai seolah takut benda itu akan menghilang di bawahnya, seolah terdapat lubang lebih dalam yang akan menariknya jatuh apabila ia tidak berpegangan. Ia mampu mendengar Donghyuck yang terkesiap oleh pintalan rasa panik di tenggorokannya, kesulitan bernapas dan bergetar, tidak kuasa menahan diri seiring dengan kekuatan dari permainan di antara mereka yang secara kasar terputus akibat Mark yang menjauh.

Mereka menghabiskan waktu dengan berbaring di sana, tak mampu bernapas. Dan, untuk waktu ini, menjadi hidup menyakiti mereka. Mark mampu merasakan rasa sakit Donghyuck dan Donghyuck pun mampu merasakan rasa sakitnya, bagai cermin di dalam cermin. Perasaan mereka terefleksikan pada satu sama lain, memantul di antara mereka, lebih kuat dan lebih kuat, menciptakan lorong penderitaan tak berujung, menyamarkan jalan keluar dari labirin rasa sakit yang mereka ciptakan.

Namun, cermin tidak selalu berbohong. Mereka bisa mengungkapkan, dan kenyataan seketika menyadarkan Mark, menatapnya melalui pantulan perasaan Donghyuck. Ia memejamkan mata, kesulitan menghapus gambaran tersebut, tetapi bagaikan cahaya, gambaran itu menembus kelopak matanya, melampaui bulu-bulu matanya. Gambaran yang pucat, dingin dan seram, selaiknya cahaya matahari musim dingin yang mengintip melalui kabut pagi dalam kemurkaan. (Dan kemurkaan itu bisa jadi kuat, tetapi rasa sakit ini, rasa sakit Donghyuck yang terpintal dengan miliknya, terasa lebih kuat, cukup kuat untuk membersihkan pikirannya. Keadaan itu membuatnya kesulitan bernapas tetapi memudahkannya untuk berpikir, dan Mark membencinya, sebab menjadi sadar bahwa ia harus menghadapi konsekuensi dari apa yang telah ia perbuat; rasa malu atas itu.)

Donghyuck masih menangis, selayak ia tidak pernah menangis di hadapan Mark.

Kau menginginkannya cukup memercayaimu sehingga bisa menangis di hadapanmu, tetapi sekarang dia malah menangis karenamu. Kau senang?

Oh, Mark bahkan tidak lagi tahu apa itu kebahagiaan. Rasanya seolah ia menghancurkan kata itu sebagaimana ia menghancurkan Donghyuck.

Mark berharap untuk menyentuhnya, untuk menenangkannyaㅡmengusir rasa takutnya, menghapus air matanya satu demi satu, mendaratkan kecupan di alisnya, dengan lemah dan lembut bagaikan kepakan sayap merpati. Donghyuck adalah omega milik Mark, dan insting memberi tahu Mark untuk melindunginya, tetapi insting juga memberi tahu Mark untuk menyakitinya, untuk menghancurkannya hingga tak berbentuk hanya supaya ia mampu membentuknya ulang, menjadikannya pribadi yang baru, sebagaimana yang Mark inginkan. (Dan, tidakkah itu bodoh, bahwa Mark tidak ingin membentuknya ulang, Mark hanya menginginkannya Donghyuck apa adanya.)

Meski demikian, Mark berusaha menjulurkan tangan, tetapi ia langsung berhenti di tengah jalan manakala merasakan penolakan Donghyuck, bagaimana lelaki itu menjerit melalui ikatan mereka ketika Mark bergerak mendekat padanya, tanpa sadar berusaha menjauh dari sosoknya tanpa menoleh.

Mark menarik napas dengan tajam dan menolehkan pandang. Ini adalah pertama kalinya, sejak mereka menjadi pasangan, Donghyuck menolak sentuhannya. Bahkan semula pun tidak, ketika mereka masih membenci satu sama lain, ketika Donghyuck meminta Mark memenuhi tanggung jawabnya, Donghyuck tidak pula takut pada sentuhannya.

Ini bukannya tidak pantas, tetapi juga tetap menyakiti Mark. Ia mendengus, dan rasa basah mengaliri lehernya. Ia mengusap wajahnya dengan kasarㅡia tidak punya hak untuk menangis, bukan ia, bukan iahanya untuk mendapati bahwa apa yang ia kira air mata nyatanya adalah darah, mengalir bebas dari hidungnya, menuruni rahang dan tulang selangka dan dadanya. Ia tidak tahu apakah hal itu terjadi selama pergumulannya dengan Donghyuck, atau malah terjadi sebagai konsekuensinya sebab telah melepaskan kekuatan penuh paksaan pada pasangannya, dengan cara yang sangat memalukan. Ia merasakan cukup banyak perasaan sehingga tidak lagi mampu membedakan setiap sumber dari rasa sakit itu. Ia harus bangkit dan membersihkannya, ia berkewajiban. Ia harus melakukan sesuatu, apa pun, walau ia sendiri tidak tahu apa yang harus dilakukan.

Namun ketika ia berusaha untuk bangkit dan menjauh dari Donghyuck, si lelaki mengeluarkan jerit kesakitan, napasnya menjadi semakin cepat dalam kepanikan yang beranak pinak. Dengan buta, ia berusaha mencari tubuh Mark, dan ia baru bisa kembali bernapas dengan normal ketika Mark duduk di sisinya.

Bahkan sekarang, Mark sadar, bahkan sekarang naluri biologis Donghyuck mengkhianatinya. Ia membenci Mark, ia harus membenci Mark atas apa yang telah pemuda itu lakukan padanyaㅡdan itu barulah permulaan bagi kesadaraan Mark, meresap ke dalam tubuhnya melalui ikatan mereka, rasa sakit yang meluas yang ditimbulkannya pada Donghyuck. Rasanya seperti berusaha meminum air laut dengan gelas alkohol, dalam tegukan kecil, hingga ketika kau kenyang, kesadaran menunjukkan bahwa kau belum benar-benar memulaiㅡlaut adalah tempat yang luas tanpa ujung, cukup untuk menenggelamkan dirinya di sana. Apabila ada cara yang bisa digunakan untuk mengukur betapa Donghyuck membenci Mark, mungkin samudra akan cukup. Namun, akibat si omega masih dalam masa heat-nya, bahkan di saat terakhir kondisi terkutuk itu, ia mendambakan kehadiran sang alpha. Ia tidak menginginkan Mark di sana, ia bahkan mungkin tidak menginginkan Mark sama sekali, tetapi, ironisnya, apabila Mark pergi, itu akan lebih menyakitinya.

Adalah Donghyuck yang pertama kali menemukan tangan Mark dan menggenggamnya, membawanya ke jantungnya, dan kontak itu kembali membuka ikatan di antara mereka, terlalu dini, terlalu cepat, ketika bekasnya masih berdarah dan bergerigi dan mentah, bagaikan memasukkan jari ke dalam luka yang terbukaㅡluka Donghyuck, yang masih mengalir dalam pikiran Mark. Mark nyaris berteriak atas tekanan itu, tetapi tidak berani menarik tangannya menjauh. Ia membiarkan Donghyuck untuk setidaknya mendapatkan ketenangan kecil ini, meski hal itu datang dengan konsekuensi merasakan setiap apa yang Donghyuck rasakan. (Segala rasa sakit terbuka itu, yang terasa memalukan dan putus asa, Mark merasakan semuanya, bersamaan dengan rasa bersalah sebab telah menjadi penyebabnya.) Donghyuck terus memegang tangannya, enggan melepaskan.

Angin berembus di jalanan, menciptakan awan berdebu, melemparkan dedaunan kering ke dinding batu istana seolah berusaha menghancurkan mereka dan akan melolongkan serapah apabila tidak berhasil menghancurkannya, dan napas kasar Donghyuck berubah tenang hingga satu-satunya suara yang tercipta adalah dari gesekan di seprai manakala Donghyuck gemetar di sana, berikut suara kecil yang lelaki itu gunakan untuk memberi tahu Mark segala yang ingin ia ketahui.

"Pulangkan aku," ucapnya, "kumohon."

Kata-kata itu tersamarkan menjadi sebuah keheningan, tetapi ketidaknyamanannya bertahan, selaiknya suara-suara hantu di dalam benak Mark. Mark memejamkan mata, begitu erat hingga rasanya sakit sebagaimana sekujur tubuhnya. Darah mengotori mulutnya. Rasanya aneh, seperti besi.

"Aku tidak peduli kalau kau menyalahkanku," lanjut Donghyuck. Ia memohon. Ia terdengar menyerah. "Aku tidak peduli kalau kehormatanku hancur, aku tidak bisa melakukan ini lagi. Aku ingin pulang."

Mark tidak memiliki jawaban untuk kalimat-kalimat itu. Ia berjanji, bahwa suatu hari, ia akan melepaskan Donghyuck apabila segalanya berubah menjadi terlalu berlebihan. Sekarang semua sudah berlebihan, tetapi Donghyuck tetap tidak bisa pergi. Musim dingin telah menghampiri mereka, dan kapal terakhir menuju Pulau akan berlayar beberapa jam lagi. Kapal itu akan membawa Jeno pergi. Namun Donghyuck tidak diizinkan untuk pulang, tidak sekarang, tidak selamanya, tidak apabila mereka ingin aliansi ini bertahan. (Mark ingin memberitahunya, kecuali apabila Donghyuck sudah tahu. Ia tahu Mark tidak bisa membiarkannya pergi, dan itu hanya membuatnya menangis semakin kencang.)

Mark melepaskan tautan jemarinya dengan Donghyuck, memperhatikannya menggelengkan kepala dan menyembunyikan wajah ke bantal. Di luar masih gelap. Sebuah malam tanpa bintang, malam tanpa cahaya. Malam yang tak berujung, mengendurkan waktu secara kejam demi menunda fajar.

Namun waktu tidak bisa dihentikan. Dan mereka memiliki sedikit waktu yang tersisa.

Kali ini, Donghyuck tidak lagi panik ketika Mark meninggalkannya. Ia hanya memperhatikan dalam diam, ekspresinya begitu mentah dan tak terbaca. Apakah itu kemurkaan, rasa malu, atau bahkan kesedihan? Mark tidak tahu. Dan tidak bisa bertahan untuk mencari tahu.

Darah di hidung Mark telah berhenti, sehingga ia meraih sebuah kemeja dari lantai dan menggunakannya untuk mengelap wajahnya, membersihkan jejak terakhir darah yang mengering di kulitnya. Ia berpakaian, dengan tanggas dan cepat, mengenakan baju bersih yang beraroma manis seperti Donghyuck, sebagaimana aroma itu telah meresapi setiap celah dalam kehidupan Mark.

Di pintu, Mark menatap Donghyuck untuk terakhir kali. Sebuah buntalan menyakitkan bergelung di atas ranjang, kedua tangan melingkari tubuhnya, mendekap diri sendiri, sebuah cara kekanakan tak berguna untuk mencapai kenyamanan diri. Lelaki itu mendengus ketika pandangannya bertemu dengan Mark, dan dengan cepat menoleh ke arah lain, dan selain daripada itu, ia tidak menunjukkan reaksi yang lain. Namun Mark melakukannya.

"Aku akan berbicara kepada ayahku," gumam Mark. "Aku akan memberi tahu penjaga untuk mengantarmu menemui Jeno, kalau kau mau. Masih ada waktu lebih dari satu jam sebelum fajar."

Donghyuck tidak menjawab, tetapi keduanya tahu bahwa ia akan menemui Jeno, segera setelah Mark pergi. Dan Mark harus. Ia sungguh harus pergi.

"Kau bilang kau pernah mencintaiku," katanya.

Donghyuck tidak mendongak.

"Memang."

*

Sang raja masih dalam posisi sebagaimana Mark meninggalkannya, duduk di kursi berlengannya. Pria itu menatap ke luar jendela, ke arah pijakan batu yang terbentuk dari gerbang utama istana menuju Dawydㅡpijakan sama yang akan dilewati Jeno ketika pemuda itu meninggalkan istana dan Lembah selamanya. Di atas meja kecil, kertas-kertas masih berserakan sebagaimana Mark meninggalkannya. Ia mampu melihat kekusutan yang diakibatkan oleh jemarinya ketika ia meremas kertas itu. Apakah baru beberapa jam lalu? Mungkin kurang. Apabila bukan akibat rasa sakit yang masih bersemayam di pandangan Mark, seperti tudung transparan gelap yang membuat semua warna teredam, membuat seolah kejadian satu jam lalu tidak pernah terjadi, selayak Mark tidak pernah meregamkan jemarinya di jantung Donghyuck dan merasakan detakan di telapak tangannya. (Mark bisa saja berlaku lebih lembut, mendayunya agar memekar seperti bunga. Namun ia tidak melakukannyaㅡia tidak melakukannya.)

Botol alkohol sudah kosong, tetapi Mark juga tidak berharap minuman itu akan mampu membantunya. Alkohol tidak melemahkan ayahnya, tetapi membuatnya lebih keji. Sang raja menganggukkan kepala sebagai bentuk bahwa ia menyadari kehadiran sang putra, tetapi tidak mengatakan sepatah pun kata. Ia menunggu Mark untuk lebih dulu bicara.

Mark lantas berjalan mendekati meja, menyebar kertas-kertas di atas permukaan kayu itu untuk dapat memandang seluruhnya. Ia tahu bahwa hanya ada satu surat, satu-satunya yang tidak pernah ingin Jeno kirimkan, satu-satunya surat di mana pemuda itu dengan berani mengungkapkan perasaannya. Jeno seharusnya membakar surat itu, tetapi ia tidak melakukannya, dan sekarang segalanya berantakan, seperti ubin dalam permainan domino, hanya karena seorang pemuda menyuarakan perasaannya.

Api berderak di perapian, Mark menyadarinya. Segalanya hidup.

Catatan-catatan yang lain tidaklah relevan. Tidak ada nama, tidak ada tanggal, tidak ada spesifik tempat. Siapa pun akan dapat menulisnya. Siapa pun akan dapat menerimanya. Mereka tidak bisa dijadikan bukti terhadap apa pun, tetapi surat itu ... Oh, Mark menyesal, tetapi tidak terlalu. Jaemin juga tidak seharusnya membacanya.

"Apa hanya ini yang Anda temukan di kamar Jeno?" tanya Mark, dan pada titik ini ia tidak sempat terkejut atas nada suara yang ia gunakan. Dingin dan asing, suara yang sama seperti yang ia gunakan pada Donghyuck beberapa waktu lalu.

Sang raja mendongak.

"Apa si burung kecil memberitahumu sesuatu yang lebih?"

Oh, si burung kecil memberitahuku banyak hal. Namun tidak atas kemauan sendiri.

Mark tidak menjawab. Ia tidak mendongak, tidak juga membungkuk. Ia tidak menunggu suara ayahnya untuk mengambil tindakan. Sang raja bisa bersikap licik, ia juga bisa bersikap waspada. Seperti seekor ular, ia bisa melihat pergerakan dari lawannya dan langsung mengambil tindakan. Namun sang raja berpikir bahwa ia telah menang. Dengan kepergian Jeno dan kemarahan Mark, satu-satunya hal yang tersisa adalah menentukan hukuman mana yang akan cocok bagi Pangeran Permaisuri yang tidak bisa diatur, si burung kecil yang berkicau terlalu banyak dan memiliki cakar-cakar tersembunyi yang perlu diisi sehingga cukup tumpul untuk dapat menorehkan darah.

Dan itu adalah apa yang membawa kelegaan di ekspresi sang raja, pikiran bahwa ia akan dapat menghukum Donghyuck sebagaimana yang telah diinginkannya sejak lama, untuk mengembalikan keseimbangan yang telah Donghyuck singgung secara tak sengaja sejak lelaki itu menginjakkan kaki di istana. Oh, sekarang Mark memahami garis besarnya. Pada akhirnya, tidak masalah apabila Donghyuck tidak berkeinginan merendahkan sang raja, sebab apabila ia mampu menciptakan kerusakaan sebesar ini secara tidak sengaja, maka apa yang bisa ia lakukan secara sengaja? Menghentikan, atau setidaknya membatasi tingkahnya kini beralasan, dengan cara yang sangat kejam, kecuali Donghyuck telah membuktikan bahwa itu adalah dorongan perilaku alaminya, bahwa ia tak dapat dihentikan. Satu-satunya yang mampu menghentikan Donghyuck adalah alpha-nya. Dan Mark melakukan hal itu pada akhirnya, iya, kan? Sebagaimana biduk kerajaan, ia memainkan permainan sang ayah. Ia memakan si ratu hitam, checkmate. (Kecuali Donghyuck tidak pernah menyebut Mark sebagai biduk. Ia memanggil Mark sebagai rajanya.)

"Jadi, sudah kau putuskan apa yang akan kau lakukan pada kekasihmu? Perzinahan bukanlah kejahatan ringan di Lembah, terlebih apabila dilakukan oleh seorang omega yang belum memberimu keturunan. Secara resmi, di hukum modern, dia harus dijatuhi hukuman mati, tetapi di zaman dahulu, apabila sang omega terlalu berharga untuk dibunuh, sepuluh cambukan akan cukup untuk menjadi pelajaran tanpa merusak wajah indahnya."

Mark tidak memberi reaksi apa pun terhadap sang ayah, tetapi percikan api mengintip dari sudut matanya, membisikkan kesaksian atas kemurkaannya, dan mereka menari, nyaris bersemangat, membiaskan kekacauan yang mereka dapati darinya.

"Kupikir alasan mengapa kita tidak meresmikan hal ini adalah untuk menghindari kehancuran aliansi," jawab Mark, ketus. Surat itu terasa ringan di tangannya, nyaris tidak terasa.

"Memelihara aliansi adalah prioritas kita, tentu saja, tetapi bukan berarti kekasihmu tidak melakukan kejahatan. Bukan berarti dia bebas dari hukuman."

Api itu berjarak sangat dekat. Dan hangat. Mark mampu merasakan jilatannya di ujung jemarinya. Ia mengambil satu langkah maju, kedua alisnya bertaut, ekspresinya berubah lebih fokus. Ia berbalik, cukup untuk menatap ke dalam kedua mata ayahnyaㅡia ingin menyaksikan ekspresi pria itu ketika ia melakukan ini.

Ia bergumam, "Kejahatan yang mana?" dan menjatuhkan surat tersebut ke dalam api.

Itu, memang, luar biasa memuaskan untuk menyaksikan bagaimana keterkejutan berubah menjadi ketakutan, ketakutan berubah menjadi kemarahan, kemarahan berubah menjadi ketikdakpercayaan, sebelum kembali menjadi kemarahan yang lebih dari sebelumnya.

"Apa yang kau lakukan?" bentak sang raja. Ia bangkit, mendorong sang putra untuk menyelamatkan surat tersebut, tetapi kertas itu terbakar dengan cepat hingga bahkan Mark tidak melihat api melalapnya. Hanya satu detik, satu jilatan warna keemasan, dan surat itu lenyap, selamanya. Lagi pula, itu tidak dimaksudkan untuk dibaca oleh Jaemin, dan apabila sebelumnya memang dimaksudkan demikian, Jaemin pasti akan mengerti. Dengan surat yang lenyap, tidak ada cara untuk membuktikan apa pun yang telah terjadi. (Tentu, terdapat perintah dari sang raja, tetapi perintah dari sang Putra Mahkota pun tak boleh dilupakan.)

"Kenapa kau harus melakukannya, Nak?"

Mark terlalu lelah untuk gemetar di bawah tatapan menuduh ayahnya.

"Tidak, kenapa kau harus melakukannya, Ayah? Kenapa kau sengaja mengadu domba aku dan pasanganku? Apa gambaran mengenai aku yang membuat Donghyuck bertekuk lutut dan mencambuknya di depan pengadilan akan membuatmu senang?"

"Tidak, bukan senang. Namun itu akan membuatku lega, sebab itu membuktikan bahwa kau tidak benar-benar berubah menjadi orang yang sepenuhnya bodoh! Suamimu memberikan selangkangannya untuk pria lain! Tidak menghargaimu, dan aku, di rumah kita!"

Oh, sekarang istilahnya rumah kita, pikir Mark. Kini aku bukan lagi si putra kerdil, anak sang putri kurang ajar dari perbatasan, yang tidak mampu memberimu keturunan sebagaimana yang kau inginkan, putra yang kuat, bengis dan setia sebagaimana yang kau inginkan. Hanya ketika kau ingin aku marah, hanya ketika kau ingin mengendalikanku dengan mudah, hanya ketika kau ingin aku menjadi lemah, kau menyebutnya sebagai rumah kita.

"Alpha yang menyedihkan tidak hanya mereka yang tidak bisa mengendalikan omega-nya, tetapi juga yang tidak menghukumnya ketika bertingkah kurang ajar! Kalau kau tidak mau mencambuk anjingmu, aku yang akan melakukannya! Aku akan membawa perkara ini kepada Dewan, apabila itu yang bisa membuatmu berhenti menjilat tangan terkutuk bocah itu!"

"Kau tidak akan melakukan apa pun, Ayah. Donghyuck bukanlah sosok yang Tuan Jeno bicarakan, dan akan lebih bijak apabila kita tidak lagi pernah membicarakan masalah ini, terlebih di hadapan Dewan."

"Ah, keterlaluan! Apa ini yang bocah itu katakan padamu? Apakah ini kebohongan yang dengan bodoh mau kau percaya? Dan siapakah orang yang beruntung itu, kalau bukan dia?"

Ah, Mark telah menantikan pertanyaan ini. Ia telah mampu menyaksikan roda yang terbalik di kepala ayahnya. Sang raja bahkan tidak mempertanyakan perintah Mark karena pria itu telah melihatnya marah, semarah yang ia mampu, hanya beberapa jam lalu, dan ia tahu kalau Mark masih akan marah apabila Donghyuck benar-benar selingkuh di belakangnya. Maka siapa, pria itu pasti bertanya-tanya. Adalah Jaemin, tentu saja, dan informasi itu akan berpotensi menjadi racun di tangan sang raja. Namun ada pula Sungmin, Mark tidak bisa memanfaatkannya seperti itu. Namun juga ada banyak bangsawan di kerajaan ini. Konsekuensi untuk menikah dengan sesama darah bangsawan di Lembah adalah, pada titik ini, nyaris semua orang bisa disebut sebagai anggota keluarga kerajaan. Ada Taeyong, yang adalah putra satu-satunya dari saudari sang raja, ada beberapa sepupu yang masih termasuk dalam garis keturunan kakeknya, ada banyak sekali pilihan. Namun kemudian ....

"Bagaimana kalau itu aku?"

Sang raja berhenti, kedua alis menyatu.

"Kau? Kau pikir aku bodoh, Nak?"

"Oh, tidak, Ayah, au contraire (Prancis: sebaliknyaㅡpen), aku telah belajar untuk takut pada kebijaksanaanmu. Namun, beri tahu aku, siapa yang akan menghentikanku mengakui kesalahanku di depan Dewan, entah itu benar atau tidak, apabila kau tetap bersikeras membawa permasalahan ini di depan para bangsawan? Hukum perzinahan tidak akan berat apabila dijatuhkan pada alpha, tetapi aku yakin kali ini hukumannya akan diberlakukan dengan berat dan semestinya sebab kejahatan itu dilakukan oleh Putra Mahkota yang menikahi aliansi. Dan bagaimana kerajaan kita, rumah kita, akan mampu bertahan atas pencemaran nama baik itu?"

"Kau tidak akan berani ...."

"Kau tidak tahu apa yang telah kulakukan hari ini, apa yang telah disebabkan oleh akal bulusmu padaku. Kau tidak tahu apa yang telah kulakukan untuk memperbaiki semua ini. Dan juga, kau tidak punya keturunan yang lain sekarang. Kau tidak bisa menyingkirkanku sehingga aku sarankan kau untuk duduk dan dengarkan dengan hati-hati setiap kata yang akan kukatakan."

"Kau ... apa kau datang kemari ... untuk mengancamku?"

Seolah tidak memercayai apa yang telah ia dengar, sang raja kembali duduk. Ia menatap Mark seolah tidak mengenalinya. Sejujurnya, Mark pun tidak mampu mengenali dirinya sendiri. Ia memerintah dirinya untuk tidak gemetar. Ia memerintah dirinya untuk tidak bimbang. Ia tidak boleh menunjukkan kelemahan satu pun, sebab ayahnya hanya mampu mengerti bahasa kekuasaan. Yah, Mark akhirnya tahu apa yang bisa ia lakukan dengan kekuasaan yang sudah seharusnya ia miliki.

"Aku datang kemari untuk memohon izinmu. Dan aku tidak mengharapkan yang lain selain itu darimu."[]

Continue Reading

You'll Also Like

52K 11.4K 131
Jimin membutuhkan biaya untuk operasi transplantasi ginjal sang bunda namun dia bingung mencari uang kemana dalam waktu kurung 2 bulan. Sementara CEO...
78.5K 3.6K 8
meskipun kau mantan kekasih ibuku Lisa😸 (GirlxFuta)πŸ”ž+++
111K 9.7K 22
Ernest Lancer adalah seorang pemuda kuliah yang bertransmigrasi ke tubuh seorang remaja laki-laki bernama Sylvester Dimitri yang diabaikan oleh kelua...
57.5K 7K 31
Setelah kepergian jennie yang menghilang begitu saja menyebabkan lisa harus merawat putranya seorang diri... dimanakah jennie berada? Mampukah lisa m...