DIA ACHA (PUBLISH ULANG)

By DinaRigita

1.8M 195K 15.3K

PLAGIAT DILARANG MENDEKAT πŸ“Œ (Follow sebelum membaca) -Revisi- Acha, gadis cupu yang berhasil menginjakkan ka... More

Prolog (βœ“)
Part 1 (βœ“)
Part 2 (βœ“)
Part 3 (βœ“)
Part 4 (βœ“)
Part 5 (βœ“)
Part 6 (βœ“)
Part 7 (βœ“)
Part 8 (βœ“)
Part 9 (βœ“)
Part 10 (βœ“)
Part 11 (βœ“)
Part 12 (βœ“)
Part 13 (βœ“)
Part 14(βœ“)
Part 16
Part 17
Part 18
Part 19
Part 20
Part 21
Part 22
Part 23
Part 24
Part 25
Part 26 (βœ“)
Part 27 (βœ“)
Part 28 (βœ“)
Part 29(βœ“)
Part 30
Part 31
Part 32
Part 33
Part 34
PART 35
Part 36
Part 37
Part 38
Part 39
Part 40
Part 41 (βœ“)
Part 42 (βœ“)
Part 43
Part 44
Part 45
Part 46

Part 15

32.1K 4.1K 191
By DinaRigita

Happy Reading.

Berada di rumah hanya berdua dengan Abangnya sangat tidak menyenangkan. Tidak bisa mengadu pada Bunda jika Abangnya membalas kejahilan dengan menggelitikinya.

Yusi juga tak mengerti, apa yang sebenarnya sudah terjadi sama Abangnya ini. Pulang dari acara kumpul sesama geng raut wajahnya marah sekaligus menahan emosi tapi sekarang malah tertawa riang bersama sahabatnya.

Ayah dan Bundanya sedang pergi keluar kota. Menghadiri pernikahan anak rekan kerja Ayahnya di kota Bandung.

Masakan dimeja makan sudah habis tak tersisa. Ini semua ulah Abangnya yang membawa para cecunguknya datang kerumah. Bukan hanya makanan yang mereka habiskan, ice creamnya pun habis tak tersisa.

"Abang?!!" teriakan Yusi begitu menggema didalam kamar Arjuna.

"Hm," jawab Arjuna singkat.

"Anterin beli Rendang," rengeknya disamping Arjuna yang sedang main PS bersama Doni.

Satria dan Key sudah tertidur pulas diranjang Arjuna. Mereka bertiga memang sering tidur dirumah Arjuna. Apalagi saat kedua orangtuanya pergi.

Bukan Arjuna yang menyuruh, tapi mereka sendiri yang meminta izin kepada Bundanya. Karna kalau meminta izin pada Arjuna jelas ditolak mentah mentah.

Arjuna melirik Yusi sekilas, "Manja banget, biasanya juga beli sendiri lo!"

"Ini udah jam 12, Yusi takut keluar malem."

Doni menautkan satu alisnya, "Biasanya lo malah pulang pagi Yus," kata Doni yang masih fokus kearah Ps.

Yusi memukul lengan Doni dengan keras, "Enak aja lo Dono!"

"Naik mobil Key sana!" perintah Arjuna.

Yusi mencebikkan bibirnya sebal. "Gak mau," tolak Yusi.

"Kenapa?"

"Maunya sama Abang." Gadis itu bertolak belakang marah.

"Gak!!"

Yusi mendekati cowok itu, dia menggoyangkan tangan Arjuna keras, "Ayolahh Abang,"

"Gak! Gak! Gak! Jauh Yus, males gue. Beli aja Capjay depan komplek, dirumah juga masih ada nasi."

Yusi menghela nafas pelan. "Yaudah deh," akhirnya Yusi pasrah dan pergi membeli Capjay depan komplek perumahannya.

Yusi melihat dua orang yang tengah tertidur pulas di kasur Arjuna. Gadis itu mencebikkan bibir mengingat kedua orang gila itu yang sudah menghabiskan stok es krimnya. Ide cemerlang terlintas begitu saja di otak Yusi. Gadis itu mengambil dua buku tebal Arjuna yang tergeletak dimeja lalu melemparkannya kearah Satria dan Key.

Bugh

Yusi segera berlari dan menutup pintu dengan keras. Arjuna dan Doni terbelalak mendengar pintu kamar tertutup kencang dan buku tebal yang menimpa kedua sahabatnya secara bersamaan.

Key terlonjak kaget dan langsung terduduk begitu saja, "Allahu Akbar,"

Sontak hal itu membuat Arjuna dan Doni tertawa terbahak-bahak melihat Key yang terduduk manis dengan wajah cengo.

"Siapa yang lemparin buku kearah gue?"

Key menatap tajam kearah Arjuna dan Doni, tapi mereka malah asik tertawa. Keynan melihat tangan keduanya memegang stik PS, itu artinya bukan mereka pelakunya.

Key melirik tajam kearah Satria yang masih tertidur pulas. Buku tebal itu menutupi wajahnya.

Pasti ulah si kadal, geram Key dalam hati. Cowok itu menendang Satria kearah samping hingga terjatuh.

Gedebugh

"Aww.. sshh" ringisnya mengelus bokong.

Satria bangun dengan mata yang setengah terbuka. "Gempanya berapa magnitudo sih sampe bikin gue jatoh ?!"

Satria buru buru berdiri dan langsung berlari. Satria sudah memegang ganggang pintu dan bersiap keluar, namun ucapan Key membuat langkahnya terhenti.

"Gausah sok gak tau deh. Lo kan yang lempar gue pake kamus bahasa Inggris?!!" Key mengangkat buku tebal itu kearah Satria.

Satria mengerutkan dahinya menatap Key, "Ha?" cengonya. "Apaan sih Bang Key?"

"Ngaku gak lo?"

"Ngaku apaan sih njir? Gue aja baru bangun gara gara gempa!!"

"Lo semua kok pada santai sih?! Ini gempa besar! Kita harus keluar rumah!!!!" Satria kesal karna tak ada mereka masih santai.

Krik.... Krik...

Arjuna dan Doni diam saja melihat suasana yang mengundang peperangan antara kedua orang sinting akibat ulah adiknya. Mereka tak peduli dan lebih memilih untuk melanjutkan kembali permainan yang tertunda.

"Lo liat ini apa?" Key memperlihatkan Kamus Bahasa Inggris yang sangat tebal kearah Satria lagi.

"Lo ngapain kok malah baca Kamus?!! Bukannya ikut lari!"

"Gak ada gempa!!!"

Cowok itu mengedipkan mata berkali-kali.

"Adanya lo yang ngelempar buku setebel ini di wajah gue dan pura-pura tidur!!"

Apaan!! Satria baru saja bangun dikagetkan gempa malah di tuduh melemparkan buku di wajah songongnya.

"Enak aja lo. Bukan gue yang nglemparin njir!"

"Lo mah gitu orangnya suka bo'ong
"

Satria menatap ke samping kasur, terdapat buku paket Biologi di tempat ia jatuh tadi.

Satria mengambil dan menujukkan buku tebal beratusan halaman itu. "Ini apa?!! Jangan-jangan lo yang ngelempar nih buku ke gue?"

"Kebalik bangsat, ngapain juga gue ngelemparin tuh buku dimuka jelek lo. Kasian bukunya!" geramnya. "Yang ada tuh lo! Lo cemburu sama wajah tampan gue sampe nglemparin nih buku."

Satria mengerjapkan matanya berkali-kali. Kemudian memperlihatkan buku yang berada ditangannya.

"Terus ini apa kalo bukan kelakuan lo ?"

"Lo yang ambil tu buku buat ngelemparin ke gue!" Key tak terima. "Tapi pas gue bangun lo pura-pura tidur!!"

Satria mendengus kesal, "Gue tidur beneran Njing!!"

"Alasan doang lo mah."

Satria merasa ada yang berbeda dengan dirinya. Jika memang ada gempa yang besar, lantas kenapa hanya dia yang jatuh ke bawah? Sedangkan Key masih di atas Kasur?,

"Tunggu bentar.. barusan lo nendang gue?"

Key mengangguk.

"Jadi bukan gempa?"

Keynan mengangguk lagi. "Emang bukan, gimana enak tendangan gue?"

"Wah kurang ajar lo bangke." Satria membuang buku Paket asal. Cowok itu melipat lengan bajunya keatas dan langsung menghampiri Key.

Key pun sama. Cowok itu turun dari kasur dan bersiap perang dengannya.

"Hiyyaaaa-"

Brakk..

Pintu terdobrak. Arjuna, Doni, Key dan Satria mengalihkan pandangan ke arah pintu

Brukk...

Yusi terjatuh diambang pintu. Gadis itu menduduk ke bawah lantai. Mereka masih menatap bingung kenapa Yusi seperti itu. "Abang," ucapnya dengan lemah.

"Ngagetin aja lo Yus." kaget Satria mengelus dadanya.

"Baiklah kita lanjutkan peperangan in-"

Yusi mendongak menatap Arjuna. Keempat cowok yang melihat keadaan gadis itu terkejut bukan main. Matanya bengkak dan mengeluarkan air mata. Pipi yang sedikit memburu seperti habis terkena tamparan keras seseorang. Dan luka yang terdapat disudut bibirnya.

Tunggu? Ada apa dengan Yusi? Kenapa wajahnya babak belur begini??

"Yusi!!!?" teriak semuanya dan menghampiri Yusi.

Yusi memeluk Arjuna dengan erat. Gadis manis itu menangis di pelukannya. Arjuna mengisyaratkan Doni, Satria, dan Key untuk melihat apa yang sudah terjadi diluar.

Arjuna membopong Yusi dan mengangkatnya di ranjang. Cowok itu nengelus pelan rambut adiknya penuh sayang untuk memberinya sedikit ketenangan.

"Yusi takut Abang hikss.. Yusi ditam-par hikss.. Yusi dido-rong. Mm- ma-kanan Yusi hikss.. diambil pak-sa Baang,"

"Hiksss... Yusi t-taa.. kutt."

"Hikss.. Mang Jamal juga dikeroyok pas bantuin Yusi."

"Yusi taakutt.. Baaang" Yusi masih saja terisak, bahkan tangisannya lebih kencang.

Tangan Arjuna mengepal kuat mendengar penuturan adik kesayangannya ini.

"Yuu.. si-"

Arjuna mengarahkan telunjuknya kebibir Yusi, "Stt.. udah, sekarang Yusi tidur dulu. Besok baru cerita ke Abang."

Yusi mengangguk paham kemudian memeluk erat Abang itu. Menempatkan kepalanya kedada bidang Arjuna dengan nyaman.

Arjuna mengelus rambut Yusi dengan sayang. Tak lama kemudian Arjuna mendengar dengkuran halus dari adiknya, menandakan Yusi sudah tertidur.

Arjuna membenarkan posisi tidur Yusi, membiarkan Yusi untuk dikamarnya sementara. Cowok itu mengambil kotak P3K untuk mengobati luka Yusi. Pipi Yusi terlihat membiru, dan Arjuna yakin yang menamparnya itu seorang laki-laki. Dia saja tak berani memukul adiknya, tapi dia?

Lihat saja, Arjuna tidak akan membiarkannya hidup tenang.

Tak lama kemudian Doni, Satria dan Key datang menghampiri Arjuna.

"Jun, gue sama Satria bawa Mang Jamal kerumah sakit dulu."

Arjuna mengangguk menanggapi ucapan Key.

"Siapa Don?" tanya Arjuna pada Doni.

"Masih belum diketahui. Kata Mang Jamal mereka menggunakan masker, tapi ada yang aneh dari mereka," Doni menggantungkan ucapannya.

"Apa?"

"Yusi ditolong salah satu anggota cewek dari mereka. Kata Mang Jamal ada dua anggota cewek yang menyerang diluar kompleks. Tiga pria berbadan besar menyerang Mang Jamal, dan satu cowok lagi dia yang sudah menampar Yusi, dia adalah ketua Geng."

"Dua cewek?" ulang Arjuna.

Doni nengangguk, "Tapi, saat cowok itu mau menampar Yusi yang kedua kalinya di cegah sama tuh cewek."

Arjuna mengerutkan dahinya. "Siapa mereka?"

"Itu dia yang kita gak tau Jun."

Arjuna mengepalkan tangannya kuat."Kita cari tau besok, beritahu seluruh anggota buat kumpul ditempat biasa sepulang sekolah."

Doni mengangguk paham.

****

Yusi terus tertawa mengingat kejadian yang menimpa kedua Sahabat Abangnya itu. Sangat menyenangkan jika menjahili seseorang, apalagi cecunguk Arjuna. Moodnya langsung kembali baik.

Malam yang begitu sunyi tidak membuatnya takut, karna kompleknya ini selalu aman sentosa. Penjahat macam apapun akan mundur sendirinya, karna mereka tidak akan bisa melewati gerbang listrik komplek. Kecuali dengan password menggunakan jari masing-masing pemilik rumah.

"Kayaknya lagi happy banget ni Neng Yusi." sapa Mang Jamal, satpam depan komplek. Biasanya satpamnya ada dua, tapi Istri Mang Gunawan sedang sakit. Jadinya hanya Mang Jamal sendirian.

"Iya Mang, abis ngejahilin Bang Key sama Bang Satria, " katanya sembari terkikik kecil.

"Kebiasaan deh Neng Yusi. Mau kemana male-malem gini?"

"Diwarung Ibuk Jum, beli Capjay," Pak Jamal mengangguk dan ber'oh'ria.

"Mang Jamal anter ya Neng, takut ada semut keinjek gula manis berjalan."

Yusi terkekeh mendengar lawakan Mang Jamal yang sering ia dengar. "Gak usah Mang, gulanya bawa mikroskop kok jadi aman," kelakarnya.

Mang Jamal tertawa mendengar ucapan Yusi.

"Iyawes sana. Hati hati lo Neng. Kalo ada Gangster langsung lari masuk."

"Siap Mang," tegas Yusi dengan tangan hormat ala paskibra.

Jarak antara warung makan Bu Jum dengan kompleknya sangat dekat. Hanya tinggal menyebrang dan sedikit kekanan.

"Ibuk Jum. Capjaynya satu bungkus yak,"

"Iya Nak Yusi."

Tak perlu waktu lama pesanan Yusi sudah dibungkus dan bertengger manis ditangan Yusi. Tak lupa gadis itu pun membayarnya, kemudian berjalan kedalam kompleks.

Terdengar deru kendaraan yang memekik telinga. Ibuk Jum langsung menutup warungnya. Dan Yusi dengan cepat ia berlari seribu langkah kedalam kompleks.

Mang Jamal sudah bersiap untuk menutup gerbang komplek. "Cepetan Neng," teriaknya.

Terlambat sudah. Kini Yusi sudah dikerubungi oleh beberapa motor Gangster, makanan yang berada ditanganya diambil secara paksa.

Mereka tertawa melihat Yusi menangis. Beberapa diantaranya menyerang dan merusak barang diluar komplek.

"Cukup!" perintah sang ketua, membuat mereka berhenti mengerubungi Yusi dan berlalu pergi.

Dia turun dari sepeda, datang menghampiri Yusi dengan satu cewek cantik dibelakangnya.

Yusi gemetar kakinya begitu lemas. Gadis itu menangis ketakutan. Bibirnya tak mampu berkata kata lagi.

"Bagaimana kabarmu sayang?"

Yusi mendengar suara itu, tapi tak begitu jelas karna ditutup masker. Matanya begitu tajam dam menusuk.

Plak..

Satu tamparan berhasil mendarat dipipi mulusnya. Cowok itu menampar Yusi dengan penuh amarah.

Cowok itu mengelus pipinya pelan seraya berkata,"Kalo ada yang nanya itu dijawab sayang."

Yusi hanya bisa menangis sesenggukan sambil memegangi pipinya yang nyeri.

Mang Jamal terkejut melihat adegan itu. Pria setengah baya itu langsung berlari menolong Yusi. "Neng Yusi," teriak Mang Jamal.

Cowok itu melirik Mang Jamal tajam. "Cegah dia," ucapnya dengan dingin dan tajam.

Ia kembali mememegang lengan Yusi, menariknya kuat untuk menghadap kearah Mang Jamal yang dikeroyok oleh 3 anggotanya. Mereka menendang dan memukul Mang Jamal hingga tak berdaya.

Yusi hanya bisa menangis dan meneriaki nama Mang Jamal dalam hati.

"Cukup!!" perintahnya untuk menghentikan pengeroyokan Mang Jamal.

Cowok itu menarik Yusi untuk menghadap padanya dan kembali menamparnya. Yusi menutup mata rapat, takut.

Tapi aneh kenapa tidak ada tamparan yang mendarat dipipi Yusi?

Gadis itu mendongak, ternyata ada seorang cewek cantik mencegah tamparan cowok tersebut. "Gue mohon jangan sakiti dia," katanya.

Yusi benar-benar bersyukur.

"Baiklah," Cowok itu mendorong Yusi kuat hingga oleng. Untung saja cewek  itu menangkap badan Yusi.

Cowok itu mencengkeram lengan Yusi kuat. "Pergi, dan jangan kembali dihadapkanku!"

Bagaimana Yusi nggak kembali ke hadapan cowok ini? Kalo wajahnya saja Yusi tak tau. Gadis mungil itu takut jikalau dirinya nanti tak sengaja berhadapan dengan pria itu.

Cewek cantik itu membantunya dan mengantarkan Yusi pulang. "Ayo, gue anter. Lo gak perlu takut sama gue,"

"Kalian pergi dulu. Gue nyusul!" perintah Ketua.

Cewek bermata lentik itu berhenti dan membawa Mang Jamal ke pos. Mengambil obat di dalam tas dan mengobati lukanya dengan betadine.

Setelah itu, dia mengantar Yusi pulang kerumah.

Sedari tadi Yusi meliriknya. Ia sangat penasaran dengannya, akhirnya ia memberanikan diri memperkenalkan dirinya terlebih dahulu.

Gadis itu mengulurkan tangannya. "Aku Yusi, kakak siapa?"

"..."

Baiklah. Walaupun sedikit takut, ia coba bertanya sekali lagi."Siapa namamu Kak?" tanyanya. "Kenapa kakak menolongku?" pertanyaan kali ini sedikit was was.

"Lo gak perlu tau."

"Bolehkan Yusi melihat wajah kakak?"

"Gak!"

"Kenapa kakak bergabung dengan mereka? Mereka jahat Kak, sedangkan kakak baik. Jangan jadi seperti mereka kak Yusi mohon." ujarnya dengan tatapan memelas.

"Bukan urusanmu."

Tiba tiba cewek itu berhenti membuat Yusi mengerutkan dahinya.

"Kenapa berhenti Kak?"

"Tugas gue hanya sampai disini. Semoga lekas sembuh, maafkan perbuatan temanku tadi. Dia gak sengaja." ucapnya sembari memberikan dua hansaplast bergambar Doraemon.

"Simpanlah ini Yusi,"

Dia melambaikan tangannya dan kemudian berlari dengan cepat meninggalkan Yusi yang menatapnya khawatir.

Sebelum Yusi masuk rumah. Mang Jamal menghampirinya. Mang Jamal mengikuti mereka dengan cara bersembunyi, takut terjadi sesuatu dengan gadis yang suka jahil itu.

"Neng Yusi?"

Yusi menoleh kebelakang."Mang Jamal." Yusi berhambur kepada sosok Ayah keduanya.

Mang Jamal itu orangnya asik, dia selalu mengajaknya bercanda bahksan Mang Jamal selalu mendengarkan kelu kesahnya dikala sedih.

Melihatnya seperti ini membuat Yusi sakit hati dan merasa bersalah. "Maafin Yusi Mang, ini salah Yusi," isaknya.

Mang Jamal mengusap air mata Yusi. "Bukan salah Neng Yusi, udah ya nangisnya sekarang Neng masuk ya. Abang Juna pasti khawatir,"

Pria paruh baya itu menghela nafas pelan. "Mang baik baik saja Neng. Jangan khawatir ya," ucap Mang Jamal tersenyum memenangkan.

Yusi mengangguk paham kemudian masuk kedalam rumah.

****

Dua Ribu Word lebih 😆
Part terpanjang yang pernah ku tulis :v
Wkwkwk..
Jangan lupa vote dan commentnya eperibadiii 💕💕

Continue Reading

You'll Also Like

566K 7.1K 23
Klik lalu scroolllll baca. 18+ 21+
205K 9.4K 17
Level tertinggi dalam cinta adalah ketika kamu melihat seseorang dengan keadaan terburuknya dan tetap memutuskan untuk mencintainya. -𝓽𝓾𝓡𝓲𝓼π“ͺ𝓷�...
514K 25.5K 73
Zaheera Salma, Gadis sederhana dengan predikat pintar membawanya ke kota ramai, Jakarta. ia mendapat beasiswa kuliah jurusan kajian musik, bagian dar...
10.5M 922K 61
~Don't copy my story if you have brain~ CERITA INI HANYA FIKSI! JANGAN DITIRU! 'Si cuek yang tiba-tiba agresif' Start : 18 Februari 2023 End : 27 Mar...