[🔛] Semanis Madu dan Sesemer...

By vocedeelion

401K 42.4K 10.5K

"SEMANIS MADU DAN SESEMERBAK BUNGA-BUNGA LIAR" Terjemahan Indonesia dari cerita MarkHyuck terbaik: "Honeymout... More

Disclaimers
Honeymouthed and Full of Wildflowers Playlist
I
II
III
IV
V
VI
VII
VIII
IX
X
XI
XII
XIII
XIV
XV
XVI
XVII
XVIII
XX
XXI
XXII
XXIII
XXIV
XXV
XXVI
XXVII
XXVIII
XXIX
XXX
XXXI
XXXII
XXXIII
XXXIV
XXXV
XXXVI
XXXVII
XXXVIII
XXXIX
XL
XLI
XLII
XLIII
XLIV
XLV
XLVI
XLVII
XLVIII
🎉 BIRTHDAY GIVE AWAY 🎉
XLIX
XLIX (Deleted Scene)
🎉 3K FOLLOWERS GIVE AWAY 🎉
L
LI
LII
LIII
LIV
LV
LVI
LVII
LVIII
LIX

XIX

5.1K 623 240
By vocedeelion

= APABILA ADA TEMPAT DI MANA AKU BISA TERUS BERSAMAMU, AKU AKAN MENDATANGI TEMPAT ITU =

.

.

Playlist: Human - Christina Perri

.

.

Mark cukup awas dengan tatapan bingung yang mengarah padanya seiring langkahnya mengikuti Dongyoung, bersama tubuh yang terbalut oleh pakaian yang tidak bisa disebut pantas. Ia mendelik pada seorang pelayan yang tanpa malu menatap dada telanjangnya, mengintip dari balik jaket yang ia kenakan. Wanita itu dengan cepat menunduk dan segera terbirit pergi sebelum Mark mampu mengomelinya.

"Kenapa kau tidak memanggilku lebih cepat?" bisiknya, dan Dongyoung mengernyit.

"Kau pikir aku tidak berusaha? Bahkan Jaehyun tidak bisa memberiku izin untuk masuk, atau mungkin bahkan dia tidak mau. Aku harus menunggunya pergi sebelum bisa memasuki kamarmu."

Tindakan Dongyoung yang mempertaruhkan karier politiknya, dan mungkin bahkan kebebasannya, demi membantu Mark tidak dapat lepas dari pikiran pemuda itu, tetapi sekarang pusaran rasa cemas yang terurai di benaknya terasa begitu mendesak dan membuatnya tidak mampu memikirkan hal selain posibilitas bahwa sahabat Donghyuck akan mati di tangan ayahnya.

"Raja memberi perintah dengan sangat jelas. Kau tidak seharusnya diganggu, terlebih hanya karena hal ini."

"Hanya? Maksudmu gerakan politik pembunuhan ini? Usaha pembunuhan atas perwakilan diplomatik negara lain? Apa orang-orang di Pulau Selatan tahu bahwa putra seorang bangsawan didakwa atas ... apa? Pengkhianatan? Apa yang ayahku dakwakan pada Jeno? Apa yang telah pemuda itu lakukan? Dia selalu bersama Donghyuck!"

Dongyoung berhenti dengan tiba-tiba manakala mendengar suara gemerisik petugas patroli malam.

"Bisakah kau memelankan suaramu, Mark? Tidak satu pun orang di istana tahu penyebabnya. Masalah ini belum resmi. Dan kita tidak seharusnya ada di sini."

"Kau membicarakan soal pengeksekusian." Mark berbisik kali ini, tetapi kata-kata itu tetap terdengar seolah menuduh, dan Dongyoung mengangkat sebelah alis sebab nada suara macam itu.

"Itu adalah apa yang kudengar dari sang menteri. Maksudku, itu yang ayahmu inginkan, tapi aku tidak berpikir hal itu akan benar terjadi. Tindakan itu ... secara diplomatis tidaklah bijak."

"Itu memang sama sekali tidak bijak!" seru Mark. "Apa kau tahu siapa Jeno Lee? Siapa ibunya? Apabila ayahku ingin bunuh diri, dia seharusnya langsung membakar istana ini, karena kalau kita menyentuh sehelai rambut saja dari kepala Jeno Lee yang berharga, kita akan langsung mendapat kunjungan dari Kekaisaran dan Pulau Selatan yang meminta penjelasan, bahkan sebelum salju pertama tahun ini."

"Dan itulah alasan mengapa Dewan Pribadi sang raja dipanggil malam ini untuk menentukan apa yang harus dilakukan. Dakwaan resmi belum dikeluarkan, jadi kau masih punya waktu untuk melakukan sesuatu. Aku tidak tahu apa yang mereka tuduhkan pada Jeno Lee, tetapi dia dikurung di dalam kamarnya dengan penjagaan ketat siang dan malam untuk memastikan bahwa dia tidak kabur."

Mark mengumpat pelan begitu Dongyoung selesai bicara. Mereka hanya berjarak beberapa kelokan saja dari kamar pribadi sang raja yang selalu memiliki penjagaan ketat.

"Kau harus pergi," ucap Mark. "Akan lebih baik kalau ayahku tidak melihatku bersamamu."

Itu adalah tindakan pencegahan yang tidak perlu, sebab besok sang raja akan tahu bahwa Dongyoung-lah yang memberi peringatan pada Mark, dan Dongyoung pun sadar akan hal tersebut. Namun tetap, pemuda itu datang memberitahunya, dan Mark sangat bersyukur atas itu. Kesetiaan adalah sesuatu yang sangat berharga di dalam lingkup istana, dan hal itu harus dipergunakan dengan sangat hati-hati.

"Terima kasih atas perhatianmu," Mark bergumam dan Dongyoung mendengus.

"Setidaknya salah satu dari kami memutuskan untuk bertindak sebagaimana seorang teman. Aku tidak menyangka Jaehyun mengkhianatimu seperti itu."

Oh, tetapi Jaehyun tidak mengkhianatinya, Mark sadar, ketika ia mengingat nada mendesak yang si kesatria lontarkan padanya beberapa hari lalu. Ia mencoba memberi tahu Mark sesuatu, mungkin sesuatu terkait Jeno Lee, mungkin juga bukan. Namun tetap, Jaehyun tidak berkorban sebesar yang Dongyoung lakukan saat ini.

"Kau harus berhati-hati, Mark. Meski aku memilih untuk tetap berdiri di pihakmu dan menjagamu agar tidak melakukan hal-hal bodoh sepanjang waktu, ini adalah pertama dan terakhir aku bisa membantumu. Aku mungkin akan disingkirkan dari ibu kota, dipindahkan ke kota perbatasan terpencil, sejauh mungkin darimu, begitu malam ini berakhir."

"Lalu, kenapa kau melakukannya?"

Api obor menyinari kegelapan yang menudungi wajah Dongyoung, mengubahnya menjadi bayangan panjang dan gelap yang melintas di sekitar wajahnya. Nyala itu membuat ekspresi si pemuda tampak ambigu, setengah serius, setengah puas, dan Mark tidak tahu bagaimana ia harus bereaksi akan itu. Dongyoung mengambil satu langkah maju dan melingkarkan sebelah tangan di sekitar leher Mark, bergerak mendekat untuk berbisik di telinganya.

"Sebab kau adalah pangeranku, dan aku bertaruh untukmu. Ingatlah bahwa aku pernah membantumu. Ketika saatnya tiba, jadilah rajaku dan bantulah aku."

Oh, kesetiaan. Suatu hal yang sangat berharga, memang. Adalah tindakan yang tidak bijak dengan memiliki utang terhadap kesetiaan, dan tampaknya itulah yang Mark miliki sekarang.

Dongyoung menepuk punggung Mark dan segera pergi, menghilang di balik kegelapan istana. Mark tertinggal seorang diri, dengan hanya berjarak beberapa langkah saja dari ayahnya, juga percakapan yang tidak ingin ia lakukan. Ia menarik napas dalam, menegakkan tubuh dan berusaha tampak seperti seorang pangeran alih-alih laki-laki yang menghabiskan waktu tiga hari menyetubuhi laki-laki lain. Rasanya sulit memiliki aroma manis Donghyuck yang melekat di tubuhnya; terasa begitu lengket, bagai tetesan madu di kulitnya.

"Yang Mulia," gumam salah satu penjaga yang berdiri di depan pintu, kedua mata melebar mendapati Mark yang berjalan di koridor. Butuh beberapa waktu untuk menghilangkah keterkejutan akibat penampilannya: rambut yang berantakan dan baju yang kusut. Ketika akhirnya mereka kembali sadar, keduanya bergerak mendekati satu sama lain, sebagai bentuk usaha memblokir langkah Mark. Sang pangeran mendengus.

"Minggir."

"Tidak bisa. Kami menerima perintah ...."

"Yah, kalian baru mendapat perintah yang lain," ujar Mark, dan pasti terdapat sesuatu dalam nada bicaranya, sesuatu yang bagi kedua pria yang telah mengenalnya sejak ia masihlah remaja, tidak pernah dapati sebelumnya. "Biarkan aku masuk. Aku harus bicara dengan sang raja."

Mereka tampak ragu, tetapi tetap tidak bergerak memberi jalan.

"Yang Mulia bilang ...."

"Baik, tampaknya kalian harus memilih antara membuat ayahku atau aku yang marah malam ini. Tapi harus kuperingatkan, ayahku tidak meninggalkan pasangannya yang sedang heat untuk ada di sini, jadi pilihlah dengan bijak. Aku sedang tidak bisa sabar."

Kedua penjaga itu bertukar lirikan dengan cepat, pertama melirik satu sama lain, dan kedua melirik wajah Mark, sebelum salah satu dari mereka akhirnya berbalik dan mengetuk pintu. Pintu pun terbuka dan si penjaga berbisik melalui celahnya. Pintu kembali ditutup setelahnya.

Mereka menunggu dan Mark mendapati dua penjaga itu tampak semakin gelisah. Ia sadar bahwa mereka bisa mencium aromanya dan Donghyuck. Lagi pula, Mark berjalan keluar dari kamar dengan lingkup kabut feromon yang masih menyelubunginya, dan itu cukup tidak pantas, tidak sebagaimana ia seharusnyaㅡpangeran tanpa cela dari Lembah, selalu terkendali, selalu bersikap pantasㅡtetapi sekarang ia tidak peduli akan itu.

Benang ikatan serasa tertarik dan mengendur di benaknya. Donghyuck pasti terbangun dan menyadari bahwa ada sesuatu yang salah. Mark mampu merasakan kecemasan sang pasangan di dalam dadanya, memanjati rusuknya dan mengeratkan pegangannya dengan cara yang tidak nyaman.

(Dan sebagaimana ia mampu merasakan Donghyuck, Donghyuck pun pastilah juga merasakannya. Lelaki itu mungkin mampu merasakan hawa dingin malam di kedua kakinya seolah ialah yang berdiri di depan apartemen sang raja, ia mungkin mampu merasakan warna-warni emosi dan kecemasan yang menghiasi hati Mark. Donghyuck sangat andal dalam membaca perasaan Mark selayak ini. Berapa lama lagi sampai lelaki itu akan belajar untuk bisa membaca pikiran Mark? Satu-satunya hal yang mungkin menghentikan Donghyuck adalah rasa takut akibat apa yang mampu ia temukan di sana.)

Mark mendongak ketika akhirnya pintu terbuka, menampilkan Jenderal Hwang, ayah Yukhei. Pria yang merawat Mark ketika ia masih kecil, menggendongnya mengitari taman, dan pria yang juga mengajarinya bagaimana cara melayangkan bogeman. Mark menduga pria itu akan marah, tetapi yang ia lakukan hanyalah melirik Mark, dengan bau amis di aromanya, dan sesuatu selayak rasa prihatin yang melintasi ekspresi di wajahnya.

"Kau tidak seharusnya di sini," ucapnya, "dan seseorang akan mendapat hukuman apabila kau memaksa untuk masuk. Kembalilah ke kamarmu, Yang Mulia, setubuhi kekasihmu dengan baik. Nikmatilah hari-hari penuh kebahagiaanmu."

Namun, tidak ada kebahagiaan di atas ranjang Mark, tidak pernah ada. Dan tidak akan pernah ada kebahagiaan di sana apabila sesuatu sampai terjadi pada Jeno.

"Biarkan aku masuk," ujar Mark, dan itu adalah perintah dari sang Putra Mahkota.

Kemudian, tidak ada yang bisa pria itu lakukan selain membukakan pintu baginya.

*

Mark menduga sang raja akan marah, tetapi ketika mata mereka bertemuㅡMark di pintu, ayahnya duduk di sisi perapian, dengan segelas minuman keras yang bersinar di tangannyaㅡalih-alih terlihat marah, sang raja tampak ... nyaris senang.

"Aku berharap kau bisa menunggu hingga heat Pangeran Permaisuri berakhir," ucapnya sebagai sebuah salam. Sekujur tubuh Mark menegang akibat kekesalan atas nada suara yang terdengar mengejek itu, tetapi ia berusaha untuk tetap bersikap tenang. Ia tidak boleh terlihat seperti bayi apabila berharap sang ayah mau mendengarkanㅡsebuah tujuan yang sulit dicapai, mempertimbangkan bagaimana sang ayah tidak pernah benar-benar memandangnya sebagai orang dewasa, atau bahkan mendengarkan kata-katanya.

"Aku berharap aku tidak perlu meninggalkan suamiku tanpa pengawasan hanya karena salah satu tamu diplomatis terhormat kita hendak dipenggal kepalanya," Mark balas menukas.

Sang raja mendengus dan menatap ke arah pria lain di dalam ruangan itu. Mark memutar kepala mengikuti arah pandangnya dan mendapati sekelebat wajah gugup Jaehyun.

"Kurasa sudah tidak ada yang perlu kita bahas, kalian bisa pergi sekarang," ucap sang raja. "Aku akan menemui kalian lagi besok. Jaehyun Jung, kau juga boleh pergi, tetapi tunggu di luar kamarku. Aku butuh kau memberi laporan pada putraku begitu aku selesai bicara padanya."

Jaehyun adalah yang pertama pergi meninggalkan ruangan itu, dengan bungkukan dalam dan tanpa satu pun lirikan pada Mark. Satu per satu anggota Dewan Pribadi, penasihat pribadi sang raja, mengucapkan salam sebelum kemudian berlalu dari kamar itu hingga hanya Jenderal Hwang saja yang tersisa. Ia memberi gestur pada Mark untuk duduk di depan perapian, di hadapan ayahnya, dan menepuk pundaknya dengan lembut.

"Yang Mulia," ucapnya sebagai salam terakhir.

Pintu kemudian tertutup di balik punggung Jenderal Hwang, mengurung Mark berdua dengan sang ayah, berikut derakan api di jantungnya.

Sang raja meraih sesapan panjang pada minuman keras di tangannya, permukaan gelasnya menangkap cahaya di perapian, memecahnya menjadi beberapa bagian yang kemudian terpancar ke seluruh ruangan.

"Kau tampak tegang, anakku," ujar sang raja, bergerak menyandarkan punggung ke sandaran kursinya. "Dan juga lelah. Kau seharusnya tetap berada di antara selangkangan emas omega-mu malam ini. Apa yang membawamu kemari? Apa kau sudah tidak memercayai kemampuanku memimpin kerajaan?"

"Aku khawatir, Ayah. Apa aku salah? Laki-laki itu ...."

"Laki-laki itu tidak akan kehilangan kepalanya, tentu saja. Meskipun, apabila dia adalah rakyatku, dia akan terpenggal bahkan sebelum kau punya waktu bergabung bersama kami."

Mark mengangguk, seketika merasa lega. Setidaknya sekarang ia tahu bahwa mereka tidak akan berperang di akhir minggu ini.

"Bolehkah setidaknya aku tahu apa yang kau dakwakan padanya?" tanyanya dengan hati-hati, dan sang raja melayangkan tatapan tajam padanya. Pria itu tidak akan memberi tahu Mark, setidaknya, tidak sekarang. Ia ingin menikmati momen ini, meningkatkan ketegangannya. Ia ingin membuat Mark menunggu, membuatnya bingung, membuatnya frustrasi hingga pemuda itu merasa lelah untuk sekadar melawan.

"Mengapa itu penting buatmu?" sang raja akhirnya bertanya. Pengalihan, sebagaimana yang telah Mark duga. "Kau tidak punya alasan untuk memedulikan hidupnya. Dia hanyalah bangsawan dari negara lain, bahkan bukan bangsawan yang penting, terlepas dari koneksinya. Dia jelas tidak pantas menerima kepedulianmu seperti ini. Kau tidak seharusnya di sini, Mark. Kau seharusnya berada di kamarmu, melakukan kewajibanmu sebagaimana yang kusuruh, sebagaimana yang diharapkan seluruh rakyat padamu."

"Kau jelas tahu sebagaimana aku, bahwa Jeno Lee adalah sahabat Donghyuck! Kau tidak bisa ...." Mark menahan kata-katanya. Terlepas dari usaha terbaiknya, percakapan itu kembali jatuh ke dalam pola yang memang diharapkan ayahnya. Sebagaimana sebuah permainan, permainan antara kucing dan tikus, dan Mark selalu, selalu menjadi si tikus, yang apabila tidak kalah sepenuhnya, maka keluar dalam keadaan tanpa luka. Namun tidak pernah ada kemenangan baginya, tidak pernah.

"Kau tidak bisa menyuruhku menghamili suamiku sedangkan kau menempatkan sahabatnya dalam tahanan, dan kemudian berharap aku tidak akan cemas bahwa hal ini dapat memengaruhinya," ucap Mark mengakhiri, dengan desahan napas frustrasi.

Tanpa diduga, sang raja tertawa.

"Oh, tidakkah ini menarik? Aku tidak menduga kau akan melibatkan hati ke dalam kewajibanmu, tidak sampai sejauh ini, maksudku. Apa kau khawatir suamimu tidak lagi mau mengangkang untukmu apabila menyadari apa yang kami lakukan pada sahabatnya yang berharga? Bukan berarti bahwa hal itu penting, sejak kita berdua tahu bahwa kau tetap tidak bisa membuatnya hamil."

Ucapan itu begitu lemah, nyaris remeh, tetapi setajam silet. Membekukan keluhan di bibir Mark, mengubahnya menjadi racun. Ia tidak bisa menelannya, tidak pula bisa mengeluarkannya. Racun itu bersarang di mulutnya, terasa seperti ketakutan yang kuat.

"Akulah raja di istana ini, Mark. Tidak ada yang terjadi di dalam lingkup dinding ini tanpa sepengetahuanku, bagaimanapun caranya."

"Terlalu berbahaya, Donghyuck akan ...."

"Aku tidak peduli dengan alasanmu. Aku mengandalkanmu, Nak, seluruh rakyat mengandalkanmu. Mengapa sampai sesulit ini? Apa kau alpha yang buruk hingga tidak mampu mengikuti instingmu dengan benar? Atau lelaki itu adalah omega yang buruk?"

Mark menunduk, merasakan kedua pipinya terbakar. Ia ingin berteriak bahwa Donghyuck itu sempurna, sempurna, dan setidaknya lelaki itu menyukai Mark. (Setidaknya Mark mampu membuat sang permaisuri menyukainya.)

"Tapi, sebagaimana yang kukatakan, itu tidaklah penting. Yah, mungkin penting bagimu, setelah malam ini, tapi apabila nantinya memang tidak penting, ingatlah bahwa ini adalah perbuatanmu sendiri."

"Maukah kau memberi penjelasan padaku alih-alih terus memberiku teka-teki? Apa yang akan terjadi pada Jeno Lee?"

Bayangan sebuah seringai muncul di wajah sang raja. Pria itu sangat menikmati ini. Ia kembali menyeruput minuman kerasnya.

"Ah, Jeno Lee. Sejujurnya, aku tidak peduli dengan kehidupan bangsawan kecil ini sama sekali, tapi kau tahu jauh lebih baik ketimbang aku bahwa aku tidak bisa menempatkannya dalam bahaya tanpa membahayakan negara kita juga. Dan, terlepas dari apa yang kau dan orang-orang pikirkan, aku jelas peduli pada Lembah. Kecemasan terbesarku adalah untuk menjaga rakyatku tetap aman, dan itu jelas lebih penting ketimbang tingkah remeh untuk balas dendam."

"Jadi, apa yang akan kau lakukan padanya?"

"Tidak ada. Dia akan dipulangkan, besok. Dia akan dikirim ke pelabuhan terdekat dan di sana dia akan mengambil kapal terakhir yang berangkat menuju Pulau sebelum badai musim salju datang. Salah satu prajurit kita akan pergi bersamanya untuk menyampaikan dua surat yang kutulis secara pribadi, satu untuk ayahnya dan satu untuk sang raja, untuk menjelaskan alasan pemulangannya. Biarkan rakyatnya yang memutuskan bagaimana cara menghukumnya." Sang raja bangkit dan berjalan mendekati jendela. Ia memandang ke luar, ke kota Dawyd yang melebarkan kedua tangannya yang serakah ke seluruh lembah. Kerajaannya. "Memutuskan apa yang harus dilakukan padanya adalah hal yang sulit, tetapi kami memilih untuk berbelas kasih. Selain anggota Dewan Pribadi, Kesatria Jaehyun Jung dan akuㅡyah, menurutku setelah malam ini, kau jugaㅡtidak ada seorang pun yang akan tahu apa yang telah dia lakukan, dan semua pihak yang terlibat akan dapat menjaga kehormatannya. Tidakkah ini terlihat penuh belas kasih, anakku?"

Mark bergerak bangkit, merasa begitu frustrasi hingga rasanya ia ingin berteriak.

"Oh, kau memang orang yang penuh belas kasih, Ayah," erangnya di antara rahang yang merapat. "Kau sangat pemaaf karena tidak membunuh pemuda tak berdosa yang dengan sengaja kau jebak sehingga kau bisa membuktikan sesuatu padaku. Aku tahu kau marah karena aku menentangmu, tapi apa kau perlu sampai melangkah sejauh ini?"

Derak di perapian adalah satu-satunya suara di ruangan itu ketika ayah Mark berjalan kembali dan duduk di kursinya, mengundang Mark untuk kembali duduk. Pria itu tampak tenang, dan aura yang terselubungi kesenangan yang telah Mark dapati sejak semula masihlah di sana, melekat sekuat mungkin. Ayahnya menikmati ini. Tidak, bahkan lebih, ayahnya merasa puas.

"Kau masihlah anak-anak, Mark," ucap sang raja dengan senyum puasnya yang menyeramkan. "Kau tidak bisa berbicara padaku tanpa kehilangan kendali. Dan lihatlah kau, kau beraroma seperti omega yang sedang heat, dan kau berjalan keluar dari kamarmu ke kamarku tanpa memedulikan etika dan sopan santun, ikut campur dalam rapat dewan pribadi tanpa diundang dan menuduhku sebagai raja yang tidak adil. Apabila hal ini terjadi di hari yang lain, aku mungkin akan melihatmu telanjang dan melambaikan tangan di hadapan para menteri di halaman. Aku akan mengajarimu apa itu ketidakpantasan, sebab kau tampak melupakannya sejak lelaki yang kau nikahi mengisap penismu."

Ia akan begitu. Mark yakin, di hari yang lain ia akan seperti itu, tetapi bukan hari ini. Apa itu, pikir Mark, apa yang pria itu miliki atasnya? Mengapa ia tampak sangat bahagia?

"Kalau begitu, kenapa kau tidak menghukumku?"

"Karena tidak perlu. Aku memberitahumu apa yang harus dilakukan, aku memberikan nasihatku, awalnya, kemudian perintah, sebagai permintaan terakhir, dan kau dengan keras kepala memilih untuk mengabaikan keduanya. Dan aku tidak perlu menghukummu, karena dampak dari keputusan bodoh itu akan menimpamu, dan hanya dirimu."

Pengalihan demi pengalihan. Namun pertanyaan yang paling penting tetap belum terjawab. Apa yang telah dilakukan Jeno Lee?

"Apa maksudmu?"

"Itu artinya aku bisa menjadi seorang raja yang berbahaya, anakku, tetapi aku tidak akan mengancam seseorang dengan kematian apabila mereka tidak melakukan sesuatu yang membuat mereka pantas untuk mati. Dan kau boleh tidak setuju padaku sekarang, tapi kuyakinkan kau, sebelum matahari terbit, kau akan menyesal bahwa Jeno Lee bukanlah salah satu rakyat kita dan tidak bisa mati di tiang gantung negara ini."

Mark berkedip, tidak dapat memahami maksud dari kata-kata ayahnya, dan sang ayah nyaris menertawakan ekspresi kebingungannya. Pria itu kemudian mengangguk ke arah meja, di mana Mark mendapati beberapa kertas yang tergeletak berantakan di atas permukaan kayu gelapnya. Kebanyakan dari mereka adalah catatan-catatan kecil, tetapi terdapat sebuah amplop. Amplop itu berwarna putih, tanpa ada tulisan apa pun di atasnya, tetapi Mark mampu melihat kalimat panjang yang tertulis pada lembar surat di dalamnya.

"Itulah kebenaran, dan aku tidak akan menyangkalnya, bahwa aku memerintahkan Jaehyun untuk menggeledah kamar laki-laki itu demi menemukan sesuatu yang menguatkan, sesuatu yang dapat mendukungku memulangkannya apabila aku ingin. Dan benar bahwa aku melakukannya untuk memberi pelajaran padamu. Namun, Jaehyun menemukan sesuatu yang lebih menarik. Sebuah surat. Yah, kumpulan surat. Salah satunya menarik minat kami. Kau melihat surat itu sekarang, dan aku akan sangat ingin kau membacanya."

Mark meraih amplop itu dengan tangan yang bergetar dan membukanya. Semula, ia memindai dengan perlahan, matanya memijaki kata demi kata, dan ketika mencapai akhir, sekujur tubuhnya seketika bergetar hingga ia sendiri tidak mampu melanjutkan membaca. Kertas berderak di tangannya.

Ketika ia menurunkan surat itu, mengembalikannya ke atas meja, dan mendongak, mata sang ayah masih memandangnya, dengan bayang senyuman di wajah serta segelas minuman keras di tangan.

"Dan sekarang, karena kau sudah tahu apa yang laki-laki itu lakukan, aku harus bertanya padamu, apa yang akan kau lakukan pada kekasihmu?"

***

Apabila ada suatu tempat di mana aku bisa menciummu di bawah sinar mentari, aku akan mendatanginya.

Mark hanya membaca surat itu sekali. Keseluruhannya nyaris buram, tetapi terdapat kalimat di sana, paragraf demi paragraf, melekat di benaknya, tinta dan kertas berubah menjadi besi dan api.

Ia membaca hampir seluruh pesan yang berserakan di meja. Tanpa nama, hanya ada keterangan tempat dan waktu. Beberapa adalah puisi, tercetak dalam tulisan bersambung yang indah di atas secarik kertas lembut.

Malam ini di perpustakaan. Ketika fajar, di ruang musik. Aku akan menunggumu. Mimpikanlah aku malam ini. Kebohonganmu terasa bagai cumbuan di bibirku, Sayang.

Mereka berhati-hati, sangat berhati-hati. Kau harus bersikap hati-hati selama memainkan permainan yang berbahaya, dan mereka memainkan permainan yang paling berbahaya. Catatan-catatan tersebut ditulis dalam tulisan tegak bersambung yang elegan, yang bisa kau pelajari dari guru yang galak dengan rotan di tangan, siap memukul buku-buku jarimu apabila kau mencetak tulisan yang tidak masuk akal. Surat itu ... Suratnya tampak gugup, begitu jujur dan terbuka, kata-katanya tipis, tinggi, tergores di permukaan kertas bagai sebuah tangisan, bagai sebuah pengakuan. Itu adalah, Mark menyadarinya di saat ia mulai membaca, tidak pernah dimaksudkan untuk dikirimkan.

Aku tidak berharap untuk menginginkanmu, bahkan setelah pernikahan itu, tetapi aku tetap menginginkanmu. Namun aku tetap menginginkanmu. Betapa bodohnya aku. Betapa bodohnya kau.

Seorang prajurit baru tengah berjaga di bagian sayap tamu istana. Mark telah bertemu dengannya beberapa kali, melihatnya mengayunkan tombak di sekitar lapangan pelatihan. Mata si laki-laki melebar manakala mendapati Mark mendekat. Ia mengambil langkah maju, sebagai usaha menghentikan si pangeran agar tidak melangkah melewatinya, tetapi ia kemudian merasakan ada badai yang mengitari Mark dan membuatnya bergetar, kedua kakinya melemah. Ia adalah laki-laki yang pintar. Ia melangkah ke sisi, membiarkan Mark melewatinya laiknya longsor saljuㅡberusaha supaya tidak diempas, berusaha supaya tidak dihajar sampai mati.

"Di mana kamar Tuan Jeno?" Mark bertanya.

"Sang raja sedang mengurungnya, Yang Mulia."

"Aku bertanya padamu, di mana kamarnya?"

"Kamarnya di lantai dua, Anda akan melihat prajurit menjaga pintunya. Tapi, Yang Mulia ...." Si penjagaㅡsi bocah laki-laki, demi Dewi, ia terlihat sangat mudaㅡtampak gelisah. "Apa Anda di sini karena Pangeran Permaisuri?"

Mark berkedip. "Maaf?"

Bulan demi bulan rasanya bagai mimpi, tetapi sudah saatnya untuk bangun.

"Pangeran Permaisuri, dia ... Dia datang kemari beberapa menit yang lalu sebelum Anda. Dia bilang Anda memberinya izin untuk datang. Kami tidak bisa melarangnya, tapi dia tadi ...."

Ia masih dalam masa heat, mungkin hari terakhir, tetapi ia masih dalam masa heat. Dan ia pergi meninggalkan kamar, sendirian. Ia pergi untuk menemui Jeno.

Aku cemas bahwa setiap malam kita akan tertangkap, tetapi di saat yang sama, aku juga mengharapkan hal itu dengan sepenuh hati. Biarkan mereka tahu. Biarkan mereka tahu.

Dan apabila Mark sebelumnya marah, maka sekarang ia luar biasa murka. Ia mampu merasakan Donghyuck, ia selalu bisa merasakan Donghyuckㅡsuatu gema menjengkelkan di ujung benaknya, tetapi kehadiran lelaki itu sekarang terasa bagai pukulan palu pada kuku, sakit luar biasa. Donghyuck berada hanya beberapa jarak darinya, dan lelaki itu sedang dalam masa heat. Dan ia bersama Jeno.

Mark sempat berbicara pada Jaehyun, Jaehyun yang menunggunya di luar kamar sang raja, Jaehyun yang sangat ingin memberi penjelasan, sangat ingin mengatakan bahwa ia menyesalㅡbukan sebuah permintaan maaf, melainkan suatu bentuk rasa prihatin.

("Mereka selalu bersama, bahkan ketika kau masih di sini. Namun ketika kau pergi, Donghyuck tidak pernah meninggalkan sisinya. Dan itu ... itu tidaklah pantas. Itulah mengapa ayahmu memerintahkanku untuk menggeledah kamarnya. Dan aku menyesal Mark, aku sangat menyesal.")

Dan itulah yang pastinya mereka semua rasakan, bukan? Prihatin. Karena Mark percaya. Mark percaya bahwa mereka akan bersama, bahwa tak peduli seberapa mengerikan dan sulit perjalanan mereka, mereka akan bersama pada akhirnya. Namun, apa memang mereka pernah melangkah di jalan yang sama?

Ia melangkah dalam langkah lebar, tidak benar-benar peduli.

(Ada sebuah kenangan, berkilau dalam pikiran Mark, sebuah kenangan di hari terakhir musim panas. Bunga-bunga emas. Langit biru. Cahaya matahari meleleh bagai nektar di atas dedaunan pohon besar di dekat danau, melukis bunga-bunga emas di permukaan rambut gelap Jeno.

"Donghyuck sangat menyukai bunga, Anda tahu?"

Tidak, Mark tidak tahu, tetapi Jeno tahu. Jeno selalu tahu terlalu banyak, dan Mark tidak pernah tahu dengan cukup.

"Dia tidak akan merayu Donghyuck sama sekali. Lagi pula, tidak ada yang bisa. Jangan tersinggung, Yang Mulia."

Apakah ini yang pemuda itu maksud? Apa ini liang yang Mark gali untuk dirinya sendiri?)

Para penjaga membungkuk ke arah Putra Mahkota. Mereka tidak pernah melakukan itu, tetapi Mark juga tidak mampu membayangkan bagaimana penampilannya saat ini. Seperti orang gila, mungkin. Seorang pria yang terluka.

Aku lelah bersembunyi dalam kegelapan. Aku lelah melakukan segalanya dalam kerahasiaan, seperti seorang kriminal.

"Sudah berapa lama dia ada di dalam?" tanyanya, dan para penjaga saling bertukar pandangan cemas.

"Dia tiba tepat sebelum Anda, Yang Mulia."

"Apa dia sendiri?"

"Ya, tapi ...."

Dan kenapa seorang omega milik anggota keluarga kerajaan dibiarkan bertingkah semaunya? Mereka menunduk, tidak yakin mengenai apa yang harus dikatakan. Mereka semua masih muda, baru menjadi prajurit beberapa bulan yang lalu. Mark adalah yang merekrut mereka, tetapi tidak satu pun dari mereka memiliki hubungan yang dekat dengannya. Jika saja Hendery yang berjaga di sana, atau Hongwon. Mereka tidak akan pernah membiarkan pasangan sang pangeran, terutama di masa heat, berada di dalam kamar seorang terduga kriminal, sendirian. Tetapi prajurit-prajurit ini masih muda dan tidak yakin, dan Donghyuck bisa saja menekan mereka, apabila ia ingin. Mereka akan diasingkan, sang raja pasti akan melakukannya, dan itu semua adalah salah Donghyuck.

Sebesar apa pun aku menginginkanmu, kita tidak bisa bersama, kau dan aku. Kau adalah seorang pangeran, dan selamanya akan tetap menjadi pangeran, tetapi aku tidak akan pernah menjadi itu. Namun, apa yang kau beri padaku, meski tidak cukup, sudah lebih daripada apa yang pantas aku dapatkan.

Oh, banyak hal yang akan menimpa Donghyuck, setelah malam ini. Dan kemurkaan Mark akan menjadi yang pertama.[]

.

.

Setelah nerjemahin bab ini, aku deg-degan dan gemetaran guys~ T-T

Continue Reading

You'll Also Like

407K 33K 58
Kisah si Bad Boy ketua geng ALASKA dan si cantik Jeon. Happy Reading.
213K 17.6K 89
"Jadi, saya jatuh dan cinta sendirian ya?" Disclaimer! Ini fiksi nggak ada sangkut pautnya di dunia nyata, tolong bijak dalam membaca dan berkomentar...
592K 28.4K 36
Alzan Anendra. Pemuda SMA imut nan nakal yang harus menikah dengan seorang CEO karena paksaan orang tuanya. Alzan kira yang akan menikah adalah kakek...
244K 3K 73
•Berisi kumpulan cerita delapan belas coret dengan berbagai genre •woozi Harem •mostly soonhoon •open request High Rank 🏅: •1#hoshiseventeen_8/7/2...