RAKA - The Ruler Of Ramos βœ“

By sheylawrites

82.7K 7.5K 1.3K

[TeenFiction - Romance - Comedy - Badboy] [DILARANG KERAS MENIRU ADEGAN APAPUN YANG TERDAPAT PADA CERITA INI]... More

RAMOS
1. Raka Sayudha
2. Shiren Aysila
3. Raneea Starla
4. Boleh Baper Gak?
6. Ribut
7. Sisi Lain
8. Want to join with us?
9. Balas Dendam
10. Berjuang atau Terbuang
11. Yang Kalah Harus Cium Yang Menang
12. Crazy BadBoy!
13. Family
14. Menguak fakta
15. Toilet Cewek
16. Mencari Bukti
17. Misi Pertama
18. Baikan Bukan Balikan
19. Miliki atau Biarkan Pergi
20. You'll Die!
21. Meet The Fugitive
22. Fight!
23. Misi Kedua
24. Boy's Area
25. The Real War
26. The Real War 2
27. Viral
28. Dissapointed
29. Malaikat Tanpa Sayap
30. Dangerous Boy
31. Pernyataan Tidak Membutuhkan Jawaban
32. Rencana Party Ramos
33. Gaun Pesta
34. Party Ramos
35. Sayudha's Mine
36. Revenge
37. Happy Birthday, Raka!
38. Antara Raka dan Bara
39. Panggung Sandiwara
40. Cerita Starla
41. Clue Dari Starla
42. Mayat Siapa Ini
43. Hancur
44. Ujian 18+
45. Ketahuan?
46. I Miss You
47. Menyesal
48. Sudah Terlambat
49. Just Say, Yes!
50. Just Say, Yes! (2)
51. One Step Closer
52. The End (Selesai)
Sekilas Info!

5. Perlu Bantuan?

2.1K 240 4
By sheylawrites

🔝
Shiren Aysila

*

🔝
Raneea Starla

Kalian mau cast siapa lagi?

Jangan lupa vote yaa
Happy reading

* * *

-

"Jadi lo udah pindah, Ren?" Kinan, Ocha, Jean dan Shiren berjalan beriringan di koridor sekolah. Sebagai sahabat mereka sangat merindukan Shiren, walaupun setiap hari mereka selalu menghubungi Shiren melalui Video Call tapi tetap saja kehadiran gadis itu di tengah-tengah mereka sangat dirindukan.

Shiren mengangguk menanggapi ucapan Kinan.

Ocha membulatkan mata antusias, "bisa main ke rumah lo dong."

Jean menatap Ocha sinis, "jangan dibukain pintu, Ren. Palingan juga mau abisin makanan di rumah lo sama numpang wifi."

Ocha mengangkat dagu, "selagi ada yang gratis, ngapain cari yang bayar."

Kinan mendorong kepala Ocha pelan, "kebiasaan lo mental pengemis."

Ocha memajukan bibir bawahnya, "lo udah ngerusak tatanan rambut gue, tau?!" Katanya kesal.

"Dipegang gitu doang lebay banget sih lo!" Kinan melotot tak terima.

Ini lah yang Shiren rindukan, berada di tengah-tengah mereka saat ribut seperti ini.

Siapa bilang sahabat sejati itu selalu manis? Buktinya, kalau Shiren sakit temannya selalu berkata; cepet sembuh ya, Ren. Sedangkan ke tiga sahabatnya ini akan berkata;  nanti kuburan lo mau di taburin seledri apa bawang goreng?

Sahabat yang sejati itu yang ceplas-ceplos, kasar dan apa adanya, tapi tidak pernah membicarakanmu di belakang. Kalau kata Kinan; sorry gue kasar! Karena gue bukan makhluk halus.

Bagi Shiren, berteman dengan mereka adalah definisi bahagia yang sangat sempurna.

Adu mulut antara Jean, Ocha dan Kinan masih terus berlanjut. Shiren yang posisinya diapit Ocha dan Kinan itu hanya bisa menghela nafas pasrah, nanti juga kelar sendiri, gak ada lima menit juga akur lagi. Mereka emang gitu.

Kening Shiren berkerut melihat kerumunan di tengah lapangan sekolah, "Udah ah bacot mulu!" Shiren berdecak merasa terganggu, "tuh liat rame-rame ada apaan sih?"

Ketiga teman Shiren menoleh ke arah lapangan. Mereka tidak melihat jelas apa yang terjadi karena tertutup kerumunan.

Jean memutar bola mata malas, "palingan juga anak berantem lagi."

"Samperin, jangan?" Ocha meminta pendapat. Sebenarnya ia penasaran, tapi ia juga lapar.

"Gosah," ucap Jean sambil mengibaskan satu tangannya, "basi!"

Berbeda dengan Jean. Kinan justru antusias kalau ada yang baku hantam seperti ini. Spontan gadis itu menarik tangan Shiren mendekat ke arah kerumunan membuat Jean dan Ocha terpaksa mengikuti mereka berdua.

Kinan menyerobot masuk membelah keramaian, bola matanya nyaris terperanjat saat yang ia lihat bukanlah cowok yang saling baku hantam seperti biasanya.

"Ren." Ucap Kinan pelan, tidak mengalihkan pandangan dari tengah lapangan.

Shiren melangkah ke samping Kinan. Ia juga terkejut melihat sesuatu di hadapannya. Sungguh di luar nalarnya.

Jean mengambil posisi di samping Shiren, gadis itu tampak terkejut namun masih bisa mengontrol raut wajahnya agar tetap terlihat classy. Jean melengkungkan bibirnya ke bawah sambil melipat kedua tangan di dada, "wow," ujarnya. Sedangkan Ocha di samping Kinan sudah hampir kehilangan stock oksigen.

Lagu Hello milik Adele mengalun lembut. Sosok ketua Osis dengan rangkaian bunga tulip putih di tangannya mendekat ke arah Shiren. Di belakang Bara sudah ada dekorasi kecil berwarna ungu dan putih yang dipenuhi dengan hiasan cantik.

Jean menurunkan tangannya kesamping menggenggam erat tangan Shiren yang terasa dingin. Jean sangat mengerti bahwa Bara lah salah satu kelemahan Shiren. Dan Jean tidak ingin gadis ini jatuh ke lubang yang sama dua kali hanya karena tingkah manis Bara.

Shiren tak berkutik, matanya lurus menatap Bara. Gadis itu juga tidak merasakan genggaman Jean pada tangannya. Yang Shiren tau, kali ini hanya ada Bara.

Kinan menatap Shiren lalu menipiskan bibirnya. Sedikit mendekat Kinan membisikkan sesuatu agar Shiren kembali sadar, "inget! Lo pernah sakit. Jangan mau jadi bego dua kali!"

Shiren tersentak, menatap Kinan sekilas lalu beralih ke genggaman erat Jean pada tangan kanannya.

"Gue yakin. Lo pasti tau apa yang harus lo lakuin," bisik Jean pada Shiren.

Tanpa aba-aba semua murid yang tadi berkerumun memundurkan diri ke pinggir lapangan, membiarkan hanya Shiren dan Bara yang ada di tengah lapangan.

Shiren mengangkat dagunya tinggi. Senyum yang terpatri pun seperti di paksakan. Ia bukan Shiren yang dulu, percayalah!

"Woy! Ada apaan nih rame-rame?" Gerald yang baru datang bersama inti Ramos lainnya mengambil tempat tepat di belakang Kinan, Jean dan Ocha. Sejak naik ke kelas sebelas mereka menjadi akrab  dengan ke tiga teman Shiren.

Kinan mengendikkan dagunya ke arah tengah lapangan, "tuh. Korban FTV." Ujarnya membuat Jovan terkekeh.

"Mereka balikan?" Ucap Dicky terperangah melihat dekor yang seindah dan seniat ini.

Jean sedikit menolehkan wajahnya tanpa membalik tubuh, "gak mungkin."

"Bisa bahaya kalau mereka balikan," bisik Bagas yang sialnya terdengar oleh Jean.

Gadis itu menyerongkan tubuhnya menatap Bagas dengan kening berkerut, "emang kenapa?" Tanyanya dengan nada sedikit sinis, "apa yang lo tahu dari hubungan mereka? Hm?"

Bagas merutuki ucapannya, "gue gak tahu apa-apa. Cuma bahaya aja kan pacaran kalau udah kelas dua belas nanti gak fokus ujian dong."

Kini giliran Ocha menatap Bagas tak terima, "eh bagong! Shiren tuh pinter yah, wal—"

Gerald membekap mulut cewek itu agar tidak menanggapi ucapan Bagas. Bisa panjang masalahnya kalau sampai tiga cewek ini tahu.

"Keburu abis FTV nya kalau kalian banyak omong!" Ucap Tristan.

Bara mendekat ke arah Shiren dengan senyum penuh arti. Bara mengerti mungkin ini terlalu berlebihan, tapi ini adalah salah satu cara agar Shiren memaafkannya. Selama di sekolah Shiren selalu menjauhinya, enggan bertemu dengannya, berbicara seperlunya, dan tidak pernah membalas chatnya.

Mungkin dengan cara ini Shiren bisa memaafkannya.

Bara berhenti tepat dua langkah di depan Shiren, "Ren." Panggil Bara.

"Sebenarnya sejak lo datang dari London, gue ingin ngomongin ini berdua sama lo, tapi lo selalu menghindar."

Shiren diam. Berusaha menyimak ucapan Bara dengan baik dan menahan diri agar tidak baper begitu saja.

"Gue tau gue salah. Gue udah nyakitin hati lo. Dan... Gue udah ngekhianatin lo."

Ada jeda sebentar sebelum Bara melanjutkan ucapannya, "Shiren." Panggil nya lembut, " lo mau kan maafin gue?"

Shiren terkejut, sedetik kemudian ia merubah ekspresinya menjadi biasa saja. Bara minta maaf? Sejak kapan cowok ini mengerti kata maaf?

"Emang apa kesalahan lo sampai lo harus minta maaf kayak gini?" Ujar Shiren menantang. Biar! Biar sekalian cowok itu merendahkan egonya.

Bara gelagapan, tidak bisa mengakui kesalahannya. Apa sesulit ini mengakui kesalahan?

Shiren mengendikkan bahu melihat ekspresi Bara, "gue cuma mau tau kesalahan apa yang lo buat ke gue. Karena seinget gue, lo gak berbuat salah sekali, tapi berkali-kali."

Jean di belakang tersenyum menang. Ia berhasil menjadikan Shiren gadis yang classy. Kinan melipat kedua tangan di dada sambil mengangkat dagunya tinggi, ikut bangga dengan perubahan Shiren. Sedangkan Ocha, gadis itu menutup mulutnya dramatis membuat Gerald di belakangnya geram dan mendorong kepala cewek itu pelan.

Shiren masih menatap Bara lurus. Kali ini kerlipan mata Bara sudah tidak seperti tadi. Shiren yakin ada sedikit rasa geram Bara padanya.

"Hidup tidak selalu tentang ego lo," Shiren sedikit menurunkan nada bicaranya, "lo harus ngakuin kesalahan lo atau—"

"Cuma pengecut yang gak mau ngakuin kesalahannya," Raka datang berjalan ke arah tengah lapangan. Membuat seluruh perhatian teralih padanya.

Sang ketua Ramos itu menghentikan langkahnya di antara Shiren dan Bara.

Raka mengaitkan jemarinya pada jemari tangan Shiren di hadapan semua orang yang tengah berkumpul di lapangan. Ini Raka lakukan di hadapan semua murid SMA Garuda, terutama Bara.

"Gue cuma mau tau. Kesalahan apa yang lo buat sampai cewek gue keliatan se benci ini sama lo," ucap Raka enteng.

Shiren dikejutkan lagi, apa Raka bilang? Cewek gue? Sejak kapan?

Bara meneguk salivanya kasar, rahangnya mengeras wajahnya merah padam. Bara yakin, Shiren tidak sebodoh itu untuk menerima Raka begitu saja.

Tapi jangan lupakan bahwa Shiren juga tidak bodoh untuk memaafkan Bara begitu saja.

Bara terkekeh meremehkan, "Shiren gak mungkin pacaran selain sama gue!"

"Kenapa?!" Ucap Shiren nyolot. Apa Bara pikir Shiren tidak bisa move on dari Bara?

Bara menatap Shiren tak percaya, "Ren? Serius?"

Baru saja hendak menjawab namun mulut Shiren tertutup kembali saat Raka dengan lembut membawanya kebelakang tubuh lelaki itu.

Raka melengkungkan bibirnya ke bawah. Menyembunyikan Shiren di belakangnya lalu menatap Bara tajam, "jauhin dia atau mati!"

* * *

"Ngapain lo ngaku jadi cowok gue, hah?" Ucap Shiren setelah mereka sampai di rooftop sekolah. Raka yang baru saja menyandarkan tangannya pada pembatas rooftop, berbalik menatap Shiren di belakangnya.

"Kenapa?" Raka berjalan mendekati Shiren, "ucapan kayak gue tadi belum tentu nandain kalau lo pacar gue. Lagian, gue cuma mau ngelindungin lo."

Shiren memiringkan wajahnya, "ngelindungi gue? Lo gak salah?"

"Asal lo tau. Bara itu bajingan." Kata Raka.

"Terus? Lo bukan bajingan?" Kata Shiren tak terima. "Gue lebih dulu kenal Bara daripada lo. Dan selama ini Bara baik ke gue. Sedangkan lo? Lo udah terkenal bad boy sejak pertama kali masuk sekolah ini."

"Oh iya? Kalau gitu cerita!"

"Cerita apa?"

"Tentang kesalahan Bara yang buat lo sampai semarah ini!"

Shiren mengatupkan bibirnya rapat, membuang muka enggan menatap Raka.

"Lo gak berani cerita kan?" Ucap Raka dengan senyum meremehkan, "itu karena perlakuan dia terlalu bajingan!"

Shiren memejamkan mata, berusaha melupakan kenangan buruk yang pernah ada. Sungguh menyesakkan dan menyakitkan di waktu yang sama.

Enggan dikenang, tapi sulit dilupakan. Itulah yang Shiren rasakan saat ini.

"Lo cuma perlu ngejauhin dia supaya sakit lo perlahan pudar," ujar Raka menatap Shiren yang tampak menahan sesak dalam dirinya.

Shiren menatap Raka, kerlipan matanya berubah menjadi sendu, "lo gak tahu se susah apa ngelupain semua ini! Ini gak semudah yang lo kira."

"Gue bisa bantu lo buat lupain semuanya."  Ucap Raka tiba-tiba membuat Shiren menatapnya tak percaya.

"Gue bukan orang baik. Tapi gue bisa bantu lo buat ngerasa lebih baik."

* * *

Mana nih yang nungguin mereka??  Btw makasih atas antusias kalian mau terus setia nungguin cerita ini.
Spam vote dan komen buat lanjut yaah!

Withluv
SHEYLA

Continue Reading

You'll Also Like

462K 29.3K 53
Kisah ini adalah kisah seorang wanita yang bernama Nessa Diandra. Seorang wanita yang masih berusia 17 tahun, dan menjadi primadona di sekolah itu. S...
718K 33.9K 40
Menjadi istri antagonis tidaklah buruk bukan? Namun apa jadinya jika ternyata tubuh yang ia tepati adalah seorang perusak hubungan rumah tangga sese...
5.3M 226K 54
On Going [Revisi] Argala yang di jebak oleh musuhnya. Di sebuah bar ia di datangi oleh seorang pelayan yang membawakan sebuah minuman, di keadaan ya...
1.9M 117K 42
Kanaya Tabitha, tiba tiba terbangun di tubuh seorang figuran di novel yang pernah ia baca, Kanaya Alandra Calash figuran dingin yang irit bicara dan...