Lilin [TELAH TERBIT & DISERIE...

Por saniyyahputrisaid

28.8M 808K 72.3K

(NOVEL LILIN TELAH TERSEDIA DI GRAMEDIA SELURUH INDONESIA MAUPUN TOKO BUKU ONLINE LAINNYA) (SEBAGIAN CHAPTER... Más

Prolog
Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 11
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
Chapter 22
Chapter 23
Chapter 24
Chapter 25
Chapter 26
Chapter 27
Chapter 28
Chapter 29
Chapter 34
Chapter 35
Chapter 36
Chapter 38
Chapter 59
Bimca (Bima Caca)
Open PO di shopee
Wajib di baca⚠️⚠️
Bonus PO
Sorry🙏🙏🙏
Give Away Time !!!!
Lilin 2
Lilin 2
Diskon dan Coming Soon
Gramedia Seluruh Indonesia
Lilin limited edition
Jangan lupa!!!
Open PO
Don't Miss it
Giveaway novel lilin
Lilin dunia nyata
Kejutan
I'M COMING GUYSSS
Series lilin

Chapter 60

452K 22.4K 5.2K
Por saniyyahputrisaid


Double update😉

Udah seneng pasti kalian😁 hayo ngaku

Sonya yang sedang menikmati makan malam bersama suami dan putrinya tak sengaja menyenggol gelas hingga terjatuh ke lantai dan pecah. Hingga pecahan kaca itu mengenai kakinya dan berdarah.

"Astaga sayang kamu gak apa-apa?" Satria beranjak dari kursinya dengan wajah khawatir melihat kaki istrinya.

"Aku gak apa-apa," jawab Sonya.

Entah mengapa Sonya teringat dengan Alena, perasaannya pun tak enak.

"Kenapa harus memikirkan anak itu?" Gumam Sonya. Padahal ada ikatan batim antara dirinya dan Alena tanpa dia sadari.

Nur masuk ke ruangan itu setelah Dimas keluar tanpa sepengetahuan siapapun. Alena membuka matanya pelan dan melihat Nur tertawa mengejeknya.

"Bagaimana hadiah dari saya Alena? Indah bukan?"

"Apa ini juga kelakuan anda?" Tanya Alena nyaris berbisik.

"Saya heran mengapa kamu selalu menuduh saya? Tapi tebakan kamu memang selalu benar," jawab Nur terkekeh.

Alena ingin sekali mencakar Nur jika saja tubuhnya tak lemah. Masih ingat di mana ada seseorang yang merekam aksi Alena? Yah itu adalah Nur yang memang sudah mengambil posisi di ruangan itu seolah tau jika Alena akan ke sana.

"Mengapa anda melakukan ini?"

"Jawabannya simpel, saya mau kamu di usir dari sini, dan saya tidak mau kamu tinggal bersama mereka,"

"Anda sangat jahat,"

"Baru sadar?"

Alena menangis meratapi hidupnya yang seperti ini. Dia sangat lelah, dia muak, jika saja bunuh diri itu tidak dosa.

"Pergi," usir Alena.

"Saya juga ingin pergi tanpa kamu kasih tau," ucap Nur lalu meninggalkan ruangan itu.

Lalu di meja makan ada Dimas, Dinda dan Nayla yang tengah menyantap makan malam. Tanpa sepengetahuan Dimas, Dinda menyuruh bibi mengantarkan Alena makanan.

Setelah selesai, Dinda mencoba mengajak suaminya berbicara berdua di kamar.

"Mas,"

"Jika kamu ingin membahas anak itu mending tidak usah," ucap Dimas seolah tau apa yang ingin di sampaikan Dinda.

"Tapi mas, kamu itu sudah sangat keterlaluan sama Alena"

Ceklek

Dimas dan Dinda menoleh saat pintu kamar mereka terbuka.

"Ehem maaf yah ibu mengganggu," ucap Nur.

"Ada apa bu?" Tanya Dimas.

"Emm ibu ingin mengatakan sesuatu,"

"Apa yang ingin ibu katakan?" Tanya Dinda menatap tajam ibunya. Masalah ini datang karena ibunya itu, yang sengaja memberitahukan kelakukan Alena.

Dinda tau jika putrinya itu tidak akan melakukan hal ini jika tak punya alasan. Mungkin nanti dia akan bertanya pada Alena.

"Ibu hanya ingin mengatakan pada kamu Dimas, bagaimana jika Alena di usir saja malam ini?"

"Ibu!!" Bentak Dinda tak habis pikir dengan ibunya itu yang bertindak seenaknya.

"Kenapa? Memangnya ada yang salah  dengan ucapanku Dinda? Lagian anak itu sudah kelewatan karena mencuri uang suamimu dengan jumlah banyak, kamu tidak khawatir memangnya? Bagaimana jika aset perusahaan yang akan di curi selanjutnya?" Tanya Nur menatap tak suka pada anaknya itu.

"Ibu tidak punya hak mencampuri urusan rumah tanggaku!!" Balas Dinda sengit.

"Sudahlah sayang, apa yang ibu katakan memang benar, anak itu tak boleh lagi berada di sini," ucap Dimas membuat Nur tersenyum.

"Mas!!! Alena itu anak kamu!! Kamu itu kenapa sih hah!!"

"Anak seperti itu tidak berguna Dinda, pencuri kok di bela," cibir Nur.

Dinda sangat marah pada ibu dan suaminya itu, mengapa tak ada sedikit pun hati nurani mereka pada Alena.

"Apa mas tidak puas sudah memukulnya? Lalu kamu ingin mengusirnya lagi? Bagaimana jika orang tuamu tau?"

"Tenang saja, anak itu tidak akan melaporkannya pada mereka, aku tau anak itu tidak mau merepotkan siapapun, buktinya saat aku tidak memberinya uang jajan dia tidak mengadu kan?"

Dinda menggeleng tak percaya pada Dimas yang terlihat seperti lelaki brengsek, dan bajingan sekarang.

"Itu karena dia patuh sama kamu ayahnya!!" Ucap Dinda emosi.

"Justru itu aku akan membuatnya patuh lagi, saat aku mengusirnya dia tidak boleh mengadu ke siapapun,"

Nayla yang mengintip menatap tak percaya, jika papanya akan mengusir Alena. Nayla pun tak tau apa yang harus dia lakukan kecuali diam dan menangis di kamarnya.

Mendengar jeritan Alena tadi membuatnya merasa bersalah pada kakaknya apalagi kemarin dia sempat melontarkan kalimat menyakitkan pada Alena.

"Mas kamu tidak bisa mengusir Alena!!"

"Tidak ada yang bisa mencegahku,"

Dimas meninggalkan kamarnya bersiap mengusir Alena dari rumah ini. Dinda mengikuti suaminya tapi sebelum itu Nur mencegahnya.

"Ibu sarankan jangan mencegah Dimas mengusir anak itu Dinda, ini juga demi masa depan kamu dan Nayla,"

"Ibu itu sangat jahat, aku malu melihat kelakuan ibu," jawab Dinda lalu pergi menyusul Dimas.

●●●

Dimas menarik nafas panjang dan membuka pintu itu. Hatinya sedikit terusik melihat tubuh Alena yang lecet karena ulahnya.

Namun dengan cepat dia menepis rasa kasihan itu. Dia mendekati Alena yang sudah lemas.

"Hei bangun," ucap Dimas menyentuh Alena dengan kakinya.

Alena perlahan membuka matanya dan melihat Dimas.

"Pah, jangan pukul Alena lagi, rasanya sakit sekali," gumam Alena.

Dimas berdehem "Saya tidak ingin melakukan itu lagi, tapi saya ingin mengatakan sesuatu,"

"Papa mau ngomong apa?"

"Ikut saya ke depan," ucap Dimas lalu pergi.

Alena mencoba bangun dengan sisa tenaganya. Apa papanya itu tidak bisa melihatnya? Tubuhnya sudah sakit malah di paksa bangun.

"Biar saya bantu non,"

Entah dari mana pak Tarno muncul begitu saja di dekat Alena dan membantunya berdiri.

"Makasih pak,"

Alena melangkah tertatih ke depan pintu, di sana dia melihat beberapa koper dan beberapa barang lainnya yang tak lain adalah miliknya.

"Mulai malam ini kamu tidak usah tinggal di sini," ucap Dimas di samping Alena di ikuti Nur dan Dinda.

"Ma..maksud papa?" Tanya Alena.

"Kamu saya usir," jawab Dimas to the point.

"Pah," Alena menatap papanya dengan mata yang berkaca-kaca.

"Masa menumpang kamu sudah habis, kamu itu pencuri, tidak pantas berada di sini,"

Alena memegang kaki papanya "Pah, Alena mohon jangan usir Alena, kalau papa usir aku, aku harus kemana hiks? Alena itu anak papa,"

Dinda jadi ikutan menangis melihat Alena, dia tak bisa berbuat apa-apa.

"Saya tidak peduli kamu mau ke mana, itu bukan urusan saya dan anak saya cuma satu," ucap Dimas.

"Papa hiks Alena rela di pukul lagi asalkan jangan usir aku hiks," isak Alena semakin memeluk kaki Dimas.

Dimas melepaskan tangan Alena di kakinya lalu mendorong Alena.

"Jangan menyentuh kaki saya dengan tangan kotormu itu!!!" Bentak Dimas.

"Papa please jangan usir aku hiks,"

"Keputusan saya sudah bulat, mulai sekarang jangan pernah menampakkan wajah kamu di depan saya lagi," ucap Dimas.

"Bunda hiks, bunda bilangin ke papa aku rela di pukul tapi jangan usir aku hiks," Alena beralih ke Dinda.

Nur mendorong Alena agar tak mempengaruhi Dinda.

"Bunda minta maaf sayang," isak Dinda.

"Ayo masuk,"

"Dan satu lagi Alena, kamu itu tidak akan pernah menjadi anak saya, kamu bukan bagian saya, lebih baik kamu pergi ke rumah mama kamu itupun kalau dia menerima kamu, kalau tidak terserah kamu mau ke mana, di jalanan juga gak masalah," ucap Dimas sadis.

Dimas menarik mereka ke dalam rumah dan menutup pintu. Alena berlari tapi sayang pintunya sudah tertutup.

"PAPA BUKA PINTUNYA HIKS,"

"PAPA!!! ALENA RELA DI PUKUL,"

"JANGAN USIR ALENA HIKS, ALENA SAKIT PAPA, ALENA KE MANA NANTINYA?"

"PAPAAA!!!!"

"BUNDAA!!!"

"NAYLAAA!!!"

Alena mengetuk pintu itu tapi tak ada reaksi sama sekali. Sungguh ironi sekali nasibnya, sudah di pukul, di usir, dan sekarang dia tak tau harus ke mana.

Nayla menangis melihat kakaknya dari jendela, dia tidak bisa melakukan apapun untuk Alena. Padahal kakaknya itu sangat baik.

Ceklek

Pintu itu terbuka dan keluarlah Dimas seorang.

"Jangan membuat keributan di sini!! Apa kata tetangga nantinya hah!!" Bentak Dimas.

Alena menghampiri papanya dan bersujud di kaki Dimas.

"Pukul Alena semau papa hiks tapi jangan usir Alena pah," isak Alena. "Ayo pah ambil rotannya pukul Alena lagi," lanjutnya.

Dimas menatap Alena dengan diam "Keputusan saya sudah bulat Alena, saya mohon kamu pergi saja, dan jangan muncul di hadapan saya lagi untuk selamanya," ucap Dimas.

Alena menangis dan menatap papanya berharap Dimas kasihan.

"Papa benci banget yah sama Alena? Sampai gak mau melihat Alena lagi?"

"Iya,"

"Papa gak sayang sama Alena?"

"Iya,"

"Sedikit pun?"

"Iya,"

"Sampai kapan pun?"

"Iya,"

Alena mendongak ke langit "Baiklah pah, Alena gak akan pernah muncul di hadapan papa lagi,"

Dimas melihat Alena mengambil kopernya dan mulai mengemasi barangnya.

"Kamu mau ke mana?" Tanya Dimas.

"Apa peduli papa kalau aku ke mana? Papa tenang aja aku gak akan ngadu sama kakek dan opa," lirih Alena.

"Ya baguslah memang itu yang saya mau,"

"Alena pamit yah pah, jaga diri, jangan kerja terus, papa nikmatin masa tua, jangan sampai papa sakit, kalau papa sakit gak ada Alena lagi yang ngerawat papa kayak dulu," ucap Alena tersenyum.

"Alena pergi yah pah?"

"Sana pergi, ingat jangan kembali lagi untuk selamanya,"

Alena menggigit bibirnya berusaha tak bersuara lagi bahkan tak menoleh. Setelah itu dia pergi tanpa membawa mobil.

Dia hanya memesan taksi, saat taksi itu meninggalkan kediamannya, tangis Alena pecah. Supir taksi pun sedikit kasihan dengan penumpangnya yang langsung menangis.

"Muka gue mungkin ganteng deh, penumpangnya aja langsung terharu," gumam supir taksi itu melihat Alena di spion.

Alena menatap papanya yang masih berdiri di sana "Selamat tinggal Papaku sayang,"

Puas double up-nya???

Puas dong😁😁

Follow ig : saniyyahputrisaid

Supaya kalian dapat info!!!!

05 Maret 2020

Saniyyah Putri Salsabila Said

Seguir leyendo

También te gustarán

2.8K 194 32
[Sebelum baca wajib follow!!] "Ternyata benar jangan jatuh cinta di Bandung" Tentang kisah mereka di Bandung yang menjadi sejarah dan kota Bandung. ...
24.5K 1K 81
Sekumpulan kata dari rasa, luka, kecewa kenangan, masa romansa, imajinasi dari pria penikmat hujan. Selamat menikmati cinta Selamat menunaikan luka S...
10.2K 1.4K 23
Tentang aku dan masa remaja. ... DILARANG UNTUK PLAGIAT APAPUN ALASANNYA.
3.7M 94.2K 68
Qoutes dilan dari 1990 - 1991 sampai milea suara dari dilan