Lilin [TELAH TERBIT & DISERIE...

By saniyyahputrisaid

28.8M 809K 72.3K

(NOVEL LILIN TELAH TERSEDIA DI GRAMEDIA SELURUH INDONESIA MAUPUN TOKO BUKU ONLINE LAINNYA) (SEBAGIAN CHAPTER... More

Prolog
Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 11
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
Chapter 22
Chapter 23
Chapter 24
Chapter 25
Chapter 26
Chapter 27
Chapter 28
Chapter 29
Chapter 34
Chapter 35
Chapter 36
Chapter 38
Chapter 60
Bimca (Bima Caca)
Open PO di shopee
Wajib di baca⚠️⚠️
Bonus PO
Sorry🙏🙏🙏
Give Away Time !!!!
Lilin 2
Lilin 2
Diskon dan Coming Soon
Gramedia Seluruh Indonesia
Lilin limited edition
Jangan lupa!!!
Open PO
Don't Miss it
Giveaway novel lilin
Lilin dunia nyata
Kejutan
I'M COMING GUYSSS
Series lilin

Chapter 59

355K 20.3K 3.4K
By saniyyahputrisaid

Siapin hati☡☡☡☡☡

Typo komen!!!

Happy Reading❤❤

Pagi ini Alena sudah siap dengan seragam sekolahnya seperti biasa, tetapi hanya da satu kekurangannya pagi ini, matanya terlihat bengkak karena semalaman dia menangis.

"Nay," panggil Alena saat melihat Nayla keluar dari kamarnya, yang juga sudah siap untuk berangkat ke sekolah.

Nayla melirik Alena sekilas lalu melenggang pergi. Buru-buru Alena menahan tangan Nayla.

"Apasih kak?" Tanya Nayla, mata gadis itu pun tidak berbeda dengan Alena.

"Kamu harus percaya kalau kakak gak mungkin ngelakuin itu Nay,"

"Awalnya aku juga gak percaya, tapi kata nenek dia melihat kalau kakak sendiri yang ngerusak lukisan aku,"

Alena tak habis pikir dengan nenek tua itu yang tega memfitnah dirinya.

"Jadi kamu lebih percaya sama nenek daripada aku?"

"Nenek gak mungkin bohong kak,"

Alena tertawa "Gak mungkin bohong? Aku yakin kalau yang ngerusak lukisan kamu adalah dia, dia sengaja fitnah aku Nay, kamu tau kan dari dulu dia gak suka sama aku,"

"Kak Alena jangan melemparkan kesalahan sama nenek, mana mungkin dia tega ngerusak lukisan aku,"

"Jadi kamu pikir aku tega?"

"Nenek juga gak tau mengenai lukisan itu, hanya kita berdua yang tau,"

"Bisa saja dia dengar omongan kita Nay, dia pasti sengaja ngelakuin itu karena dia benci sama aku,"

"Udahlah kak, kakak gak perlu mengelak terus, jujur saja kalau kakak iri dan sengaja merusaknya hanya karena papa gak pernah sayang sama kak Alena,"

"Logika Nay, kalau pun aku iri sama kamu, udah dari dulu aku hancurin setiap barang pemberian papa untuk kamu, saat dulu papa beliin kamu boneka apa aku pernah merusaknya? Apa pernah aku merusak kue yang di berikan papa sama kamu saat ultah? Ngga kan Nay?"

Nayla terdiam, benar apa yang di ucapkan Alena, jika gadis itu tak pernah sekali pun merusak barangnya.

"Gak ada bukti kalau bukan kakak ngerusaknya," ucap Nayla lalu meninggalkan Alena.

Sementara Alena terlihat sedih saat dia tak berhasil membuat Nayla percaya.

"Percuma kamu ngomong sama cucu saya, dia tidak akan percaya!!" Sahut seseorang.

Alena menatap nenek Nur muncul dari balik dinding. Ternyata nenek tua itu menguping pembicaraannya.

"Saya tau kalau itu perbuatan anda kan?" Tanya Alena menatap tajam Nur.

Nur tertawa lalu menghampiri Alena "Kalau iya memangnya kenapa?" Ejek Nur.

Nur saat itu tak sengaja melewati kamar Alena yang sedikit terbuka, seolah dewi fortuna berpihak kepadanya, dia bisa punya rencana untuk mengadu domba Alena dan Nayla saat mendengar percakapan keduanya.

"Jadi itu benar anda yang melakukannya?"

Nur mengangguk dan tersenyum "Benar, saya yang merusaknya, dan itu berhasil membuat Nayla benci sama kamu,"

"Anda itu memang jahat yah, saya tak habis pikir jika bunda harus memiliki ibu jahat,"

"Itu karena saya tidak suka keberadaan kamu di sini,"

"Lihat saja, saya akan membuktikan jika anda yang telah memfitnah saya,"

Nur hanya tertawa "Silahkan siapa takut, tapi hanya satu yang saya ingin katakan,"

Nenek itu menarik Alena dan berbisik "Sebelum kamu punya bukti, saya jamin hari ini papa kamu itu terlebih dahulu menendang kamu keluar dari rumah ini,"

Setelah mengucapkan itu, Nur pergi meninggalkan Alena yang terdiam memikirkan apa lagi rencana nenek tua itu.

●●●

Alena melamun memikirkan apa yang akan di rencanakan nenek tua itu. Semoga saja bukan hal yang buruk, tapi balik lagi pasti nenek tua itu akan melakukan hal jahat.

"Ca,"

"Iya?" Jawab Caca yang sedang menulis tugas di sampingnya.

"Kalau selama ini gue ada salah sama lo, maafin gue yah," lirih Alena entah kenapa berkata seperti itu.

"Lo ngomong apa sih?" Tanya Caca bingung.

"Ngga ada, gue cuma mau bilang kalau gue ada salah maafin gue,"

"Iya gue maafin, tapi kan yang banyak salah itu gue," ucap Caca tertawa pelan.

Alena tertawa pelan lalu diam kembali, perasaannya sudah tak enak seperti sesuatu yang besar akan datang menghampirinya.

"Ca, gue mau pulang duluan deh," ucap Alena.

"Loh, masih ada satu mapel Len," ucap Caca menatap Alena. "Lo sakit?" Lanjutnya.

Alena menggeleng "Ngga, gue cuma pusing sedikit, kalau bu guru nanyain gue ke mana, tanya aja kalau gue izin oke?" Ucap Alena mulai merapikan bukunya.

"Perlu gue anterin?"

"Gue kan bawa mobil,"

"Tumben sih lo gak pakai motor lagi,"

"Gue cuma mau nyenengin bunda karena itu hadiah dari dia,"

"Untung tante Dinda baik,"

Alena tersenyum, dia beryukur setidaknya bunda dan ayah tirinya baik dan tidak bersikap seperti Sonya dan Dimas. Jika mereka seperti itu, Alena yakin dia bisa gila.

"Kalau gitu gue pulang,"

"Hati-hati,"

"Iya,"

Caca menatap Alena hingga menghilang dari pandangannya.

"Kok perasaan gue gak enak sama tuh anak," gumam Caca.

●●●

Alena masuk ke dalam rumahnya sambil memijit kepalanya, harusnya hari ini dia dan dokter Andi pergi. Tapi Alena berpikir nanti saja menghubungi dokter itu.

"ALENA!!!!"

Alena berhenti saat melihat Dimas menghampirinya dengan wajah yang menyeramkan, diikuti oleh Dinda, Nur dan Nayla.

"Ada apa pah?"

Dimas tak menggubris pertanyaan Alena, dirinya terus saja melangkah, hal itu membuat jantung Alena berdetak dengan kencang.

Plak plak plak

Dimas menampar Alena sangat kuat hingga gadis itu tersungkur ke lantai. Alena memegang sudut bibirnya yang berdarah.

"Pa..papa kenapa nampar aku?" Tanya Alena meringis hingga ingin mengeluarkan air mata.

Dinda dan Nayla hanya diam melihat kejadian itu, ini pertama kalinya mereka tak bereaksi. Sementara Nur sudah tersenyum manis.

"DASAR ANAK TIDAK TAU DIRI!!!" Teriak Dimas murka.

Alena mencoba berdiri dan sedikit mundur, melihat Dimas sekarang seperti melihat saat papanya marah sepuluh tahun yang lalu.

"Maksud papa apa?"

Dimas menyalakan tv membuat Alena bingung, namun detik berikutnya matanya membelalak. Video itu menampilkan dirinya saat melakukan misinya di ruangan itu.

"Bisa kamu jelaskan video itu hah!!!" Bentak Dimas.

Alena melangkah mundur, badannya sudah gemetaran, tindakannya sudah terbongkar.

"I..itu papa dapat dari mana?" Gugup Alena.

"Jadi kamu sudah mengakui jika itu memang kamu?"

"Pah, a..aku bisa jelasin," ucap Alena gemetar.

"APA YANG INGIN KAMU JELASKAN?" Bentak Dimas.

"Aku terpaksa pah, itu juga untuk keperluan aku,"

"SUDAH SAYA BILANG SAYA TIDAK PEDULI APAPUN TENTANG KAMU,"

"Tapi pah,"

"SINI KAMU!!"

Dimas menarik Alena sangat kuat ke sebuah ruangan di mana Alena pernah di cambuk waktu kecil.

Alena seketika memberontak "Pah lepasin pah sakit hiks!!"

"DIAM!! INI HUKUMAN UNTUK KAMU YANG SUDAH MENJADI PENCURI!!!"

Dimas membuka pintu dan menghempaskan Alena ke lantai, Alena beringsut mundur saat melihat Dimas mengambil rotan. Ingatannya terngiang sepuluh tahun yang lalu.

"Pah jangan cambuk Alena lagi hiks,"

Alena mencoba menghindar ketika Dimas sudah mengunci pintu lalu mengambil rotan itu. Sungguh Alena trauma ketika melihat rotan itu, yang sudah membuatnya pingsan.

"TERIMA HUKUMAN KAMU!!"

Alena menggeleng dan menjauh "Pah maafin Alena hiks,"

Dimas semakin mendekat begitu pula Alena yang selalu mundur. Tapi tubuhnya terhenti saat di belakangnya hanyalah dinding.

Dengan cepat Dimas mengangkat rotan itu dan mencambuk Alena seperti sepuluh tahun yang lalu saat Alena mengaku bahwa dirinya yang membuat Nayla jatuh.

"ARRGHH SAKIT PAH!!!" Teriak Alena saat tubuhnya terkena rotan itu.

"INI HUKUMAN KAMU KARENA MENCURI UANG SAYA!!"

"DAN INI UNTUK KAMU YANG MERUSAK LUKISAN NAYLA!!"

"Ampun pah hiks sakit!!!"

Teriakan kesakitan Alena terdengar sampai di luar, Dinda dan Nayla menjauh karena tak tahan mendengar jerit kesakitan Alena. Sementara Nur masih setia menunggu menantunya selesai.

Dimas tak mendengarkan permohonan Alena, dia mencambuk Alena membabi buta.

"Dan tangan ini yang sudah berani mengambil uang saya!!!"

Dimas melayangkan rotan itu tepat di telapak tangan Alena.

"Aaaaa sakit pah ampun hiks papa Alena minta ampun hiks!!!!"

"Tidak ada ampun untuk seorang pencuri!!! Kamu pikir uang satu milyar itu sedikit hah!!!"

Padahal bagi keluarga Alena terutama kakek dan opanya, uang segitu mudah bagi mereka. Mereka itu konglomerat, tetapi Dimas saja yang memang keras terhadap Alena, tak menginginkan uangnya keluar sedikit pun untuk Alena.

"Alena sakit pah, Alena butuh uang itu hiks!!!"

"Alasan!!! Kamu pasti menghamburkan uang itu ke hal yang tidak berguna!!!"

Dimas masih saja mencambuk Alena, mulai dari tangan, betis, bahkan bagian punggung pun tanpa sisa. Alena hanya bisa menjerit menahan sakit, mau bagaimana pun usahanya menghindar pasti gagal.

"Papa ampun," lirih Alena lemah, tubuhnya sudah tidak sanggup. Di tambah pusingnya kembali melanda.

"KEMBALIKAN UANG SAYA JIKA KAMU INGIN DI AMPUNI!!!"

"Papa hentikan hiks, Alena itu manusia bukan binatang hiks, sakit papa,"

Alena menangis pilu di hadapan Dimas, tubuhnya sudah ambruk. Tak peduli jika Dimas masih saja mencambuknya.

Setelah merasa cukup, Dimas menghentikan aksinya saat melihat Alena sudah melemah. Dia tidak peduli karena rasa marahnya sudah membludak ketika melihat Alena mencuri uangnya.

Pantas saja Dimas merasa heran jika uang di brankarnya terlihat berkurang, rupanya Alena yang mencuri itu. Untung saja mertuanya melaporkan hal itu di sertai dengan bukti.

"Huft, saya rasa hukuman kamu belum cukup, saya akan kembali ke sini nanti malam!! Jangan pernah mencoba kabur!! Saya sangat kecewa sama kamu, kemarin kamu membuat lukisan anak saya hancur dan ternyata kamu juga mencuri uang saya,"

Alena berkedip sangat pelan, nafasnya terengah dan badannya sangat perih dan terluka, semuanya lecet.

"Alena sakit papa, Alena butuh uang," gumam Alena.

"Sudah saya bilang saya tidak mau mengeluarkan uang saya untuk kamu terlalu banyak,"

Setelah mengatakan itu, Dimas keluar dari sana membiarkan Alena tergeletak lemah dengan lebam dan lecet di tubuhnya.

"Mama hiks,"

Nangis gak ???

Singkat kalimat untuk Chapter ini???

Jangan lupa follow ig : saniyyahputrisaid

Untuk mengetahui info update dan lainnya😉😉

05 Maret 2020

Saniyyah Putri Salsabila Said

Continue Reading

You'll Also Like

Saga By pitsansi

Teen Fiction

282K 6.1K 33
Selin ingin Saga kembali menyukai dunia robot dengan mengikuti ekskul robotik. Namun, Saga, yang sakit hati atas rahasia yang disimpan sang papa, ing...
632K 47.8K 66
[Spiritual-Romance-Religius] 'Sujud' terdengar indah bukan? Kita berbisik ke bumi tapi terdengar di langit. Sama halnya dengan Laila, di setiap sujud...
Moza🌼 By Chris.ps

Teen Fiction

68.7K 1.3K 13
Banyak orang yang menganggap rumah adalah tempat mereka berbagi kehangatan. Ke mana pun mereka pergi, rumah dan keluarga adalah tempat untuk kembali...
403 72 22
[ SEBELUM MEMBACA, BUDAYAKAN FOLLOW TERLEBIH DAHULU !! ] > Juara 3 Umum dengan tema Based On True Story dalam event PANUNE BERPATNER bersama tiga pen...