Forbidden Color

By althearaa

30.6K 4.8K 789

Dalam surat wasiat Carla. Wanita tengah baya itu menginginkan putranya Eren untuk menikahi Mikasa, gadis yang... More

Prolog
Tokoh
BLACK 1
BLACK 2
GREEN 1
GREEN 2
BLUE 1
BLUE 2
MAGENTA 1
GREY 1
GREY 2
NAVY 1
NAVY 2
TOSCA 1
TOSCA 2
FELDGRAU 1
FELDGRAU 2
YELLOW 1
YELLOW 2
WHITE 1
WHITE 2
RED 1
RED 2
MAROON 1
MAROON 2
BROWN 1
BROWN 2
GOLD 1
GOLD 2

MAGENTA 2

874 185 17
By althearaa

BGM / Ludovicio Einaudi; Nuvole Biance by Rousseau

🌿


                MATAHARI telah kembali ke peraduan.

                Mikasa berjalan dengan wajah tegang memasuki sebuah restoran bergaya rustic. Dia mengenakan busana blus forsythia berpadu rok midi yang serasi. Ankle-boots Mikasa kian mendekati meja bersama beberapa orang, yang telah menunggu kedatangannya. Mikasa yang merasa tidak enak menundukan kepala. "Maaf saya terlambat. Saya terjebak hujan saat kemari."

                "Tidak apa, duduk lah," sanggah pria tengah baya berkaca mata. Sembari pria muda yang juga mendampingi di sisinya. Eren, pria itu menatap Mikasa dengan datar. Mikasa menelan ludah. Ah ... Hati Mikasa kembali berkecamuk. Dia duduk menghadap meja beralaskan kain berwana magenta, dengan penuh rasa gusar. Mikasa enggan menatap Eren, menghindari tatapan mereka saling bertumbuk. Memilih untuk menatap Agatha dan Charlie yang juga duduk sejajar. Kemudian membuat basa-basi membuka percakapan.

                "Paman, apa kabar?" Mikasa menyalami Grisha dengan senyum, dan tatapan antusias karna lama tidak berjumpa.

                "Saya baik. Selamat, kamu sudah menjadi mahasiswa sekarang. Jika membutuhkan sesuatu tidak usah sungkan." Mikasa mengangguk. Beliau memilik koneksi dengan banyak profesor, jadi tidak aneh jika Grisha berkata demikian. Mikasa terima dengan senang hati. Dia bersyukur merasa dipermudah dalam urusan perkuliahan.

                Berbanding terbalik dengan Agatha, wajahnya tidak begitu ceria. Beliau menghela napas panjang seolah siap berkeluh kesah. "Kami sangat khawatir memikirkanmu. Setelah pindah ke kota, tolong sering memberi kami kabar."

                Mikasa menarik ujung bibirnya sekuat tenaga. "Baik, bu. Ngomong-ngomong kak Levi tidak ikut hadir?" Mikasa mencari sosok bermata tajam itu, hingga ke setiap sudut restoran. Tapi upaya tidak membuahkan hasil.

                "Kakakmu mendadak ada pekerjaan, dia tidak bisa ikut." Tiba-tiba Charlie melepaskan punggungnya dari senderan kursi. Duduk tegak memandang Mikasa. perempuan itu berkerut, rasanya bulir keringat bermunculan di wajahnya. Mikasa semakin tegang. Sibuk menebak kalimat Charlie berikutnya. Apa ada alasan lain di balik pertemuan ini? Terlebih, saat mengetahui kemunculan keluarga Jaeger di hadapannya. Mikasa berasusmsi jika pertemuan ini bukan sekedar makan malam biasa. Mikasa yakin seratus persen. Ada niat rahasia yang bersembunyi di wajah serius mereka.

                "Sebelum kita memulai makan malam, ayah, Grisha, serta ibumu mau menyampaikan sesuatu. Bisa kah kamu menyimak dengan baik?"

                Mendengar pertanyaan Charlie. Mendesak Mikasa untuk bicara. "Ya tentu." Alih-alih menetralisir ketagangan, air putih di hadapannya refleks Mikasa tegak hingga menyisakan setengah. Tak lama Charlie menyodorkan sepucuk surat yang nampak lusuh. Menandakan bahwa, surat terssebut sudah berumur cukup lama.

                "Ini apa ayah?" suara Mikasa masih gugup. Entah kenapa semakin lama, suasana terasa horror. Mikasa bersumpah, bulu kuduknya berdiri tegak sekarang.

                "Surat wasiat Carla." jantung Mikasa berdenyut keras. Mikasa meremas gagang gelas yang masih dia pegang.

                "Oh," tak ada jawaban lain yang bisa Mikasa buat. Dia tidak bisa berpikir jernih. Napas pun kini mulai terasa sesak.

                "Kamu sudah tahu bahwa aku, Aghata, Grisha, dan Carla adalah teman baik sejak dulu. Kedekatan kami tidak bisa dipungkiri lagi. Sudah sangat jelas hubungan erat kalian juga salah satu bukti nyata. Sampai saat ini, semua masih saling terhubung. Kamu juga sudah tahu bahwa Carla meninggal akibat penyakitnya sepuluh tahun yang lalu. Sejak itu lah surat ini dibuat."

                Mikasa terdiam selagi bicara. Semuanya sibuk menyimak. Sedangkan Eren bersedekap, masih memasang wajah tanpa ekspresi. Menatap kosong gelas di hadapannya.

                "Di dalam surat ini. Carla menuliskan keinginannya sebelum meninggal dunia---Dia ingin menjodohkanmu dengan Eren---Guna menjaga hubungan antara kedua keluarga tetap terjalin baik. Semua sepakat, kebenaran surat wasiat ini akan diumumkan setelah kamu beranjak dewasa. Aku rasa, ini lah saatnya."

                Mikasa menangis. Menangis dalam diam. Air mata bercucuran deras mengalir. Membuat garis lecap di wajahnya. Hati Mikasa remuk—redam. Tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata. Perasaan apa yang tepat untuk menggambarkan situasi ini? Gembira? Menemukan fakta bahwa cintanya memang sengaja dibentuk sendari dulu. Ada secerca harapan agar cintanya bisa berakhir indah. Atau kah sedih? Menelan kenyataan bahwa Eren tidak pernah menganggap perasaannya. Dari dulu dia tidak pernah dipandang sebagai wanita. Semua nyenyat. Mendengar isak halus dari Mikasa. Tak lama, Agatha merenggut pergelangan tangan Mikasa. Sang ibu menggenggam sang anak dengan lembut.

                "Ayah ..." suara Eren tiba-tiba muncul seperti guntur, menggelegar. Mikasa tersontak. "Tolong mengerti, beri kesempatan kami untuk mempertimbangkan. Ibu memang ingin aku dan Mikasa menikah. Tapi ini perihal perasaan, kita berhak memilih pasangan hidup kita masing-masing. Ayah ... ayah tahu aku sudah memiliki kekasih. Aku sudah mendambatkan hatiku kepada Historia. Ayah, tolong restui aku dengan Historia."

                Lagi-lagi nama itu terdengar oleh Mikasa. Persetan! Mikasa ingin berteriak dengan kencang! Memberi tahu bahwa perjodohan ini hanya lah omong kosong! Perjodohan apanya? Sialan! "Ayah, boleh kah kita tidak terlalu menganggap ini serius? Ibuku sudah meninggal, keingingannya hanya angan-angan. Kalau pun ibu masih hidup, aku yakin ibu tidak akan membuat keinginan ini. Ayah ... hubungan kita bisa terjalin baik tanpa aku dan Mikasa menikah,"

                Sudah cukup brengsek! Tutup mulutmu! Tangis Mikasa semakin hebat. Air mata semakin deras membanjiri wajahnya. Semakin terisak! Sakit! Sakit sekali! "Sudah cukup Charlie, aku sudah bilang, lebih baik kita bicarakan semua ini diam-diam," tukas Agatha menatap Charlie, Eren, Mikasa bergantian. Hingga dia menarik atensi ke arah pria berkaca mata. "Grisha, kata kan sesuatu," pintanya. Gisra menekan-nekan pelipis, dia pun tak tahu harus berbuat apa, bingung. Sungguh rumit.

                "Sebagai suami, tentu aku ingin menghormati keinginannya. Surat wasiat ini sakral, dibuat tanpa main-main. Seluruh perasaannya tumpah ruah di dalam kertas ini. Termasuk perihal perjodohan anakku, dengan Mikasa. Ini diluar dugaanku, namun aku tetap harus berpikir rasional. Aku ingin perjodohan ini terwujud, aku ingin keluarga kita tetap terjalin baik. Tapi bagai mana perasaan anak-anak kita? Apa dengan menjodohkannya, mereka akan bahagia? Alahkah baiknya, mari kita  berfokus kepada perasaan seseorang yang masih hidup sekarang. Carla telah tiada, meski kuyakin dia akan bersedih di alam baka sana. Aku tetap mementingkan perasaan anak-anak kita. Mikasa, mau kah kamu menerima perjodohan ini? Menikah dengan anakku? Aku tidak keberatan jika menolak, jika kamu menerima, aku sungguh bahagia."

                "Beri aku waktu untuk menjawab," parau Mikasa cepat.

                "Tidak! Mikasa sudah kuanggap sebagai adikku sendiri. Mana mungkin?! Historia adalah kekasihku, aku mencintainya. Ayah, aku ingin menikah dengan Historia yang jelas-jelas lebih pantas untukku."

                Maksudmu aku tidak pantas? Sudah cukup, Mikasa tidak tahan lagi. Dia putuskan bangkit dari tempat duduk. Berlari kencang menjauhi meja. Tanpa peduli mereka mencegahnya untuk berhenti. Mikasa keluar dari restoran, tanpa meninggalkan sepatah kata pun. Charlie, Agatha, dan Grisha spontan panik. Tapi tidak untuk Eren, dia menatap jengah kepada Mikasa. Menganggap Mikasa bocah kecil yang egois, harusnya dia tidak kabur, justru menghadapi semua bersama. Menemukan jalan keluar bersama. Tapi percuma, semua pendapat mereka tidak akan pernah menjadi satu. Percakapan damai yang Eren elukan, tidak ada. Makan malam yang Charlie mau, sirna. Suasana menjadi keruh, namun para orang tua tetap berusaha tenang. Mereka lebih bijak di banding Eren dan Mikasa. Lebih berkewajiban menetralkan keadaan.

                "Eren, kejar dia. Pastikan dia tidak kenapa-kenapa," titah Grisha. Eren berdecih keras. Dia ingin abai, tapi apa boleh buat. Bukan berarti Eren membenci perempuan itu.

                Akhirnya Eren setuju dan menyusul Mikasa. Berlari tergesa-gesa keluar dari restoran, matanya tajam memindai kesegala arah. Mencari sosok yang mungkin masih menangis sampai sekarang.

***

                "Mikasa menghilang. Dia kabur dalam pertemuan," tukas Charlie menghubungi putranya melalui telepon. Levi menghela napas panjang, pria itu berbalut sneli, berdiri di dalam kantor rumah sakit.

                "Sudah kuduga akan seperti ini, badai telah datang," Levi setengah bergumam, meringsut mendekati Hanji yang kala itu pergi menemuinya di kantor. Hanji putuskan untuk menemui Levi di rumah sakit, setelah pulang bekerja, tidak jadi kembali ke rumah dan menyambut Levi di sana. Sebab perempuan itu tahu, bahwa Levi pasti membutuhkannya di saat suasana seperti ini. Levi penat, tanpa ragu membawa Hanji ke dalam pelukannya.

                "Setelah pekerjaanku selesai, aku akan mencarinya." Levi menjauhkan ponsel dari telinga. Dia membuang napas kasar sesaat telepon terputus. "Aku harus bagai mana?" Hanji yang mendengar, hanya sanggup mengusap punggung kekasihnya penuh perasaan.

                "Jangan khawatir, anak itu akan baik-baik saja."







Yah ... author juga gak tau harus gimana. Ada yang ngerti perasaannya Levi gak sih? Eren sahabatnya, Mikasa adeknya, Carla udah dia anggap kayak ibu sendiri. Levi kudu mihak siapa? 😫😭😭 ah sedih, author menitikan air mata loh pas nulis sumfaahhhh

Makasih yang selalu support anyway. Luvv

Continue Reading

You'll Also Like

101K 10.9K 43
Setelah kepergian jennie yang menghilang begitu saja menyebabkan lisa harus merawat putranya seorang diri... dimanakah jennie berada? Mampukah lisa m...
42.5K 4K 41
Sebuah cerita Alternate Universe dari tokoh jebolan idol yang banyak di shipper-kan.. Salma-Rony Bercerita mengenai sebuah kasus masa lalu yang diker...
123K 9.8K 87
Kisah fiksi mengenai kehidupan pernikahan seorang Mayor Teddy, Abdi Negara. Yang menikahi seseorang demi memenuhi keinginan keluarganya dan meneruska...
189K 9.2K 31
Cerita ini menceritakan tentang seorang perempuan yang diselingkuhi. Perempuan ini merasa tidak ada Laki-Laki diDunia ini yang Tulus dan benar-benar...