Lilin [TELAH TERBIT & DISERIE...

By saniyyahputrisaid

28.8M 808K 72.3K

(NOVEL LILIN TELAH TERSEDIA DI GRAMEDIA SELURUH INDONESIA MAUPUN TOKO BUKU ONLINE LAINNYA) (SEBAGIAN CHAPTER... More

Prolog
Chapter 1
Chapter 2
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 11
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
Chapter 22
Chapter 23
Chapter 24
Chapter 25
Chapter 26
Chapter 27
Chapter 28
Chapter 29
Chapter 34
Chapter 35
Chapter 36
Chapter 38
Chapter 59
Chapter 60
Bimca (Bima Caca)
Open PO di shopee
Wajib di baca⚠️⚠️
Bonus PO
Sorry🙏🙏🙏
Give Away Time !!!!
Lilin 2
Lilin 2
Diskon dan Coming Soon
Gramedia Seluruh Indonesia
Lilin limited edition
Jangan lupa!!!
Open PO
Don't Miss it
Giveaway novel lilin
Lilin dunia nyata
Kejutan
I'M COMING GUYSSS
Series lilin

Chapter 3

521K 31.8K 4.5K
By saniyyahputrisaid

Alena melihat rumahnya sudah sepi, tak ada lagi kakek dan neneknya di sini, ruang tamu tempat perdebatan juga sudah kosong.

"Alena," panggil Dinda saat Alena ingin masuk ke kamarnya. Alena melihat Papanya dan Nayla berpakaian lengkap.

"Bunda, papa dan Nayla mau pergi dulu, kamu mau ikut tidak?" Alena senang mendengar ajakan itu. Ketika Alena ingin mengiyakan, ucapan Dimas kembali membuat Alena down.

"Gak usah, dia sekolah besok," ucap Dimas dengan suara terkesan dingin.

"Tapi mas-"

"Benar kata papa bun, Alena gak usah ikut lagian Alena harus bangun pagi ke sekolah," ucap Alena yang mengerti kode papanya.

"Tapi Nayla mau kak Alena ikut," ucap Nayla.

"Dia sudah kelas dua belas, waktunya belajar untuk UN,"

"Tapi kan Nayla mau kak Alena juga ada di sana pah,"

"Kita sudah telat," ucap Dimas meninggalkan mereka.

Dinda dan Nayla merasa bersalah karena sikap Dimas yang terang-terangan menolak Alena untuk ikut dengan mereka.

Alena tersenyum sangat tipis menatap papanya yang pergi, tidak bisakah Alena ikut dengan mereka, Alena juga ingin bepergian bersama keluarganya.

"Alena maafin papa kamu yah," ucap Dinda.

"Gak apa-apa bun, lagian ucapan papa emang bener kok,"

"Kak Alena maafin aku," ucap Nayla dengan mata berkaca-kaca.

"Kamu gak salah Nay, papa udah nunggu mending kalian pergi sekarang, Alena juga minta izin mau pergi sama teman," ucap Alena lalu masuk ke kamarnya tanpa mendengar jawaban bundanya dan Nayla.

"Kenapa Papa jahat sama kak Alena sih bun, aku mau kak Alena juga di perlakukan baik sama papa," ucap Nayla pada Dinda.

"Papa kamu gak jahat Nay, butuh waktu untuk membuat Papa kamu sadar dan bisa menerima Alena,"

"Sampai kapan bunda? Apa sampai kak Alena meninggal? Aku tau kak Alena rapuh, kak Alena pasti sangat sedih, kak Alena juga sering nangis sendirian, kak Alena juga punya hati bunda dia manusia biasa,"

"Kita hanya bisa berdoa Nay, semoga papa kamu bisa merubah sikapnya ke Alena,"

♡♡♡

Alena tersenyum senang melihat sang pacar sudah berada di depannya, tatapan Devan itu yang selalu membuat Alena semakin jatuh cinta.


"Couple," ucap Devan ketika melihat Alena.

"Hah?" Ucap Alena bingung.

"Bajunya,"

Alena mengerti maksud Devan, ternyata warna baju mereka sama. Padahal keduanya tidak berjanjian sama sekali.

Alena berjalan mendekati Devan lalu memeluk lengan Devan.

"Itu artinya kita sehati," bisik Alena terkekeh.

Devan tersenyum lalu menjitak dahi Alena "Lebay,"

"Aish sakit tau," ucap Alena menatap Devan cemberut.

Devan membukakan pintu mobil buat Alena membuat Alena merasa spesial kali ini. Jarang sekali Devan mau melakukan itu karena alasan Devan simpel, punya tangan kenapa gak di pakai?

"Makasih pacar,"

"Sama-sama pacarku yang cantik,"

♡♡♡

Keduanya telah sampai di restoran yang cukup terkenal dan mahal di sekitaran daerah mereka.

"Dev pulang aja yah," ucap Alena ketika sampai di parkiran.

"Kenapa?" Tanya Devan.

"Itu disini mahal,"

Devan tersenyum mengacak rambut Alena lalu turun membukakan pintu mobil. Devan mengulurkan tangannya untuk membantu Alena keluar.

"Devan pulang yah," ucap Alena menarik lengan Devan.

Devan menggeleng cepat "Gak,"

"Tapi-"

Ucapan Alena terhenti ketika Devan tiba-tiba menutup matanya dengan sebuah kain hitam.

"Kenapa mata aku di tutup?"

"Jangan buka Alen,"

Devan menuntun Alena ke sebuah ruangan yang telah dia pesan khusus untuk mereka berdua malam ini. Devan memang termasuk golongan anak orang kaya alias konglomerat.

Alena juga termasuk anak orang kaya tapi Devan masih jauh di atasnya. Alena terbiasa hidup sederhana jauh dari kata mewah seperti hidup Nayla.

Karena sedari kecil Alena tidak pernah di berikan sesuatu yang terkesan mewah. Alena sudah menanamkan di pikirannya untuk hidup sederhana saja meskipun para kakek dan neneknya selalu ingin Alena tampil glamour.

Bagi Alena itu semua tidak penting, hal yang penting baginya hanyalah mama dan papanya mau memperlakukan Alena selayaknya orang tua memperlakukan anaknya. Itu adalah hal yang paling berharga dan mewah untuk Alena.

Semua barang mewah bisa saja di beli Alena dalam sekejap, tapi untuk kasih sayang orang tuanya? Alena tidak bisa membelinya.

"Devan kamu gak mau macam-macam sama aku kan?"

"Devan kamu gak mau jual aku kan?"

"Devan kamu gak nyulik aku kan?"

"Devan kamu gak-"

Ucapan Alena terhenti ketika penutup matanya terbuka dan mulutnya menganga lebar melihat apa yang di depannya.

"Iya aku nyulik kamu ke sini,"

Alena tanpa sadar berjalan dan melihat satu persatu dekorasi yang indah ini.


"Woah cantik banget," gumam Alena tak lepas memandang bentuk love di sekitaran meja dan segala pernak-pernik lainnya.

Sepasang tangan melingkari perutnya dari belakang "Kamu suka?"

Alena tersentak dan menoleh melihat wajah Devan di bahunya "Hmm suka banget,"

"Kita dinner di sini, aku siapin khusus dihari yang spesial buat pacar Devan yang cantik," bisik Devan tepat di telinga Alena membuat Alena merinding.

Alena membalikkan tubuhnya dan memeluk Devan erat "Makasih,"

Alena menangis di pelukan Devan, Alena senang di saat orang tuanya tidak memperhatikannya, ada Devan yang membuatnya bertahan, jika tak ada Devan mungkin Alena tidak akan bisa tegar.

Alena berterima kasih pada tuhan karena masih ada Devan yang menjadi tempat sandarannya, Alena tidak bisa membayangkan jika tak ada Devan yang dia miliki.

Devan membalas pelukan Alena tak kalah erat dan mengelus rambut panjang Alena. Devan menenangkan Alena yang menangis.

"Jangan nangis Alen," gumam Devan.

Sebenarnya Devan belum pulang saat mengantarkan Alena ke rumahnya tadi sore. Entah mengapa Devan enggan meninggalkan rumah Alena.

Tiba-tiba dia melihat Alena berlari dengan keadaan menangis, Devan khawatir dan mengikuti Alena dengan cepat. Dia sengaja tidak menghampiri Alena yang menangis sendirian di tepi danau.

Devan ingin memberi Alena ruang, Devan diam-diam mencari tahu apa yang selama ini membuat kekasihnya selalu sedih. Tapi sampai sekarang Devan belum menemukannya.

Devan menuntun Alena untuk duduk lalu menghapus air mata Alena.

"Jangan menangis kamu jelek,"

Alena terkekeh lalu memukul bahu Devan pelan. Devan tersenyum lalu mengecup kedua mata Alena.

"Tunggu sebentar," Devan pergi membuat Alena bingung.

Tak lama kemudian Devan kembali dengan membawa kue ke depan Alena. Alena terharu di perlakukan istimewa seperti ini.

"Ku percaya kamu itu adalah peri yang hanya mempunyai satu sayap, karena satu sayapnya lagi telah aku miliki, disaat kita bersama nanti, kita akan terbang kemana saja kita mau. Selamat ulang tahun cintaku, semoga saja kebahagiaan akan selalu ada di setiap hari - harimu,"

Alena sudah tak dapat menahan air matanya untuk turun kembali. Alena bahagia sangat-sangat bahagia, Alena akan mengingat malam ini sebagai salah satu kenangan terindah di hari ulang tahunnya.

"Aku gak tau mau ngomong apa sama kamu selain terima kasih, aku tidak pernah bisa membayangkan jika hidup ini
kosong tanpa ada kamu di sisiku," ucap Alena.

"Sejak mengenalmu bawaannya aku pengen belajar terus, belajar menjadi yang terbaik buat kamu," ucap Devan.

Devan meletakkan kue itu di meja, lalu beralih menarik tengkuk dan mencium bibir Alena lembut. Biarkan para jomblo yang membaca jadi baper wkwk.

Ciuman keduanya terlepas membuat pipi Alena memerah, Devan terkekeh melihatnya. Padahal ini bukan pertama kalinya mereka berciuman.

"Tiup lilin dan berdoa Alen," ucap Devan kembali menyodorkan kue ulang tahun.

Alena memejamkan mata dan berdoa di dalam hati sebelum meniup lilin itu. Doa Alena selalu saja sama setiap tahun, dan dia berharap semoga kali ini bisa terkabul.

"Ya allah, doa Alena tidak pernah berubah, Alena cuma mau hati mama dan papa terbuka pada Alena bahwa mereka masih memiliki putri yang membutuhkan mereka di sisi Alena, dan juga Alena berharap hubungan Alena dan Devan baik-baik saja selamanya aamiin,"


Follow Author dong hehe, jangan lupa share ke teman kalian siapa tau kepincut. Dan like comment

ig : saniyyahputrisaid

Saniyyah Putri Salsabila Said

24 Desember 2019

Continue Reading

You'll Also Like

46K 1.1K 25
Coba tebak, selain merah, seperti apakah warna cinta? Apakah putih atau mungkin juga abu-abu? Bingung? Kau bisa tahu jawabannya disini, di masa ini...
13.1M 465K 37
[SUDAH TERSEDIA DI SELURUH TOKO BUKU] [#1 in teenfiction 11.11.2016] FOLLOW DULU SEBELUM BACA, PRIVATE ACAK "Lo mau gak jadi pacar gue?" tembak R...
2.9K 200 34
[Sebelum baca wajib follow!!] "Ternyata benar jangan jatuh cinta di Bandung" Tentang kisah mereka di Bandung yang menjadi sejarah dan kota Bandung. ...
705K 48.1K 40
"Enak ya jadi Gibran, apa-apa selalu disiapin sama Istri nya" "Aku ngerasa jadi babu harus ngelakuin apa yang di suruh sama ketua kamu itu! Dan inget...