Pemain: Shelly Cassandra
Arli Juan Moreno
No Copas, No Bully, No Baper
Kasih tau jika ada typo 🙏🙏🙏🙏
"Kau.bilang.apa?" otot-otot wajah Arli mengeras seketika.
"Kau ingin pisah dariku begitu?" tatapan Arli menggelap membuat Shelly ketakutan setengah mati.
Dengan lantang dan tangan mengepal Shelly berucap, "Iya!"
Sekuat tenaga Shelly mencoba melawan rasa takutnya pada Arli. Wajah Arli sekarang benar-benar seperti Iblis, mengerikan membuat Shelly sangat takut.
"Baik!" ucap Arli dengan wajah dinginnya. "Keluarlah dari ruanganku kau kubebaskan."
"Wh-what?"
Shelly kaget dengan ucapan Arli barusan. Semudah itu'kah dia melepaskan dirinya! Apa ini leluconnya? Tapi daripada memikirkan itu lebih baik Shelly segera angkat kaki dari ruang kerja suaminya itu. Ini kesempatan yang tidak boleh di sia-siakan.
Aku bebas! Akhirnya hari ini datang juga...
Senyum Shelly mengembang selaras dengan tubuhnya yang tidak lagi menghadap ke arah Arli.
Dan saat Shelly hendak melangkah keluar pria itu dengan mudahnya kembali berkata.
"Tapi setelah kau pergi! Ucapkan salam kematian untuk adik dan wanita tua itu Lily!" ancam Arli sangat tegas.
Degh!
Jantung Shelly bergemuruh. Dia terdiam membeku lalu kembali membalikkan badannya ke arah pria itu. Wajah Arli tetap sama masih menggelap murka.
"Ma--maksudmu a--apa?" tanya Shelly gagu.
"Kau tidak lupakan siapa aku?" suara Arli penuh intimidasi. "Aku! Orang yang sudah membuat keluargamu miskin! Aku! Orang yang melenyapkan pabrik milik Papamu! Aku! Orang yang menyebabkan pria tua itu mati karena serangan jantung! Aku juga yang menyebabkan adik kau kecelakaan dan---"
Suara Arli terdengar lebih menyeramkan setelah mendekat ke arah telinga Shelly. Lalu berbisik.
"Tunanganmu cacat karena aku."
Degh!
Jantung Shelly semakin bergemuruh perih. Sesak. Rasanya Shelly tidak bisa bernapas. Sakit. Sakit sekali. Kedua tangan Shelly mengepal menahan tubuh yang ingin gemetar sangat dahsyat.
"Dia juga mati karena aku, remember?"
Shelly tidak mampu lagi berpikir, tubuhnya gemetar dan air matanya mengalir begitu saja membasahi ke dua pipinya.
"Oh di tambah lagi kelinci kau itu memang aku yang membunuhnya. Menebas lehernya sampai mampus," jawab Arli sangat santai.
"Cu..cu..kup Ali, don't."
Tatapan Shelly sudah tampak rapuh dan kosong. Seakan dia sudah tidak berdaya lagi. Ingatannya terasa menyakitkan. Shelly sungguh tidak kuat lagi. Tapi Arli masih saja melanjutkan kata-katanya.
"Aku juga bisa menebas leher Edward adikmu itu atau leher wanita tua itu jika kau mau."
Shelly menggeleng dalam napas yang tertahan dan air mata yang terus mengalir di pipinya. "No..."
"Kau ingin melihatnya?" dengan santainya pria itu merogoh saku celananya mengeluarkan ponsel canggihnya lalu melihat dingin Shelly yang wajahnya sudah pucat pasi.
Meletakkan ponsel itu di telinga kirinya lalu....
"JANGAAANN!!"
Pekik Shelly nyaring melangkah hendak membuang ponsel Arli tapi sebelum itu terjadi Shelly malah jatuh pingsan ke lantai.
Brugh...
"Lily!!"
Arli yang melotot melihat Shelly pingsan langsung segera mendekat dan menyandarkan kepala Shelly di lengannya yang memang berotot. Segera menangkup dan menggoyang-goyangkan pipi Shelly agar wanita itu sadar.
"Lily-ku! Sayang!"
"Lily!!"
"Wake up baby!!"
"Kenapa pingsan lagi ?" batin Arli shock.
Tok!
Tok!
Tok!
Dari luar terdengar seseorang mengetuk pintu dengan tidak sabaran.
"Big Boss apa terjadi sesuatu?"
Arli mendengar jelas pertanyaan Yuda dan segera memerintah bodyguard-nya itu untuk masuk ke ruangannya.
"Yuda! masuk!"
Ceklik!
Pintu itu terbuka, mata Yuda kaget melihat Shelly yang sudah di gendongan Arli yang ala bridal style. Wajah Arli kelihatan cemas dan dia terus saja melihat hanya ke wajah Shelly. Yuda berdiri berdua sejajar dengan Yunka. Jika selama ini Yunka berusaha bersikap cuek dengan wanita-wanita Arli tapi kali ini tidak. Dia benar-benar penasaran dengan hubungan mereka berdua.
"Telvon Alex! Suruh dia ke sini! Aku tunggu di private room."
Tanpa menunggu jawaban Yuda, Arli pergi meninggalkan mereka, berdua dengan Yunka yang menatap penuh tanda tanya ke arah Yuda.
"Jelasin kak! Apa istimewanya perempuan itu? Kenapa Arli begitu---"
"Diam Yunka!" potong Yuda yang sudah meletakkan ponselnya di telinga kirinya. "Aku tidak punya waktu menjelaskan pertanyaanmu."
"Ck! Kak Yuda tinggal bilang aja apa
hubungan dia dengan Arli! Apa susahnya sih!" pekik Yunka marah. "Kak Yud---"
"Siang dokter Alexander," suara tenang Yuda membuat Yunka menghentikan suara kerasnya barusan.
"Tolong ke kantor Big Boss sekarang, Nyonya Shelly pingsan lagi," suara tenang Yuda membuat Yunka terdiam untuk sesaat. Dia tidak percaya saat kakak kandungnya dengan gampang menyebut panggilan itu, Nyonya Shelly.
"Nyonya Shelly?" cicit Yunka shock.
Dia hampir tidak percaya dengan indera pendengarannya. Sejak kapan Arli menikah? Kenapa dia bisa tidak tahu? Apa mereka kawin kontrak?
Segala pertanyaan muncul di kepalanya. Yunka semakin bingung karena mengingat Arli tidak pernah serius pada satu wanita mana pun. Bagaimana bisa dia menikah sedangkan dirinya tidak pernah puas dengan satu wanita?
"Kak Yud! Nyonya Shelly maksudnya apa?" Yunka menggoyang-goyangkan lengan Yuda. Sedangkan pria itu masih serius bicara di ponsel tanpa peduli padanya.
"Terimakasih dokter Alex, saya tunggu!"
Tuuutt....Tuuutt...
Wajah Yunka pucat, raut wajahnya sangat menyedihkan dan sungguh wajah Yunka membuat Yuda sedih. Tapi inilah seharusnya, kenyataannya yang harus dihadapi adiknya itu. Yunka harus sadar Arli bukan untuknya.
"Apa yang kau pikirkan Yunka, itulah kenyataannya. Tidak perlu kakak kasih tau. Yang harus kau dengar dari mulut kakak adalah," mata Yuda menatap serius ke arah adiknya. "Tidak ada yang boleh tau rahasia ini, cam'kan itu!?"
"Wh-what? Secret? Why can't be?"
Yuda tidak menjawab alasannya dia lebih memilih menemui majikannya. Membuat sekali lagi Yunka merengut kesal.
"Ck! Nyebelin banget sih!" umpat Yunka sambil menghentakkan satu kakinya ke lantai karena kesal lalu berbalik badan kembali ke meja kerjanya.
--Private room--
28 menit kemudian.,
Arli berdiri tidak terlalu jauh dari tempat tidur berukuran king size tersebut.
Memandang cemas ke arah Shelly yang tengah di periksa kondisi tubuhnya akibat tidak sadarkan diri beberapa menit yang lalu. Sedangkan Yuda hanya melihat dari samping Arli dengan tatapan yang sangat dingin ke arah Shelly.
"Gimana keadaannya?" buru-buru Arli bertanya setelah Alexander berdiri sedangkan pria itu belum sempat membalikkan badan untuk menghadap Arli. "Lex?"
Saat Alexander membalikkan badannya menatap Arli tatapannya tidak lagi tenang seperti dulu. Alexander marah, kali ini dia tidak bisa lagi menahan kekesalannya.
Kedua tangan Alexander menyilang di dada, dia marah menatap tidak senang Arli, "Kau ini kenapa Arli?! Kau gila atau apa! Jangan bertanya bagaimana kondisinya!"
Arli terdiam saat mendengar suara Alexander yang sedikit meninggi. Sebagai seorang dokter baru kali ini Alexander benar-benar meledak emosi menghadapi seseorang, dan itu hanya kepada Arli.
"Aku'kan sudah bilang dari dulu jangan membuat jiwanya terguncang! Masih saja kau langgar ucapanku! Sekarang terserah kau! Aku capek menasehatimu dude!"
"Alex aku cuma mengancamnya aku tidak melakukan hal buruk padanya! Aku tidak melukai fisiknya tapi..," Arli berusaha membela diri dan seperti biasa dia tidak merasa bersalah. "Tapi..tapi kenapa Lily-ku..."
"Oh God!" Alexander memijit keningnya sekali. Mencoba menahan sekali lagi amarahnya yang ingin keluar. "Arli! Don't you understand?"
"Wanita itu terluka batin! Bukan cuma fisik! Wake up Arli! Open your eyes! Jika kau terus-terusan bersikap seperti ini dia bisa benaran depression. You know? Buruknya mental-nya bisa terguncang, paham?"
"No Lex! Aku tidak mau Lily-ku depression lagi," ucap Arli takut.
"Kalau begitu rubah sikapmu! Bahagia'kan dia!"
Arli tidak berkata lagi, dia terdiam lalu Alexander menepuk lengan Arli sekali sebelum berpamitan.
"Aku tau kau bisa bro! Aku pergi dulu. Aku sudah memberikan istrimu suntik penenang. Nanti kalau dia sadar bersikaplah lembut padanya. Ingat! Lembut."
Setelah Alexander pergi Arli masih berdiri mematung melihat wajah Shelly yang terlelap. Sedangkan Yuda yang sedari tadi diam melirik Arli memanggil pria itu.
"Big Boss?"
Arli masih bungkam. Diamnya Arli membuat Yuda bertanya tapi sayangnya Yuda tidak pernah bisa membaca pikiran Big Boss-nya itu jika menyangkut tentang Shelly.
"Are you okay Big Boss?"
Arli tetap diam tapi tidak untuk pikirannya.
"Menyenangi Lily?" batin Arli. "No way."
***
Tbc..,
Akhirnya kelar juga walaupun gak bisa 2000 kata :( :(
Maaf ya mungkin selanjutnya aku up lebih lama lg...
Boleh aku bertanya?? Kenapa sih vote kalian menurun drastis 😢😢😢 mungkin karena ini gak bagus y 😭😭😭
I know, aku cuma penulis recehan😢😢
Tp tdk apa-apa
Walaupun begitu terima kasih untuk high 1# dendam 😘😘😘😍😍
Horeee...👑👑
02.07 wib
Minggu, 15 desember 2019