[🔛] Semanis Madu dan Sesemer...

vocedeelion tarafından

400K 42.4K 10.5K

"SEMANIS MADU DAN SESEMERBAK BUNGA-BUNGA LIAR" Terjemahan Indonesia dari cerita MarkHyuck terbaik: "Honeymout... Daha Fazla

Disclaimers
Honeymouthed and Full of Wildflowers Playlist
I
II
III
IV
V
VII
VIII
IX
X
XI
XII
XIII
XIV
XV
XVI
XVII
XVIII
XIX
XX
XXI
XXII
XXIII
XXIV
XXV
XXVI
XXVII
XXVIII
XXIX
XXX
XXXI
XXXII
XXXIII
XXXIV
XXXV
XXXVI
XXXVII
XXXVIII
XXXIX
XL
XLI
XLII
XLIII
XLIV
XLV
XLVI
XLVII
XLVIII
🎉 BIRTHDAY GIVE AWAY 🎉
XLIX
XLIX (Deleted Scene)
🎉 3K FOLLOWERS GIVE AWAY 🎉
L
LI
LII
LIII
LIV
LV
LVI
LVII
LVIII
LIX

VI

10.1K 1.3K 246
vocedeelion tarafından

= MUSIM GUGUR DATANG SEBAGAI SEPASANG SAYAP DINGIN =

•••

Musim panas datang dan berakhir; panas yang membutakan pada hari di sekitar danau telah menghilang. Matahari tertelan oleh kabut basah nan tebal, jatuh dari perbukitan bagaikan asap, menyebar seperti sulur putih di sekitar istana, seolah tudung pengantin bagi ratu musim dingin yang hendak datang.

Kemudian, hujan.

Hujan selama berhari-hari membuat istana menjadi lembap, suram dan gelisah. Donghyuck merasa terlalu gelisah, pucat dan lemah, menyusuri koridor seperti jiwa yang hilang di balik balutan jaket musim dingin milik Mark, sambil bersin, batuk, terlihat, terdengar, bahkan terasa menyedihkan.

Ia bergelayut pada Mark ketika malam, menggigil karena dingin, karena rasa sakit dan karena semua harga diri yang harus ia telan bulat-bulat hanya demi meminta bantuan. Sakit, bisiknya, keluar dari belahan bibir yang pecah-pecah, dan Mark semakin menariknya ke dalam dekapan, menautkan kaki mereka, dan mengusap punggungnya hingga tubuh Donghyuck berhenti gemetar di dadanya. Donghyuck menyembunyikan wajah di ceruk leher Mark, menggerakkan bibir di sekitar tanda gigitan yang ia tinggalkan, dengan cara yang ia tahu akan membuat Mark tersentak dan merasa panas meski di tengah hawa dingin menggigit. Mark memeluknya semakin erat.

Setelah satu minggu hujan yang tenang namun tak berkesudahan, yang rintik-rintik halusnya mengetuk-ketuk kaca jendela, langit semakin terbuka dan alam semesta tumpah ruah, terpecah dalam hawa-hawa dingin, dengan rintik-rintik kasar yang tampaknya akan berubah bagai bongkahan es siang nanti. Donghyuck tidak bangun pagi itu. Ia mendekam di dalam kamar Mark, bersembunyi di balik balutan rasa nyaman dan meringik tanpa kata, suara serak dan menyedihkan, setiap kali orang-orang berusaha membangunkannya. Tabib istana didatangkan, menatap padanya sebelum kemudian pada Mark, yang berdiri di sisi ranjang dan siap menghajar siapa pun yang menyakiti pasangannya. Sang tabib mendesahkan napas dan meminta Mark untuk pergi.

"Berdiri di sini tidak akan membuatnya baik-baik saja, Yang Mulia. Biarkan aku mengerjakan tugasku dengan damai."

Mark pun pergi. Seiring langkah yang menjauh, ia mampu merasakan Ikatan yang seolah mengendur di antara keduanya, berjumbai dan lemah bagai bayangan Donghyuck dalam pikirannya. Mark melewatkan sebagian besar waktu pagi dengan kacau, memaksa menemui para bangsawan bersama kakaknya hingga Sungmin menyuruhnya pergi; tolong, kau benar-benar tak berguna di sini. Ia mendatangi barak latihan setelah itu, bertanding dengan Yukhei di lapangan berlumpur untuk mengalihkan perhatian dari gumpalan selimut menggigil yang ia tinggalkan di dalam kamar. Pedangnya rontok ketika melawan perisai milik Yukhei yang bagaikan palu godam, menciptakan bekas penyok di pedang kayunya, dan kemudian terjadi lagi, lagi, hingga perisai Yukhei terlepas dari tangan dan pemuda itu mengumpat, mengatakan bahwa sudah cukup untuk hari ini, sebelum Mark benar-benar membunuhnya.

(Mark berdoa sepanjang waktu. Seluruh warga istana tengah menahan napas di tengah badai, berdoa agar heat sang Pangeran Permaisuri segera tiba. Namun Mark, Mark berdoa supaya heat Donghyuck tidak segera datang. Semoga. Semoga.)

"Terlalu dini," ujarnya pada Yukhei, ketika mereka mengatur napas di bawah lindungan kanopi barak, memandangi rintik hujan yang menghujam tanah. "Kami bahkan belum membahas soal itu."

"Tidak biasanya kau membicarakan seks heat, kau selalu..." Yukhei mengedikkan bahu, membentuk gestur vulgar dengan tangannya yang membuat Mark memutar mata dengan kesal, kedua alisnya bergerak. "Haruskah kuberi gambaran sedikit?"

Mark mendorongnya hingga menubruk pagar besi, membuat pemuda itu jatuh dengan bokong menubruk tanah berlumpur.

"Ini sama sekali tidak sopan, Yang Mulia, aku hanya berusaha untuk membantu."

"Kalau heat-nya datang, aku mampus, Yukhei. Bakal mampus kalau tidak sampai menyetubuhinya, karena dia akan sangat kesakitan dan ayah akan meragukanku apabila aku tidak menyetubuhi Donghyuck ketika masa heat-nya."

"Maka setubuhilah, apa yang menahanmu?"

Tidak ada, sebenarnya. Namun Mark tahu bahwa itu akan jadi kali pertama bagi Donghyuckㅡsebuah rahasia yang mungkin telah lelaki itu beberkan tanpa sengaja di saat kali terakhir mereka bicara, di taman. Tetapi bagaimanapun, itu adalah rahasia yang juga Donghyuck percayakan padanyaㅡdan Mark punya firasat bahwa Donghyuck ingin ia mengingat itu. Malam pernikahan mereka pun menjadi masuk akal dan jelas, terang-benderang di tengah cahaya ilham. Apabila itu memang kali pertama, Donghyuck jelas ingin melakukannya ketika sadar, saat di mana otak membodohi diri untuk patuh, melakukan hal itu di bawah persetujuannya, daripada di tengah masa heat, di mana ia sepenuhnya berada di bawah kendali Mark. Mark bertanya-tanya apa Donghyuck pernah merasakan heat sebelum dikirimkan ke Lembah untuk menikah. Ia penasaran seberapa menyiksa, sakit dan memusingkannya rasa itu. Ia penasaran apa Donghyuck bisa mengendalikan diri untuk terus sadar ketika waktu itu berlangsung, dan apabila tidak, seberapa besar pengalaman itu membuatnya ketakutan.

Donghyuck terlalu sulit dibaca, cukup membingungkan di hari yang indah dan bagai labirin di hari yang lebih buruk, dan Mark begitu payah dalam menebak teka-teki, tetapi beberapa hal tampak mulai agak jelas dalam hubungan ini.

Pertama, Donghyuck sangat mengidamkan kendali. Ia mengidamkannya bagai orang tenggelam yang mengidamkan udaraㅡdengan putus asa dan berantakan, serta seluruh tubuh meronta-ronta. Dada membusung sebab kebutuhan mendesak akan oksigen, mata terpejam erat atas rasa sakit; Donghyuck mengidamkan kendali sebab tak seorang pun mau memberikan hal itu padanya. Ia mengidamkannya sebab ia memilikinya, segalanya, dan sekarang ia berada di bawah ampunan sang samudra, sendirian dan terombang-ambing entah di mana, dengan ombak badai serta hiu-hiu yang berenang berputar di sekitarnya, menunggu untuk merobek tubuhnya. Dan semakin ia meronta, memaksa diri untuk terus berada di permukaan, semakin pula ia merasa kelelahan, dan ia mampu merasakan akhir, membuatnya ketakutan. Ia ketakutan.

Kedua, Donghyuck mendambakan tiadanya kendali. Semua omega begitu, ini sesuatu yang telah Mark tahu. Sudah bagian dari mereka, mendarah daging secara biologis, seperti kebutuhan untuk membentuk sarang dan rasa terbakar di perut ketika masa subur, seperti aroma manis dan rasa mereka yang juga tak kalah manis. Donghyuck tidak pernah dibesarkan untuk menjadi omega, namun ia menjadi salah satunya, entah terima atau tidak, mau atau tidak, sehingga kesejahteraan bagi mereka berarti bahwa mereka memercayai seseorang untuk memberi perlindungan. Dan Donghyuck mengidamkan hal tersebut, dalam berbagai tingkatan, ia mengidamkannya namun juga membencinya, dengan cara sukarela namun juga tidak rela. Dan ia marah pada diri sendiri sebab tidak mampu menerima sifat alaminya, menenggelamkan diri dalam rasa sakit sebab menolak tunduk pada Mark sebagaimana seorang omega. (Dan Mark bertanya-tanya bagaimana rasanya bagi Donghyuck, yang selalu menjadi yang terbaik dalam segala hal, namun gagal ketika harus menerima sifat alamiah diri sendiri. Betapa sakit dan memalukan hal itu untuknya. Betapa melelahkan.)

Ketiga, apa pun yang Mark putuskan untuk lakukan terhadapnya, memberi atau merebut kontrol, Donghyuck akan tetap membencinya. Lelaki itu membencinya sebab ia harus membenci seseorang, dan ia tidak bisa membenci negaranya sebab telah mengirim ia ke Lembah, tidak ketika dengan bodoh ia memilih nasibnya sendiri, atau membenci negara Mark karena membutuhkan Pangeran Permaisuri omega. Ia bisa membenci dirinya sendiriㅡdan mungkin saja ia memang membenci diri sendiri, lebih daripada yang Mark bisa pikirkanㅡdan ia bisa membenci Markㅡitu jelas, Donghyuck tidak pernah malu mengungkapkannya.

"Kami seharusnya membicarakan ini, tentang heat-nya. Bagaimana seharusnya kami menanganinya. Aku bilang aku akan menyetubuhinya dan dia tampak lega, tapi itu hanya karena dia takut aku akan menghukumnya dan membiarkannya melewati masa heat sendirian."

"Kawan, itu cukup menyebalkan."

"Aku tahu, itu bodoh, oke? Aku tahu... Tapi sekarang aku takut dia akan hilang kendali atas segala hal, yang mana akan membuatnya menyesal nanti."

Yukhei mendengarkan dan tidak memberi penghakiman. Ia bahkan tidak mengomeli Mark sebab telah mendorongnya ke arah lumpur. Apa yang ia lakukan adalah meraih kembali pedangnya dan menantang Mark, membiarkan pemuda itu memegang kendali. Pedang tumpul melawan pedang tumpul, kaki-kaki tergelincir di permukaan yang licin, lagi dan lagi dan lagi, hingga seorang pelayan datang menemui mereka, memberi tahu Mark bahwa tabib istana ingin bicara padanya.

*

Satu-satunya hal yang menenangkan Mark seiring langkah menuju ruangan si tabib adalah bahwa itu bukanlah heat. Memang sudah seharusnya bukan heat, Mark bisa merasakannya. Tetapi pemuda itu tidak mampu merasakan apa pun saat ini, hujan telah merusak daya penciumannya ketika jarak antara ia dan Donghyuck jadi semakin cair dan berat, melelehkan Ikatan mereka dalam deguk air yang mengalir di tembok batu. Kehadiran Donghyuck, biasanya sangat gaduh dan liar, godaan tetap bagi perhatian Mark, namun sekarang kehadirannya tak lebih dari rasa bingung, gema lemah, mendekam di suatu tempat di dalam kamar, satu-satunya tempat di mana Mark ingin menempatkan diri saat ini.

Pemuda itu mengetuk.

"Masuk."

"Bagimana keadaannya?" tanya Mark, bahkan sebelum ia mampu menutup pintu.

Si tabib, pria tua berkerut dengan nama Lee Jaeho, yang sudah cukup tua ketika sang ratu datang ke istana untuk menikahi ayah Mark, memandang ke arah Putra Mahkota melalui bingkai kacamatanya dan berdeham.

"Silakan duduk, Yang Mulia."

"Bagaimana keadaannya?" Mark mendapati diri kembali bertanya, tidak peduli bahwa ia terdengar putus asa, bahkan bagi telinganya sendiriㅡpada titik ini, ia hanya ingin kembali ke kamar dan mengecek keadaan Donghyuck dengan mata kepalanya sendiri. Si tabib kembali menyuruhnya duduk.

"Pangeran Permaisuri sedang tidur. Dia baik-baik saja. Dia hanya terserang flu, bukan penyakit yang parah. Anda boleh berhenti bertingkah seolah aku baru saja menemukan penyebab kematiannya."

"Flu?" celoteh Mark, akhirnya mendudukkan diri di sudut kursi berlengan, di depan meja kayu oak yang besar.

"Ya," ujar sang tabib, mengangkat kedua alisnya, "flu. Penyakit musiman yang akan menyerangmu setelah bermain air dan menghabiskan waktu seharian mengenakan pakaian lembap. Cuaca yang juga tiba-tiba berubah tidak membantu. Bayi burung musim panas yang malang itu, dia tidak terbiasa dengan hujan musim gugur, kan? Tapi Anda tidak perlu khawatir, dia sudah minum obat dan akan membaik beberapa jam lagi."

"Dia tidak memasuki masa heat?" oceh Mark. Ia menahan keinginan untuk menutup mulut seperti anak kecil yang telah salah bicara.

Sang tabib melepas kacamata dan mendesahkan napas, mengusap kerutan di antara kedua matanya.

"Penyesalan bagi seluruh warga istana namun kelegaan terbesar buatku, karena Pangeran Permaisuri tidak memasuki masa heat."

Mark membiarkan diri jatuh ke arah kursi. Ia diam selama beberapa saat untuk menyerap kalimat itu. Oh.

"Kenapa lega?" tanyanya, suaranya pelan.

Si pria tua melipat kedua tangan dan menyandarkan punggung, menatap Mark. "Yah, pertama karena akan sangat tidak nyaman dan berbahaya apabila Pangeran Permaisuri memasuki masa heat ketika sedang sakit. Heat akan berlangsung sangat lama dan membuatnya lemah. Heat pertama, terutama, akan sangat tidak biasa dan tak tertebak, dan aku khawatir karena suami Anda dinobatkan terlambat, tubuhnya masih belum terbiasa beradaptasi dengan perubahan itu. Kedua," ujarnya, suaranya berubah semakin tajam, "karena heat seks pertama adalah peristiwa paling traumatis dan berbahaya sepanjang hidup si omega, sehingga akan lebih baik apabila kegiatan intim Anda dengan Pangeran Permaisuri dilakukan sebelum hal itu terjadi."

Mark menunduk, merasa tertelanjangi di hadapan sang tabib.

"Tidak akan terjadi," ucapnya, sangat pelan, "Bukan begitu rencananya, tapi aku memahami kekhawatiranmu."

Ia membungkuk dalam, merasa malu karena diberi tahu bagaikan bocah tak berpengalaman, masih terlalu muda dan hijau untuk menikah. Lebih daripada itu, ia mulai merasa marah. Ia menyadari kekhawatiran sang tabib, namun di saat yang sama... Donghyuck adalah pasangannya. Suaminya. Tetapi, sejak mereka menikah, sejak kedua negara mengikat mereka untuk bersatu selamanya, semua orang menganggap bahwa pantas untuk memberi tahu Mark apa yang seharusnya ia lakukan dengan Donghyuckㅡpada Donghyuckㅡberkali-kali secara detail. (Mereka ingin omega dari Pulau Selatan itu diklaim, melalui penyetubuhan dan pembuahan, memenuhi Lembah dengan keturunan merekaㅡmungkin sebelum tahun baru sehingga bayinya bisa lahir di musim panas, ujar Tuan Kwon pagi ini ketika sarapan, tidakkah bagus? Dan Mark harus menahan diri untuk tidak meninju wajah pria itu, sebab tidak peduli apa yang Tuan Kwon inginkan, maupun apa yang mereka semua inginkan. Omega dari Pulau Selatan, Donghyuck, bukanlah milik mereka, dan mereka tidak berhak atasnya. Hanya Mark, meski ia tidak tahu apa haknya atas Donghyuck selama ini.)

Kefrustrasian pastilah tampak jelas di wajahnya, sebab Lee Jaeho kembali mengenakan kacamata dan berdeham, memaksa Mark untuk menoleh padanya.

"Aku tidak tahu apa yang telah terjadi di antara kau dan pasanganmu, tapi aku tidaklah bodoh, Minhyung, lebih-lebih musuhmu. Aku membawamu menuju dunia ini, sembilan belas tahun lalu, dan aku tidak melakukannya demi melihatmu mengacaukan pernikahanmu seperti ini. Suamimu adalah lelaki yang baik, dan dia butuh perhatianmu."

Suamiku membenciku, pikir Mark. Dan dia tidak tahu apa yang dia sendiri inginkan, apalagi yang dia butuhkan. Bahkan aku pun tidak.

Ia tidak mengatakan apa pun, hanya kembali menunduk, dan keheningan di antara mereka bertahan selama beberapa saat, membuat waktu terasa panjang dan canggung, hingga sang tabib memejamkan mata, tampak terlalu lelah akan ini.

"Lihat ini!" gerutunya. "Aku sudah bilang pada ayahmu untuk membiarkan kalian bertemu dan berdiskusi sebelum menikah, sebagaimana ratu memberi tahunya untuk tidak perlu mendesak kalian segera memiliki anak, tapi sejak kapan sang raja mau mendengar omongan omega?"

Mark mengangguk, bingung akan ketegangan tiba-tiba dalam percakapan itu, tidak tahu harus menjawab apa. Ia hanya bisa menatap ketika sang tabib beranjak dan mulai mengobrak-abrik laci-laci yang melekat di tembok.

"Kau bicara soal Donghyuck pada ayahku?"

"Aku bertanggung jawab atas pendidikan bocah itu sejak dia tiba di istana tanpa pengetahuan sama sekali tentang menjadi omega, Yang Mulia, tentu saja aku bicara pada raja. Kalau saja beliau mau mendegarku, alih-alih memercayai para alpha dari Dewan Kecil... Sekumpulan orang bodoh, itulah mereka. Jangan tatap aku seperti itu, aku sudah cukup tua untuk mengatakan apa pun tanpa rasa takut."

Pria itu menggerutu lagi, berbalik ke arah laci besar yang berisi rempah-rempah dan urapan istana.

"Boleh aku bertanya sesuatu?" tanya Mark, yang dibalas gumaman singkat dan gestur tangan yang menyuruhnya untuk bicara.

"Donghyuck," mulainya, mengikuti pergerakan si pria tua ketika pria itu memanjat tangga untuk mencapai baris laci yang lebih tinggi. "bilang dia merasa sakit, terkadang."

"Ya, aku tahu. Dia memberi tahuku beberapa minggu lalu, ketika dia mengalami gejalanya untuk pertama kali. Di pulau, mereka menyebutnya Kerinduan, tapi di Lembah istilah itu cukup asing sebab orang-orang tidak senang membicarakannya, sehingga di sini, hal itu tidak bernama. Itu adalah bentuk pelepasan dari rasa cemas sebab kurangnya kontak fisik dengan pasangan."

Mark mengangguk. "Ya, sudah kuduga, tapi terima kasih untuk penjelasannya."

"Itu juga bisa jadi salah satu hal yang menyebabkan flu suamimu yang tiba-tiba. Itu membuat tubuh menjadi lemah, membuat organ-organ jadi tak berdaya. Tentu saja, aku tidak perlu mengatakan apa yang harus kaulakukan untuk meredakan gejala itu, iya kan?"

Mark menggigit bagian dalam mulutnya dan mengangguk, menahan rona merah yang memenuhi wajahnya.

"Aku menghargai apa yang telah Anda lakukan, Yang Mulia. Tak peduli seberapa besar pasanganmu dipermalukan atas itu, dia belum siap sama sekali untuk menerima knot di hari pertama pernikahan, dan tidak banyak pasangan yang mau memahami hal tersebut. Tidak dalam pernikahan politis seperti Anda, takutku. Bagaimanapun, meski Anda ingin melangkah secara perlahan, heat Pangeran Permaisuri tidak akan menunggu kesiapan kalian, jadi aku sangat menyarankan agar Anda segera bicara padanya."

Si pria tua dengan hati-hati menuruni tangga, dengan sebuah botol kecil di tangan kirinya. Ia menyodorkan botol itu ke arah si pemuda, memberikannya pada Mark.

"Ini adalah minyak aroma kesukaan Pangeran Permaisuri. Masukkan ke bak mandinya atau gunakan sebagaimana yang Anda inginkan." Pada tahap ini, Mark tidak yakin mampu menatap Lee Jaeho tepat di mata, namun ia tetap menerima botol kecil itu. "Sekarang pergilah, Anda harus di sana ketika dia bangun. Dia akan mencari sang alpha dan akan merasa kehilangan apabila Anda tak ada di sana."

Sang tabib menghentikannya ketika Mark telah mencapai pintu.

"Persetubuhan bukanlah kewajiban, Yang Mulia, namun bentuk dari sebuah kepercayaan."

"Dan apa yang harus kulakukan apabila pasanganku tidak memercayaiku?"

Lee Jaeho, yang pernah, dulu sekali, menjadi seorang omega, yang mana juga masih seorang omega bahkan setelah kematian pasangannya di tengah peperangan melawan Kekaisaran lebih dari dua puluh lima tahun lalu, melayangkan senyuman samar.

"Andalah yang duluan memercayainya."

*

Mark bisa merasakan Donghyuck bangun, gelombang penderitaan menyebar bagai angin di anak tangga, membuat seluruh bulu di tengkuknya berdiri. Ia mendaki tangga secepat yang ia bisa, melewati tiga anak tangga di setiap langkah, dan ia yakin Donghyuck mampu merasakan kehadirannya juga sebab ketika ia mencapai pintu, ia mendapati aroma kekeraskepalaannya merasa lega.

Donghyuck berdiri di hadapan jendela di ruang baca, berkeringat, kumal dan memerah akibat demam. Ia sepenuhnya telanjang, kecuali bagian yang tertutupi oleh selimut bulu milik Markㅡkulit serigala berbulu abu-abu, yang pemuda itu miliki di upacara kedewasaannyaㅡmenggantung canggung di sekitar bahunya. Tatapan yang ia layangkan ketika Mark memasuki ruangan tampak tak berdaya dan tak begitu sadar.

"Apa yang kaulakukan di sini?" gumam Mark, memberi perintah agar ia mendekat, dan untuk sekali, Donghyuck menurut, kali ini berjalan terseok-seok hingga membenamkan diri ke dada Mark, berusaha membuat tubuhnya tetap berdiri.

"Merasa lebih baik?"

"Segalanya payah."

Mark terkekeh dan Donghyuck mengerang, terlalu lemah untuk melakukan sesuatu yang lebih daripada itu. Kedua tungkainya bergetar dan Mark melingkarkan lengan di pinggangnya.

"Kau seharusnya tetap di ranjang... Tubuhmu panas sekali."

"Persetan dengan ranjang. Aku tidak suka. Seorang dayang datang ketika tabib mengunjungiku dan mengganti seprainya, dan sekarang kamarnya tercium berbeda. Aku tidak suka."

Mark meletakkan sebelah tangan di dahi lelaki itu, mengabaikan Donghyuck yang menggeliat akibat hawa dingin dari tangannya. Demamnya pasti meninggi untuk terakhir kali sebelum akhirnya menghilang.

"Ayo," ucapnya. "Tabib bilang kau akan baik-baik saja. Ayo baringkan tubuhmu sejenak."

Donghyuck tidak protes seiring Mark yang menuntunnya menuju kamar tidur mereka, hanya untuk berhenti di pintu ketika melihat kekacauan di atas ranjang. Tampak bahwa setiap potong baju dari dalam lemari kayu di dinding telah dipindahkan ke atas ranjang, ditata dengan hati-hati sehingga menutupi keseluruhan seprai dan menyamarkan baunya.

"Apa ini caramu bersarang?"

Sangat berbeda dari apa yang Mark ketahui tentang bersarang. Donghyuck sudah cukup merah untuk merona, namun ia mengumpulkan kekuatan untuk mendelik ke arah Mark.

"Cukup bicaranya," gumam lelaki itu, dan ia terdengar sudah cukup lelah sehingga Mark tidak menambahkan kata-kata lain. Ia membereskan sedikit tempat bagi keduanya di atas ranjang dan memandang tanpa malu ketika Donghyuck menjatuhkan kain berbulu di bahunya ke arah lantai. Mark meneguk saliva memandang dada rata lelaki itu yang memerah, begitu pula konstelasi tahi lalat yang bermula dari pipi dan berakhir di lehernya, Little Dipper, dan satu lagi, rahasia yang hanya bisa dilihat oleh Markㅡsatu tahi lalat besar, tepat di bawah tulang selangka sebelah kiri, satu di puting sebelah kanan dan satu di pinggulnya. Vega, Deneb dan Atair, segitiga musim panas, bintang-bintang paling terang di malam musim panas, sangat pantas bagi seseorang seperti Donghyuck.

"Masuk," bisik Mark, gemetar, berusaha tidak terdengar sesak namun gagal. Ia mendengar suara gesekan kain ketika Donghyuck bergerak masuk ke dalam selimut, dan Mark kemudian melepas seluruh pakaian, sebelum akhirnya bergabung bersamanya di balik selimut.

"Tidakkah kau harus pergi ke suatu tempat?" gumam Donghyuck. Ia tidak memeluk Mark sebagaimana yang dilakukan setiap malam, hanya meringkuk mendekat ke arahnya. Keningnya terasa terbakar di lengan Mark. Mark memutar tubuh ke arahnya, menariknya mendekat, dan Donghyuck menolak, untuk beberapa saat membuat Mark sempat ragu, namun akhirnya lelaki itu menyerah; kedua lengan bergerak meraih pundak Mark dengan segala kekuatan terakhir yang tersisa. Ia beraroma seperti kain bulu Markㅡkain dari kulit serigala yang pemuda itu taklukkan untuk membuktikan statusnya sebagai alpha, dan jantung Mark jumpalitan ketika sadar bahwa itu berarti Donghyuck tercium bagaikan dirinya.

"Aku mengosongkan jadwalku," gumam Mark. "Kau sakit."

Donghyuck tidak mengeluh ketika Mark mulai bergerak mengusap rambutnya, membiarkan kedua kelopak matanya perlahan menutup.

"Kau akan tertular kalau kau tetap di sini."

"Setidaknya aku tidak perlu duduk di ruang rapat Dewan lagi. Aku membencinya. Semua orang emosi karena hujan. Para bangsawan jadi sangat cerewet, karena sungguh tidak nyaman bepergian dalam cuaca seperti ini, tetapi karena mereka harus bicara dengan keluarga kerajaan, maka rasa frustrasi itu mereka bagi dengan kami."

"Menyedihkan jadi dirimu," ucap Donghyuck, menarik napas panjang ketika Mark menjambak rambutnya sebagai pembalasan.

Ia mendongak dengan bibir cemberut, kedua alis bertaut dan pipinya menggembung, sedikit marah dan sedikit bingung, dan Mark semakin ingin menggodanya, tetapi sekarang ia tidak mampu menoleh ke arah lain, terpesona. Gulungan demam terakhir membuat Donghyuck tampak menawan. Lelaki itu terlihat lebih lembut, lengah, lebih bersifat sebagaimana omega daripada yang pernah Mark lihat. Ia penasaran, terkadang di ceruk terjauh kepalanya, bahwa seperti inilah Donghyuck ketika masa heat-nya tiba. Ia penasaran, namun tidak benar-benar bisa mengikuti alur pikiran, sebab lidah Donghyuck keluar untuk membasahi bibirnya, dan Mark tidak bisa menahan diri untuk menatap tingkah laku itu dengan lapar. Ini bukanlah ide bagus, ia sadar, karena keduanya telanjang dan Donghyuck harus istirahat, tetapi Mark ingin, ia ingin.

Tangannya bergerak dari rambut Donghyuck menuju sisi wajah lelaki itu, mengangkat dagunya, memaksa lelaki itu untuk mendongak, sehingga Mark dapat melihat wajahnya dengan lebih baik. Bibirnya masih berkilau sebab basah, sedikit lengket, dan Mark merasa penisnya menegang namun ia tidak peduliㅡhari ini, ia tidak tampak peduli. Jempolnya mengusap bibir bawah Donghyuck, menekannya pelan, sehingga belah bibirnya terbuka, hanya untuknya, dan kedua mata Donghyuck semakin melebar, membuka secara penuh. Mata yang gelap, menatap Mark dengan rasa penasaran, malu dan nafsu danㅡdan kemudian matanya menyipit, menyudutkan Mark.

"Apa-apaan yang kaulakukan?"

"Apa?"

Kurangnya rasa hangat dari kontak tubuh mereka seolah menampar Mark. Ia gemetar dan secara insting berusaha untuk bergerak mendekat, namun Donghyuck menahan dengan tangan di dadanya.

"Tabib... apa yang dia katakan padamu?"

"Kau terserang fluㅡAduh, bisa tenang tidak?" Mark menangkap sebelah tangan Donghyuck untuk menghentikan lelaki itu menampar dadanya lagi, namun ia tidak bisa menahan tusukan kuku di tangannya. Itu sakit, tetapi kemaluannya berkedut di saat bersamaan.

"Apa kau berusaha menggodaku? Apa itu... karena aku sakit? Kau sangat mengasihaniku?"

"Donghyuck, aku bersumpah atas nama para dewi, aku tidak mengerti yang kaukatakan dan aku mulai merasa khawatir kalau demamnya memengaruhi otakmu. Bisakah kauㅡkumohon, beritahu aku apa maksudmu, sekali saja? Atau aku pergi. Aku pergi karena kau luar biasa merepotkan dan aku...."

Ia berusaha menjauhㅡkarena ia tidak kuat; Donghyuck terasa panas, kemudian dingin, kemudian panas lagi, dan lelaki itu memberinya rasa panas tiga kali lipatㅡnamun jari-jari Donghyuck melingkar erat di lengannya bagaikan ragum.

"Tunggu," Donghyuck berusaha, kehabisan napas, kemudian berhenti, menggelengkan kepala untuk membuat pikiran lebih jernih sebelum bicara. "Tabib, dia bilang aku sakit karena kau. Sebab kau tidak memenuhi tanggung jawabmu. Sehingga aku...."

"Maka sudah seharusnya aku memenuhi tanggung jawabku, bukan? Supaya kau merasa lebih baik!"

Donghyuck mendengus, sangat marah, amat marah. Ia terlihat seperti akan menampar Mark lagi, namun sejatinya, ia terlalu takut Mark akan pergi meninggalkannya apabila ia melepas pemuda itu.

"Bagaimana bisa kau bersikap sangat tidak peka? Kau yang bilang, di malam pernikahan kita... Aku telah siap melakukan tanggung jawabku, dan kau bilang di hari ketika kau akan menyetubuhiku, itu bukanlah karena tanggung jawab, bukankah kau bilang begitu? Jadi bagaimana kau bisa... kau bertingkah begitu sombong dan munafik, dan mengatakan bahwa kau tidak akan melakukan apa pun kecuali aku menginginkanmu, tetapi apabila harus menyetubuhiku, kau selalu bilang itu tanggung jawabmu? Tidakkah aku pantas mendapatkan orang yang juga menginginkanku? Kau luar biasa berengsek, Minhyung, aku tidak percaya kau selalu membodohiku dan membuatku berpikir kau tumbuh menjadi seorang yang pantas, hanya demi berakhir menjadi bajingan sebagaimana ketika kita masih kecil, aku sungguh tidak bisaㅡ"

Mark menutup mulut lelaki itu dengan tangannya supaya berhenti, sebab ketika Donghyuck mulai bicara, ia seperti sungai yang mengalir. Itu terlalu... terlalu banyak, sangat banyak. Ini adalah ucapan yang paling panjang untuk Mark selama... sejak mereka kenal. Donghyuck memanggilnya Minhyung, ia memanggilnyaㅡ

"Kau pikir... aku berusaha menggodamu karena itu tanggung jawabku?"

Donghyuck menggigit telapak tangannya dan menggangguk, kejam, takut dan lega di saat bersamaan. Ia pasti telah memegang rahasia ini sejak awal, keras kepala, tidak jelas, dan konsisten. Mark bergerak mundur, menciptakan sedikit jarak di antara mereka dan berpikirㅡsungguh banyak yang harus dipikirkanㅡnamun ia takut untuk melepaskan Donghyuck, ia takut kehilangan momentum ini sebagaimana ia kehilangan yang lainnya. (Lelaki itu memanggilnya Minhyung, sebagaimana ketika mereka kecil, dan sekarang mereka tidak seperti itu, membuat Mark jadi sangat menginginkannya.)

"Mengapa kau bisa memikirkan sesuatu seperti itu?" ia bertanya dengan suara tegang, mengembuskan napas pendek. Donghyuck mencibir dan menampar bibirnya. (Mark sangat, sangat, menginginkannya.)

"Aku tahu aku tidak seperti kebanyakan omega," ucap Donghyuck, tidak sadar akan kekacauan dalam diri Mark. "Mereka bilang padaku. Aku dinobatkan terlambat dan tubuhku sudah terlalu banyak berubah untuk kembali dibentuk sebagaimana... statusku seharusnya. Aku tidak cantik sebagaimana omega, aku juga tidak lembut, tidak bisa bersarang dan masih memiliki keinginan menancapkan pedang ke tulang rusukmu setiap kali kau membuat wajah sok suci yang bodoh ituㅡwajahmu itu, seolah mengurusku adalah hal yang sangat merepotkan dan kau butuh pengakuan karena telah jadi suami paling sabar sedunia. Aku sangat ingin menghajar wajahmu, sumpah, karena kau payah dan aku benci harus bertahan denganmu. Tapi jika kau pikir aku akan membiarkanmu menyetubuhiku hanya supaya kau bisa melaporkan kewajibanmu kepada ayahmu, kau salah. Omega jelek atau bukan, aku masih punya harㅡ"

Mark tidak tahu Donghyuck sudah bicara seberapa banyak ketika suara itu akhirnya memecah kabut kebingungan dan nafsu dalam kepalanya. Yang ia tahu hanyalah bahwa Donghyuck telah bicara terlalu banyak dan membahas hal-hal yang tidak ia mengerti. Sungguh orang yang sangat luar biasa bodoh, mereka berdua. Ia menendang lepas selimut dan mendorong pinggulnya maju, menggulingkan Donghyuck hingga terlentang, merenggut napas dan suara lelaki itu oleh suara acak kain di sekitar mereka. Ia menahannya di atas permukaan kasur, kedua tangan lelaki itu terkunci di sisi-sisi kepala sebagaimana ketika di pinggir danau, namun kali ini penis Mark menegang, tanpa malu dan memaksa, terjebak di antara tubuhnya dan Donghyuck, dan aroma Mark menguar dengan dorongan penuh, sebagaimana cara yang tak pernah ia lakukanㅡdalam cara yang tidak patut, di sini, di Lembah.

Hasrat masa kawin Mark terpecah, dan ia membiarkan Donghyuck merasakan itu semua. Penisnya terasa berat menimpa kulit Donghyuck yang panas. Rasa dingin dan kegugupan luar biasa terasa di jari-jemarinya tatkala ia melepas pergelangan tangan lelaki itu untuk menggerayangi tubuhnya, sebelum kemudian mengencang di pinggangnya, merasa lapar akan kelembutan di kedua pahanya. Pandangan tak senonoh Mark terpaku pada tulang selangka Donghyuck, puting, pusar dan lekukan di penisnya, menggodanya bahkan tanpa menyentuhnya, membuat feromon Donghyuck mewarnai udara, membaur dengan aroma yang Mark hasilkan. Dan udara berubah pekat dan luar biasa berat, dan itu membuat mereka seolah menghirup aroma seks, dan tak ada jarak bagi dewa maupun dewi di ranjang itu, hanya Mark yang menginginkan Donghyuck.

"Kau menghargai dirimu terlalu rendah, apabila kau berpikir itu hanyalah sebuah tanggung jawab."[]

Okumaya devam et

Bunları da Beğeneceksin

187K 17.3K 30
"I think ... I like you." - Kathrina. "You make me hate you the most." - Gita. Pernahkah kalian membayangkan kehidupan kalian yang mulanya sederhana...
68.3K 7.3K 60
Chris adalah seorang duda yang memiliki empat anak,anak nakal yang selalu sulit diurus semenjak cerai dengan istri. suatu saat ia bertemu dengan hyun...
39.3K 4.5K 36
Sebuah rahasia yang tidak akan pernah meninggalkanmu...
57.6K 3.1K 7
meskipun kau mantan kekasih ibuku Lisa😸 (GirlxFuta)🔞+++