Puzzle Piece √

By AntheaFeather

182K 14.7K 150

Katanya, ada satu potongan puzzle dalam diri setiap orang, yang menunggu dipertemukan dengan belahan lain aga... More

Patah
Jalin
Pilihan
Latte Frappuccino
Jalan
Bertemu
Hening
Not A Bad Thing
Lupa
Tamu Tak Diundang
Secret
Rumit
Dilema
Iba
Second Option
Kelabu
Antara
Terlambat
Boys Do Cry
Cemburu
Rekat
Mimpi
Caught Up
Dua Hati
Pergi
Bersatu

Asing

4.8K 518 3
By AntheaFeather

Billa menolak kuantar pulang. Katanya rumah tidak lagi mampu mendamaikan hatinya yang bergejolak. Kuberi saran untuk menginap di rumah teman atau saudara, tapi ia tidak memiliki teman dekat, dan saudaranya yang paling dekat berada di Semarang. Selebihnya di luar pulau atau luar negeri. Semula aku tidak melihat gurat tersebut padanya. Tapi jika mengamati lekat-lekat, warna iris Billa memang lebih terang dari kebanyakan orang Indonesia. Coklat madu, istilah yang biasa aku pergunakan untuk mengalihbahasakan honey brown untuk menggambarkan warna iris kebanyakan orang Inggris. Rambutnya bukan hitam kelam, melainkan coklat gelap. Aku ingin sekali mengetahui percampuran darah Billa berasal dari mana saja, tapi aku enggan mengutarakan pertanyaan yang tidak akan dijawab. 

"Lalu, aku harus mengantar ke mana?" tanyaku putus asa, setelah kami hanya berputar-putar di tengah kota pada tengah malam. 

"Boleh aku ke rumahmu?"

"Tidak," potongku cepat. Ia sedikit terkejut mendengar nada tinggi dari suaraku. "Aku nggak bisa bawa anak perempuan ke rumah, tengah malam pula. Nanti kakakku bisa berpikir macam-macam."

"Kamu tinggal dengan kakak?" nadanya berubah antusias. Selalu seperti itu, jika menyangkut tentang orang lain—dalam hal ini aku. 

"Orang tuaku meninggal, kalau kamu ingin tahu."

Kepalanya tiba-tiba tertunduk, "Bukan itu yang ingin aku ketahui," balasnya lirih. 

"Semua orang selalu menanyakan itu," ucapku dengan perasaan bersalah.

Billa menunjuk belokan di depan, "Itu, kita ke sana aja, dua rumah dari jalan depan tempat kos teman sekelasku. Mungkin aku boleh numpang menginap untuk semalam."

Kukernyitkan alis, rumah kos yang ditunjuk Billa tampak gelap dan sepi, "Sepertinya nggak akan ada yang membukakan pintu."

Billa tersenyum getir, "Aku bisa tidur di terasnya."

Kugelengkan kepala, "Ke rumahku saja kalau begitu."

Continue Reading

You'll Also Like

98.2K 22.3K 19
Setelah menjalani perceraian yang pahit, Misha bertekad membesarkan anaknya seorang diri. Dia tidak ingin terlibat dengan laki-laki lagi. Satu kali p...
1M 147K 49
Awalnya Cherry tidak berniat demikian. Tapi akhirnya, dia melakukannya. Menjebak Darren Alfa Angkasa, yang semula hanya Cherry niat untuk menolong sa...
314K 15.6K 10
Halooo... Sebenernya cerita ini aku impor dari blog pribadi aku Sebelumnya masih mikir-mikir mau aplod ceritanya di sini. Soale lagi males banget edi...
59.5K 4.2K 13
Banyak orang berpikir jadi orang film itu enak. Padahal bekerja di dunia perfilman itu kejam! Tuntutan untuk menjadi yang terbaik di tengah para manu...