Puzzle Piece √

By AntheaFeather

182K 14.7K 150

Katanya, ada satu potongan puzzle dalam diri setiap orang, yang menunggu dipertemukan dengan belahan lain aga... More

Jalin
Pilihan
Latte Frappuccino
Jalan
Bertemu
Hening
Not A Bad Thing
Lupa
Asing
Tamu Tak Diundang
Secret
Rumit
Dilema
Iba
Second Option
Kelabu
Antara
Terlambat
Boys Do Cry
Cemburu
Rekat
Mimpi
Caught Up
Dua Hati
Pergi
Bersatu

Patah

22.6K 1.1K 15
By AntheaFeather

“Nggak bisa disambung lagi?” tanyanya. Aku menggeleng seraya memungut patahannya dengan hati-hati. “Maaf ya, aku nggak sengaja. Bener-bener minta maaf.”

“Nggak apa-apa,” jawabku datar. “Memang sebelumnya sudah pernah patah, tapi masih bisa disambung pakai perekat. Kata tukang servisnya sudah nggak boleh patah lagi karena bakal susah direkatkan ulang.”

“Maaf ya,” ia mengulang permintaan tersebut untuk kesekian kali. “Benda itu pasti berharga banget buat kamu. Kamu nggak bisa apa-apa tanpanya, tapi malah aku patahkan. Harusnya aku nggak ceroboh. Harusnya aku lihat-lihat dulu kalau mau jalan.”

“Udah, nggak apa-apa, jangan salahin diri sendiri terus,” hiburku padanya. “Aku juga yang salah, karena taruh sembarangan.” Dia melesakkan tubuh mungilnya ke sisi kanan bangku. Kuamati wajah sembabnya seperti habis menangis dan sesekali ia tampak menyeka hidungnya yang berair. “Kamu nggak apa-apa?”

Ia mengangguk, tapi aku tahu itu dusta. Aku pun tidak bisa memaksa jika dia tidak ingin cerita, kami hanyalah complete stranger yang bertemu karena insiden kecil yang menimpa kacamataku. Sore ini ketika lelah membaca buku, kugeser kacamataku ke atas kepala sejenak. Lalu aku tersadar kalau tali sepatuku lepas. Aku menunduk untuk mengikat sepatu, kacamataku terlempar ke tanah, bersamaan dengan gadis bersepatu hak tinggi ini melintas dan menginjaknya hingga terpisah menjadi tiga bagian. Kami masih saling diam dalam suasana hening yang tak nyaman. Lamat-lamat kudengar dia berbicara.

“Apa semua yang patah tidak bisa dipersatukan lagi?” tanyanya dengan suara parau. Sepertinya ia diam-diam menangis ketika kami tidak saling bercakap.

“Mungkin bisa, mungkin tidak,” jawabku mengambang. “Tapi bekas retakannya akan terus ada, dan suatu saat bisa patah kembali, meski kita sudah memperlakukannya dengan hati-hati." Ia menoleh, menatapku nanar. “Hei, jangan sedih. Aku ngomongin soal kacamata, kok.”

Dan keheningan kembali melingkupi kami. Membalut jiwa-jiwa yang patah dengan selaput kasatmata bernama rasa nyaman. Mungkin dengan begini dia bisa merasa lebih baik, meski tidak mengubah keadaan.

Continue Reading

You'll Also Like

650K 42.2K 32
Semua orang mengira Saka Aryaatmaja mencintai Juni Rania Tanaka, namun nyatanya itu kekeliruan besar. Saka tidak pernah mencintai Rania, namun menola...
23K 4K 10
Alika tidak pernah lupa siapa lelaki yang pertama kali membuatnya jatuh hati. Alika ingat betul sosok anak lelaki pencuri hatinya di lapangan upacar...
139K 30.5K 31
Yashica akhirnya berhasil menemukan jejak ayah yang tidak pernah ditemuinya seumur hidup. Untuk mencari tahu seperti apa orang yang sudah menelentark...
3.1K 436 23
Mother knows best. Benarkah? Yang jelas, Andisty dan Melania, ibunya, memiliki banyak kesamaan. Keduanya workaholic, punya pendirian dan juga keras...