My Husband Is Devil √ [SUDAH...

By Yuli04_

25.1M 757K 43.8K

Perjodohan yang membawa seorang Aurel kedalam masalah yang tidak diinginkanya ini membuatnya harus rela bersa... More

PROLOG.
PART 1.
PART 2.
PART 3.
PART 4.
PART 5.
PART 6.
PART 7.
PART 8.
PART 9.
PART 10.
PART 11.
PART 12.
BUKAN CERITA!
PART 13.
PART 14.
PART 15.
PART 16.
PART 17.
PART 18.
PART 19.
PART 20.
PART 21.
PART 22.
PART 24.
PART 25.
PART 26 .
PART 27.
PART 28.
PART 29.
PART 30.
PART 31.
PART 32.
PART 33.
PART 34.
PART 35.
PART 36.
PART 37.
PART 38.
PART 39.
PART 40.
PART 41.
PART 42.
PART 43.
PART 44.
PART 45.
PART 46.
PART 47.
PART 48.
PART 49.
PART 50.
PART 51.
PART 52.
PART 53.
PART 54.
PART 55.
PART 56.
PART 57.
PART 58.
PART 59.
PART 60.
PART 61-END.
EXSTRA PART-1.
EXSTRA PART-2.
EXSTRA PART-3.
CUAP-CUAP AUTHOR♡
KENALAN AUTHOR!
CAST
INFO!!
UPDATE TERBARU!!!
PENGUMUMAN!
INFO PENERBITAN
VOTE
TERBIT 26 ✓
VOTE COVER✨🔥🎉
TERBIT HARI INI! 🥳🎉

PART 23.

354K 12.6K 1.4K
By Yuli04_

Selamat Membaca!
. . .

Setelah bertukar cerita dan mengobrol bersama, Aurel memutuskan untuk kembali pulang kerumah karna hari sudah menjelang sore. Dan Ferel pasti sebentar lagi akan pulang.

Aurel memasuki rumah Ferel dan berjalan kearah kamarnya untuk sekedar membersihkan diri dan berganti pakaian sebelum membantu mbok Nani memasak didapur. Tapi langkahnya sedikit memelan kala matanya lagi-lagi melihat dua insan yang sedang asik bercumbu mesra diruang tengah itu. Ia menelan ludahnya sendiri melihat betapa panasnya adegan didepan matanya itu. Ia jadi jijik terhadap bibirnya yang telah ternodai ini. Bagaimana bisa Ferel mencium bibir dirinya dan bibir Bianca juga? Apakah Ferel merasa tak rugi menyatukan mulutnya dimulut orang yang berbeda? Aurel bergidik ngeri membayangkannya. Ia sendiri saja sudah merasa seperti pelacur mengingat bibirnya juga pernah dirasakan oleh Ferel.

"Ekhem.."

Aurel tersadar dari lamunannya ketika mendengar dehaman Ferel. Ia menatap Ferel yang berjalan kearahnya dengan tatapan tajam.

"Kenapa berdiri disitu?" tanya Ferel dingin.

"Hah?" bingung Aurel yang menyadari ia ternyata berhenti ditengah jalan.

Ferel hanya diam memperhatikan wajah terkejut Aurel yang baru saja menyadari kebodohannya.

"Dari mana?"

Aurel kembali lagi melongo mendengar pertanyaan datar dan dingin dari Ferel. Apakah Ferel serius bertanya padanya? Mungkinkan Ferel sempat mencarinya?

"Emm.. dari cafe deket sini." jawab Aurel cepat.

"Dengan?"

Aurel mengerutkan keningnya mendengar pertanyaan singkat Ferel yang sangat membingungkan. Untuk apa Ferel bertanya seperti itu? Pikir Aurel.

"Dengan.."

"Sayang.. kamu ngapain sih? Aku sampe ditinggal sendiri." kesal Bianca yang datang menghentikan ucapan Aurel dengan kemanjaannya.

Ferel tersenyum hangat menatap Bianca. Senyum yang belum pernah Aurel lihat selama mereka menikah.

"Kamu udah makan?" tanya Ferel pada Bianca yang dijawab dengan gelengan.

"Kita makan dulu. Kamu mau makan dirumah atau diluar?" ujar Ferel lagi.

"Aku males keluar, disini aja." jelas Bianca seraya bergelayut manja dilengan kekar Ferel.

"Yaudah, tunggu aku selesai mandi dulu. Kamu tunggu dikamar." ujar Ferel mengacak gemas puncak rambut Bianca dan menciumnya singkat.

"Oke sayang.."

Dan setelah itu mereka berdua pergi menaiki tangga meninggalkan Aurel yang masih diam mematung. Seakan pembicaraan itu tidak dilihat oleh Aurel. Hatinya sakit melihat semua itu, jantungnya berpacu lebih cepat. Ingin rasanya Aurel berteriak dan menangis sekencang-kencangnya. Aurel menghapus satu tetes air matanya yang tiba-tiba lolos begitu saja. Ia harus segera pergi kekamarnya sebelum semua air matanya tumpah disini dan terlihat orang.

ooOoo

Aurel memutuskan untuk tidak keluar kamar setelahnya. Ia tidak mau orang bertanya-tanya kenapa matanya bisa membengkak dan merah seperti ini. Walaupun Aurel sudah berhenti menangis tapi jika orang melihat matanya pasti masih biasa tertebak.

Tok!Tok!Tok!

Aurel menoleh kearah bunyi pintu yang diketuk itu. Ia melirik jam yang ada dikamarnya. 21:45. Sudah hampir malam dan siapa yang mengunjungi kamarnya? Ia segera turun dari tempat tidur dan berjalan kearah pintu kamar kala mendengar ketukannya terdengar lagi dengan tidak sabaran.

"Ada apa.." Aurel menghentikan ucapannya saat melihat wajah datar Ferel yang berdiri sambil memegang sebuah nampan berisikan satu piring makanan serta satu gelas susu coklat hangat.

Tanpa menunggu persetujuan dari Aurel, Ferel langsung memasuki kamarnya dengan isarat agar Aurel menyingkir. Aurel membiarkan begitu saja Ferel masuk, ia lalu berjalan menyusul Ferel yang menyimpan nampannya diatas meja sofa yang ada dikamar Aurel.

"Saya tau kamu belum makan." ucap Ferel dingin lantas duduk disofanya.

Aurel mengerjapkan matanya. Kenapa lagi dengan sikap Ferel? Apakah Ferel khawatir jika ia belum makan? Tidak. Aurel yakin Ferel tidak khawatir, tidak ada senyuman disana. Sikapnya yang masih dingin membuat Aurel sangat percaya itu bukanlah suatu bentuk perhatian. Tapi untuk apa Ferel sampai mau membawakan makan malamnya kekamar ia? Bukankah itupun sama seperti perhatian dan khawatir?

"Duduk, dan makan."

Aurel tersentak dari lamunannya dan menatap makanan itu dengan Ferel secara bergantian. Ia merasakan suhu dingin dikamarnya bertambah ketika melihat tatapan tajam Ferel. Aurel menuruti ucapan Ferel untuk duduk dan mulai memakan makanan itu tanpa banyak bicara lagi. Aurel hanya memakannya sedikit dan langsung meminum susu coklatnya yang masih hangat.

"Kenapa nangis?"

Aurel mendongak menatap manik biru Ferel. Apakah Ferel tau dirinya habis menangis? Sudah ia bilang bukan, Matanya pasti yang membuat pertanyaan Ferel itu muncul. Batin Aurel.

"Saya tau," seakan menjawab pertanyan Aurel Ferel menjawab.

"Bianca dimana?" tanya Aurel sekedar mengalihkan pembicaraan.

"Sudah pulang." jawab Ferel datar.

"Malam-malam begini? Kamu nggak nganterin dia pulang?" heran Aurel.

"Nggak."

"Tapikan ini hampir larut malem, kamu gak hawatir  nanti kalau dia kenapa-kenapa dijalan?" kata Aurel tak percaya.

"Habiskan makanan kamu, dan jangan banyak bertanya karena itu bukan urusan kamu." jelas Ferel dingin.

Aurel meringis mendegar kalimat itu. Jelas ia sama sekali tak berniat mencampuri urusan mereka. Aurel sedikit khawatir jika Bianca pulang tengah malam begini, ingatkan bahwa dia juga adalah seorang perempuan. Pikir Aurel.

"Saya udah kenyang. Makasih udah repot-repot bawa makanannya kesini." ujar Aurel seraya tersenyum kecil.

Ferel mengangguk pelan lalu membenarkan duduknya disofa itu sedikit tegak. Menatap Aurel sedikit serius tidak seperti sebelumnya.

"Saya ingin membicarakan sesuatu."

Nah benarkan kata Aurel! Membawakan makan malam kekamarnya tidak mungkin Ferel khawatir padanya. Buktinya sekarang ada maksud tertentu yang ingin Ferel bicarakan. Lagi-lagi Aurel hanya bisa berharap dan pasrah terhadap perasaannya.

"Bicara soal apa?" tanya Aurel.

"Soal pekerjaan, saya menawarkan kamu untuk bekerja lagi diperusahaan saya." jelas Ferel.

Aurel jelas senang mendengarnya, tapi hatinya tiba-tiba merasa sedih. Jika ia kembali bekerja dan orang kantor bisa tau status mereka yang sebenarnya bagaiamana dengan Ferel? Bukannya Ferel bilang bahwa dia tak mau orang lain mengetahui pernikahannya kan?

"Tapi bagaimana dengan kamu?" tanya Aurel hati-hati.

"Bagaimana dengan saya? Maksud kamu?" bingung Ferel.

Aurel mengerutkan dahinya. Apakah Ferel lupa jika dia pernah bilang seperti itu? Batin Aurel.

"Soal pernikahan ini, bagaimana jika orang kantor atau karyawan kamu sampai tau? Bukannya kamu pernah bilang jika kamu tidak ingin sampai orang lain tau tentang pernikahan kita?" ucap Aurel mencoba mengingatkan.

"Itu gampang. Orang lain tidak akan curiga dengan pernikahan kita karena saya akan bertunangan dengan Bianca."

Deg!

Bagaikan disambar petir Aurel membeku ditempatnya. Kejutan apa ini? Bertunangan? Bukannya mereka masih terikat sebuah pernikahan? Batin Aurel.

"Pernikahan kita hanya tersisa tiga bulan lagi. Kamu tenang saja, sementara ini saya akan bertunangan dengan Bianca lebih dulu dan setelah kita bercerai baru saya akan menikahinya." jelas Ferel dengan wajah tanpa ekspresinya.

Tenang dia bilang? Hell! Bagaimana Aurel bisa tenang suaminya akan bertunangan dengan wanita lain! Dan bagaiaman ia bisa tenang mengingat usia pernikahannya yang tersisa tiga bulan lagi! Hati Aurel merasa teremas. Sakitnya semakin bertambah, ingin rasanya Aurel membenci Ferel. Tapi kenapa tak bisa? Sekuat inikah cintanya? Tapi Aurel berhak kan untuk kecewa walau pernikahan ini hanya diatas kertas? Dan ia mulai berfikir, siapapun wanitanya pasti merasakan hal yang sama dengannya jika sampai mengalami kejadian seperti ini.

Tak terasa air matanya sudah merembas membanjiri wajahnya. ia sedikit terisak menahan sakit yang sangat mendalam ini. Bodohnya Aurel menangis lagi didepan Ferel! Ia sekarang seperti wanita lemah, wanita yang tersakiti akbiat cintanya tak terbalaskan, dan wanita yang sepertinya tidak mengharapkan pertunangan itu diadakan. Walaupun memang benar itu adanya. Ia dengan cepat menghapus air matanya dengan kasar dan mencoba memunculkan senyuman manisnya walaupun terpaksa.

"Selamat atas pertunangan kalian.." ucap Aurel yang masih mempertahankan senyumannya.

"Saya tidak butuh ucapan itu. Yang saya butuhkan jawaban kamu tentang tawaran saya tadi." kata Ferel seolah tak memperdulikan tangis Aurel.

Aurel masih mencoba mempertahakan senyuman terpaksanya. Ia lalu berpikir sejenak untuk menimbangkan tawaran yang Ferel berikan tadi.

"Saya mau.." ucap Aurel akhirnya.

Ferel mengangguk mengerti.

"Kalau begitu kamu bisa langsung bekerja besok. Tidak perlu membawa lamaran karena sekertaris saya sudah memberitahu staf repsesionis jika kamu akan kembali bekerja dikantor itu lagi. Selamat malam.."

Dan setelah mengatakan itu Ferel melenggang pergi meninggalkan Aurel yang diam menatap kosong tempat yang tadi diduduki oleh Ferel. Ia kembali menangis lagi ditengah malam ini. Aurel tidak tau akan mengadukan rasa sakitnya kemana. Aurel butuh sandaran sekarang. Ia butuh teman untuk menghiburnya dan membuatnya kembali tersenyum. Ntahlah ini kabar gembira atau bukan, yang pasti Aurel merasakan sangat sedih mendengarnya.

- - - - - -

Tbc.
Jangan lupa vote dan komen.

Continue Reading

You'll Also Like

2.2M 196K 123
Ketika seorang Iqbaal Rafardhan menjadi pacar kamu.
40K 2.2K 14
vaint:ok ok berarti aku dapat 4 permintaan kan dewa: ya sudah kamu dapat 4 permintaan 'dasar licik' vaint:mwehehehe vaint bertemu dengan dewa k...
1.1M 127K 54
Aluna Rafa gadis cantik dengan mata indah, semasa hidupnya Aluna tak pernah keluar rumah, sekolahpun tidak. Aluna hanya diam dirumah, melakukan peker...
3M 23.8K 45
harap bijak dalam membaca, yang masih bocil harap menjauh. Kalau masih nekat baca dosa ditanggung sendiri. satu judul cerita Mimin usahakan paling b...