RAVENSKA, The Epic of Fairy T...

By shikarufie

9.9K 1.1K 90

Putri tunggal Raja Adthera, Ravenska, menghilang. Dia, satu-satunya yang bisa diharapkan menjadi pembebas ba... More

PROLOG : BENCANA LADANG PADI
1. TELAGA KUTUKAN
2. NHAXA, GUARYL DAN AMARIZC
3. KUTUKAN BERMULA
4. CINTA SEJATI?
5. SAHABAT LAMA
6. PERTUKARAN
7. ISTANA GAGAK
8. NEGOSIASI
9. MAKAN MALAM
10. Siapa Guaryl sebenarnya?
11. EKSEKUSI MATI
12 - A. DUEL DI HUTAN MAPPLE
13. PENGADILAN
14. Jeda Sidang
15.CERITA FLYEGE
16 PUTUSAN SIDANG
RINDU AMARIZC DAN PETUNJUK
18. Pengintaian
19. Amarizc jadi umpan?
20. RWEDA & GUARYL
21. STRATEGI SALAH?
23. DUEL
24. FLYEGE vs RAVENSKA
25. BERLATIH
26. Wasiat
26. B. Akhir Sang Ratu
B. Akhir Sang Ratu (2)
B. Akhir Sang Ratu (3)
27 Ruin of the spirit
28. Pertempuran
29. Dzo
30. Can I Kiss You, Lady Crow
30.2. Yes, Kiss Her!
30. Dimana kamar pengantinnya? (TAMAT)

22. UNGKAPAN HATI

190 21 0
By shikarufie

Chapter 22

Tiga penyihir tua dengan topi kerucut khas berwarna gelap yang terlipat di ujungnya. Mereka mengenakan jubah berwarna senada. Di tangan mereka tergenggam sebilah tongkat panjang, hampir setinggi tubuh mereka dengan kepala tongkat bentuknya yang beraneka ragam.

Mereka sedang berdiri berhadapan dengan seorang wanita. Tampak dengan anggun wanita berjubah merah marun yang di hiasi manik-manik perak di ujungnya memberikan arahan pada tiga pengihir. Ketiga penyihir tua itu pun menyimak dengan teliti setiap ucapan wanita dihadapannya. Sesekali terlihat percakapan di antara mereka, lalu muncul gurat-gurat optimisme dan semangat pada wajah-wajah mereka.

"Semua kuserahkan pada kalian. Beri tanda padaku, jika kalian telah berhasil mendapatkannya. Gagak itu hanya boleh mati di tanganku. Kalian hanya perlu menangkapnya agar ia tak bisa lolos. Aku ingin berduel dengannya, dan merasakan kenikmatan penyiksaan yang kulakukan padanya." Seringai senyum keluar dari bibir wanita itu.

"Baik, Jenderal. Kau akan mendapatkan apa yang kau mau." ucap salah satu penyihir.

"Bagus. Lakukan tugas kalian dengan baik. Bagaimana mengatur strategi memancing gagak itu keluar dari hutan?" tanya Sang Jenderal yang anggun itu

"Sudah kami siapkan, yang mulia." jawab seorang penyihir. Ia tampak seperti pimpin bagi kedua penyihir lainnya.

"Bagus. Aku percaya pada loyalitas kalian. Ini demi Madhappa. Madhappa akan berjaya seutuhnya, di atas Adthera!". Senyum sinis menyeringai pada wajah sang jenderal.

"Madhappa tak terkalahkan!". Ketiga penyihir berseru penuh semangat.

...

Dzo tengah duduk seorang diri di meja makan panjang. Makanan telah terhidang, beberapa buah-buahan, sedikit daging dan ikan-ikanan. Jambangan lilin bermata lima, apinya melambai pelan menerangi meja. Dzo menikmati makanannya seorang diri.

Baru saja Dzo menyantap beberapa suap, cahaya lilin bergetar kuat. Seakan lidah api itu hampir menjauh dari sumbu lilin. Manusia gagak terbang melintas pelan. Ia duduk di kursi tanpa sandaran, di mana ia biasa duduk.

"Kau tak menungguku, Dzo?" Ravenska menyapa ramah.

"Ah, aku kira kau sedang ... "

"Aku hanya di kamarku sejak siang tadi."

Dzo hanya diam, tetap menikmati hidangan di hadapannya.

"Aku merasa sedang tak sehat." ucap Ratu gagak itu lagi.

"Atau merasa sepi karena Flyege telah pergi?" goda Dzo dengan lirikan sekedarnya.

"Dzo, kau akan menghilangkan napsu makanku," berang Ravenska.

"Maafkan aku, Yang Mulia. Silakan makan!" Dzo memberi satu anggukan penghormatan. Ravenska pun mulai makan buah-buahan yang tersedia di depannya.

"Apa rencana kita selanjutnya yang mulia?" Dzo bertanya.

"Menurut tahananmu kemarin, ada pasukan kita yang sedang bersiap di timur. Sejujurnya aku ingin bisa melihat persiapan itu." Ravenska berucap.

"Tapi bukankan itu sulit, yang mulia?"

"Ya, aku sangat lemah jika jauh dari hutan dan istana."

"Sebaiknya kita menunggu. Mungkin Flyege akan mengabari kita. Atau aku bisa ke kota atau ke telaga untuk melihat situasi, Yang Mulia."

"Tak perlu, biar aku saja. Aku bisa bergerak lebih cepat."

"Anda harus berhati-hati."

Ravenska mengangguk, ia mulai memakan beberapa buah-buahan yang tersaji. Selanjutnya tak ada pembicaraan. Dzo dan Ravenska terhanyut dalam lamunan masing-masing. Dzo memecah kesunyian.

"Ravenska...," Dzo menelungkupkan sendoknya, lalu minum beberapa teguk air. Kemudian kembali berbicara. "... Bagiku kau sudah seperti anakku sendiri. Segala kebahagiaanmu, adalah bahagiaku. Kesedihanmu, duka untukku. Sejak kehadiran dan kepergian Flyege, aku melihat kau berbeda dari hari-hari sebelumnya. Adakah hal yang berat mengganggu pikiranmu?"

Ravenska mengangkat kepala. Ia tertegun sejenak pada kata-kata Dzo.
"Aku pun mencintaimu, Dzo. Kau, ibu bagiku. Tak ada hal penting tentang dia."

"Ravenska ..." Dzo menatap Ravenska penuh naluri keibuan, memaksa manusia gagak itu tak bisa menghindar untuk menumpahkan kegundahan hatinya.

"Hentikan menatapku seperti itu, Dzo." Ravenska tetap mengunyah beberapa butir anggur. Namun, lama-kelamaan tangannya bergetar. Ia meletakkan garpu yang tadinya ia pegang, di atas piring, begitu saja.

"E-entahlah, Dzo. Dia muncul, dengan segala ceritanya, memang itu yang aku harapkan dari seorang Flyege. Tumbuh dewasa, mengembara, membawa kematangan jiwanya. Ia muncul layaknya seorang pria pemberani mengatasi segala bahaya, datang dengan kuda putihnya untuk menyelamatkanku. Aku benar-benar menjadi seorang ratu."

"Kau memang seorang Ratu, Ravenska."

"Namun, dibalik semua itu .... Dia adalah suami dari orang lain ..."

Dzo menatap Ravenska, memahami segala gundahnya.

"Seberapa pun besarnya cinta sejati yang ia bawa untukku, ia bukan cinta yang utuh. Semua hukuman ini rasanya teramat berat untukku."
Air mata jatuh mengalir dari mata hitamnya.

"Hukuman apa? Kesalahan apa yang sudah kau perbuat? Aku tak melihat kau punya kesalahan, Ravenska." Dzo bertanya.

Ravenska menatap Dzo dengan wajah sayu. Cukup lama Ratu Adthera itu terdiam, dengan air mata yang terus mengalir deras. Sesekali ia mencoba menghapus air mata itu, namun ia tetap jatuh menganak sungai. Ia berusaha mengendalikan diri, menarik napas panjang dan mengembuskannya. Sedangkan, Dzo tetap diam dan menatapnya dengan penuh tanda tanya.

"A-aku menyukainya sejak k-kami masih bersekolah di Kwahdi, Dzo." Ravenska terbata.

"Putra Gimra, itu?" Dzo bertanya dengan sangat lembut. Ia menghayati perasaan cintanya bagao seorang ibu bagi Ravenska.

"Dia seorang junior yang begitu berprestasi, ramah pada setiap orang. Semua gadis-gadis bangsawan membicarakannya. Aku hanya menyimpannya di dalam hati. Aku merasa dia juga menyukaiku, dia selalu mencari perhatianku dengan berbagai cara. Tapi aku tak yakin, karena dia sering sekali membuatku marah. Selain itu Riddle. Kami sekelas. Ia selalu bersamaku. Hingga Flyege menyangka mungkin kami punya hubungan khusus. Tapi,, Riddle tak pernah menyatakannya padaku. Sedangkan, Flyege, ia tampak bagai orang yang hanya ingin mempermainkan aku. Hingga suatu saat aku dan Flyege berada dalam latihan khusus di dekat ladang padi itu."

"Apa yang terjadi di sana? Seperti yang dikatakan Flyege saat sidang?"

"Ya." Ravenska mengangguk lalu merunduk, iya menjawab denga. Suata berbisik. "Kau tau, Dzo, ada sebuah mantra cinta kuno yang dulu pernah diajarkan ibuku saat aku kecil. Mantra ini diucapkan ayahku pada ibu. Mantra untuk mengetahui apakah seseorang mencintaimu, atau tidak."

"Oh, ya? Bagaimana cara kerjanya?"

"Kita ucapkan mantra saat sedang berhadapan dan beradu pandang beberapa detik dengan orang yang kita sukai. Jika kita melihat seperti glitter berterbangan di matanya maka itu artinya saling mencintai. Jika hanya satu yang jatuh cinta, glitter tak akan terlihat."

Dzo tersenyum.

"Namun, glitter itu juga akan dilihat oleh orang itu di mata kita yang mengucapkannya. Jika, ia tidak pernah tahu dengan mantra ini, mungkin dia hanya kebingungan. Tapi, jika dia tahu, ...."

"Ternyata Flyege tahu perihal glitter itu?"

Ravenska menatap kosong beberapa potong buah yang masih ada di atas piring di hadapannya. Ia hanya mengangguk.

"Aku tebak, dia tak menyangka kau mengirimkan mantra itu padanya, saat segenting itu, justru merusak konsentrasinya."

Ravenska mengangguk.

"Mungkin ia malu, takut, merasa bersalah, lalu pergi begitu saja. Usianya berapa saat itu?". Dzo menduga-duga

"Dia 15 tahun. Sedangkan aku 18 tahun. Aku sungguh malu akan hal ini, Dzo. Betapa buruk harga diriku soal cinta. Apakah jika aku ingin kembali menjadi manusia, aku harus mengemis cuiman dari pria beristri, Dzo(?). Hukuman ini begitu berat."

Ravenska menutup matanya. Air mata tetap menembus kelopak matanya yang hitam dan berbulu. Dzo bangkit dari kursi, dan memeluknya. Ravenska terisak, menyandarkan kepalanya pada wajah Dzo. Airmatanya turun bersimbah bersama kesedihannya.

"Aku seorang ratu, tak kan menggantungkan harga diriku untuk sebuah ciuman. Aku tak kan melukai hati seorang pun dari rakyatku. Ini ciuman cinta sejati, Dzo. Wanita mana, putri dari ayah yang mana yang mengizinkan pahlawan mereka memberikan cinta sejati pada orang lain. Lalu, jika aku menghancurkan harga diriku, itu artinya aku menghancurkan kebanggaan kerajaan." Usai kalimat Ravenska terhenti, mereka terdiam bersama saling memandang dalam jarak sangat dekat. Dzo memeluknya lebih erat.

"Aku akan selamanya terkunci dalam tubuh ini, Dzo." Ravenska bergumam lirih. Ia menggerakkan badannya meminta Dzo melepaskan pelukannya.

Tiba-tiba mereka dikejutkan oleh suara pintu berderit lalu terbuka, dan seorang muncul dari balik pintu. Senyum dan gerak geriknya tampal gugup.

"Jika, diperkenankan, ijinkan aku menyembuhkan rasa laparku bersama dua wanita yang mempesona di hadapanku. Maaf, aku masuk tanpa izin."

Dzo terperanjat. Sedangkan Ravenska tampak berang dan langsung berdiri dari kirsi yang tersedia.

"Flyege ...?" Dzo terperangah melihat pria itu.

Ravenska tak dapat mengendalikan emosinya. Dengan cepat ia menghapus air matanya dan menyambut Flyege dengan amarah.

"Ini istana, bukan toko pupuk. Jaga tata kramamu untuk masuk ke istanaku." Ravenska langsung menyambar jambangan lilin di dekatnya melompat dan menyerang Flyege.

Pria itu sigap mengelak. Membalas dengan manuver serangan yang ditujukan pada lilin-lilin itu. Seketika lima buah lilin terlepas dari jambangan dan apinya padam.

Ravenska terkejut, bola matanya membesar. Sedangkan Flyege hanya tersenyum menyeringai.

Mereka berdiri berhadapan dalam jarak 5 langkah. Ravenska siap dengan kuda-kudanya. Ia mengatur napas, sedangkan Flyege terlihat berdiri tenang, tetapi penuh kesiagaan.

Melirik sekilas, di kiri tempat Flyege berdiri ada hiasan dinding berbentuk dua tombak bersilang. Putra Gimra itu melangkah mundur menuju hiasan dinding dengan mata tetap mengawasi gerak-gerik Ravenska. Diambilnya kedua tombak itu, dan satu ia lemparkan pada Ravenska.

"Berapa tahun kita tidak berduel, Sahabatku?" Dahi Flyege berkerut saat berbicara.

"Seingatku sejak seorang pecundang lari ketika duel hanya setengah jalan." Ravenska berang.

"Oke, siapa yang pecundang? Dia yang menggunakan siasat nakalnya untuk mengalahkan lawan?" goda Flyege.

Ravenska diam. Ia mengatur kembali napas.

"Rweda memerintahkanku untuk menjagamu. Jika, tiga seranganmu dapat menyerangku lebih dulu, maka aku akan menjagamu di luar istana. Namun, jika seranganku lebih dulu tiga kali dapat melumpuhkanmu, aku akan menjaga seluruh ruang istana ini. Aku akan mendapat akses masuk ke seluruh ruangan."

"Terserah maumu. Nikmati nyamuk-nyamuk itu di luar istana!" Berang Ratu Gagak.

Serangan tombak Ravenska langsung menyerang ke arah perut Flyege. Namun, cepat kilat pria itu menepis dengan tombaknya. Ravenska berputar, terbang, berkelit dari serangan Flyege. Flyege tampak kewalahan.

"Wow, untuk seorang yang tak punya lawan tanding, kau cukup memukau, Ravenska!"

Ravenska hanya diam. Matanya terpicing fokus mencari titik lemah Flyege. Kemudian ia melompat cepat mengecoh Flyege. Pria lawan tandingnya menyangka ia akan menyerang area perut, namun gerakan cepat tombaknya menghantam punggung Flyege. Pria itu hampir tersungkur. Pijakan kuda-kudanya kuat menghujam lantai. Ia langsung berdiri tegak.

"Satu!"
Ravensa berbinar.



Continue Reading

You'll Also Like

192K 12.3K 19
Ini dia jadinya kalo gadis bar-bar seperti Joana transmigrasi ke dalam sebuah novel romansa dan menjadi anak perempuan dari protagonis yang digambark...
15.5M 876K 28
- Devinisi jagain jodoh sendiri - "Gue kira jagain bocil biasa, eh ternyata jagain jodoh sendiri. Ternyata gini rasanya jagain jodoh sendiri, seru ju...
1.9M 149K 103
Status: Completed ***** Thalia Navgra seorang dokter spesialis kandungan dari abad 21. Wanita pintar, tangguh, pandai dalam memasak dan bela diri. Th...
1.2M 105K 52
(𝐒𝐞𝐫𝐢𝐞𝐬 𝐓𝐫𝐚𝐧𝐬𝐦𝐢𝐠𝐫𝐚𝐬𝐢 𝟏) 𝘊𝘰𝘷𝘦𝘳 𝘣𝘺 𝘸𝘪𝘥𝘺𝘢𝘸𝘢𝘵𝘪0506 ғᴏʟʟᴏᴡ ᴅᴀʜᴜʟᴜ ᴀᴋᴜɴ ᴘᴏᴛᴀ ɪɴɪ ᴜɴᴛᴜᴋ ᴍᴇɴᴅᴜᴋᴜɴɢ ᴊᴀʟᴀɴɴʏᴀ ᴄᴇʀɪᴛᴀ♥︎ ⚠ �...