Our Apartment

By TaniaMs

414K 23.8K 787

NICOLE selalu menganggap JUSTIN adalah sahabatnya, karena mereka sudah saling mengenal sejak kecil. Namun, Ju... More

Our Apartment
Our Apartment [1]
Our Apartment [2]
Our Apartment [3]
Our Apartment [4]
Our Apartment [5]
Our Apartment [6]
Our Apartment [7]
Our Apartment [8]
Our Apartment [9]
Our Apartment [10]
Our Apartment [11]
Our Apartment [13]
Our Apartment [14]
Our Apartment [15]
Our Apartment [16]
Our Apartment [17]
Our Apartment [18]
Our Apartment [19]
Our Apartment [20]
Our Apartment [21]
Our Apartment [22]
Our Apartment [23]
Our Apartment [24]
Our Apartment [25]
Our Apartment [26]
Our Apartment [27]
Our Apartment [28]
Our Apartment [29]
Our Apartment [30]
Our Apartment [31]
OUR APARTMENT AFTER STORY

Our Apartment [12]

9.1K 678 15
By TaniaMs

Hai!

Selamat pagi semua :)

Maaf, saya baru datang lagi dengan Our Apartment part 12-nya...

Bagi yang kemarin rada rada kesal karena kelakuan Nicole, nah, sebaiknya buruan buang kekesalan itu karena disinilah jawabannya! hehehe

HAPPY READING!

AWAS TYPO!

OoOoOoOoO

Setelah memastikan mobilnya terkunci, Nicole memerhatikan keadaan sekitarnya. Mencari keberadaan mobil Justin. Yeah, benar. Dia sedang berada di basement apartemen laki-laki itu. Meskipun disana banyak mobil, Justin selalu meletakkan mobilnya di blok yang sama. Untuk ukuran apartemen kelas menengah, keberadaan mobil Lexus LFA juga Peugeot HX1 di blok F itu tidak bisa di lewatkan begitu saja. Justin selalu memakai mobilnya itu bergantian. Seperti novel-novelnya, Justin juga tidak akan membiarkan debu hinggap terlalu lama pada mobil kesayangannya tersebut. Satu hal lagi, dia hafal plat mobil laki-laki itu.

Nicole tersenyum ketika melihat kedua mobil Justin tersebut diparkir berdampingan. Justin tidak suka bepergian kalau bukan dia yang menyetir. Jadi, dapat dipastikan kalau laki-laki itu sedang mendekam di apartemennya. Entah, dia juga tidak mengerti dengan obsesi laki-laki itu tentang menyetir. Mungkin dulunya dia bercita-cita menjadi pembalab. Lagi pula, dibandingkan dengan pergi ke bar, Justin lebih suka mengurung dirinya di kamar, menghidupkan musik yang keras dan melompat-lompat di tempat tidur layaknya penyanyi profesional ketika dia sedang dalam mood yang sangat buruk.

Begitu tiba di depan pintu apartemen Justin, Nicole segera memasukkan pass code yang tak lain adalah nomor apartemen itu sendiri. Yeah, terkadang Justin memang tidak dapat dimengerti. Dari sekian banyaknya kombinasi angka di muka bumi, kenapa laki-laki itu malah memakai nomor apartemennya sebagai password?

Terdengar bunyi yang lain dari biasanya. Dan tak lama kemudian, suara sang operator wanita mengatakan bahwa password yang dia masukkan salah.

"Rasanya aku tidak salah menekan," gumam Nicole sambil mengerutkan kening.

Nicole kembali mencoba, dan suara operator wanita itu kembali terdengar.

"Dimana kesalahannya?" Nicole mengomel sendiri.

Nicole menatap jam tangannya, dan dia mengerang keras. sepuluh menit lagi menuju pukul 11, dan dia masih terkurung di luar. Dia mencoba sekali lagi, dan kali ini operator itu malah memintanya untuk memakai kunci manual atau memanggil petugas keamanan.

"Damn!" umpat Nicole pelan begitu menyadari keadaannya. Justin pasti menukar password apartemennya, sehingga dia tidak bisa masuk. Tampaknya laki-laki itu benar-benar marah besar. "Baik Nicole. Pikirkan apa yang harus kau lakukan," ujarnya pada diri sendiri.

Pada menit-menit terakhir menuju jam 11, dia kembali teringat perkataan sang operator. Dia bisa masuk dengan cara manual. Buru-buru Nicole mengeluarkan dompet dari tasnya. Wajahnya langsung sumringah ketika melihat kunci apartemen itu yang berbentuk persegi panjang seperti kartu kredit.

Dua menit menuju jam 11.

Nicole melempar tasnya sembarangan begitu berhasil masuk apartemen Justin. Seperti yang dia duga, Justin berada di kamarnya. Terlihat dari cahaya lampu yang menyusup dari celah kecil di bawah pintu juga fentilasi. Berusaha tenang, dia mengeluarkan kue tar yang sudah dia pesan dari jauh-jauh hari dan baru satu jam yang lalu dia ambil. Menyalakan lilin yang berbentuk angka 24 itu.

Tepat ketika jam menunjukkan pukul 11, Nicole membuka pintu kamar Justin, dan berteriak sekencang mungkin. Berusaha mengalahkan musik yang sedang di putar oleh laki-laki itu.

"HAPPY BIRTHDAY, JUSTIN!"

Nicole tertawa kecil ketika melihat Justin membatu di posisinya. Seperti yang sudah dia duga, laki-laki itu sedang menggelar konser tunggalnya dalam keadaan bertelanjang dada, dan celana jeans hitam panjangnya. Rambut laki-laki itu terlihat acak-acakkan, yang pasti karena dia terlalu sering mengangguk-anggukkan kepalanya naik turun. Layaknya penyanyi rock.

Nicole menghampiri Justin yang masih berdiri diam di tengah-tengah tempat tidurnya. Mengikuti Justin, dia pun naik ke tempat tidur, dan berdiri di hadapan laki-laki itu. Mempertahankan senyumnya meskipun wajah Justin masih menunjukkan ekspresi terkejutnya.

"Selamat ulang tahun," ujar Nicole. Meskipun suaranya tidak akan terdengar, setidaknya laki-laki itu bisa melihat gerakan bibirnya.

oOoOoOoOo

Justin memarkirkan mobil Lexus putihnya disamping Peugeot metalik –yang juga mobilnya. Dia memang selalu berusaha memarikirkan mobilnya di tempat yang sama. Meskipun blok F itu hanya punya dua tempat kosong, tapi posisi parkir disana jarang berubah. Tampaknya orang-orang pemilik mobil itu juga punya kesamaan dengannya.

Dia berbohong pada orang-orang di Old Ebbitt Grill. Sebenarnya dia tidak pergi merayakan ulang tahunnya dengan teman-temannya. Melainkan langsung pulang ke apartemen. Dia memang sudah berencana akan menghabiskan sisa malam itu di Hooters. Sebuah cafe yang khusus untuk orang-orang diatas 21 tahun. Cafe itu menyediakan alkohol, sehingga anak-anak di bawah umur dilarang masuk. Juga ada live music, dan jelas lagu yang di putar adalah lagu rock, alih-alih lagu jazz yang mendayu-dayu. Namun, karena Nicole, gadis yang dia harapkan kehadirannya malah datang terlambat, moodnya langsung memburuk.

Sebelum pergi ke apartemennya, Justin singgah sebentar di super market yang ada di lantai dasar apartemennya itu. Biasanya, dia akan berjalan disetiap lorong meskipun pada akhirnya dia hanya akan membeli sebuah barang. Namun kali ini, dia langsung menuju lorong khusus minuman beralkohol. Moodnya sedang buruk, dan yang ingin dia lakukan hanyalah mengurung diri di kamarnya, menghidupkan musik keras-keras, dan bernyanyi diselingin dengan meminum alkohol.

Dia mengambil dua botol dengan kadar alkohol rendah. Setidaknya, dia masih waras sehingga tidak memilih alkohol yang berkadar tinggi. Besok dia harus bekerja, meeting pukul 10. Dan kalau malam ini dia sampai mabuk, dapat dipastikan dia tidak akan masuk kantor besok pagi. Lalu lusa, dia akan terbaring di peti mati, karena Jeremy pasti akan membunuhnya.

Begitu tiba di apartemennya, Justin langsung menuju kamarnya. Dia meletakkan alkohol yang dibelinya di atas nakas. Dia melirik jam bekernya yang berbentuk stroberi—sangat kontras dengan warna kamarnya yang maskulin, jam itu menunjukkan pukul sembilan. Dan kenapa dia memakai jam itu? Karena Nicole memberikannya dua tahun lalu saat thanks giving. Dia memberikan gadis itu boneka spiderman yang sangat di benci oleh gadis itu. Pada akhirnya, mereka setimpal.

"Oke Just, sekarang enyahkan gadis itu dari kepalamu!" Justin memerintahkan dirinya sendiri.

Setelah menekan tombol play pada remote yang di tangannya, lagi Always milik blink182 mulai mengalun di seantero kamarnya. Seakan belum cukup, Justin mengatur volume speakernya dalam kondisi full. Dia tidak perlu cemas para tetangganya akan terganggu, karena apartemennya di lengkapi dengan kedap suara.

Justin membuka sebotol alkohol dan meminumnya beberapa teguk. Lalu, dia pun menuju lemari. Mengeluarkan semua pakaian Nicole, dan memasukkannya dengan serampangan ke dalam kardus khusus barang-barang. Setelah itu, dengan sekali raup, semua barang-barang kosmetik Nicole yang memenuhi meja riasnya kecil itu segera berpindah kedalam kardus yang lainnya.

"Aku tidak akan main-main kali ini. Kau tahu?" Justin mengomel sendiri, dan untuk menambah dramatis sikapnya, dia menendang kardus yang berisi pakaian Nicole. "Nah, sekarang waktunya untuk berpesta!" serunya keras.

Justin melepas jas abu-abunya, disusul dengan kemeja hitam yang dia kenakan hingga dia bertelanjang dada. Lalu dia pun menaiki tempat tidur, melompat-lompat layaknya vokalis Blink182 yang kali ini menyanyikan lagu Feeling This. Lagu-lagu pun berlanjut, dan berganti penyanyi. Dia sudah menghabiskan dua botol alkohol yang tadi dibelinya ketika jam menunjukkan pukul 11 malam kurang.

Tubuhnya mulai kelelahan, namun moodnya sudah kembali membaik. Itulah kenapa dia lebih suka menghabiskan waktunya dengan berteriak-teriak ketika moodnya buruk. Berteriak keras-keras bisa melepaskan emosinya. Dari pada dia pergi ke Bar, lalu mabuk-mabukan tidak jelas.

Justin sedang menyanyikan reff lagu Numb milik Linkin' Park ketika tiba-tiba pintu kamarnya terbuka, dan gadis yang membuatnya marah beberapa jam yang lalu berdiri disana, sambil berteriak keras-keras. Meskipun tidak bisa mengalahkan lagu yang sedang di putar, tapi dia masih bisa mendengar apa yang di katakan oleh gadis itu.

"HAPPY BIRTHDAY, JUSTIN!"

Justin tidak dapat bergerak dari posisinya. Terlalu terkejut. Dia tidak menyangka Nicole akan datang ke apartemennya, sambil membawa kue, dan mengucapkan selamat ulang tahun padanya. Lagipula, bagaimana gadis itu bisa masuk? Bukankah dia sudah mengganti pass code apartemennya? Berjaga-jaga kalau Nicole menyelinap kedalamnya.

Justin kembali terkejut ketika Nicole sudah berdiri di hadapannya. sepertinya Dia terlalu sibuk dengan pikirannya sendiri sehingga tidak menyadari gerakan gadis itu.

"Selamat ulang tahun," ujar Nicole lagi.

Justin menyambar remote DVD Player yang berada di bawah kakinya, menekan tombol stop, sehingga lagu yang diputar berhenti. Menyisakan kesunyian yang terasa canggung di atmosfer kamarnya itu.

Melihat wajah polos tanpa dosa Nicole, Justin malah merasa seperti orang bodoh. Melihat kue yang di bawa Nicole, jelas kalau kue itu sudah di pesan jauh-jauh hari, bukannya dibeli dengan mendadak supaya membuatnya senang. Jadi, sudah pasti keterlambatan gadis itu ke perayaan ulang tahunnya sore tadi memang disengaja supaya dia bisa marah-marah.

"Arrrggh!!!!" teriak Justin sambil turun dari tempat tidurnya. Dia sedikit mendongak menatap Nicole yang masih berdiri di atas kasurnya. "Shit! I hate you! Kau tahu? Aku benar-benar membencimu hingga tujuh keturunanmu selanjutnya! Aku tidak akan memaafkanmu karena semua ini!!"

Nicole tertawa, dan menghampiri Justin. "Baiklah. Sekarang tiup lillinmu sebelum meleleh dan mengenai kuemu."

Justin meniup lilinnya dengan tidak sabaran. Bahkan dia tidak membuat permohonan sama sekali. "Kau sudah merencanakannya, kan? Ketika aku marah-marah sore tadi, kau pasti tertawa kan? Kau pasti tertawa setelah aku pergi, kan? Mengaku saja!"

Nicole mengulum senyum. "Aku ingin bilang tidak. Tapi aku memang tertawa." Dan Nicole pun tertawa lagi.

oOoOoOoOo

Nicole duduk manis disamping Justin yang tengah memakan potongan kue ulang tahunnya. Wajah laki-laki itu masih terlihat kesal karena dikerjai oleh Nicole. Mengabaikan wajah muram Justin, Nicole ikut mengambil potongan kue rasa blue berry tersebut. Justin memang sangat tergila-gila pada rasa Blue berry sehingga dia mencari toko kue yang menyediakan rasa tersebut, karena diluar dugaannya, blue berry itu susah di dapat.

"Kau sudah memesan kue ini sejak kapan?" tanya Justin, ucapannya nyaris tidak dapat dimengerti karena mulutnya penuh dengan kue.

"Tiga hari yang lalu," jawab Nicole. "Aku harus masuk empat toko kue yang berbeda untuk menemukan blue berry kesukaanmu itu. Berterima kasihlah sedikit."

Justin menyeringai. Secepat kilat dia melayangkan sebuah ciuman di pipi kiri Nicole. "Terima kasih, Sayang." Moodnya benar-benar sudah membaik. Selain karena kue blue berry, juga karena kedatangan dan ucapan selamat dari Nicole.

Nicole menggelinjang jijik. "Berhenti menciumku!"

"Ngomong-ngomong, kenapa kau baru datang sekarang? Dan seingatku, aku sudah mengganti pass code, jadi kenapa kau bisa masuk?"

"Aku punya kunci cadangan. Tidak peduli kau mengganti pass code-mu, aku akan tetap bisa masuk karena kunci itu," jelas Nicole. "Dan kenapa aku baru datang? Karena aku tiba-tiba mendapat ide yang sangat cemerlang."

Justin menatap Nicole tak mengerti.

"Aku menelepon Pattie kemarin malam. Menanyakan jam berapa tepatnya kau lahir. Pattie bilang, pukul 11 malam. Karena itulah aku baru datang sekarang. Akulah orang yang benar-benar mengucapkan selamat ulang tahun padamu. Tidakkah menurutmu itu sangat keren? Dimana lagi kau bisa menemukan sahabat sepertiku? Aku ini limited edition, kau tahu?" Nicole berbicara panjang lebar.

Justin tersenyum melihat Nicole. Tanpa pikir panjang, dia segera menarik Nicole ke dalam pelukannya. "Terima kasih."

"Tidak usah sungkan," ucap Nicole tak acuh setelah Justin melepaskan pelukannya. "Nah, kau masih mau kado?"

Justin mengangkat bahu. "Sebenarnya ini saja sudah cukup. Tapi, kalau kau ingin memberiku kado, pasti lebih menyenangkan."

Nicole mendorong bahu Justin. "Aku tahu gengsimu setinggi langit. Tidak ingat, kalau sore tadi kau menagih kado padaku?"

Justin menggaruk tengkuknya salah tingkah. "Itu karena aku sedang kesal padamu."

Nicole mengambil sesuatu di dalam saku mantelnya. Dia menatap Justin dengan tatapan menggoda, sedangkan Justin terlihat sangat tidak sabaran. Ketika dia menyadari kesabaran Justin sudah berada di ambang batas akhir, dia pun mengeluarkan tangannya. Menunjukkan kotak seukuran 10cm.

Justin segera menyambar kotak yang berbungkus kertas kado warna ungu itu. Dia mengabaikan tatapan protes Nicole, dan menatap kotak tersebut dengan tatapan menilai.

"Ini bukan cincin, kan?"

"Memangnya aku mau melamarmu?" sambar Nicole ketus.

Tanpa menunggu lama, Justin langsung merobek kertas pembungkus kado tersebut. Menampilkan kotak berwarna hitam.

Nicole tersenyum ketika melihat Justin terpesona karena kado yang diberikannya. Dia memberikan sebuah jam pada laki-laki itu. Seperti jam khusus laki-laki pada umumnya. Berbahan stainless steel, talinya berbahan kulit yang berwarna hitam. Namun yang membuatnya istimewa adalah huruf N berwarna biru safir sebagai background-nya. Dan di sekeliling permukaan lingkaran jam itu ada ukiran nama lengkap Justin dalam tulisan Yunani. Jam itulah yang dia ambil di DC Plaza. Dia benar-benar memikirkan kado yang akan di berikan pada Justin.

"Ini keren," puji Justin. "Tapi, kenapa harus huruf N? Namaku Justin. Dengan awalan J, kalau kau lupa. Satu lagi, kenapa kau menulis namaku dalam tulisan Yunani?"

"Supaya kau ingat, kalau akulah pemberi jam itu. Dan aku suka sekali tulisan Yunani," ucap Nicole menjelaskan. "Untuk mendapatkan jam itu, aku juga sudah memesannya dua hari yang lalu. Aku benar-benar memikirkan ulang tahunmu, kau tahu?"

Justin tersenyum lebar. Dia memajukan wajahnya, dan mencium bibir Nicole. Mendapat keuntungan karena bibir Nicole sedikit terbuka. Dia baru akan memperdalam ciumannya, saat gadis itu mendorongnya dengan kasar.

"Hei, Sialan! Aku sudah bilang, berhenti menciumku!" teriak Nicole protes. Dia baru akan kembali mengomel ketika matanya menangkap sesuatu disudut kamar. Dua buah kardus yang tampak aneh. Terlihat sebuah kain yang terjulur di sudut kardus itu. "Apa itu?" tanya Nicole curiga. Rasanya dia mengenal kain yang terjulur itu.

"Bukan apa-apa," ujar Justin cepat. Dia buru-buru berdiri di hadapan Nicole, yang tinggal selangkah lagi dari kardus tersebut.

Nicole mendorong Justin ke pinggir, sehingga dia benar-benar bisa melihat apa yang ada di dalam kardus. Dan saat melihatnya, Nicole benar-benar menganga. "Itu pakaianku!" jerit Nicole histeris. "Kenapa pakaianku ada di kardus?"

Justin meringis. "Kau tahu, kan? Tadi aku kesal padamu jadi...."

Nicole kembali menjerit. "Apa yang kau lakukan pada peralatan make-up ku?!"

Justin tersenyum minta maaf. Tidak tahu harus bicara apa.

Nicole mengambil bedak padatnya, dan nyaris sesak napas ketika mendapati bedaknya itu sudah pecah-pecah sehingga tidak dapat di pakai lagi. Kotak eyes shadownya juga tidak kalah berantakan. Pelembab wajahnya tumpah, salah satu tutup parfumnya pecah, dan pewarna bibir kesukaannya patah. Ini benar-benar mengerikan. Dia menatap Justin dengan tatapan membunuh sebelum akhirnya berteriak dengan keras, "JUSTIIIN!!!!"

oOoOoOoOo

27-10-2014

07:50

Nah nah, bagaimana? Bagus kah? kkk~ maunya sih gitu :)

Oke, jangan lupa VOTE dan COMMENT yauuu

See ya

Continue Reading

You'll Also Like

230K 12.3K 30
Dendam yang kamu punya pada diriku, sama besarnya dengan rasa benciku padamu. Jangan pikir aku adalah orang yang lemah, sehingga kamu bisa mempermain...
46.6K 8.7K 61
Kalau ada satu kesempatan untuk mengulang masa lalu, satu-satunya masa yang pengin gue ulang adalah masa putih abu-abu. Masa saat gue menyia-nyiakan...
1M 84.4K 29
Mark dan Jeno kakak beradik yang baru saja berusia 8 dan 7 tahun yang hidup di panti asuhan sejak kecil. Di usia yang masih kecil itu mereka berdua m...
128K 10K 87
Kisah fiksi mengenai kehidupan pernikahan seorang Mayor Teddy, Abdi Negara. Yang menikahi seseorang demi memenuhi keinginan keluarganya dan meneruska...