RAVENSKA, The Epic of Fairy T...

By shikarufie

9.9K 1.1K 90

Putri tunggal Raja Adthera, Ravenska, menghilang. Dia, satu-satunya yang bisa diharapkan menjadi pembebas ba... More

PROLOG : BENCANA LADANG PADI
1. TELAGA KUTUKAN
2. NHAXA, GUARYL DAN AMARIZC
3. KUTUKAN BERMULA
4. CINTA SEJATI?
5. SAHABAT LAMA
6. PERTUKARAN
7. ISTANA GAGAK
8. NEGOSIASI
9. MAKAN MALAM
10. Siapa Guaryl sebenarnya?
11. EKSEKUSI MATI
12 - A. DUEL DI HUTAN MAPPLE
13. PENGADILAN
14. Jeda Sidang
15.CERITA FLYEGE
RINDU AMARIZC DAN PETUNJUK
18. Pengintaian
19. Amarizc jadi umpan?
20. RWEDA & GUARYL
21. STRATEGI SALAH?
22. UNGKAPAN HATI
23. DUEL
24. FLYEGE vs RAVENSKA
25. BERLATIH
26. Wasiat
26. B. Akhir Sang Ratu
B. Akhir Sang Ratu (2)
B. Akhir Sang Ratu (3)
27 Ruin of the spirit
28. Pertempuran
29. Dzo
30. Can I Kiss You, Lady Crow
30.2. Yes, Kiss Her!
30. Dimana kamar pengantinnya? (TAMAT)

16 PUTUSAN SIDANG

196 28 0
By shikarufie

Chapter 16
PUTUSAN SIDANG

Sejak usai persidangan terakhir, Ravenska tak banyak berbicara.  Ia hanya diam bahkan beberapa kelakar Dzo, ia abaikan.  Hingga malam berganti pagi, saat memberi makan gagak-gagak kecilnya ia pun tak banyak bermanuver dan berkejaran dengan sahabat-sahabat bersayapnya.

"Siap untuk sidang hari ini, Yang Mulia?" Dzo menghampiri Ravenska yang sedang duduk diam bertengger di tepian tembok menara timur bersama gagak-gagak kecilnya.

"Iya, kita buat saja putusan untuk tahanan itu.  Aku rasa sudah cukup.  Apa pembelaanmu, Dzo?" Ravenska menoleh ke arah Dzo sambil melemparkan beberapa ikan kecil ke arah gagak-gagak yang terbang di sekitarnya.

"Jelas dia masih Adhtera, Yang Mulia.  Bahkan ia sedang mempersiapkan strategi dengan beberapa mantan anggota pasukan elit istana.  Nampaknya pasukan Anda telah menunggu.  Ini jasa besar untuk Adthera." Dzo tampak bangga dengan tahanan ia bela.

"Berjasa besar?  Ah, sudahlah.  Aku akan membuat keputusan seadil-adilnya, semampuku". Ravenska menatap kosong pada wadah ikan-ikan kecil dipangkuannya.

Dzo masih berdiri tak jauh dari Ravenska.  Ia tertegun memandang manusia gagak di depannya.  Ia tahu pasti ada suatu pikiran yang mengganggu ratunya.  Wanita tua berjubah coklat itu melangkah pelan, menghampiri Sang Ratu.  Meraih jemari kurus Ravenska yang masih berwujud jemari manusia, lalu menggenggamnya erat.  Ravenska menoleh, tampak kesedihan dalam dari pancaran matanya.  Mata yang dikelilingi bulu-bulu hitam pekat.

"Apapun yang mengganggu perasaanmu, jangan mengganggu tekadmu untuk meraih kembali kejayaan Adthera.  Berbahagialah karena ternyata banyak rakyat yang sudah menunggumu"

"Ya, Dzo. Aku bangga pada rakyatku dan prajuritku.  Tapi apakah sebanding semua kehancuran ini dan semua yang ia lakukan? Mohon jangan intervensi keputusanku Dzo.  Hormati wewenangku dan percayakan keputusan ini kepada ku, sebagaimana Kau percaya bahwa Aku adalah Ratumu." tegas Ravenska.

Dzo terdiam.  Ia menghela napas panjang.  Ia menyadari bahwa ia sangat kuatir pada keputusan yang akan di buat Putri Raja Muayz itu.  Tapi ia sadar tak boleh campur tangan untuk proses pengambilan keputusan yang akan dilakukan pewaris tahta Adthera ini.  Dzo pun pamit untuk mempersiapkan persidangan keputusan akhir, meninggalkan Ravenska yang sama sekali tak menolehnya.

...

Di ruang sidang pagi ini, Dzo sudah duduk di kursinya, demikian juga dengan Flyege.  Mereka berbincang hangat tentang bidang pertanian yang dikuasai Flyege.  Dzo sedang bertanya tentang perawatan kebun mawar saat Ravenska masuk ke ruangan sidang melalui jendela yang terbuka.  Gaun satin tipis hitam yang membalut tubuh sang ratu gagak, yang terbang melambai, memancarkan keanggunan seorang ratu walaupun ia memiliki wajah burung dan paruh yang tajam.

"Maaf aku terlambat, silakan dimulai penasihat Dzo."  Ravenska berhenti di singgasananya dan merapikan posisi duduk dengan anggun.

"Kami baru saja membicarakan soal hama kebun mawar yang mulia.  Prajurit Flyege ternyata begitu paham tentang seluk beluk ma..."

"Lanjutkan sidang, Penasihat Dzo!". Ravenska berbicara tegas tanpa menoleh.

"Baik yang Mulia!". Dzo terkesiap, begitupun Flyege.  Suasana sidang menjadi tegang.

"Sidang hari ini adalah sidang putusan untuk tahanan Adthera, Prajurit Flyege.  Sebelum dilakukan pengambilan keputusan oleh Ratu Kerajaan Adthera, aku akan penyampaikan pembelaanku." Dzo berdiri dan memantapkan posisi tegaknya, lalu kembali berbicara.

"Menurutku Prajurit Flyege tidak bersalah. Karena sejatinya beliau tidak melanggar ketentuan apapun.  Beliau menjalankan perintah dan wasiat yang diperintahkan oleh Gimra, Menteri Pertahanan Keamanan Kerajaan Adthera.  Oleh karena itu, ia harus dibebaskan dari segala tuduhan, dan diberi kebebasan mutlak, serta ikut dalam Komando Ratu Ravenska dalam merencanakan kembalinya kerajaan Adthera dalam kejayaan.  Demikian pembelaan saya, yang mulia."  Dzo dan Flyege saling memberikan senyum tipis saat usai pembelaan yang dilakukan oleh penasihat Ravenska itu.

"Selanjutnya, silakan putusan anda, Yang Mulia. Prajurit Flyege, silakan Anda berdiri."

Flyege, Ravenska dan Dzo berdiri dan bersiap mendengarkan putusan yang akan disampaikan Ravenska.

"Prajurit Flyege, pembelaan Dzo aku terima.  Tapi aku tak bisa memberi putusan sesuai keinginnannya.  Karena dari semua cerita yang kau sampaikan ternyata tak mampu mengobati  kekecewaan seluruh Adthera dan derita yang harus ditanggung kerajaan cukup besar.  Kau prajurit termuda, berbakat dan berprestasi, kebanggaan Adthera.  Tapi baru gelar itu kau raih, dengan kelalaian kau merusaknya.  Bahkan berakibat fatal untuk kerajaan ini.  Kau memang telah berusaha membayar kesalahanmu, tetapi itu belum cukup.  Keputusanku ...," menarik napas sejenak, "Kau dibebaskan dari hukuman mati, dan  kau dibebaskan dari statusmu sebagai tahanan di istana ini.  Bersama dengan itu, statusmu dan kehormatanmu sebagai prajurit dan rakyat Adthera juga aku cabut.  Artinya kau bukan lagi bagian dari rakyat atau pun Bangsawan Adthera.  Kau harus mengembalikan kepada Istana Adthera segala kelengkapan dan simbol-simbol yang ada pada dirimu.  Kau bukan Adthera, setelah sidang ini kau boleh kembali ke keluargamu, Madhappa."  Ravenska mengarahkan pandangannya dengan pasti pada Flyege. Ia terlihat percaya diri dan anggun dalam memutuskan.

Wajah Flege memerah.  Ia tampak tak sepakat dengan putusan tersebut.  Baginya melepaskan Adthera lebih buruk dari pada kematian.  Ia lebih memilih mati seraya memegang kehormatan negerinya dari pada harus hidup bebas, tetapi tanpa kehormatan bangsa.

"Aku tak bisa terima!  Selama hidup aku tak pernah melepaskan Adthera dari jiwaku dan hatiku.  Aku tak bisa menerima ini!  Anda berlaku tidak adil, Yang Mulia!". Flyege melancarkan protes pada Ravenska.  Rentetan argumen pun menyusul ia utarakan.

"Aku tahu, yang aku lakukan belum cukup." Suara Flyege melemah diujung argumennya.  Namun, kepalanya tetap tegak penuh percaya diri.  "Aku akan mengembalikan kejayaan Adthera untukmu, Ravenska.  AKU BERSUMPAH!" 

Flyege menatap Ravenska Nanar,  "Aku tak akan melepaskan Adthera.  Aku lebih baik mati ditempat eksekusi itu dari pada harus melepaskan Adthera dari jiwaku.  Aku putra Gimra, sebagaimana ayahku menjaga kehormatan bangsa ini, begitupun aku!". Napasnya tersengal, menahan amarahnya yang membuncah.

"Ini keputusanku, Flyege, Putra Gimra.  Taati keputusan Ratumu, seperti Ayahmu mentaatinya.  Kau akan mendapatkannya kembali, jika Kau sudah berhasil mengembalikan kerajaan Adthera seperti sedia kala.  KARENA KAU AWAL KEHANCURAN INI.  Antarkan dia keluar, Dzo!"

"Apa, Aku? TIDAK.  Penasihat Dzo, boleh aku mengungkapkan pembelaan lainnya."

Flyege menoleh cepat ke arah Dzo untuk memperoleh dukungan.  Dzo melangkah turun dari kursinya yang berada dua undakan di atas lantai dasar tempat Flyege berdiri.  Walau Flyege terus mengoceh, wanita setengah baya itu tetap menjalankan perintah ratu.

Setengah berteriak, Flyege kembali berbicara.  "Pembelaanku tentang apa yang terjadi beberapa detik sebelum tembakan sword fire-ku menembak ke arah yang membabi buta.  Kau tahu itu, Ravenska!" Ucap Flyege tegas.

Ravenska terperanjat.  Menoleh cepat ke arah Flyege.  Matanya terbelalak membesar.  Ia memotong pembicaraan saat Flyege siap berbicara lagi. "KEPUTUSANKU ADALAH KEPUTUSAN KERAJAAN ADTHERA.  ANTARKAN DIA KELUAR, PENASIHAT, DZO!"

"KAU TIDAK ADIL DAN MENGORBANKANKU!". Teriak Flyege.

Ravenska bersiap untuk terbang, Flyege mengejarnya dan menghalanginya.  Ia berhasil meraih sebelah tangan Ravenska. 

"Jaga sikapmu pada Ratumu!". Ravenska berdesis pelan.  Matanya membesar penuh amarah, tajam menatap Flyege yang berdiri disampingnya.

"Kenapa Ravenska? Hati kecilmu menyadari, bukan.  Bahwa Kau pun bertanggung jawab untuk semua ini.  Aku bisa menuntutmu atas kematian ayahku." Flyege merapatkan tubuhnya pada Ravenska.  Keduanya berang.

"Ada apa ini?" Tanya Dzo.

Ravenska berusaha melepaskan cengkraman tangan Flyege pada lengannya.

"Lepaskan aku, Flyege...  K-Kau... Kau benar-benar kejam!" Suara Ravenska bergetar dan parau, air menggenang di pelupuk matanya.  Flyege terkesiap.  Memandang mata indah Ravenska yang berkaca-kaca turut meremukkan hatinya.

"FLYEGE LEPASKAN RATU, ATAU TONGKATKU INI AKAN BEREAKSI TERHADAPMU!"  Dzo ikut berang.

"Ravenska, bukan itu maksudku." Flyege melepaskan cengkraman tangannya pada lengan Ravenska.

"Kau boleh pergi dengan keluagamu Flyege.  Jalani realita hidupmu.  Kau terbebas dari hukuman mati, karena aku telah menjalani hukuman itu untukmu, kematian itu.  Hidup dalam istana, tidak menjadi manusia seutuhnya, kehilangan semua yang aku cintai.  Itu lebih buruk dari kematian.  Aku tahu aku yang bersalah atas semuanya. Aku sudah menjalani hukumanku, menjalani kehidupan tanpa rasa hidup.  Dan kau, atas hukumanmu, menjadi begitu cengeng?!, Kau tak pantas jadi Adthera, bahkan tak pantas jadi Putra Gimra, dan Kau tak pantas menjadi sahabat masa kecilku."

"Ravenska, maafkan kata-kataku.  A-Aku...." Wajah Flyege menjadi pucat pasi.  Ia dirundung begitu besar rasa bersalah. 

"Antar dia ke gerbang, Dzo!"

Air mata Ravenska jatuh.  Ia melesat terbang keluar jendela.  Meninggalkan Dzo dan Flyege.  Dzo masih kebingungan dan tampak panik, sedangkan Flyege membeku menyesali kata-kayanya.

Dzo tak bisa berkata-kata.  Ia dilanda kebimbangan.  Apa sebenarnya yang terjadi di antara mereka berdua.  Ia tak bisa berpikir banyak.  Segala titah ratu harus dijalankan.  Ia yakin, ratu tahu apa yang ia hukumkan pada Flyege, dan kebijaksaan yang terkandung dari hukuman itu.  Dengan berat hati, Dzo membelenggu Flyege dengan rantai berbandul bola besi, dengan bantuan kekuatan tongkat saktinya.
...

Bersambung ...

Apa yang disembunyikan Ravenska dan Flyege?

Main rahasia-rahasiaan, nih!.








Continue Reading

You'll Also Like

3.7M 360K 95
Bercerita tentang Labelina si bocah kematian dan keluarga barunya. ************************************************* Labelina. Atau, sebut dia Lala...
8.4M 519K 33
"Tidur sama gue, dengan itu gue percaya lo beneran suka sama gue." Jeyra tidak menyangka jika rasa cintanya pada pria yang ia sukai diam-diam membuat...
192K 12.4K 19
Ini dia jadinya kalo gadis bar-bar seperti Joana transmigrasi ke dalam sebuah novel romansa dan menjadi anak perempuan dari protagonis yang digambark...
679K 40.9K 63
(WAJIB FOLLOW SEBELUM MEMBACA!) Ini tentang Amareia Yvette yang kembali ke masa lalu hanya untuk diberi tahu tentang kejanggalan terkait perceraianny...