Tentang Rasa

By LangitBercerita

306K 13K 2K

#Fanfiction Iqbaal dan Sasha pernah saling sayang, kala itu ketika hanya ada mereka berdua. Rasa yang tumbuh... More

1 - Canggung
2 - Mie Instan Di Balik Rindu
3 - Jangan Sedih
4 - Kencan
5 - The Kiss
6 - Terima Kasih Sudah Buat Senang
7 - Jangan ke Jakarta
8 - Girls Day Out.....and A Boy
9 - Kita Ini Apa?
10 - Selesai di Bandung
11 - You Are The Sun
12 - I Am Just Another Girl
13 - Is It Goodbye For Us?
14 - Karena Promo
15 - Cemburu
16 - Berpisah
17 - I Miss You
18 - Video Call
19 - Putus?
20 - 09.06
21 - Batal
22 - I Will Definitely See You
24 - Sampai Besok
25 - Resepsi
26 - Seberapa Serius
27 - Malam di Kemang
28 - Lany's Concert
29 - The Talk After 1975
30 - I Love You But I'm Letting You Go
31 - Distance
32 - Penawaran Pura-Pura
33 - Santa Monica Date
34 - I Like You So Much
35 - Mau Dibawa Ke Mana
36 - Amin Paling Serius
37 - Me And You Against The World

23 - Sepakat

8.8K 406 142
By LangitBercerita

When somebody loved me, everything was beautiful
Every hour we spent together, lives within my heart
And when she was sad, I was there to dry her tears
And when she was happy, so was I, when she loved me.

When She Loved Me - Travis Atreo

***

Sudah hampir tengah malam ketika mobil yang ditumpangi Iqbaal memasuki gerbang tol Bekasi. Sebenarnya ia capek sekali dari pagi sampai sore acara keluarga, kemudian masih nongkrong sebentar setelahnya dan baru pulang setelah maghrib. Kondisi jalan tol Bandung ke Jakarta sekarang mulai tidak masuk akal. Menempuh perjalanan ke Jakarta sudah hampir 4 jam. Untungnya supir yang membawa mobil sehingga Iqbaal dan keluarganya bisa tidur di mobil.

Memasuki gerbang rumahnya, Iqbaal tiba-tiba mempunyai ide gila ini, "Bunda, aku boleh pinjem mobil, ya."

"Kamu mau pergi? Ini kan udah jam setengah dua belas malam. Kamu mau ke mana?"

"Ketemu Sasha sebentar, Bunda. Besok dia udah ke Bandung jadi nggak bisa ketemu."

"Udah janjian sama dia?"

"Belum. Makanya aku mau nemuin. Boleh ya, Bunda?"

"Kamu yakin? Udah malam lho ini."

Iqbaal mengangguk mantap, "Nanti aku pulang, kok. Aku udah bawa kunci, ya." Lalu Iqbaal salim tangan Bunda.

Tadi ketika dalam perjalanan, ia sudah bertanya ke asisten Sasha mengenai di mana hotel Sasha berada. Ia berpikir kalau tidak ditemui sekarang, kapan lagi mereka bisa bertemu. Hari-hari ke depannya akan sangat padat dengan finalisasi single Svmmerdose yang akan dikeluarkan, kemudian acara peluncuran poster film terbarunya. Sementara itu di sela-sela kegiatan padatnya, ia masih harus menemani Bunda dan Teteh untuk mengurus pernikahan Teh Ody yang tinggal sebentar lagi. Dan tidak lama kemudian ia harus sudah kembali ke Melbourne. Sama-sama di Jakarta ternyata tidak membuat mereka jadi lebih mudah bertemu.

Jalanan Jakarta tidak sepadat siang hari ketika menjelang tengah malam seperti ini. Ia melaju menuju sebuah hotel di kawasan Kuningan tempat Sasha dan keluarganya sedang menginap. Ia baru sampai ketika waktu menunjukkan pukul 00.20. Semoga saja Sasha belum tidur.

Iqbaal menaiki lift menuju lantai 15 tanpa menghubungi Sasha sama sekali. Ia sudah tahu di kamar mana Sasha sedang menginap. Tepat di kamar 1502, Iqbaal membunyikan bel yang ada di pintu. Tidak membutuhkan waktu lama, pintu dibuka dan Kak Rifat muncul, "Baal?"

"Malam, Kak. Maaf ganggu malam-malam begini. Sashanya udah tidur belum?"

"Sasha?" Kak Rifat melongok ke dalam kamar, "Belum tuh, Baal. Masuk, yuk."

"Iya, Kak." Iqbaal menarik napas panjang bersiap untuk menemui keluarga Sasha.

Di kamar yang cukup besar tersebut ada seluruh anggota keluarga Sasha, kecuali Kak Jevin dan Kak Rini. Sasha sedang menonton TV dengan Mama Ida saat melihat Iqbaal masuk. Ia tampak terkejut dengan kehadiran Iqbaal, "Iqbaal, ngapain di sini?"

Iqbaal menyapa satu-per satu anggota keluarga Sasha dan salim ke Mama Ida sambil mengucapkan selamat Idul Fitri, "Maaf ya Tante, datang malam-malam begini. Soalnya saya baru aja sampai dari Bandung."

Mama Ida menepuk-nepuk punggung Iqbaal, "Kamu pasti capek. Minum dulu, yuk. Ini ada cemilan juga dimakan, Baal."

"Terima kasih, Tante. Sudah makan tadi. Boleh Sashanya saya ajak ngobrol ke bawah, Tante?"

Mama Ida melirik ke arah Sasha, "Mau, Sha?"

Iqbaal tersenyum manis ke arah Sasha, "Ngobrol yuk, Ya."

Sasha tampak kebingungan karena tidak menyangka Iqbaal akan datang, tapi menolak Iqbaal yang sudah jauh-jauh datang tentu saja tidak enak. Sasha mengangguk ke Mama. Ia masuk ke dalam kamar sebentar untuk mengambil jaketnya, "Sasha ke bawah sebentar ya, Ma."

"Saya pinjam Sasha sebentar ya, Tante. Nanti dibalikin dengan baik. Hehehe."

"Jangan lecet ya, Baal."

"Siap, Tante." Kata Iqbaal sambil memberi hormat.

Iqbaal mengajak Sasha ke lounge di lantai atas hotel. Lounge ini pemandangannya cantik sekali karena seluruh kota Jakarta dengan lampu-lampu terangnya jadi terlihat jelas. Ia memesan kopi untuk dirinya dan susu hangat untuk Sasha, beserta beberapa cemilan untuk menemani mereka ngobrol.

Iqbaal melepas jaketnya dan menaruh di paha Sasha yang malam itu memakai celana sangat pendek, "Biar nggak kedinginan."

Sasha agak terkejut, tapi kemudian ia paham mengenai sifat Iqbaal yang selalu protektif kalau ia memakai pakaian terlalu terbuka. Iqbaal tidak pernah melarangnya sama sekali, tapi jika dirasa terlalu terbuka ia akan melakukan sesuatu biasanya.

"Kamu capek?" tanya Sasha yang melihat ada guratan kelelahan di wajah Iqbaal.

"Lumayan. Tapi sepanjang perjalanan Bandung ke Jakarta tadi aku tidur terus, sih. Jadi udah cukup kok istirahatnya."

"Oh," Sasha menyeruput susu hangat kesukaannya, "Kok nggak bilang aku mau datang?"

"Tadi tiba-tiba kepikiran aja, Ya. Besok-besok aku bakal banyak banget kegiatan, kamu juga pasti banyak kegiatan. Aku di sini cuma 2 minggu. Takut kita nggak bakal ketemu lagi, Ya."

Sasha mengangguk-angguk canggung. Pertemuan terakhir mereka tidak terlalu menyenangkan dan Sasha merasa bersalah karena membiarkan kecemburuannya menghalangi mereka untuk ngobrol dengan tenang.

"Kamu udah putus beneran dari Dodot kan, Ya?" tanya Iqbaal serius sambil menatap mata Sasha.

Sasha menarik napas panjang sambil mengangguk.

"Pernah kepikiran untuk balikan?"

Sasha menggeleng, "Nggak." Ia merasa tidak nyaman diinterogerasi seperti ini, "Kenapa sih nanya ini, Baal?"

"Takut kamu balikan lagi." Jawab Iqbaal singkat.

"Kalau kamu sama Zidny?"

"Cuma teman aja, Ya. Beneran. Kapan-kapan aku nongkrong sama mereka, aku ajak kamu, ya. Biar kamu bisa kenalan sama teman-temanku dan Zidny."

Sasha mengangguk sambil tersenyum.

"Pacaran yuk, Ya." Kata Iqbaal singkat tapi serius menatap mata Sasha.

Sasha terkejut dan kebingungan karena walau ia paham perasaan Iqbaal tapi pernyataan untuk pacaran ini tidak pernah ia harapkan sebelumnya. Hubungan mereka terlalu rumit sampai kata pacaran tidak pernah terlintas lagi di kepalanya, "Pacaran?"

"Iya. Pacaran beneran. Aku pernah bilang kan kalau aku serius sayang kamu."

Sasha diam saja mencerna apa yang akan dikatakan Iqbaal. Ada nada menggantung di kalimat Iqbaal tadi. Ajakan pacaran yang ia rasa tidak akan semudah apa yang akan ia katakana selanjutnya.

"Tapi ada beberapa hal yang aku mau kamu pertimbangkan," Iqbaal menarik napas panjang seolah-olah hal yang ia katakan ini adalah rahasia negara yang harus ia bocorkan, "Sebentar lagi film Bumi Manusia akan tayang. Tayangnya akan bareng film Perburuan-nya Dodot. Kamu tahu kan berarti akan banyak yang membandingkan aku dan Dodot, lalu menyeret kamu di tengah-tengahnya seolah-olah kamu harus memilih. Aku takut kamu terpaksa harus ikut-ikutan di dalamnya. Belum lagi promo yang harus dilakukan dengan Mawar. You know we're purely only friends. But I need them to see that we're close. Aku mau ngingetin kamu kalau ada gossip-gosip yang kelihatannya bakal nggak enak kamu dengar nanti."

Iqbaal meraih tangan Sasha dan mengelus punggung tangannya, "Dan.." Iqbaal menarik napas berat, "I'm not sure that Ibu and my management like to see me with you. It's my fault actually. Pas lagi sakit hati sama kamu dulu, mereka tempat aku curhat. Mereka baik banget mau nemenin aku dan ada di sisiku terus. Tapi jadinya mereka nggak terlalu suka kamu. I make sure I will fix this but I need time." Iqbaal menatap wajah sendu Sasha setelah menceritakan hal-hal yang akan mereka hadapi jika Sasha menerima tawarannya untuk pacaran, "Jadi begitu Lia. Ada banyak hal yang harus kita atasi dulu. Mungkin kita nggak bisa terang-terangan bilang pacaran bahkan ke orang terdekat sendiri. Tapi aku serius sama kamu."

"Fiuh, that's a lot." Sasha menarik napas panjang, "Lucu ya hidup kita tidak semudah yang lain cuma karena kita hidup di industri ini."

Iqbaal mengangguk paham apa yang dirasakan Sasha karena ia sudah merasakannya sejak ia kecil bagaimana hidupnya sangat terbatas dan setiap tindakannya akan diawasi dan dihakimi oleh banyak orang. Tapi sudah menjadi konsekuensinya ketika pertama kali memutuskan untuk terjun di industri hiburan seperti ini.

"Kamu udah ceritain panjang lebar tentang kondisi kamu. Sekarang aku mau ceritain soal aku. Aku pernah dibully habis-habisan waktu aku pacaran sama Dodot. Sakit banget waktu itu rasanya ketika semua orang merasa paling tahu soal aku dan hidupku. Padahal ada banyak hal yang tidak mereka ketahui. Aku janji ke diri sendiri aku mau buat hidupku lebih sederhana. Aku nggak mau ikut permainan apa-apa lagi. Aku hanya akan pacaran dengan orang yang beneran aku sayang dan pacaran senormalnya orang pacaran. Dengan situasi yang akan kamu hadapi nanti dengan segala promo dan fans berat kamu, aku nggak yakin aku nggak bakal cemburu. Aku nggak yakin aku siap dibully lagi."

Iqbaal mengangguk mengerti, "Aku ngerti kekhawatiran kamu, Ya."

"Kamu tahu salah satu alasan aku putuh dengan Dodot? Karena selama 4 bulan kita reading, syuting, dan promo film kemarin, aku baru sadar mau ke mana pun aku lari dan sembunyi, di dalam hati aku tahu aku sayangnya sama kamu. Nggak adil buat Dodot. Dan aku rasa dia pun tahu itu." Sasha menggenggam tangan Iqbaal yang sedari tadi selalu mengelusnya, "Jadi aku memulai sesuatu yang baik sama kamu, Baal. Dan dengan segala kerumitan ini di depan, aku rasa kamu harus menyelesaikan tanggung jawab kamu dulu."

Iqbaal sudah menduga jawaban Sasha dan hal tersebut sudah ia persiapkan sebelumnya, "Tapi tunggu aku ya, Ya. Tunggu aku selesaiin semuanya. Kamu jangan pacaran sama yang lain dulu. Kasih aku waktu. Denger nama Japra kemarin aja rasanya aku senewen banget. Cowok-cowok langsung pada tahu aja sih kamu udah putus."

"Cuma kamu cowok yang nggak tahu, Baal. Hahaha."

"Pokoknya janji sama aku, jangan ke mana-mana dulu. Tungguin aku."

Sasha mengangguk, "Aku nggak ke mana-mana. Makanya kamu jangan kejauhan, ya."

Iqbaal mengaelus-elus rambut Sasha, "Akunya jangan diomelin terus dong, Ya. Terus kalau aku telepon atau video call kamunya jangan nolak."

"Iya, Iqbaal. Nanti aku ajak kamu ketemu Japra deh. Orangnya lucu banget tahu. Hahahaha."

"Dih!" Iqbaal pura-pura ngambek "Sebelum aku pulang aku cari waktu supaya bisa ketemu kamu lagi, ya."

"Biar apa?"

"Biar orang tahu Iqbaal Ramadhan lagi pdkt sama kamu. Biar Japra atau siapalah nggak berani deketin kamu lagi."

"Rese. Hahaha!"

Setelah mereka ngobrol dari hati ke hati, tanpa emosi, menjelaskan apa saja yang akan mereka hadapi dan berharap semuanya akan baik-baik ke depannya, Iqbaal mengantarkan Sasha kembali ke kamarnya. Waktu sudah menunjukkan pukul 2 pagi. Besok siang Sasha akan berangkat ke Pandal, sementara Iqbaal ada deadline lagu Svmmerdose yang harus ia selesaikan.

"Kamu hati-hati di jalan, ya. Kalau ngantuk kamu minggir dulu dan bobo aja di mobil."

"Iya," Iqbaal mengangguk.

"Aku masuk dulu, ya," Sasha mengeluarkan access card yang ada di kantongnya, kemudian mengembalikan jaket yang tadi Iqbaal pinjamkan kepadanya, "sampai ketemu, ya."

Iqbaal meraih tangan Sasha ketika Sasha hendak membuka pintu kamarnya.

"Kenapa?" tanya Sasha bingung.

Iqbaal mendekatkan dirinya, meraih dagu Sasha, dan mengecup bibirnya lembut. Kecupan yang membuat Sasha terkejut, tapi ia tidak menolaknya.

"Inget ya Lia, Iqbaal Ramadhan serius sama kamu."

Sasha mengangguk, "Inget juga ya kalau Vanesha Prescilla itu galak. Jadi jangan kamu macam-macam sama aku."

"Siap, bos!" Iqbaal memeluk Sasha pelan, "Selamat tidur, Lia. Jangan lupa pikirin aku sebelum tidur. Aku sayang kamu."

Sasha mengangguk, lalu mencium pipi Iqbaal sebelum ia masuk ke kamar, "Aku juga. Hati-hati di jalan. Kabari aku kalau udah sampai. Dah!"

Sasha menutup pintu pelan dan melihat ruangan sudah sepi pertanda keluarganya sudah tidur. Ia berjalan pelan, menjatuhkan dirinya di sofa depan TV. Ia senang sekali malam ini bisa bicara terbuka dengan Iqbaal. And that kiss was the one she missed a lot. Ia menyentuh bibirnya dan masih terasa lembutnya ciuman tadi. Ia merasa tersipu malu dan kegelian sendiri. Terasa banyak kupu-kupu sedang menari di perutnya. Ternyata rasanya masih sama seperti dua tahun lalu. Tidak berubah. Dan semoga tidak ada yang berubah nantinya ketika mereka sudah bisa memberi nama hubungan mereka. 

***

Continue Reading

You'll Also Like

135K 9K 40
KIM TAEHYUNG narenda, yaitu mafia yg terkenal dengn kekejamannya JEON KOOKIE liviendra, yaitu seorang namja cantik yg ditinggal mati kedua orang tua...
910K 75.6K 28
Mark dan Jeno kakak beradik yang baru saja berusia 8 dan 7 tahun yang hidup di panti asuhan sejak kecil. Di usia yang masih kecil itu mereka berdua m...
55.4K 3.1K 19
seorang gadis bernama Gleen ia berusia 20 tahun, gleen sangat menyukai novel , namun di usia yang begitu muda ia sudah meninggal, kecelakaan itu memb...
718K 70.3K 41
𝑫𝒊𝒕𝒆𝒓𝒃𝒊𝒕𝒌𝒂𝒏 J. Alexander Jaehyun Aleron, seorang Jenderal muda usia 24 tahun, kelahiran 1914. Jenderal angkatan darat yang jatuh cinta ke...