chanyeollie kiss scene [COMPL...

By hindeyeol

102K 6.8K 418

baekhyun yang baru tau kalau chanyeol melakukan kiss scene dengan yuan dan chanyeol yang tidak pernah memberi... More

one
two
three
four
five
six
seven
eight
nine
ten
eleven.
twelve.
thirteen
FourTeen.
Fifteen.
Sixteen.
KUMPUL
PENYESALAN.
KONDISI MEMATIKAN.
SEHUN.
KEPULANGAN.
PERMASALAHAN TERAKHIR.
REUNI.
KEBERSAMAAN TERAKHIR.
KAMI PULANG DULU.
AKHIR YANG BAHAGIA.

BAGAIMANA KAMI?

2.3K 135 8
By hindeyeol

Tidak ada epilog untuk cerita kita, Baekhyun. Jika sudah berakhir ya berakhir saja.
—Chanyeol

Aku tahu sebenarnya jika ini tidak akan berjalan dengan baik. Maksud ku, mungkin beberapa dari mereka akan berkata untuk sudahlah jalani saja kamu tidak tahu bagaimana akhirnya. Tapi beberapa fakta juga membuat ku berfikir, Ok, aku bisa. Tapi sebisa apapun aku, ini tidak akan berhasil.

Begini, kisah kami bukan tentang percintaan novel yang menyatukan perempuan miskin dengan lelaki kaya atau bagaimana dua ciptaan tuhan yang berbeda jatuh cinta. Ini lebih rumit dari yang kamu bayangkan.

Kami manusia, tentu.

Kami satu agama, tentu.

Kami satu negara, tentu.

Mendapat restu, tentu.

Kami kaya? Pasti.

Sampai sini kalian tidak merasakan sebuah keanehan kan?

Tapi, kami sama-sama lelaki. Tentu. Kami memiliki penis. Kami memiliki hormon seksual yang sama, sama-sama ingin puas, sama-sama menginginkan lagi. Bedanya, aku pihak submisif dan dia dominannya.

Awalnya kami berfikir, ok menjijikan untuk memasukkan penis salah satu yang terpilih menjadi dominan ke lubang submisif tapi persetan dengan itu kini kami malah menikmatinya!

Oh iya, ngomong-ngomong hari ini pihak dominan ku—katanya, akan membawa ku pergi ke beberapa tempat. Aku tentu menyetujuinya. Kami sering pergi bersama, kadang hanya berdua bahkan mengajak orang ketiga agar beberapa dari penggemar tidak curiga meski aku tahu, hei, kalian diam-diam menunggu konfirmasi hubungan kami kan? Sial. Aku juga ingin, tapi tentu tidak mungkin atau kalian harus kehilangan kami di layar tv kalian.

Pantat ku sudah cukup kebas ketika kekasih ku yang tinggi menjulangnya itu merepotkan keluar dari kamarnya, aku menghela nafas, sepertinya dia lupa tentang hari ini. Ya, begitulah Park Chanyeol, umurnya baru masuk 26 tapi sifat pelupanya seperti kakek-kakek.

"Selamat pagi, sayang."

Kekasih ku itu menubruk diri ku dengan badannya yang sebesar gajah—tidak, sepuluh kali lipat dari gajah. Aku berdecak, mendorong dadanya yang hanya terlapis kaus tipis. "Bau! Pergi!" Kekasih ku itu nampak tak menghiraukan perkataan ku dan malah menghiasi wajah ku dengan ciuman bertubi-tubinya hingga aku bisa merasakan setitik lendir membasahi beberapa bagian wajah ku.

"PARK CHANYEOL!!!"

Chanyeol—Dengan ganasnya tertawa dan menggendong ku seperti koala dari sofa menuju dapur, dimana disana sudah terdapat para member yang asik dengan kegiatan masing-masing. Seperti Kyungsoo yang memasak, Jongin yang merepotkan berdiri disebelahnya, Lay Hyung membicarakan sesuatu dengan Suho Hyung, Sehun asik dengan handphonenya dengan Chen juga Xiumin disebelahnya yang sedang bercanda berdua.

Kasihan Sehun, semenjak mengenal status single karena ditinggal kekasihnya ke China dia jadi lebih merasakan patah hati. Kerjaannya hanya masturbasi dengan handphone.

Kedatangan ku dengan Chanyeol tak menimbulkan banyak hal besar, mereka tetap pada pekerjaan mereka masing-masing dan aku tetap menyamankan diri di bahu lebar Chanyeol. Chanyeol membawa ku duduk di counter dapur sedangkan dirinya mengambil minuman dari kulkas yang berada tepat di sebelah badan ku.

Chanyeol memberikan ku sebuah susu strawberri. Namun aku menggeleng dan kembali melesakkan diri di bahunya, memejamkan mata. Chanyeol meminum susunya dan membiarkan aku terduduk dicounter dapur dengan kaki melingkar di pinggangnya serta tangan yang merangkul lehernya.

Chanyeol? Dia malah asik meminum susunya sambil sesekali menciumi leher ku. Aku tidak menolak. Malah tiap ciuman Chanyeol membuat ku semakin mengantuk dan lupa tentang kemarahan ku.

Akhirnya aksi lovey dovey kami dihancurkan oleh Kyungsoo yang berteriak jika sarapan sudah siap, membuat member langsung duduk siap diatas meja makan termasuk aku dengan Chanyeol. Namun, entah kenapa hari ini aku sedang ingin sekali manja dengannya sehingga ketika Chanyeol ingin mendudukkan ku di meja makan aku tetap mengeratkan kaki ku dipinggannya yang mana membuat Chanyeol kebingungan.

Aku tidak menjawab apa-apa, hanya memasang puppy eyes dengan wajah yang ditibankan di bahunya.

"Makan dulu, sayang."

Aku begitu kaget ketika Chanyeol malah menarik kaki ku dari pinggangnya dan mendudukkan ku di kursi—dan yang lebih mengejutkan lagi adalah Chanyeol memutari meja dan duduk dihadapan ku, disebelah Kyungsoo. Aku hanya bisa terbengong keheranan sampai Chanyeol menyendokkan nasi ke piring ku bersama lauk yang sudah Kyungsoo sediakan.

Aku pikir, ok. Mungkin karena sebelah ku sudah terisi Sehun dan di samping ku—tepat di hadapan Kyungsoo duduk tenang si Kim Jongin. Ok. Tenang, Baekhyun. Tidak perlu emosi.

Akhirnya pagi itu aku menghalau sikap manja ku dulu karena bertemu makanan, melupakan keterkejutan ku dengan makan banyak sekali hingga rasanya perut ku mau meledak setelahnya. Hari ini tugas yang mencuci piring adalah aku bersama Sehun, kami berdua membersihkan meja dan peralatan makan lain dalam diam.

Aku menggosok piring kotor sedangkan Sehun bagian membilas dan menata ulang di rak piring, kami berdua sama-sama tenang hingga aku merasa hari ini Sehun mulai sedikit bicara. Tentu saja hal itu membuat ku khawatir, takut-takut kepribadiannya yang lama kembali bangkit.

"Kau sudah menjenguk Luhan?"

Aku tak mendapat balasan apapun darinya, membuat ku sedikit geram dan menoleh. Aku mendapatinya melirik pada ku, lalu mengangguk singkat. Aku kembali menggosok piring kotor di hadapan mu dengan alis mengkerut dan bibir mencebik, aku benci di cueki oleh orang apalagi si Oh Sehun yang notabenenya memiliki wajah angkuh.

Kami berdua selesai tanpa bicara apapun dan hal pertama yang aku cari ketika berbalik badan adalah kekasih ku. Seharusnya—seperti biasa dia akan menunggu ku menyelesaikan tugas harian ku ini sambil duduk di counter dapur dan menangkup pipinya sendiri, atau terkadang juga memeluk ku dari belakang membuat teriakan tak suka dari Sehun karena mengganggu.

Tapi hari ini tidak ada.

Aku pikir. Mungkin dia mengantuk karena semalam pun aku tidak tahu pulang jam berapa dia. Aku bahkan bangun duluan tadi pagi. Mungkin dia kelelahan. Jadi segera saja aku melangkahkan kaki ku ke arah kamar kami, di ujung lantai dua dimana terdapat pintu berwarna coklat dengan gantungan nama ChanBaek juga sticker ironman besar di depannya.

Aku membuka pintu perlahan dan yang aku dapatkan adalah punggung kekasih ku di tempat tidur. Aku menghela nafas, sebenarnya aku ingin sekali memeluk dan mengganggu tidurnya. Tapi aku tahu bagaimana melelahkannya pekerjaannya itu. Jadi aku hanya bisa masuk kedalam kamar, duduk di meja baca ku sambil memainkan handphone.

Butuh waktu setengah jam hingga aku refleks menoleh kebelakang karena kebosanan dan masih melihat kekasih ku sudah berpindah posisi menjadi telentang dengan mata tertutup. Aku memajukkan bibir ku, bangun dari duduk ku dan menyelinap masuk ke dada bidangnya. Dalam arti lain, kini aku menungging di atas badannya dengan badan kami yang sama-sama menempel. Mengerti?

Chanyeol biasanya akan terbangun dengan cepat bahkan ketika mendengar suara pintu terbuka, tapi dia sama sekali tidak bergerak ketika aku menibannya. Apa aku tambah ringan? Tidak mungkin. Aku merayap lebih keatas lagi untuk bisa mencium bibir Chanyeol, matanya yang setengah terpejam itu tertutup sepenuhnya. Tanda jika dia sudah bangun. Aku terkekeh. Memainkan bibir kami berdua dengan manja.

Aku mendengar lenguhan Chanyeol beserta matanya yang terbuka, dia terkekeh meski aku tahu pasti dia jengkel karena acara istirahatnya di ganggu. Tapi tenang saja, Chanyeol tidak bisa memarahi ku. Chanyeol malah meletakkan kedua tangannya di bongkahan pipi pantat ku dan menaikkan badan ku lebih keatas lagi. Hal itu membuat kedua benda yang lain, dibawah sana, ikut bergesekan.

Chanyeol menatap ku dari bawah dengan tatapan nakalnya sedangkan aku mengeluarkan puppy eyes ku. Dengan sengaja aku menaikkan diri ku lagi lalu menurunkannya, membuat kedua benda itu bergesekan sekali lagi dengan Chanyeol yang menggeram. Aku menyentil poninya dari dahi seksinya itu, meniup bibirnya dengan sensual hingga membuatnya menggeram sekali lagi ketika aku menekan bagian bawah kami.

Dengan sekali tarik kini posisi ku sudah pindah ke kungkungannya, aku melebarkan kaki ku dibawah sanah, membawa jempol tangan ku masuk ke dalam mulut ku. Dengan mata sayu aku menatapnya, siap sekali untuk di terjang tanpa istirahat.

"Kau menggoda ku, hm."

Dia berbisik dan menjilat potongan leher ku, yang mana seperti semua orang tahu adalah titik sensitif ku. Aku menahan desahan dengan mengigit jempol ku, membawa tangan kiri ku menjalar kebawah untuk mengusap paha bagian dalam ku sendiri karena tidak tahan.

Chanyeol mulai mencium bibir ku dengan lembut dan hal itu membuat ku tersiksa meski aku tetap menikmatinya. Ketika lidah ku ingin meranjak masuk ke mulutnya, dia sengaja mengangkat wajahnya agar aku harus segera lagi menjemput pertemuan bibir kami berdua. Chanyeol melakukan itu tak sekali dua kali, tapi berkali-kali! Dan tentu saja itu membuat ku kesal, aku menangkap tengkuknya menggunakan tangan kanan ku tapi bangsatnya si raksasa ini malah menghindari ciuman kami dan memilih menjilati perpotongan leher ku.

Aku menggeram karena tahu Chanyeol mulai membuat beberapa kissmark disana, aku tidak perduli meski nanti terlihat. Chanyeol dengan pelan mengangkat kaus ku naik hingga—beberapa orang bilang itu melon untuk perempuan tapi karena aku bukan perempuan dan punya ku tidak sebesar melon mari sebut itu... biji ketumbar?..

Apapun itu. Chanyeol mulai menginvasi bongkahan dada ku yang tidak bisa dia remas namun cukup besar untuk seukuran pria itu ke dalam mulutnya, aku melenguh tertahankan dan kedua tangan ku melesak di sela-sela bantal untuk meremas sisinya. Mulut hangat Chanyeol membuat bagian bawah ku semakin tegang sehingga dengan tidak sabaran aku meracau kaki ku hingga dengkul ku tak sengaja menyenggol kejantanannya.

"Argh."

Geram Chanyeol hingga dirinya segera meraup bibir ku sedangkan tangannya sibuk membuka celana ku hingga hanya menyisakkan celana dalamnya saja, sepertinya dia juga melakukan hal yang sama pada kepunyaannya karena kini dia mulai menggesekkan kedua benda itu meski masih terbalut kain terakhir.

Pinggang Chanyeol tidak diam dibawah sanah dan terus menggesekkan kepunyaan kami berdua, membuatku merinding dan melepas ciuman kami untuk bisa mendesah sekeras mungkin. Chanyeol beralih untuk menciumi dada ku, menghisap dan mengigitnya membuat ku meracau tidak jelas. Gerakan pinggangnya yang semakin lama semakin kencang menandakan dirinya akan memulai pelepasan pertama.

Aku mengejang di detik berikutnya, keluar lebih dulu sebelum Chanyeol juga menggeram di sisi telinga ku. Aku menunduk, melihat kedua celana dalam kami yang sama-sama basah. Chanyeol bangun, turun dari tempat tidur dan hendak berjalan meninggalkan ku.

"Chanyeol!"

Chanyeol menoleh.

"Kau mau kemana?"

Dengan tatapan polosnya dia menunjuk kamar mandi, "Ke kamar mandi. Aku ingin membersihkan diri ku." Aku melotot, "Lalu aku?!" Balas ku agak emosi. Ya tentu saja emosi, bahkan ini saja belum selesai. "Kau sudah keluarkan?" Aku diam. "Kita sudah sama-sama keluar, lalu apalagi?"

Dengan nelangsa aku menatapnya, "Kau bahkan belum menyentuh penis ku!" Dia hanya terkekeh, mengelus surai ku dan mencium jidat ku sebelum mengatakan. "Aku lelah. Kita akan melakukannya kapan-kapan."

Tapi itu tetap tidak membuat ku membaik. Aku malah semakin kesal apalagi ketika dia dengan gampangnya melenggang begitu saja ke kamar mandi. Sumpah serapah ku tertahan bersama air mata ketika mulai mengetahui Chanyeol berbeda dari hari-hari biasanya, dia bahkan juga melupakan janjinya yang ingin mengajak ku pergi.

Aku menendang selimut dengan dengusan dan titikan air mata, namun mengambil selimut itu lagi dan menggulung diri ku sendiri. Berharap untuk bisa meninju kekasih ku ketika aku bangun nanti.

.......

Aku bangun dari tidur ku ketika aku merasa tangan ku kesemutan. Aku menggeram, menarik tangan ku dari bawah bantal dan meluruskannya. Ketika aku membuka mata, yang aku dapatkan adalah sepi di kamar ini. Chanyeol tidak ada. Dan sejujurnya aku mencarinya, meski yang aku lakukan setelahnya adalah bangkit dan mengucek mata sebelum pergi kekamar mandi untuk membersihkan diri. Tubuh ku yang berbau sperma membuat ku sedikit jijik, beginilah kalau tidur dengan sisa sperma di tubuh mu.

Aku tak butuh waktu lama untuk selesai dari acara mandi dan masih belum menemukan Chanyeol ketika keluar bahkan selesai berpakaian diri. Aku melihat handphone, tidak ada pesan dari Chanyeol selain jam yang ternyata sudah menunjukkan pukul setengah dua siang. Heol. Aku bahkan melewatkan makan siang.

Biasanya jika Chanyeol pergi dia akan meninggalkan notes atau setidaknya mengirimkan pesan berupa kabar. Jika tidak berarti dia masih ada di dorm, atau mungkin pergi ke minimarket. Tanpa mengajak ku? Tumben..

Karena merasa perut ku mulai keroncongn, aku pergi keluar kamar menuju dapur. Jika mau ke dapur dari arah tangga kamu sudah bisa melihat ruang tamu dan aku melihat bagaimana Chanyeol sedang sibuk bermain PS dengan Sehun. Aku cemberut. Apa dia bahkan tidak tahu jika aku sedang merajuk?

Aku pergi ke dapur untuk sekedar menemui Kyungsoo dengan Jongin yang sepertinya sedang bertengkar, mereka nampak beradu mulut di depan kulkas tanpa maksud yang jelas. Mungkin Jongin membuat Kyungsoo jengkel, sudah seperti itu setiap hari.

Aku membiarkan mereka berdua untuk beradu mulut dengan sibuk membuat ramyeon, yang aku bingungkan kini adalah biasanya jika Kyungsoo sedang memarahi Jongin kekasihnya itu akan diam atau mengeluarkan jurus aegyonya. Tapi sepertinya mood Jongin hari ini juga sedang tidak baik sehingga dia dengan kasar memukul kulkas—tak sampai rusak namun berhasil membuat ku kaget.

Aku berjenggit kaget hingga bumbu ramyeon yang baru ku buka jadi berantakan, lalu Kyungsoo berbalik badan untuk mengambil air di kulkas. Meneguknya rakus-rakus. Aku masih menatapnya dengan kedipan mata pelan, memikir-mikir mungkin masalah kali ini cukup serius.

"Hm.. Kau tidak apa?"

Bisik ku yang hanya dibalas gelengan kepala oleh Kyungsoo lalu pria bermata bulat itu menutup pintu kulkas dengan agak di banting dan melenggang pergi dari dapur. Aku mencebik, benci dicueki orang. Namun tidak memikirkan karena ramyeon ku sudah matang, aku segera membawa pancinya dengan sumpit. Yah, memang makan ramyeon akan selalu lebih nikmat dari pancinya langsung.

Aku baru makan satu suap ketika melihat Chanyeol masuk kedapur dengan santai dan mengambil botol air di kulkas, meminumnya sebelum lirikan matanya itu mengarah pada ku. Aku mendengus. Langsung melanjutkan makan ku yang tertunda. Tak lama Chanyeol menghampiri ku, menunduk untuk bisa mencium bibir ku berkali-kali. Mungkin gemas. Chanyeol itukan idiot, aku sedang makan ramyeon saja dia bisa gemas.

"Tidak menawari ku." Aku lihat bibirnya maju beberapa senti sebelum aku menusuknya menggunakan sumpit dan membuatnya berteriak kesakitan namun tertawa akhirnya. Diakhiri dengan mengecup pipi ku, Chanyeol pergi tanpa berkata apa-apa.

Aku harus terpaku selama beberapa detik sebelum wangi ramyeon kembali menusuk hidung ku dan membuat ku lupa tentang yang aku fikirkan. Aku memakannya lahap-lahap, berharap yang Chanyeol lakukan pada ku hari ini hanya berdasarkan karena dia lelah saja.

Aku menyelesaikan ramyeon ku dengan cepat, meminum air dan hendak membawanya keatas sebelum ujung mata ku masih melihat Chanyeol bermain game dengan Sehun. Aku mempoutkan bibir ku, berjalan ke arah mereka dan duduk ditengah-tengahnya. Mereka masih asik berteriak selama 20 menit seakan aku tidak ada ditengah mereka.

Biasanya—lagi, ketika aku berada di tengah-tengah mereka, Sehun akan memeluk ku dan merajuk ketika kalah. Tapi ini sudah dua kali Sehun kalah namun dia sama sekali tidak menyentuh ku. Aku menaikkan alis, mengendus ketiak ku. Wangi kok. Kenapa aku di diamkan?!

Karena kesal, akhirnya aku bangun dan mendusel di pangkuan Chanyeol. Chanyeol membiarkan. Sehingga kini posisinya aku ada di pelukan Chanyeol sembari pria itu bermain ps dengan Sehun. Seperti anak katak, aku berbalik untuk tiduran di dadanya. Mengelus wajah ku sendiri disana hingga rasanya mata ku memberat padahal baru saja bangun tidur.

Teriakan kalah Chanyeol terdengar membuat ku melotot karena kaget, aku berhadapan dengannya, mengerucutkan bibir. Chanyeol hanya terkekeh untuk mengecup bibir ku gemas meninggalkan Sehun yang tadinya bersorak jadi berteriak tak suka melihat kemesraan kami.

Ku pikir mereka akan berhenti disitu karena Chanyeol menaruh tangannya di kedua pantat ku dan menaikkannya, aku kira dia akan menggendong ku namun ternyata hanya memperbaiki posisi duduk ku sebelum kembali bersandar dan melanjutkan permainan.

"Kapan selesainya?"

Rajuk ku di sebelah telinganya membuatnya menoleh, "Nanti, ya." Aku mengeluh. "Baekki ngantuk." Chanyeol mengelus punggung ku. "Tidurlah kalau begitu." Aku menggeleng. "Channie temani." Tapi Chanyeol tidak menjawab, dia malah mulai sibuk karena permainan baru dimulai. Aku mengerecutkan bibir, akhirnya memilih tetap mendekap Chanyeol sembari menutup mata.

Tapi karena Chanyeol dengan Sehun berisik, aku jadi tidak bisa terlelap meski sangat mengantuk. Aku malah melompat-lompat kecil dipangkuan Chanyeol untuk mengalihkan atensi perhatiannya pada ku.

"Temani akuu." Aku masih merajuk hingga terdengar suara seruan Sehun, pertanda jika dia menang. Yang aku lihat adalah Chanyeol menggeram sambil memukul pantat ku. "Baek! Aku jadi kalah!" Mendengarnya menyalahkan ku malah membuat ku naik pitam, "Makanya temani aku dulu!"

"Kau kan bisa duluan, aku akan menyusul! Sanah!" Chanyeol berteriak di kata terakhir membuat Sehun terdiam tanpa melirik kami. Aku menatap Chanyeol kaget dengan mata berkaca-kaca, lalu turun dari pangkuannya dan berlari keatas menuju kamar kami. Aku membanting pintu hingga mendengar teriakan Xiumin yang bertanya apa itu. Tapi aku tidak menjawab, menenggelamkan wajah ku di bantal sembari menahan tangis.

"Ugh! Chanyeol kenapasih!?" Aku menendang udara sambil meracau, saking kesalnya memikirkan Chanyeol kepala ku jadi pening. Sehingga saat itu juga aku memilih tiduran, tidak. Aku tidak terlelap, hanya diam sambil menatap langit-langit kamar.

Aku berbalik mengganti posisi berkali-kali tapi tidak benar-benar bisa kehilangan pening di kepala ku sehingga aku memilih untuk bangun sebentar dan melihat jam. Masih jam empat. Aku memilih berselancar sebentar di media sosial ku, menunggu hingga Kyungsoo memanggil ku untuk membantunya memasak.

Sudah satu setengah jam—tidak terasa memang. Tapi aku mulai heran ketika Kyungsoo belum juga memanggil padahal seharusnya sudah daritadi dia memanggil. Aku mengendikkan bahu, mungkin Kyungsoo masih badmood karena tadi siang bertengkar dengan Jongin.

Aku menghela nafas, bermain handphone juga bisa membuat tenggorokan ku kering. Aku memilih untuk keluar dari kamar, baru ingat jika Chanyeol belum juga kembali ke kamar. Mungkin masih bermain PS dengan Sehun dan—

Aku menghentikkan langkah ku di anak tangga kedua terakhir, melihat dengan mata kepala ku sendiri. Di sofa tempat tadi Sehun dan Chanyeol bermain PS, dimana kini Chanyeol masih disana hanya saja disampingnya bukan lagi Sehun. Tapi Kyungsoo.

Aku tidak bisa melihat dengan jelas ada apa dengan mereka, tapi aku tetap bisa melihat bagaimana tangan kanan Chanyeol nampak merangkul bahu Kyungsoo dan seperti mencoba menenangkannya. Apa Kyungsoo menangis? Aku menatapnya sedih, pasti ini karena pertengkarannya dengan Jongin. Apa sebesar itu pertengkaran mereka? Aku baru melihat Kyungsoo nampak ringkih di pelukan Chanyeol, sepertinya dia sangat sedih.

Aku melotot. Chanyeol nampak menyentuh dagu Kyungsoo dan.. Menciumnya? Aku mengepalkan tangan ku. Menghampiri mereka yang masih belum sadar dengan kehadiran ku dan segera menarik tangan Kyungsoo, menamparnya dengan sekuat tenaga ku tanpa perduli wajahnya yang basah dengan air mata. Detik berikutnya aku bisa merasakan tangan ku di tarik kebelakang dan ketika aku menoleh Chanyeol menatap ku geram sebelum berteriak.

"Apa yang kau lakukan?!"

Aku terkejut sebentar sebelum membalas teriakannya, "Seharusnya aku yang bertanya apa yang kau lakukan!?" Teriakan ku sepertinya berhasil membuat seisi dorm kaget dan keluar. Para member akhirnya mengelilingi ku, aku tidak memperdulikan mereka. Chanyeol yang bangsat!

"Kenapa kau menampar Kyungsoo?! Kau tidak seharusnya melakukan itu!"

Aku terkejut, jadi dia membela Kyungsoo? Aku mengepalkan kedua tangan ku. Siap sekali untuk meninjunya. "Bagaimana aku tidak menamparnya jika kalian berdua selingkuh dibelakang ku?!" Chanyeol sepertinya kaget dengan perkataan ku, Suho juga mulai maju untuk menarik ku tapi aku menampar tangannya.

"Kau bahkan tidak menyentuhku hari ini! Apa karena Kyungsoo?! Apa Kyungsoo bertengkar dengan Jongin juga karena ini?! Karena kalian selingkuh?!"
"BAEKHYUN CUKUP!"

Aku gemetar di tempat. Apa itu.. Chanyeol baru saja membentak ku. Bahkan tangannya hampir melayang untuk menampar ku. Aku mengigit bibir ku, sudah menangis daritadi.

"KAU MAU TAMPAR AKU?! TAMPAR AKU!"

Aku berteriak marah sekali lagi dengan nada parau.

"CEPAT TAMPAR AKU!"
"CUKUP BAEKHYUN! KAU KEKANAK-KANAKAN!" Aku diam. Benar-benar diam karena terkejut dengan teriakan Chanyeol. Kedua tangan ku disamping badan yang sudah terkepal semakin terkepal karena menahan kesal.

"Hyung, sudah."

Aku tahu itu Jongin. Pasti dia juga sakit hati. Dia menarik tangan ku dan berkata jika semua ini sudah cukup, aku menggeram, menendang pinggang Chanyeol keras hingga pria itu menunduk kesakitan. Sebelum benar-benar pergi, aku kembali memaki.

"BAJINGAN KALIAN!"

Aku berbalik untuk sekedar menatap wajah Kyungsoo yang datar namun terlihat jelas telapak tangan ku tercap di pipi kirinya, matanya yang sebisa mungkin dia dinginkan itu terlihat berkaca-kaca. Mungkin merasa bersalah. Tapi aku tidak memikirkannya dan pergi ke kamar ku lagi, membanting pintu dan menguncinya.

Aku menenggelamkan diri lagi di kasur, membawa dagu ku di atas bantal. Akhirnya, air mata yang sedari tadi ku tahan karena kesel keluar sederas-derasnya. Tapi yang ini bukan hanya karena aku kesal, tapi juga sedih. Apa itu alasan Chanyeol berubah? Dia bahkan tumben tidak menyentuh ku lebih dari tadi pagi. Apa dia sudah bosan? Apa lubang ku sudah tidak sempit lagi?

Mengingat alasan-alasan yang bisa saja membuat Chanyeol melukai ku membuat ku kembali menangis. Kini lebih keras, bahkan aku berteriak tanpa tahu malu. Aku tidak tahu juga apa tangisan ku terdengar sampai luar. Aku tidak perduli. Mereka semua jahat. PARK CHANYEOL JAHAT!

......

Aku pernah sekali membayangkan diri ku menjadi seorang omega dan Chanyeol seorang alpha. Ok. Kalian tidak usah bertanya kenapa aku bisa mengetahui hal-hal semacam omega, alpha, bahkan beta. Aku juga membaca manghwa dan beberapa fanfiction tentang ChanBaek jika kalian mau tahu. Itulah mengapa aku begitu mencintai EXO-L. Penuh imajinasi meski imajinasinya sedikit kotor.

Aku berfikir mungkin lucu jika aku seorang omega dan hamil anak Chanyeol. Aku benar-benar ingin tahu seperti apa anak kami berdua. Dan sekarang, aku memposisikan diri ku merunduk di wastafel dengan mulut yang tak berhenti mengeluarkan semua sisa makanan ku tadi pagi. Aku baru saja bangun dan mendapati pening dikepala ku kembali menusuk. Mungkin karena terlalu banyak menangis. Jangan berfikir jika aku hamil, tidak akan ada yang mengubah alur cerita ini menjadi Mpreg.

Aku mengecek suhu badan ku. Normal. Tidak panas atau hangat. Mungkin aku terlalu stress akhir-akhir ini. Ditambah masalah tadi. Aku melirik jam di dinding, waktunya makan malam. Tapi aku tidak mau keluar hingga handphone ku berdering. Aku mengintipnya, agak sedikit kecewa karena ternyata bukan Chanyeol yang menelfon ku. Itu Manager Hyung. Aku segera mengangkatnya, mungkin ada project baru. Atau solo album?

"Eodiseo?"

Aku mengerutkan dahi, "Kenapa?" Jawab ku agak malas.

"Hei, aku bertanya kau dimana."
"Dorm."
"Bisakah kau membantu ku?" Aku baru mau menjawab tidak mau sebelum Manager Hyung melanjutkan omongannya, "Aku akan mentraktir mu apapun." Aku menaikkan alis, agak menyeringai. Itu tawaran bagus kan.

"Apapun?" Tanya ku lalu ku dengar dia mengiyakan. Ah, Hyung, kau menawari orang yang salah. "Baiklah, apa itu?" Tanya ku lagi. "Tolong jemput aku di suatu tempat, aku akan mengirimkan mu alamatnya. Apa kau bisa?"

Aku mengangguk tanpa ragu, lalu menutup telfon ketika dia bilang akan mengirimkan alamatnya. Tak lama Manager Hyung mengirimkan ku sebuah alamat. Ini dekat dengan gedung namun berlawanan arah dengan dorm. Aku merasa ini tak terlalu jauh sehingga segera bersiap dan mengambil kunci mobil serta tak lupa dompet dan handphone ku.

Sejujurnya aku malas sekali turun kebawah karena pasti iya. Aku bertemu lagi dengan Chanyeol. Sepertinya dia baru saja mencuci piring, baju depannya terlihat basah. Kami berpapasan di tengah tangga, cukup membuat kami terdiam selama beberapa menit sebelum Chanyeol melewati ku begitu saja. Aku melotot. Tidak percaya Chanyeol akan melakukan itu. Melewati ku begitu saja setelah membuat kesalahan? Benar-benar bukan Chanyeol.

"Chanyeol!"

Aku memanggilnya, berbalik badan dengan sekali hentak. Namun yang kulihat tetap punggungnya. Dia sama sekali tidak berbalik. Kenapa? Apa dia marah karena ku tendang pinggangnya? Seharusnya aku yang marah karena dia mencium Kyungsoo!

"Kau—

Kata ku tersendat, susah sekali melanjutkan kalimat ku mengingat kejadian tadi.

"Kau tidak mau menjelaskan sesuatu pada ku?"

Tanya ku lirih, mata ku kembali berkaca-kaca. Aku tidak siap jika diperlakukan seperti ini oleh Chanyeol. Aku tidak mau. Aku tidak mau kehilangannya...

"Chanyeol.."

Bisik ku lirih ketika dia tak juga menjawab. Chanyeol nampak menghela nafas dan menunduk sebelum kembali mendongak. Namun benar-benar tidak membalik badan untuk menghadap ku sama sekali.

"Kau berharap aku menjelaskan apa?"

Ucapannya begitu dingin hingga membuat air mata ku kembali mengalir. Aku tidak mau percaya. Aku masih menolak percaya jika Chanyeol bersikap seperti ini pada ku.

"Channie.."

"Tidak ada epilog di cerita kita, Baekhyun. Jika sudah berakhir—

Dia menggantungkan kalimatnya.

"Ya berakhir saja."

Suara kakinya yang beradu dengan lantai tak membuat ku sadar bahkan setelah aku tahu jika dia tidak memasuki kamar kami. Tapi kamar Kyungsoo. Aku menumpu diri di tangga namun gagal akhirnya dan merosot, dengan menangkup bibir ku agar isakannya terdengar aku duduk ditengah-tengah tangga.

Chanyeol yang barusan saja bicara seperti itu benar-benar membuat ku hancur. Aku bahkan tidak tahu kesalahan apa yang aku lakukan hari ini. Apa aku terlalu manja? Apa karena aku menampar Kyungsoo? Karena aku menendang pinggang Chanyeol?

Jika iya. Aku akan meminta maaf. Aku janji aku tidak akan manja lagi, aku janji akan mengobati pipi Kyungsoo yang mungkin bengkak atau menerima tendangan dari Chanyeol sebagai balasan. Aku menahan isakan yang keluar, tidak ada satupun member yang keluar dari kamar untungnya—atau beberapa mungkin sedang pergi. Aku sendirian. Beginikah? Beginikah akhirnya?

Chanyeol benar. Seharusnya cerita ini tidak pernah dibuat epilognya atau akan berakhir tidak bahagia. Seharusnya cukup di chapter kemarin saja sebagai ending, jika begitu pasti Chanyeol tidak akan begini. Chanyeol pasti tidak akan meninggalkan ku.

Aku tersadar dari tangis ku ketika handphone ku berbunyi menandakan pesan masuk. Sial, aku bahkan lupa jika aku harus menjemput Manager Hyung. Sehingga aku langsung bangun meski kembali jatuh dan aku harus mengaduh kesakitan karena dengkul ku terantuk ujung tangga. Aku mengeluh, aku terlalu kaget hingga kedua kaki ku begitu lemas.

Aku menarik nafas dalam-dalam dan membuangnya. Berdiri pelan-pelan dan berjalan menuju basement untuk sampai di mobil ku. Aku kembali membuang nafas dengan berat sebelum menyalahkan gps dan pergi dari dorm ke arah tujuan ku. Manager Hyung pasti menunggu ku.

Aku sampai disana tak lebih dari setengah jam. Aku menatap bangunan didepan ku. Sebuah apartement mewah—aku rasa. Untuk apa Manager Hyung disini? Aku segera menelfonnya, takut jika dia menunggu terlalu lama.

"Aih, dimana kau Byun Baekhyun? Aku menunggu mu selama sejam."

Aku mempoutkan bibir, ingin sekali meneriakinya tentang kejadian yang baru kualami.

"Aku sudah di parkiran. Hyung dimana?"
"Ah, kau disana? Bisa kau naik ke lantai 7? Aku membawa banyak sekali barang jadi cape kalau harus bolak-balik ke mobil mu nanti."

Aku menaikkan alis. Namun tetap mengiyakan. Aku membuka seatbelt ku dan menuju lantai tujuh, Manager Hyung juga memberitahu ku nomor kamarnya. Kamar itu berbeda dari yang lain, cat pintunya berwarna hitam hingga aku berfikir mungkin orang spesial yang tinggal di kamar ini.

Aku kembali menelfon Manager Hyung tapi yang aku dapatkan adalah nada tidak tersambung. Apa handphonenya mati? Manager Hyung kebiasaan tidak membawa charger. Aku akan membelikannya satu powerbank nanti.

Karena malas untuk menunggu, akhirnya aku mencoba memencet bel namun yang aku dapatkan adalah pintunya yang terbuka. Aku terpaku. Tidak dikunci? Apa aku salah kamar? Aku kembali mengecek nomor kamar dan ternyata memang benar kamar ini yang di tunjukkan oleh Manager Hyung.

Jadi dengan langkah ragu aku masuk, menyelonongkan kepala ku kedalam namun hanya bisa mendapat kegelapan. Huft. Manager Hyung merepotkan saja. Aku memilih menghidupkan senter handphone ku dan meraba dinding untuk mencari saklar lampu. Tersenyum karena merasa aku menemukannya dan segera memencet saklar itu membuat satu ruangan menjadi terang—

"SELAMAT ULANG TAHUN, BYUN BAEKHYUN!"

Aku menutup mulut ku. Para member ada disana bersama Manager Hyung yang dengan bodohnya mau mauan memakai topi kerucut khas ulang tahun. Dari kerumunan member orang yang tadi ku tangisi keluar dengan senyuman tampannya. Aku menangis. Sungguh. Apa-apaansih ini?

"Selamat ulang tahun, sayang."

Aku menutup wajah ku. Menangis sekencang-kencangnya hingga merasakan Chanyeol menarik ku kepelukannya. Aku membalasnya. Sungguh. Aku harap ini bukan mimpi. Aku takut aku bermimpi.

"Maaf untuk seharian ini. Aku benar-benar minta maaf."

Chanyeol menciumi wajah ku yang basah dengan tetap memeluk ku bersamaan mulutnya yang menggumam kata maaf terus. Kedua tangannya di punggung ku juga tak berhenti mengusap lembut.

"Maaf, sayang. Maafkan aku."

Aku membuka mata dan menghalau buram karena air mata. Melihat Chanyeol yang menatap mata ku merasa bersalah dengan tangannya yang sudah menangkup pipi ku. Aku tidak tahu harus jawab apa. Aku juga tidak tahu bagaimana harus bereaksi. Menurut ku semuanya terlalu tiba-tiba, kejadian hari ini bahkan membuat ku lupa jika aku sedang ulang tahun.

"Ini ide ku. Kau bisa marah pada ku. Jangan pada member lain atau Kyungsoo."

Aku seseguhan, "Tapi kau mencium Kyungsoo tadi." Aku bercicit, membuatnya terkekeh. Mungkin lucu karena aku bersuara lirih dengan tangis tak berhenti. "Kau marah?" Aku mengangguk berkali-kali. Chanyeol mengecup bibir ku, "Aku tidak menciumnya. Kyungsoo sakit mata, matanya terus berair sehingga aku membantunya meneteskan tetes air mata dan meniup matanya. Kau melihat dari belakang jadi seperti melihat ku mencium Kyungsoo."

Aku diam. Masih seseguhan. Sebelum melirik kebelakang dimana para member memperhatikan diri ku dan Chanyeol. Namun, atensi perhatian ku teralih pada Kyungsoo yang memeluk pinggang Jongin dari samping. Bukannya mereka bertengkar tadi?

"Kyungsoo dan Jongin bertengkar sebagai alibi agar kau percaya. Ternyata kau benar-benar marah." Aku merajuk. Mempoutkan bibirnya. "Sudah jangan nangis. Maafkan aku ya." Aku mengangguk dua kali lalu Chanyeol mengecup bibir ku sekali lagi. "Sekarang baikkan dengan Kyungsoo."

Aku menatapnya. Ini hari ulang tahun ku. Terlalu memalukan untuk meminta maaf duluan tapi salah ku yang salah paham dan main tampar wajah orang. Aku mengangguk lagi. Menurut dan berjalan kearah Kyungsoo, tanpa basa basi aku berjalan seperti pinguin dan memeluk Kyungsoo membuat Kyungsoo melepas pelukannya dengan Jongin.

"Maaf ya, Baekhyun."

Kyungsoo berbisik di samping telinga ku membuat ku kembali menangis seperti anak kecil. Member lain juga segera menghampiri ku dan memeluk ku. Begitu juga Sehun, pria yang sedari tadi mendiami ku itu juga memeluk ku bahkan mengecup pipi ku berkali-kali. Chanyeol? Dia diam saja. Bahkan ikutan tersenyum dan tertawa.

Malam itu kami minum bersama-sama. Dengan Manager Hyung juga. Chanyeol membelikan ku banyak kue, aku memakannya dengan lahap mengetahui terakhir kali yang aku makan adalah sebungkus ramyeon. Kami tertawa mendengar cerita Manager Hyung yang dipusingkan dengan rencana kejutan ulang tahun ku. Menurutnya terlalu beresiko, dia pasti takut kami akn benar-benar bertengkar.

Tapi Jongdae segera menjawab, aku yang bodoh ini mudah masuk jebakan. Aku merajuk. Membuat Chanyeol tertawa kencang dan mencubiti pipi ku gemas. Kami menceritakan banyak hal, Jongin juga bercerita tentang tangannya yang sakit setelah meninju kulkas dan membuat Manager Hyung berteriak tentang harga kulkas itu.

Semakin malam semua member semakin terlihat mabuknya. Manager Hyung bertugas mengantar kita semua kembali ke dorm kecuali aku yang membawa mobil.

"Baek."

Aku menoleh, baru mau mengintili member lain untuk pergi namun ditahan oleh Chanyeol.

"Kita tetap disini." Aku mengedip, memiringkan wajah ku tidak mengerti. "Hm?" Aku mendengarnya berdehem. "Ini hadiah dari ku." Aku masih belum mengerti. Kembali membuat ekspresi bertanya. "Apartement ini. Aku beli. Untuk mu. Untuk kita." Aku mengedip berkali-kali sebelum mataku berkaca-kaca lagi dan menangis keras. Sial. Aku bocah sekali hari ini menangis terlalu banyak.

Akhirnya aku dan Chanyeol menetap disana semalam sebelum besok kembali ke dorm untuk mengepak barang-barang kami.

"Kau mau House Tour?" Aku menggeleng, mengucek mata ku. "Ngantuk ya?" Chanyeol menggapai badan mungil ku dengan gampang dan dia segera mengangkatnya bagai koala. Menuju lantai dua dimana ku tebak itu kamar kami. Kamar itu ternyata lebih luas dibanding kamar di dorm. Ada piano di ujung ruangan juga kulkas kecil dan perabotan lain yang tak kutemukan di kamar kami di dorm.

Aku terlalu lelah untuk sekedar menganggumi ruangan sehingga memilih untuk tetap berada di pelukan Chanyeol bahkan ketika kami sudah tidur di ranjang. Ranjangnya empuk :(

Aku menarik tangan ku untuk menggapai pinggangnya dan mendapatkan Chanyeol mengaduh, aku mendongak. Menatapnya khawatir. Lalu baru ingat tentang satu hal. Aku menyibak selimut yang sudah membungkus badan kami beserta kaosnya dan mendapati memar disana sebesar telapak tangan ku.

"Chanyeol?!"

Aku kembali berkaca-kaca menatapnya namun dia bilang jika dia tidak apa-apa dan semuanya baik-baik saja. Dia bicara berkali-kali seakan tendangan ku siang tadi bukan masalah besar.

"Chanyeol.. Aku minta maaf."

Chanyeol menarik ku kepelukannya. Tetap berkata jika dia baik-baik saja.

"Tidak papa, Baekkie. Aku tahu kau emosi. Jangan menangis, aku jadi semakin merasa bersalah jika ku menangis." Mendengar itu membuat ku segera mengusap air mata ku. Menatapnya dengan puppy eyes. "Ugh. Gemas." Dia membawa ku kepelukannya sembari berbaring, menciumi tiap bagian wajah ku hingga aku kewalahan dan tertawa karena geli.

"Kau senang hari ini?" Aku mempout kan bibir ku, "Tadi aku sedih. Aku sampai lemas ketika kau bilang seperti itu ditangga." Chanyeol menatap ku sedih. Membawa wajahnya lebih dekat ke wajah ku. "Maaf, ya. Aku tak seharusnya mengatakan itu. Aku mencintai mu, mana mungkin aku akan meninggalkan mu, hm?" Aku terkekeh. Mengusap hidungnya dengan hidung ku. "Tidak papa. Sekarang aku bahagia karena itu hanya kejutan ulang tahun."

Chanyeol tersenyum, "Selamat ulang tahun, calon istri ku." Aku terkekeh, sudah biasa dipanggil begitu. "Terima kasih, calon suami ku."

Chanyeol benar. Memang kisah kita seharusnya tidak dibuat epilog karena cerita kita memang tidak akan berakhir. Cerita kita juga nanti akan dilanjutkan oleh yang lain, anak angkat kita misalnya?

Sudah kah aku bilang aku beruntung memiliki Chanyeol? Sepertinya sudah. Aku berkali-kali selalu bilang jika aku beruntung memiliki Chanyeol. Aku beruntung menjadi seorang gay. Kris Hyung benar, aku tak perlu memikirkan akhirnya. Jika aku bisa memulai, berarti aku tak perlu takut dengan akhirnya kan?

Malam itu aku tak tahu jika perjalanan ku dengan Chanyeol akan lebih panjang lagi. Panggilan sebatas calon itu ternyata sudah berganti dan menghapus kata calonnya. Iya. Dua tahun setelahnya. Chanyeol melamar ku. Kami menikah. Tidak. Tidak menikah dengan kata pesta atau pernikahan besar, tentu tidak. Hanya pernikahan biasa dimana hanya ada kami, pendeta, keluarga, member, beserta Manager Hyung yang menangis haru paling keras.

Kami masih menjadi bagian EXO. Bedanya, kami tinggal bersama. Kami juga punya rencana untuk mengadopsi anak tapi belum tahu apa kami bisa mengurusnya. Chanyeol bahkan ingin aku menanam sebuah janin di tubuh ku, namun terlalu beresiko untuk karir kami. Tidak ada yang tahu tentang semua ini. Makanya disini aku memberitahu kalian, kalian kaget? Jika aku mengecewakan kalian aku benar-benar minta maaf. Aku tahu kalian berfikir aku hanya memikirkan kebahagiaan ku sendiri.

Tapi, jika kalian senang dan mendukung. Terima kasih. Tidak ada kata paling besar untuk mengungkapkan rasa beruntung ku memiliki kalian selain terima kasih. Maaf, karena saat itu tidak bisa mengundang kalian. Kalian jadi tidak bisa melihat Chanyeol menitikkan air mata ketika aku baru masuk ke altar bersama tuxedo berwarna putih kan? Haha. Seharusnya aku memfotonya saat itu, tapi enggan dan memilih mengabadikannya dengan mata ku. Juga perasaan meletup-letup ku ketika tangan ku sudah berpindah dari tangan Ayah ke tangan Chanyeol. Chanyeol menggenggamnya begitu erat. Seakan takut aku lari.

Sampai sini cerita kami. Jangan berharap akan ada cerita tentang kehidupan pernikahan kami karena tidak ada yang berbeda selain Chanyeol yang meminta jatah setiap malam. Haha.

Tertanda, Byun Baekhyun.











THE END.

Halo!

Aku disini mau berterima kasih yang sebesar-besarnya akan antusias pembaca. Ga nyangka 40k pembaca meskipun bintangnya ga sampe segitu:'

Karena melihat semakin banyak pembaca, aku memutuskan membuat epilog yang mengejutkan! Semoga kalian mendapat feelnya karena setelah ku baca ulang juga aku ngerasa semua tulisan ini benar-benar ungkapan isi hati Baekhyun😭

Kalian bisa ketemu Chanyeol dan Baekhyun lagi di Born To Be Baekhyun. See ya!

Continue Reading

You'll Also Like

3K 432 13
Buat yg save cerita gw di perpus, jangan lupa follow akun gw. Cerita ttg PS, kali ini straight Di jamin kalian akan baper... Buat bocil atau pun homo...
193K 29.9K 54
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...