Tentang Rasa

By LangitBercerita

306K 13K 2K

#Fanfiction Iqbaal dan Sasha pernah saling sayang, kala itu ketika hanya ada mereka berdua. Rasa yang tumbuh... More

1 - Canggung
2 - Mie Instan Di Balik Rindu
3 - Jangan Sedih
4 - Kencan
5 - The Kiss
6 - Terima Kasih Sudah Buat Senang
7 - Jangan ke Jakarta
8 - Girls Day Out.....and A Boy
9 - Kita Ini Apa?
10 - Selesai di Bandung
11 - You Are The Sun
12 - I Am Just Another Girl
13 - Is It Goodbye For Us?
14 - Karena Promo
15 - Cemburu
16 - Berpisah
17 - I Miss You
18 - Video Call
19 - Putus?
20 - 09.06
22 - I Will Definitely See You
23 - Sepakat
24 - Sampai Besok
25 - Resepsi
26 - Seberapa Serius
27 - Malam di Kemang
28 - Lany's Concert
29 - The Talk After 1975
30 - I Love You But I'm Letting You Go
31 - Distance
32 - Penawaran Pura-Pura
33 - Santa Monica Date
34 - I Like You So Much
35 - Mau Dibawa Ke Mana
36 - Amin Paling Serius
37 - Me And You Against The World

21 - Batal

8.8K 346 65
By LangitBercerita

Tahukah kamu rasanya
Berjuang tapi tak dianggap
Berkorban namun diabaikan
Lalu untuk apa lagi aku di sini

Tak Dianggap - Langit Sore

***

Sasha menunggu di terminal 3 bandara Soekarno-Hatta sendirian untuk menjemput Iqbaal. Ia ingin memberi kejutan pada Iqbaal dengan menjemputnya. Ia duduk santai sambil makan roti untuk bekal makan malamnya ketika ia melihat dari kejauhan ada Omen berjalan menuju gate kedatangan luar negeri. Sepertinya Omen akan menjemput Iqbaal. Baru saja Sasha hendak bangun untuk menghampiri Omen, tidak lama ada Zidny menghampiri Omen. Sasha mengurungkan niatnya menghampiri Omen.

Ada perasaan kecewa yang menghampirinya. Berarti selama ini mereka jauh, Iqbaal tetap berhubungan baik dengan Zidny. Sasha tahu bahwa Zidny cuma mantan, tapi tetap saja mereka pernah punya sejarah dan rasa yang kuat. Sasha merasa Iqbaal bersikap tidak adil karena memintanya untuk tidak dekat dengan cowok lain sampai mereka bertemu, sementara Iqbaal boleh dekat dengan cewek lain.

Tring!

Ada chat masuk ke handphone Sasha dari Iqbaal. Tampaknya ia sudah mendarat dan sudah bisa mengaktifkan HP-nya, "Aku udah sampai di Jakarta, Lia. See you soon."

Sasha membaca pesan tersebut tapi tidak berminat membalasnya. Ia memutuskan untuk pulang dan tidak jadi menjemput Iqbaal. Belum tentu juga Iqbaal akan senang dengan kehadirannya. Bagaimana jika ia lebih memilih pulang bersama Omen dan Zidny?

Sasha memilih untuk pergi ke sebuah café untuk menenangkan dirinya, saat ia menerima pesan lagi dari Iqbaal, "Lia, kok tumben kamu udah baca tapi belum dibales?"

Males, Baal. Males! Lagian kamu lagi sama Zidny ngapain sih pake chat aku. Sasha membalikkan HP-nya dan meminum kopi yang sedari tadi belum disentuhnya.

Tidak lama terdengar deringan telepon dari Iqbaal. Sekali, dua kali dering, tapi Sasha tidak mau mengangkatnya. Kemudian Iqbaal mengirim pesan padanya lagi, "Ya, ada apa? Boleh teleponku diangkat?"

Sasha tahu sikapnya sangat kekanakan dengan melakukan ini, tapi ia butuh menenangkan dirinya sendiri dulu agar bisa berpikir logis. Ia juga tahu kalau Iqbaal bukan pacarnya jadi sebenarnya ia bebas untuk berteman dengan siapa. Ia kecewa dengan dirinya sendiri karena mengijinkan Iqbaal mengaturnya untuk tidak dekat dengan siapapun, sementara Iqbaal bisa dekat dengan siapa saja.

Akhirnya Sasha membalas pesan dari Iqbaal, "Iya."

Tidak beberapa lama Iqbaal menelepon. Suaranya terdengar khawatir, "Ya, kamu nggak papa?"

"Nggak papa," jawab Sasha singkat.

"Kamu bete kenapa?"

"Bete? Nggak, ah."

"Suara kamu begitu, Ya. Aku tahu kamu lagi bete. Ada apa?"

"Kamu udah sampai, ya?" Sasha mengalihkan pembicaraannya.

"Udah Ya, sejam lalu aku sampai."

"Oh, dijemput siapa?" Sasha ingin tahu apakah Iqbaal akan berkata jujur.

"Dijemput Omen tadi. Kenapa?"

"Oh," Sasha menarik napas panjang. Iqbaal bohong dengan tidak menyebut nama Zidny sama sekali. Dan jujur hal tersebut membuatnya sedih. Matanya mulai berkaca-kaca tapi ia berusaha menahannya.

"Ya? Kamu nangis?" suara Iqbaal di ujung sana terdengar khawatir.

"Nggak." Sasha menghapus air matanya yang hampir jatuh, "Ya udah aku mau pulang dulu, ya."

"Kamu di mana?"

"Aku di café dekat rumah. Udah dulu ya, Baal."

"Iya."

Sasha menutup teleponnya dengan hati yang sangat kecewa. Ia pernah berharap begitu besar pada Iqbaal dan kemudian dikecewakan. Tapi kemudian ia selalu kembali mempercayainya. Rasanya ia harus lebih realistis lagi melihat hubungannya yang sekarang.

Ia membayar minumannya, lalu pulang ke rumah. Untungnya di rumah sedang tidak ada siapa-siapa sehingga tidak ada yang mengajaknya ngobrol dulu dan mengetahui perasaannya saat ini. Ia langsung masuk kamar dan mengganti bajunya. Waktu masih menunjukkan pukul 9 malam tapi ia sudah berada di tempat tidur sambil mendengarkan playlist di spotify-nya.

Tok..tok..tok.

"Mbak Sasha," panggil bibi di balik pintu, "Ada tamu, nih."

Perasaan Sasha sedang tidak janjian dengan siapa pun, "Siapa, Bi?"

"Iqbaal katanya."

Sasha langsung bangun dari tempat tidurnya, "Iqbaal?". Sasha menuju jendela kamarnya melihat ke luar rumah, tidak ada mobil siapa pun terparkir di depan, "Iqbaal ada di mana, Bi?"

"Di ruang tamu, Mbak."

"Oh. Suruh tunggu sebentar." Sebenarnya Sasha sedang tidak mood untuk bertemu dengan Iqbaal sekarang, tapi Iqbaal sudah terlanjur datang dan ia tidak mungkin mengusirnya. Sasha mengganti piyamanya dengan baju rumah yang lebih pantas.

Iqbaal duduk di ruang tamu dengan tas backpack yang ditaruh di sampingnya. Kalau dilihat tampaknya ia belum pulang ke rumah dulu.

"Baal," panggil Sasha perlahan.

Iqbaal menoleh dengan senyuman lebarnya, "Hey, Ya!" kemudian Iqbaal mendekat dan memeluk Sasha. Tapi Sasha diam saja dan tidak membalas pelukannya. Badannya kaku dan mukanya datar. Iqbaal melepaskan pelukannya, "Ya? Kamu kenapa?"

Sasha tersenyum singkat lalu mempersilahkan Iqbaal duduk. Sasha duduk di seberang sofa Iqbaal, "Kamu langsung dari bandara?"

"Iya. Tadi aku mampir buat makan dulu. Habis itu mau ke rumah, cuma kamu kayaknya ada sesuatu jadi aku langsung ke sini."

"Oh. Sendirian aja?"

"Iya, naik taksi online. Koperku dibawa Omen."

"Cuma sama Omen aja?"

Iqbaal mengernyit. Ada sesuatu yang memang sedang disembunyikan Sasha dan itu membuatnya marah kepada Iqbaal, "Maksudnya?"

"Kamu dari tadi nyebut Omen doang, padahal Zidny ada di situ juga." Sahut Sasha dengan wajah yang sebisa mungkin ia kontrol agar tidak terlihat emosi, namun matanya menatap tajam ke Iqbaal.

"Zidny?" tanya Iqbaal terkejut, "Kamu kok tahu ada Zidny?"

"Kalau ada Zidny kenapa dari tadi selalu bilangnya cuma sama Omen?"

"Aku nggak tahu dia bakal ikut jemput, Ya," Iqbaal pindah tempat duduk ke samping Sasha, "Aku juga nggak pengen kamu marah karena ada dia."

"Kamu minta aku nggak dekat siapapun sampai kita ngobrol, sementara kamu boleh dekat Zidny. Egois."

"Ya. Nggak gitu. Tapi aku berurusan dengan Zidny karena Svmmerdose aja."

"Oh, jemput kamu di bandara itu urusan Svmmerdose juga?"

"Kan aku nggak tahu dia mau jemput, Ya."

"Mungkin dia ngarep lebih dari hubungan kerja kali."

"Ya, aku nggak tahu. Beneran nggak tahu. Aku biasa-biasa aja ke dia."

Sasha menggigit bibirnya ragu, "Kamu mau aku masih sering main sama Adipati?"

"Ya nggak lah, Ya." Mendengar namanya disebut saja membuat darah Iqbaal sudah memanas.

"Kamu selesaiin dulu lah kerjaan kamu sama Zidny. Baru kita bisa ngobrol lagi."

"Ya, Zidny itu bantuin promo Svmmerdose. Dia bagian dari tim band aku."

"Iqbaal Ramadhan, aku selesaiin semua masalahku dengan Adipati dan nggak main-main sama dia. Dan aku berharap kamu pun begitu. Kamu mau bahas soal hubungan kita, kan? Aku nggak bisa berhubungan sama orang yang masih dekat sama mantannya. Udah begitu aja." Sasha berdiri dari sofa, "Oh ya, kita nggak usah ketemu lagi di Bandung. Kita udah ngobrol kan sekarang."

"Ya, kok gitu sih?"

"Mau ngomongin apa lagi coba di Bandung? Pembicaraan sama, beda tempat doang. Lagian aku di Bandung tanggal 9. Kamu bilang tanggal 9 kamu ada kerjaan sama Svmmerdose, kan? Jadi emang nggak pas waktunya. Ya udah ya, aku mau tidur." Sasha segera meninggalkan Iqbaal yang kebingungan dengan situasi yang ia hadapi sekarang.

Iqbaal tidak paham kenapa Sasha bisa semarah itu sementara Iqbaal merasa ia tidak melakukan kesalahan apa-apa. Memang harus diakui kalau dia dan Zidny sering berhubungan atau ngobrol selama ia di Melbourne, tapi kebanyakan pembicaraannya soal pekerjaan. Iya ada hal-hal lain di luar itu juga, tapi karena mereka semua berteman. Rasa-rasanya tidak ada yang perlu ditakutkan dari hubungannya dengan Zidny.

Iqbaal menarik napas panjang. Sebenarnya ia sudah lelah dengan perjalanan panjang di pesawat dan hanya ingin tidur saja, tapi kemudian ia memutuskan untuk ke Bintaro menemui Sasha, berharap pertemuannya akan menyenangkan tapi ternyata bertengkar seperti biasanya. Padahal ia sudah punya rencana apa yang akan dilakukannya di Bandung bersama Sasha, tapi tampaknya akan batal.


Iqbaal membuka aplikasi taksi online dan memesan taksi untuk menuju ke rumah Omen. Ia malas untuk langsung balik ke rumahnya dengan pikiran mumet seperti ini.

***

Continue Reading

You'll Also Like

96.1K 9.8K 30
" Pada akhirnya akan selalu ada hal baik yang menerpa kita setiap harinya, biarlah takdir yang mengubah dan biarkan waktu yang menentukan , jangan ka...
690K 43.3K 31
Menceritakan tentang kehidupan 7 Dokter yang bekerja di rumah sakit besar 'Kasih Setia', mulai dari pekerjaan, persahabatan, keluarga, dan hubungan p...
165K 16.7K 65
FREEN G!P/FUTA • peringatan, banyak mengandung unsur dewasa (21+) harap bijak dalam memilih bacaan. Becky Armstrong, wanita berusia 23 tahun bekerja...
42.5K 2.4K 23
Jarang tersenyum, sedikit berbicara. seakan Ia hanya menggunakan tatapan matanya sebagai sarana untuk menyampaikan semuanya. namun terkadang melempar...