Water Fire Controllers

By OohYekti_sshi

7.8K 458 27

#Follow dulu sebelum membaca karena part akan di private Benarkah dunia ini hanya milik para manusia penuh ke... More

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33.1
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45

33

131 9 3
By OohYekti_sshi

Angin lebat menerbangkan sisa-sisa gerimis, meninggalkan noda  basah pada mantel hitam serta beberapa menggenang di sudut jalan.

Siluet bermantel hitam nampak tengah merenung. Mengaduk kopi latte-nya yang telah mendingin sekitar satu jam lalu tanpa di sentuh. Pusaran kecil pada cairan berwarna coklat terlihat lebih menarik ketimbang lalu lalang pejalan kaki yang sibuk dengan kegiatan sore mereka  masing-masing.

Dia itu menghembuskan nafas lelah untuk yang entah keberapa kali hari ini. Dua hari lebih empat jam tiga belas menit dia lalui untuk mencari seseorang di luasnya Lindau di tengah awal musim dingin.

Tanpa penjagaan atau semacamnya yang biasa ia lakukan.

Ia hanya ingin mencarinya sendiri. Dia pula yang akan pertama kali menemukanya. Meski seluruh Eropa telah ia pijaki hanya demi mencari seseorang itu.

Belum.

Dia masih belum menyerah bahkan jika harus mencarinya di ujung dunia sekalipun.

Jika dilihat, ia layaknya seorang pujangga yang tersesat di tengah rasa yang entah apa itu namanya. Dia bagaikan sosok orang gila yang terlampau bersedih hanya mencari seseorang yang pernah dia kecewakan hingga seseorang itu pergi.

"Aku merindukanmu." Gumamnya lirih.

Kini tubuh tegapnya beranjak, mengambil langkah lebar kembali menelusuri jalan setapak yang nampak masih basah akibat gerimis. Dia melangkah lagi, tanpa arah dan tujuan. Yang ia lakukan hanya segera menemukan seseorang itu. Mate-nya, milik-nya.

"Alpha, anda harus segera kembali. Masih banyak pertemuan penting antar pack yang membicarakan mengenai beberapa serangan di daerah perbatasan."

Sosok itu tersenyum kecut. Kembali melangkah saat Beta dari packnya memindlink menyuruh dia agar cepat kembali.

Ya, dia memang harus segera kembali. Meski di packhouse pun pikiranya akan tetap melayang pada gadis cantiknya. Pada Mate-nya.

"Apa kau tak merindukanku,hm?"

C O N T R O L L E R S

"Kakak berubah?" Pertanyaan bernada polos itu meluncur begitu syahdunya dari mulut Adeline. Gadis berambut blonde menatap pada kakak tertuanya dari ujung rambut hingga ujung kaki bak baru saja melihat alien bermata empat turun ke bumi.

"Aku tahu aku tampan. Tapi jangan menatapku seperti itu. Kau membuatku tak nyaman."

"Astaga! Kau beneran kakakku?" Adeline terteriak heboh. Tubuh mungilnya berputar mengelilingi siluet tinggi milik kakak lelakinya dengan mata menyipit. "Dari mana kau mendapatkan gaya rambut seperti itu? Bajumu juga? Dan itu?" Tunjuknya pada bibir Samuel yang terbalut liptint tipis.

"Bukan urusanmu." Jawab Samuel datar sedatar-datarnya.

"Wahh~ kalian sudah datang." Pria berkepala plontos  mulai bersuara. Ia hentikan langkah kaki lebarnya tepat di samping seorang gadis kecil yang mengekorinya dari belakang.

"Anda sedikit berbeda,Alpha?" Ujar Icarus mengamati Samuel seperti yang di lakukan Adeline tadi.

"Lanjutkan saja."

"Ekhem. Baiklah~ seperti yang kalian ketahui, kalian berdiri disini untuk menguji emosi perasaan Emelly. Jadi, tak perlu berbasa-basi kita langsung mulai saja."

Emelly menyumbulkan kepalanya di balik punggung Icarus. Rambut panjang gadis itu yang di kepang nampak jatuh di sisi bahu. Tersenyum manis, Emelly berdiri sejajar dengan Icarus.

"Sekarang Emelly. Fokuskan pikiranmu. Kulik isi hatimu sedalam-dalamnya. Kau harus menemukan rasa asing dimana kau tak menginginkan seseorang yang kau sayangi di sakiti. Atau orang itu di dekati oleh orang lain." Jelas Icarus dengan suaranya yang tenang.

Belum sempat Emelly menjawab. Suara cempreng tiba-tiba saja masuk kependengaran mereka. Sontak mereka menoleh kearah sumber suara secara serempak hanya untuk mendapati seseorang yang tengah berjalan setengah berlari dengan senyum terlampau lebarnya.

"HALOOOOHAA!!"

Sosok itu menghambur ke pelukan Icarus dengan raut bahagianya. Berbeda dengan Icarus yang nampak risih di tempeli sosok itu. Emelly menaikan salah satu alisnya. Menatap aneh pada sosok yang masih memasang senyum amat lebarnya. Sosok itu nampak seperti lelaki namun tangan serta suaranya sedikit berbeda. Agak aneh

"Siapa dia,Icarus?" Adeline bertanya

Icarus nampak sedikit gugup. Namun ia menjawab pertanyaan Adeline.

"Dia Jackson. Anak terbuang yang entah mengapa selalu mengikutiku akhir-akhir ini." Jawabnya tanpa minat dengan sedikit ejekan membuat sosok yang di panggil Jackson memukul bahu Icarus kesal.

"Eits-eitss~ jangan dengarkan dia nona manis. Namaku Jackson tapi kau bisa memanggilku Jenny. Double 'N'." Kata Jackson ehh Jenny memperkenalkan diri.

Tuhkan, apa ku bilang tadi. Dia nampak aneh. Bukan pria bukan juga wanita. Lalu apa? Makhluk galau gender? Ohh baiklah kita sebut saja begitu. Kata Waria terlalu kasar untuk makhluk tanpa tulang belakang seperti itu.

"Oh~ hai, Jackson!." Sapa Adeline tanpa minat. Gadis itu nampak tak begitu menyukai Jackson eehh Jenny yang masih menggelayut manja di lengan kekar Icarus.

"No no no. Just Jenny! J-E-N-N-Y!." Protes Jackson eh Jenny. Menekan setiap kosa katanya.

Baikalah kita luruskan dulu nama si makhluk galau gender tersebut. Karena dia lebih suka di panggil Jenny. Maka kita pilih memanggilnya Jenny saja.

"Terserah kau sajalah." Kini Edward yang berbicara. Sontak membuat Jenny membulatkan matanya terang. Makhluk galau gender itu tak lama menggelayuti lengan Edward yang nampak begitu risih.

Sesekali tangan besarnya menoyor kepala Jenny agar jauh-jauh dari sisi Edward.

Emelly tersenyum tipis. Tatapanya beralih pada Samuel. Ia baru sadar jika sedari tadi Samuel ternyata melangkah mundur sedikit demi sedikit menyembunyikan tubuh tingginya di belakang tubuh Adeline.

Wajah pria itu seketika di buat semakin pucat kala Jenny yang tiba-tiba berteriak.

"HOAAA~ aku baru sadar disini ada malaikat! Tampanya~" teriak Jenny heboh.

Emelly lihat Samuel memucat. Beberapa kali jakun  pria itu naik turun seperti menelan salivanya susah.

Berkali-kali Samuel menghindar saat Jenny mulai mendekatinya.

"Icarus singkirkan makhluk ini dariku!." Teriak Samuel penuh pengharapan. Wajahnya yang memucat semakin membuat Jenny lebih bersemangat menggoda Samuel.

"Jackson menyingkir cepat! Dia itu Alpha!."

Jenny nampak tak menghiraukan. Sejenak, ia mendekap tangan di depan dada. Mengulum senyum sambil berpura-pura berfikir dengan mengetuk-ketukan jarinya di depan dagu.

"Apa anda takut pada saya,Alpha?" Tanya Jenny.

"Tidak!."

"Lalu kenapa anda terlihat pucat?"

Jenny tersenyum miring saat Samuel hanya bisa bungkam tanpa kata.

"Apa anda___."

Jangan katakan!

"Anda sebenarnya__"

Diam sialan!

"Anda transphobia?"

Terkutuk kau makhluk aneh!

Senyum miring kembali tercetak di bibir Jenny. Menampakan seringaian penuh kelicikan di  sana membuat Samuel lagi-lagi harus menitikan keringat dingin.

Jenny mendekat, Samuel mundur. Begitu terus sampai Samuel kembali berteriak."Jangan mendekatiku atau ku bunuh kau!."

"ICARUS! SINGKIRKAN MAKHLUK GILA INI!!."

Dan akhirnya Icarus pun menyerah. Di seretnya makhluk galau gender tersebut sedikit menjauh dari tempat mereka berdiri.

Emelly melirik sekilas pada Jenny yang nampak manyun di sana. Lalu kembali menfokuskan matanya saat Icarus mulai berdehem keras.

"Maafkan soal yang tadi.Baiklah kita lanjutkan. Kau fokuslah pada Conrad di depan sana. Tatap dia seperti orang yang kau sayangi." Emelly melakukan apa yang di perintahkan Icarus.

"Adeline. Sekarang kau lalukan tugasmu."

Dan Adeline tiba-tiba menempel pada Conrad. Memeluk serta menggelayuti lengan pria itu yang nampak risih dengan sesekali memberontak. Adeline justru merasa bersemangat, menggoda Conrad dengan menoel-noel dagu  pria itu.

Bukanya merasa kesal atau menemukan rasa jauh di dalam hatinya, Emelly justru terkekeh geli. Ia merasa lucu melihat Conrad yang hanya bisa  pasrah di tempeli gadis seagresif Adeline. Dan lihatlah, pria itu hampir di buat akan menangis oleh Adeline.

Percobaan pertama gagal. Selanjutnya Edward.

Kakak kedua Adeline nampak menarik salah satu gadis cantik yang entah didapat dari mana. Pria itu melakukan hal sama seperti yang di lakukan Adeline. Memeluk serta melakukan adegan romantis di depan sana. Namun hal yang sama justru kembali terjadi. Emelly tak memberi respon sama sekali. Dia bahkan tidak merasa kesal atau sebagainya.

"Hatimu itu terbuat dari apa sih Emelly?" Geram Icarus frustasi. "Masa iya aku harus membawa Cha eun-woo  langsung dari korea kesini? Memangnya dia bisa di paketkan?" Icarus nampak frustasi.

"Sekarang giliran anda,Alpha. Tapi dimana seseorang yang akan anda jadikan pendamping bohongan?"

Icarus menoleh kesana kemari. Mencari-cari sosok gadis atau semacamnya yang akan di gunakan Samuel untuk menjadi 'bahan percobaan' Emelly.

"Biar aku saja!."

Suara itu kembali membuat Samuel yang tadinya mulai tenang kembali dibuat pucat. Jenny melangkah santai bak model panggung catwalk mendekat Samuel.

Alpha dari Redmoon pack sontak mundur dengan wajah paniknya. Tak memudarkan antusias Jenny, makhluk itu justru semakin menyeringai di lengan Samuel yang hanya bisa terdiam membeku.

Aaww!

"Hey kau bocah! Lancang sekali  melempariku batu!? Kau pikir kau siapa?"

"WOO~WOOHOO! Hey berhenti bocah! Tubuhmu penuh api!"

Emelly berdecih kecil. Melangkah lebar mendekati Jenny yang nampak kalut tanpa melepas lenganya dari lengan Samuel.

Entah mengapa Emelly merasa kesal saat melihat Samuel yang tak bisa berkutik hampir mati berdiri kala ditempeli makhluk tidak jelas bernama Jenny.

Sekarang tak perlu menanyakan apa yang akan dia lalukan. Yang terpenting adalah memisahkan Samuel dari makhluk bernama Jenny. Sebelum Samuel benar-benar di buat mati berdiri karena darah rendah.

Gadis bersurai hitam panjang itu semakin menyeringai. Jenny kini mulai mundur dari tempatnya berdiri menjauhi Samuel. Kobaran api meledak di kedua telapak tangan Emelly yang mengerat. Membuncahkan rasa kesal di hatinya yang entah datang dengan alasan apa Emelly tidak tahu.

Hanya saja melihat Jenny menempeli Samuel berhasil membuatnya sedikit muak.

"Kendalikan emosimu Emelly!."

Gadis itu berhenti melangkah. Memejamkan dua iris coklatnya tertutup rapat. Mencoba berkonsentrasi agar emosinya tidak meledak tanpa kontrol dan akan berakhir dengan menyakiti seseorang. Usahanya berhasil kala ia membuka matanya dan dilihatnya api yang menyelimuti kedua telapak tangan Emelly sudah hangus meninggalkan sisa asap kecil.

"Kau berhasil Emelly." Tepuk tangan dari lima orang yang lain masuk berirama di pendengaran Emelly.

Ia tersenyum kikuk. Masih bingung dengan apa yang di alaminya sebenarnya. Namun ia hiraukan.

Satu persatu orang-orang itu pergi meninggalkan Emelly berdiri di atas hijaunya rumput yang mulai meninggi.

"Ekhm."

Emelly terlonjak kaget. Ia mendongak, mendapati Samuel yang menatapnya datar.

Oh dia lupa jika masih ada Alpha Samuel.

"Kerja bagus Emelly." Puji pria itu.

Emelly tersenyum tipis. Mengamati siluet tinggi milik Samuel dari atas hingga bawah.

Pria itu mengenakan sweeter hitam dengan kerah panjang menutup leher. Di balut mantel merah kehitaman membuat sosoknya terlihat lebih tinggi. Dia lebih fresh dengan gaya rambut baru dengan poni belah tengah yang sisinya sengaja jatuh di dahi.

Icarus benar. Alpha Samuel terlihat berbeda.

"Saya permisi,Alpha" tunduknya pamit.

Baru tiga langkah, Emelly berhenti. Kembali berbalik menghadap Samuel yang masih di posisi semula.

"Anda terlihat tampan hari ini."  Ujar Emelly memuji dengan senyum tulus. "Namun saya lebih suka anda yang seperti biasa. Jangan meniru orang lain,Alpha.___Cha eun-woo atau siapapun itu. Tetap jadi seperti anda yang saya kenal."

"Saya menyukai apa adanya anda." Tutupnya lalu melenggang pergi meninggalkan pria dengan semburat merah di kedua sisi pipinya.

C O N T R O L L E R S

Langkah jenjang dari siluet itu menggema. Menciptakan bunyi ketukan di lantai kayu sebuah ruangan remang yang terisi oleh rak buku serta ratusan botol penuh cairan warna-warni.

Sosok itu tersenyum ramah. Mendudukan pantatnya di sebuah kursi goyang yang ada di ruangan itu.

"Ada perlu apa sampai kau berkunjung di ruanganku yang kotor ini?" Tanya pemilik ruangan.

"Apa aku perlu alasan untuk menemuimu? Tuan Vernox yang terhormat?" Ujarnya usil membuat kekehan kecil

"Jangan membuatku tertawa,Icarus." Vernox menyalakan tiga buah lilin besar di atas meja kayunya. Membuat suasana gelap dari ruanganya sedikit terpapar cahaya."Ada apa?"

"Aku hanya ingin berkunjung. Itu saja." Icarus menjawab enteng. Menggoyang tubuhnya seirama dengan gerakan kursi yang ia duduki.

"Kau mau minum teh?" Tawar Vernox mencoba ramah.

"Tentu, jika kau tidak keberatan." Dia diam sejenak. "Apa kau sudah mengetahuinya?" Icarus bersuara lagi. Sejenak membuat kegiatan Vernox membuat teh jadi terganggu.

"Apa?"

"Jangan pura-pura tidak tahu, pria tua." Cetus Icarus mengejek. Ia kembali memejamkan kedua matanya tenang."Aku 'membacanya' kemarin. Dan benar memang dia orangnya. Aku tahu kau juga merasakanya."

Kini Vernox benar-benar berhenti dengan kegiatanya. Bukan, bukan karena perkataan Icarus barusan. Tapi memang acara membuat tehnya sudah selesai_-

"Apa kau mengatakan langsung pada orang itu?" Vernox meletakan cangkir berisi teh yang masih mengepul diatas meja.

"Tentu saja tidak." Icarus membuka mata, menegakkan posisi duduknya, pria itu mencoba menatap pada pria tua di hadapanya intens. "Aku tak mau menyalahi takdir. Biarkan ini mengalir seperti seharusnya. Tugas kita hanya mengarahkan juga sedikit membantu jika di perlukan."

"Kau benar Icarus. Kita hanya tinggal menunggu waktu yang tepat untuk menyelesaikan semua." Senyum miring tercetak di wajah mereka masing-masing.

.

.

.

Yoooo saya kembaliiii😅😅

Oke gak ada yg peduli. Jadi akutuh lg gabut buat ngetik. Entah dicerita ini atau yang satunya jadi ya gitu deh. Cuma nyempilin yang udah didraf aja ketimbang busuk. Awokwok

Aaaa see you bye bye

Continue Reading

You'll Also Like

1M 138K 47
"I'm Hanzel Lee Alpha of Dark Moon Pack reject you, Devia Alexander as my mate." Penolakannya terngiang-ngiang di kepalaku. Menghantarkan rasa bahagi...
856K 70.9K 50
Jordan Dandelion seorang Alpha yang memimpin Lightmoon Pack. Ribuan tahun lamanya sendiri tanpa kehadiran Mate. Sampai suatu saat, dirinya mulai ingi...
2.7K 205 20
Tidak pernah terpikir pun oleh ku, nasib malang yang menimpa diri ku. Keluarga ku di kenal dengan keluarga yang kuat, ayah ku seorang mafia terkenal...
135K 6.1K 39
Tamat!! Sebelum baca wajib vote, comen, share, dan fallow Seorang wanita yang lelah akan hidupnya didunia yang kejam pada dirinya, tapi malah dipe...