Tentang Rasa

By LangitBercerita

306K 13K 2K

#Fanfiction Iqbaal dan Sasha pernah saling sayang, kala itu ketika hanya ada mereka berdua. Rasa yang tumbuh... More

1 - Canggung
2 - Mie Instan Di Balik Rindu
3 - Jangan Sedih
4 - Kencan
5 - The Kiss
6 - Terima Kasih Sudah Buat Senang
7 - Jangan ke Jakarta
8 - Girls Day Out.....and A Boy
9 - Kita Ini Apa?
10 - Selesai di Bandung
11 - You Are The Sun
12 - I Am Just Another Girl
13 - Is It Goodbye For Us?
14 - Karena Promo
15 - Cemburu
16 - Berpisah
17 - I Miss You
19 - Putus?
20 - 09.06
21 - Batal
22 - I Will Definitely See You
23 - Sepakat
24 - Sampai Besok
25 - Resepsi
26 - Seberapa Serius
27 - Malam di Kemang
28 - Lany's Concert
29 - The Talk After 1975
30 - I Love You But I'm Letting You Go
31 - Distance
32 - Penawaran Pura-Pura
33 - Santa Monica Date
34 - I Like You So Much
35 - Mau Dibawa Ke Mana
36 - Amin Paling Serius
37 - Me And You Against The World

18 - Video Call

6.8K 304 20
By LangitBercerita

Even ten years from now

If you haven't found somebodyI promise, 

I'll be around

Tell me when you're readyI'm waitin'

When You're Ready - Shawn Mendes

***

Waktu sudah menunjukkan pukul 2 pagi ketika Iqbaal baru saja video call Agy dan Rinrin untuk membahas mengenai album terbaru Svmmerdose yang akan segera mereka keluarkan. Sudah hampir sebulanan ini mereka intens setiap malam video call, ditambah lagi sekarang lagi masa ujian. Kalau bisa kepala Iqbaal sudah meledak karena terlalu penuh dengan banyak hal yang harus dilakukan.

Sebulan ini ia seperti robot, setelah diskusi dengan Agy dan Rinrin, biasanya ia melanjutkan belajar untuk ujian keesokan harinya, lalu tidur sebentar, dan kemudian sahur dengan makanan yang telah ia beli di hari sebelumnya. Baru setelah itu ia lanjut tidur lagi. Lelah banget.

Untungnya besok weekend dan tidak ada ujian sama sekali. Kepalanya hampir saja meledak memikirkan banyak hal. Ia menutup laptopnya, naik ke atas tempat tidur, dan memakai headphonenya. Ia butuh mendengarkan musik supaya lebih santai. Ia memasang playlist di Spotify-nya. Kemudian scrolling Instagramnya, menemukan banyak sekali tag atau mention foto dan video dirinya dan Sasha. Seketika ada perasaan rindu mengalir. Sejak ia tiba di Melbourne sampai saat ini tidak pernah sekalipun mereka berkomunikasi. Tidak sedikit pun. Pernah sih Sasha like foto langit Melbourne di IG Iqbaal, tapi saking bingungnya kenapa tiba-tiba Sasha like fotonya setelah lebih dari setahun tidak melakukannya, bahkan ketika mereka sedang sama-sama promo Dilan 1991 pun tidak, akhirnya ia tidak melakukan apa-apa. Diam bengong menatap satu like yang tidak pernah ia duga akan terjadi lagi.

Tapi hari ini ia kangen sekali, melebihi hari-hari sebelumnya. Ia rindu dengan suara Sasha yang menggemaskan dan mampu membuatnya tersenyum. Ia rindu sekali ketika Sasha ngambek dan wajahnya bertekuk, kecantikannya jadi bertambah berkali-kali lipat.

Iqbaal otomatis memencet nomor telepon Sasha yang sudah ia hapal di luar kepala karena berkali-kali ia berusaha untuk menelepon tapi nyalinya tidak pernah berani. Kali ini di antara kelelahan luar biasa dan rasa rindu yang tidak terbendung lagi, ia membiarkan jarinya menekan nomor Sasha. Di Jakarta sudah jam 2 pagi. Mungkin Sasha juga sudah tidur dan teleponnya tidak akan pernah diangkat.

"Iqbaal?" terdengar suara yang sudah ia hapal setengah mati di kepalanya.

There's no going back, Baal. Katanya pada diri sendiri. Ia duduk di atas tempat tidurnya, "Hai, Sha." Katanya berusaha menyebut dengan nada yang riang.

"Kenapa telepon?" tanya Sasha dengan nada kebingungan. Wajar saja sih, ini sudah jam 11 malam di sana.

"Kamu belum tidur? Video call aja mau nggak?" Yah, siapa tahu mau, kan. Setelah mendengar suara Sasha, kayaknya kurang, deh. Ia ingin melihat wajahnya. Sasha tidak menjawab. Ia tahu Sasha pasti kaget dan bingung tiba-tiba ia menelepon dan minta video call seakan-akan yang kemarin terjadi itu tidak pernah ada, "Kangen nih lihat muka kamu. Video call, ya." Bujuk Iqbaal.

"Ya udah. Aku matiin dulu teleponnya."

Nggak lama kemudian, Iqbaal menelepon kembali Sasha dengan mode video call. Sasha mengangkat teleponnya. Ia tampaknya sedang berada di kamarnya yang lampunya sudah dimatikan, tapi ada lampu kecil di sebelah tempat tidur yang dinyalakan sehingga wajahnya tetap terlihat. Sasha memakai baju piyama berwarna putih dengan motif polkadot berwarna pink. Tanpa make up sama sekali dan perempuan ini tetap secantik bidadari.

"Kamu belum tidur?" tanya Iqbaal sambil merapikan rambut gondrongnya yang kusut karena tiduran di tempat tidur, "Udah tengah malam kan di Jakarta?"

"Mau tidur tapi kamu telepon." Kata Sasha dengan muka kebingungan.

"Jadi aku ganggu, nih?" goda Iqbaal.

Sasha menggeleng kepalanya, "Aku juga belum tidur. Tadi baru pulang main bowling sama teman-teman."

"Teman-teman?" selama setahun terakhir ini Sasha jarang jalan-jalan dengan teman-temannya. Biasanya sebagian besar waktunya dihabiskan dengan kerja, di rumah saja, atau ya sama pacarnya itu. Jarang banget sih kedengeran Sasha ngumpul dengan teman-temannya. Ini sesuatu yang beda.

"Iya, teman-teman. Kenapa?"

"Nggak papa. Tumben. Hehehe." Kemudian tercipta keheningan di antara mereka yang membuat mereka merasa canggung.

Sasha menggigit bibir atasnya sambil ikut tersenyum juga. Damn, this smile can kill me. I miss it so bad!

"Kamu juga tumben telepon," bales Sasha lagi.

"Kan waktu itu ada yang bilang nggak boleh telepon sama chat lagi. Huhu, aku kan anaknya penurut." Iqbaal pura-pura sedih tapi kemudian ia tertawa kecil.

"Terus kenapa sekarang telepon?"

"Kangen." Jawab Iqbaal singkat. Ia bisa melihat pipi Sasha memerah tapi berusaha ia tahan, "Kamu kangen nggak?"

Sasha memutar matanya lucu, "Mau tahu aja, sih. Rahasia."

"Pakai rahasia segala. Gemes tahu. Sayang aku di Melbourne, kalau di Pondok Kopi aku udah langsung samperin kamu sekarang, nih."

Sasha tertawa kecil sambil merapikan rambutnya, "Coba aja kalau berani."

"Waktu itu kamu tumben like IG aku. Kangen, ya? Udah dibolehin sama pacar kamu like IG aku?"

"Ih, GR kamu. Nggak kangen. Lagian pacar yang mana, sih?"

"Ya, pacar kamu." Iqbaal tetap males menyebut namanya.

Sasha mengangkat bahunya sambil senyum jahil.

Iqbaal mengerutkan keningnya, "Kamu masih sama dia, kan?"

"Kenapa emangnya? Ada bedanya emang kalau aku masih sama dia atau nggak?"

Iqbaal terdiam. Oke, berarti memang ada sesuatu yang terjadi dengan Sasha dan pacarnya. Saking sibuknya dengan kegiatan yang padat, Iqbaal tidak menyadari bahwa memang ada keanehan sih. Sasha like foto Iqbaal itu kayak keajaiban dunia karena semua juga tahu pacarnya akan marah kalau Sasha berhubungan apa pun dengan Iqbaal. Lalu kemudian, Sasha jalan-jalan sama teman-temannya tanpa pacar. Ini di luar kebiasaan juga.

"Ya, did I miss something?"

Sasha mengangkat bahunya lagi, "Did you?"

"Aduh, aku udah sebulanan ini ngerjain album Svmmerdose tiap malam, trus seminggu ini ditambah ujian. Jadi aku nggak sering lihat Instagram. Kuper banget aku. Did I miss something?"

"Mungkin ya, mungkin tidak." Dan Sasha tetap tidak mau memberitahunya.

"Gitu ya kamu. Ya udah, I'll find it myself." Iqbaal menarik napas gemes, "Kabar kamu gimana, Ya?"

"Baik banget. Never been this good." Katanya dengan senyum paling lebar, "Melbourne gimana? Cuacanya masih aneh? Suka berubah cepat?"

"Masih, nih. Aku masih adaptasi sama cuaca di sini. Beda banget ya kalau ke sini pas liburan sama buat stay. Untungnya banyak orang Indo di sini jadi nggak berasa kesepian banget."

"Good for you. Puasa kamu lancar?"

"Alhamdullilah lancar. Walau puasa sendirian tuh nggak enak, ya. Hahaha. Kadang-kadang aku kelupaan sahur atau harus makan makanan yang dibeli hari sebelumnya. Kangen masakan Bunda jadinya."

"Kamu nanti pulang pas Lebaran?"

"Iya. Nanti liburan panjang aku pulang. Ada kawinan Teh Ody, Lebaranan, sama nanti ada konser Lany. Kamu datang, Ya?"

"Datang, dong. Nggak sabar banget." Matanya tampak berbinar-binar kalau udah ngomongin Lany.

"Kita ketemu di sana dong."

"Eh iya, kamu nanti opening band-nya, ya. Keren banget Svmmerdose!"

"Svmmerdose atau aku, nih? Hehehe."

"Ya kalian semua lah."

"Tapi paling keren aku, kan. Hahaha."

"GR!" sambil tertawa karena kepedean Iqbaal.

"Tapi serius, kita ketemuan ya nanti di konser Lany. "

"Ya ketemuan lah. Kamu kan manggung, aku di penonton jadi pasti ketemu. Hehehe."

Iqbaal tertawa tahu bahwa Sasha pasti paham maksudnya cuma berusaha untuk mengalihkannya saja.

"Baal, Kak Sissy udah manggil, nih. Aku ke bawah dulu ya buat sahur."

"Eh di sana udah mau sahur, ya? Oke." Sebelum mematikan teleponnya Iqbaal langsung mengatakan, "Aku boleh chat sama telepon kamu lagi, kan?"

"Tergantung."

"Tergantung apa?"

"Tergantung sogokannya. Hahaha. Udah ya, bye Baal."

Tidak lama kemudian mereka mematikan teleponnya. Iqbaal yakin ada sesuatu yang aneh antara Sasha dan pacarnya. Jawaban menggantung tadi, sikap Sasha yang jauh lebih ramah, itu tidak pernah terjadi sebelumnya. Biasanya Sasha selalu menghindar atau berusaha menjaga jarak dengannya. Tapi tadi dia tidak Nampak seperti itu. Mungkin kah kalau Sasha dan pacarnya sedang tidak baik-baik saja atau malah sudah putus?

Iqbaal segera membuka whatsapp-nya dan chat Rinrin, yang meski sedang tidur tapi sebentar lagi juga akan dibacanya, "Rin, tolongin gue. Cari tahu dong Sasha udah putus sama pacarnya belum? Segera, ya. Thanks, bro!"

Could it be the day that he's been waiting for?

***

Continue Reading

You'll Also Like

42.5K 2.4K 23
Jarang tersenyum, sedikit berbicara. seakan Ia hanya menggunakan tatapan matanya sebagai sarana untuk menyampaikan semuanya. namun terkadang melempar...
96.1K 9.8K 30
" Pada akhirnya akan selalu ada hal baik yang menerpa kita setiap harinya, biarlah takdir yang mengubah dan biarkan waktu yang menentukan , jangan ka...
187K 17.4K 30
"I think ... I like you." - Kathrina. "You make me hate you the most." - Gita. Pernahkah kalian membayangkan kehidupan kalian yang mulanya sederhana...
59.9K 5.5K 69
Kisah fiksi mengenai kehidupan pernikahan seorang Mayor Teddy, Abdi Negara. Yang menikahi seseorang demi memenuhi keinginan keluarganya dan meneruska...