Meaning Of Love

By elysianauthor_

45.6K 6.6K 1.9K

Sooji Melihat orang yang kucintai tersenyum, walau hatiku hancur. Itulah arti cinta bagiku.. Myungsoo Melaku... More

Part 1
Part 2
Part 3
Part 4
Part 6
Part 7
Part 8
Part 9
M.E.E.T.U.P.W.I.T.H.C.A.S.T
Part 10
Part 11
Part 12
Part 13
Part 14
Part 15
Part 16
Part 17
Part 18
Part 19
Part 20
Part 21
Part 22
Part 23
Part 24
Part 25
Part 26
Part 27
Part 28
Part 29
Part 30
Part 31
Part 32
Part 33
Part 34
Part 35
Part 36
Part 37
Part 38
Part 39
Part 40
Part 41
Part 42
Part 43
Part 44
Part 45
Part 46
Part 47
Part 48
Part 49
Part 50
Part 51
Part 52

Part 5

945 137 5
By elysianauthor_

Happy Reading.. 🎉🎉🎉

“Sooji.. bagaimana menurutmu tentang bunga tulip warna ungu? Tidakkah akan menambah aura menenangkan bagi para tamu saat ada di meja makan? Kupikir Ny. Jeong akan suka. Yang kudengar dia penyuka warna ungu.”
Sooji bergeming.

“Sooji?” Tetap tak ada respon. “Hei..”

“Oh.. uh? Apa? Ada apa?”

“Apa yang terjadi? Kau baik-baik saja? Kau melamun sejak tiba. Apa terjadi sesuatu dirumah?”

“Ohh tidak Oppa. Hanya ada sedikit hal yang kupikirkan. Bukan apa-apa. Lupakan saja.”

“Kau selalu bisa berbagi tentang apapun padaku Sooji. Kau tau itu.”

Sooji hanya tersenyum menanggapinya. Dia menatap pria yang ada di hadapannya ini dalam diam. Pria ini adalah salah satu sahabat terbaiknya. Usianya yang beberapa tahun lebih tua darinya membuat Sooji merasa memiliki seorang kakak laki-laki yang tak pernah dia miliki.

Lee Junho.
Seniornya saat sekolah dulu. Mereka sudah lama saling mengenal. Bahkan bisa dibilang, Junho adalah satu-satunya orang di luar keluarganya yang tahu dengan pasti tentang kondisi kesehatannya dan juga kakaknya, Bae Soomi.

"Apa ibumu marah-marah lagi?" Junho pantang menyerah mengorek informasi dari Sooji.

Sooji terkekeh. "Apa itu hal yang baru untukmu?

Sooji berdiri dari tempat duduknya. Beranjak ke pantry yang berada di pojok ruangan yang sama dan menyeduh secangkir teh hangat untuk Junho serta membuat segelas coklat panas untuk dirinya sendiri.

Cuaca di Seoul sedang tak menentu. Pagi hari langit sangat cerah, tapi bisa saja hujan deras turun di siang hari. Seperti hari ini. Saat berangkat dari rumah langit begitu bersih dan membuat Sooji merasa bersemangat, tapi siapa yang bisa menduga jika setelah makan siang dia merasa kedinginan seperti sekarang sehingga mengharuskannya menghangatkan diri dengan minuman favoritnya.

Sepertinya memang sedang ada yang mengganggu pikirannya, batin Junho saat melihat Sooji kembali termenung menatap derasnya hujan lewat jendela sambil menunggu air yang dimasaknya mendidih.

"Katakan saja jika kau ingin aku yang membuat minumannya. Jangan memberiku kode seperti ini. Kau tau aku bukan orang yang cukup peka dengan hal semacam ini." Junho mengambil alih sendok dari Sooji dan melanjutkan kegiatan gadis itu membuat teh dan coklat panas.

"Oh uh Oppa.. maaf. Aku melamun. Biar aku saja. Berikan padaku."

"Sudah.. duduklah." Perintah Junho yang sayangnya tak dihiraukan Sooji. Dia tetap berdiri di pantry sambil memperhatikan Junho yang melanjutkan kegiatan yang seharusnya dia lakukan.

"Oppa.. apa kau percaya pada cinta pada pandangan pertama?" Sooji tiba-tiba bertanya.

Gerakan tangan Junho yang sedang mengaduk teh sontak terhenti. Dia menoleh dan menatap Sooji. Sementara gadis yang ditatapnya malah fokus melihat ke arah meja pantry.

"Siapa dia?" Bukannya menjawab, Junho malah balik bertanya.

"Apanya yang siapa?"

"Pria sial itu. Siapa pria yang sial itu yang akhirnya berhasil tertarik padamu?"

"Oppa!" Sooji merajuk. Dia mengambil gelas yang berisi coklat panasnya dan menyamankan dirinya di bean bag sofa bermotif floral berwarna pink dan putih. Bibirnya mengerucut sebal pada Junho.

Junho yang melihatnya hanya tertawa. Gadis berusia 25 tahun itu masih terlihat seperti anak kecil jika sedang merajuk seperti ini. "Kenapa kau tiba-tiba bertanya seperti itu? Kau benar-benar sedang jatuh cinta?"

"Hmm.. kurasa begitu. Aku sangat tertarik padanya sejak pertemuan pertama kami hari ini. Dia sangat misterius tapi jelas di saat yang sama. Dia juga terlihat sangat dingin tapi juga terlihat sangat hangat di waktu yang bersamaan."

Junho terdiam mendengar ucapan Sooji. Ditatapnya mata gadis itu. Mata yang selalu saja bersinar setiap kali bercerita tentang sesuatu hal yang membuatnya tertarik. Seperti saat ini.
"Jadi kau datang terlambat hari ini karena pergi berkencan?"

"Hah? Aku tidak berkencan Oppa. Aku pergi makan siang dengan Woohyun Oppa kau tau itu."

"Lalu dimana kalian bertemu? Kau bilang kau bertemu dengannya hari ini."

"Kami bertemu saat makan siang. Kami makan siang bersama tadi. Woohyun Oppa mengenalnya."

"Apa yang membuatmu tertarik padanya?"

"Entahlah"

"Apa dia tampan?"

"Tidak."

"Apa dia tinggi?"

"Tidak."

"Apa dia kaya?"

Sooji tertawa. "Hmm entahlah.. mungkin saja. Orangtuanya cukup terpandang."

"Apa dia baik padamu?"

"Sama sekali tidak. Dia mengacuhkanku. Dia seperti tidak tertarik padaku. Dia sibuk dengan makanannya sendiri selama kami makan siang. Dia bahkan hanya menatapku sekali saat kami berkenalan."

"Astaga Sooji! Apa kau waras? Kau suka pada pria seperti itu? Kau hanya suka pria itu karena dia kaya? Pria itu bahkan tidak lebih baik dari aku. Aku akan menyelamatkanmu dari cinta pertama yang mengenaskan. Jatuh cinta saja padaku."

Sooji tiba-tiba tertawa terbahak-bahak mendengar omelan Junho yang bersungut-sungut. Setelah tawanya reda, dia menghirup coklat panasnya sembari bangkit menuju meja kerjanya. Mengabaikan Junho yang menatapnya horor seakan Sooji sudah tak waras.

Sooji kembali membuka laptopnya untuk mengecek perkembangan terakhir persiapan pernikahan putri Ny. Jeong yang akan dilaksanakan minggu depan. "Ah oppa.. tadi kau bertanya tentang bunga tulip ungu untuk hiasan meja para tamu bukan? Kupikir kita sudah sepakat dengan Na Ri tentang itu. Dia ingin tulip putih untuk hiasan meja para tamu. Lagipula yang akan menikah Na Ri bukan ibunya. Jangan mengatur semua hal sesuai keinginan Ny. Jeong. Dan oh.. Oppa.. jangan lupa besok kau harus menemani mempelai pria dan para pria dari keluarga dua mempelai itu untuk pengepasan baju terakhir."

Setelahnya, Sooji segera tenggelam dalam kesibukannya di depan laptop. Junho tak mampu berkata-kata lagi. Menghadapi gadis itu. Mood nya bisa berubah secepat itu seolah ada tombol on-off yang mengaturnya.

Baru saja dia termenung seolah sedang memikirkan masalah besar, sejurus kemudian dia terlihat antusias becerita dan lihatlah sekarang, gadis itu sudah kembali fokus dalam pekerjaannya.

Tapi apa benar dia sedang jatuh cinta? Siapa pria itu? Siapa dia?
Pikiran itu seolah tak mau pergi dari pikiran Junho. Mendadak saja Junho merasa gelisah. Ya. Sudah lama dia memendam rasa pada Sooji. Rasa yang tak akan pernah berani dia ungkapkan. Karena baginya rasa yang dia miliki tak lebih berharga dari senyuman gadis itu, yang dia pastikan pasti akan langsung lenyap begitu Junho mengakui perasaannya.

Sooji tak pernah memandangnya lebih dari seorang sahabat.

****

"Apa yang kau lakukan disini hmm?"

"Hujan."

"Ya.. aneh sekali bukan? Kenapa tiba-tiba saja turun hujan sederas ini."

Percakapan Myungsoo dan Sarang terhenti. Mereka berdua terdiam dengan pikiran mereka masing-masing saat menikmati alunan suara indah yang dihasilkan guyuran hujan yang berpadu dengan benda apapun yang dihempasnya. Mereka saat ini sedang berada di gazebo diatas kolam ikan di halaman belakang rumah keluarga Kim.

"Kata orang jika hujan deras turun tiba-tiba itu pertanda baik. Kau akan mendapat keberuntungan."

Myungsoo dan Sarang menoleh dan mendapati Tn. Kim berjalan ke arah gazebo.

"Kakek.. kenapa kesini? Udaranya dingin."

"Sarang, ibumu mencarimu. Dia butuh bantuanmu memilih baju untuk acara amal lusa. Dia tidak percaya diri dengan warna-warna bajunya." Alih-alih menjawab pertanyaan Myungsoo, Tn. Kim malah bicara pada Sarang.

"Ibu benar-benar butuh belanja." Sarang mengucapkannya sambil berlalu masuk ke dalam rumah tanpa emosi sama sekali. Datar.

"Astaga.. anak itu. Sampai kapan akan jadi seperti mayat hidup begitu." Myungsoo seakan pasrah melihat kondisi Sarang yang masih saja terlihat murung. "Apa yang harus kita lakukan padanya kakek?"

"Bukankah sudah kukatakan, kita akan segera dapat keberuntungan. Dan itu juga pasti termasuk tentang Sarang di dalamnya. Jadi tunggu dan lihat saja. Tangan Tuhan akan segera bekerja setelah ini."

Myungsoo terdiam mendengar ucapan kakeknya. Kakeknya memang orang yang sangat bijak. Semua kata-katanya seolah selalu punya pesan dibaliknya meski yang diucapkan adalah sebuah candaan.

"Bagaimana dengan Sooji?"

"Sooji?"

"Ya.. Sooji. Menurutmu bagaimana?"

"Bagaimana apanya? Aku tidak mengerti maksud kakek."

"Dia cantik bukan? Dia juga periang. Sangat bersemangat. Dia mengingatkanku pada Sarang dulu. Sebelum Sarang jadi seperti ini."

Sontak saja ingatan Myungsoo kembali pada acara makan siang tadi. Bagaimana acara makan siang kali ini terasa sangat berbeda. Biasanya suasana saat makan akan terasa sangat tenang. Tapi hari ini berbeda.

Bae Sooji.
Gadis yang diakui sebagai adik sepupu oleh Woohyun itu telah mengubah suasana di meja makan keluarga Kim. Myungsoo belum lupa bagaimana awalnya gadis itu juga terlihat canggung. Karena sepertinya dia tidak menyangka akan diajak makan siang bersama keluarga Kim. Tapi hal itu tak berlangsung lama. Segera, Sooji mampu beradaptasi dan berbaur dengan keluarganya.

Dia terlihat sangat cerdas. Dia mengetahui dunia fashion dan up to date dengan perkembangan berita entertain. Sangat wajar bagi seorang wanita. Myungsoo yakin gadis itu akan segera cocok dan akrab dengan kakak iparnya. Tapi dia juga mampu memukau kakeknya --yang notabene seorang pebisnis senior-- dengan pendapatnya tentang bisnis. Padahal menurut ucapannya tadi siang, dia tidak bekerja di perusahaan ayahnya, tapi bagaimana bisa dia paham tentang dunia bisnis. Bukan wanita biasa, wajar saja jika kakek tertarik padanya, batin Myungsoo.

"Bagaimana menurutmu tentang kerja sama dengan Bae Industries?"

"Apa kakek yakin?" Myungsoo cukup terkejut. Pasalnya, kakeknya tak pernah bertindak impulsif seperti ini. Bagaimana tidak, kakeknya tak pernah menyebut ingin bekerja sama dengan perusahaan itu, dan tiba-tiba saja memikirkan hal itu hanya karena bertemu dengan putri pemilik Bae Industries.

"Kenapa tidak? Kau tidak percaya padaku heh kali ini?" Tn Kim tertawa merasakan keraguan cucunya.

"Bukan begitu kek.. aku hanya.."

"Bae Industries. Perusahaan yang cukup stabil." Tn. Kim memotong ucapan Myungsoo. "Meski tidak sebesar perusahaan kita, tapi perusahaan itu berkembang dengan sangat cepat. Bahkan mereka telah melebarkan sayap dengan membuka beberapa anak perusahaan di Swedia. Bukan tujuan utama ekspansi para pebisnis memang, tapi sepertinya Tuan Bae memiliki pandangan yang menarik tentang bisnis. Membuatku tertarik ingin bekerja sama."

Myungsoo terdiam. Bukannya dia tidak tahu tentang Bae Industries. Dia sering mendengar koleganya menyebut-nyebut Bae Industries, hanya saja jenis usaha yang berbeda antara perusahannya dan Bae Industries membuatnya tak terlalu mencari tahu tentang profil perusahaannya itu.

"Cari tahu apa yang dibutuhkan Bae Industries. Mungkin saja kita bisa memenuhinya. Aku benar-benar ingin bekerja sama dengan perusahaan itu."

Ini aneh. "Boleh kutahu kenapa kakek tiba-tiba membicarakan ini denganku? Apa karena tertarik dengan gadis itu?" Myungsoo menyuarakan pikirannya.

"Ah kau ini. Kakek saja yang sudah setua ini sangat tertarik pada Sooji. Masa kau yang masih muda dan tampan tidak tertarik padanya? Jangan hanya bekerja, pergilah berkencan." Tn. Kim berdiri dari duduknya dan berjalan ke arah rumah. Hanya beberapa langkah kemudian dia berhenti dan menoleh pada Myungsoo yang masih terdiam melihat kepergian kakeknya, "atau mungkin kau bisa mengajak Sooji berkencan."

Kakekku mulai tidak waras sepertinya.

Continue..

Continue Reading

You'll Also Like

63.8K 6.5K 20
Romance story🤍 Ada moment ada cerita GxG
425K 4.5K 85
•Berisi kumpulan cerita delapan belas coret dengan berbagai genre •woozi Harem •mostly soonhoon •open request High Rank 🏅: •1#hoshiseventeen_8/7/2...
40.9K 5.7K 35
Cerita tentang perjodohan konyol antara christian dan chika. mereka saling mengenal tapi tidak akrab, bahkan mereka tidak saling sapa, jangankan sali...
70K 7.2K 23
Brothership Not BL! Mark Lee, Laki-laki korporat berumur 26 tahun belum menikah trus di tuntut sempurna oleh orang tuanya. Tapi ia tidak pernah diper...