[✓] my id is gangnam beauty |...

Galing kay jaeminuman

953K 156K 26.1K

❝ᴍᴀᴀꜰ, jaemin! aku benar-benar tidak bisa bersamamu!❞ ❝eh? maksud kakak?❞ ❝kau... terlalu jelek.❞ ➠remake web... Higit pa

Prolog
1. Mulai Hari Ini Cantik
2. Cantik dari Dulu
3. Kesalahan
4. Ups Aku Salah
5. Teman
6. Mengapa Seperti Ini
7. Tugas Kelompok
8. Tanpa Sengaja Salah Paham
9. Reuni
10. Kemarahan pada Pertanyaan
11. Berlutut
12. Padahal Tidak Tahu
13. Wanita Setengah Baya
14. Hati-hati dengan Eksperimen
15. Lagi-lagi. Pertemuan Kembali
16. MT
17. MT (2)
18. Karena Ingin Bertemu
20. Komite Siswa
21. Ingatan Singkat
22. Cantik Jika Diet
23. Kehilangan
24. Berdandanlah yang Cantik
25. Bagaimana Ini?
26. Bunga
27. Festival - Melelahkan
28. Festival - Sebelum Ledakan
29. Festival - Ledakan!
30. Tiga Jenis Perasaan (Season 1 Tamat)
31. Mulai Kembali
32. Jebur
33. Kencan
34. Cowok Ini, Cowok Itu
35. Dag Dig Dug - Beda Maksud
36. Dag Dig Dug - Rute Kencan yang Klise
37. Dag Dig Dug - Aku dan Senior Itu
38. Dag Dig Dug - Dekat
39. Pertanda Mencurigakan
40. Menyukai Jeno?
41. Aku Suka Jeno
42. Bermain Tarik Ulur
43. Hari Ini Ada yang Ingin Kukatakan
44. Hari Ini Ada yang Ingin Kukatakan (2)
45. Pernyataan Cinta Pertama
46. 'Alasan Membencimu'
47. Bagiku Kak Senior Itu..
48. Benar-benar Tidak Tahan
49. Penyamaran
50. Saling Berhadapan
51. Pernyataan Cinta Kesepuluh
52. Harus Bagaimana?
53. Pertama Kali
54. Impulsif
55. Kepikiran
56. Renjun
57. Renjun (2)
58. Semakin Menjadi
59. Maksudnya Kau Mengajak?
60. Sumbu
60. Tidak Waras
61. Jangan Ikut Campur!
62. Aku Sangat Membencimu
63. Tidur Saja di Sini
64. Hentikan
65. Runtuh
66. Lebih Baik
67. Dua Orang, Dua Tangan
68. Sekali Lagi
69. Jaemin
70. Sekarang
71. Indah (Episode Terakhir)
(+) Tipe Ideal
(+) Harus Berciuman
(+) Cium
Spin-off #1
Spin-off #2
Spin-off #3
Spin-off #4
Spin-off #5
Spin-off #6
Spin-off #7

19. Perubahan Hubungan

13.7K 2.1K 513
Galing kay jaeminuman

"Aku tidak tahu jika kau masuk jurusan kimia." Yoona menunduk sedih saat putranya tidak memberikan respon, "Kau sudah besar. Walau begitu, wajahmu masih sama seperti saat masih kecil, maka dari itu aku langsung mengenalimu."

Jeno menatap ibunya tajam sedangkan Jaemin merasa bahwa ia seharusnya tidak berada di sana. Lelaki manis itu mengarahkan pandangannya ke arah pasangan ibu dan anak itu. Ia langsung dapat menyadari kemiripan di antara keduanya. Yoona cantik, tentu saja menghasilkan anak yang tampan seperti Jeno.

"Sungkyung sekarang sudah duduk di bangku sekolah menengah atas. Aku menemukan facebook-nya dan kadang-kadang aku melihat bahwa sepertinya ia memiliki kekasih. Bagaimana denganmu? Kau tidak memiliki kekasih?" Yoona mencoba mengakrabkan diri dengan putranya.

"Kau tidak menyuruh orang berbohong untuk memanggilku hanya untuk membicarakan hal-hal kecil seperti ini, bukan?"

"Iya, bukan." jawab Yoona tanpa menatap Jeno. Jaemin di sebelahnya tampak terkejut mendengar betapa tajamnya perkataan Jeno pada ibunya sendiri.

"Aku benar-benar meminta maaf pada kalian. Setelah kalian berkata tak ingin menemuiku lagi, aku tidak bisa datang untuk meluruskan kesalah pahaman karena takut mendapat penolakan lagi."

"Kesalah pahaman?"

"Iya, kesalah pahaman."

"Salah paham katamu?" tanya Jeno sekali lagi. "Walaupun ada kesalah pahaman, aku tidak memiliki kewajiban untuk mengerti tentang kejadian waktu itu."

Yoona terdiam dan Jeno kembali menyerangnya dengan kata-kata pedas, "Mengapa baru sekarang kau datang untuk melakukan pembelaan? Dengan hak apa? Bukankah kau hidup bahagia dengan wajah itu? Atau, sekarang wajah itu sudah tidak berguna?"

Jaemin memasang wajah khawatir dan Yoona menatap Jeno tanpa berkedip dengan tangan yang mengepal di atas meja.

"Keparat. Persis dengan ayahnya." Wanita cantik itu bangkit dari kursinya dengan sebelah tangan yang menutup mulutnya, "Membuatku ingin muntah."

Jaemin langsung merasa panik saat Yoona meninggalkannya berdua dengan Jeno, "Itu... Jadi, aku hanya... Maaf."

Lelaki tampan itu melirik Jaemin dengan tatapan seolah ingin menghabisinya saat itu juga, "Kau, ikut aku keluar."

Jaemin membuka mulutnya kemudian mengatupkannya lagi saat Jeno menuangkan botol soju keduanya ke dalam gelas.

"Tidak minum?" tanya Jeno.

"Aku tidak terlalu suka." jawab Jaemin. Ia merubah pikirannya saat Jeno kembali menatapnya tajam, "Iya, aku minum!"

"Tolong empat botol lagi." ujar Jeno pada waitress.

"Empat? Kau ingin minum sebanyak itu?"

"Kenapa? Kau juga ikut minum, bukan?"

"Tapi... Maaf jika aku memanggilmu tanpa bicara apa pun. Semua minuman biar aku yang bayar, tetapi... sebenarnya aku sedang diet jadi alkohol itu agak..."

"Diet?" sela Jeno. "Kau masih belum puas juga?"

Jaemin menatap Jeno terkejut dan Jeno entah mengapa kembali mengingat perkataan Jaemin pada waktu itu.

"Kau tidak tahu apa-apa! Kau tidak pernah merasa putus asa karena selalu bertanya-tanya apakah dirimu bisa dicintai, bukan?!"

Keadaan begitu hening saat itu. Jaemin hanya menunduk sedangkan Jeno melirik ke arah lain karena merasa bersalah.

"Sudahlah. Sesuai perkataanmu, aku memang tidak tahu apa-apa."

Jaemin mengangkat kepalanya, "Kau sama sekali tidak mabuk?"

"Mabuk. Hanya saja tidak terlihat."

Setelahnya, keadaan kembali seperti semula. Hening. Jeno menatap Jaemin yang tampak takut.

"Ada apa?" tanya Jaemin karena Jeno tidak mengalihkan pandangannya sedikit pun.

"Kau sudah ingin melakukan operasi sejak duduk di bangku sekolah menengah pertama?"

"Iya." jawab Jaemin setelah sebelumnya mengalihkan pandangan ke arah lain.

"Mengapa kau memberikan ekspresi seolah kau yang salah? Yang waktu itu berbicara seenaknya adalah aku dan kau adalah korban. Mengapa wajahmu seperti itu? Mengapa kau selalu melarikan diri padahal kau tidak memiliki kesalahan dan selalu meminta maaf padahal itu bukan kesalahanmu?"

"Aku begitu..."

"Mengapa selalu gugup saat berbicara?" sela Jeno.

"Itu karena tegang!"

"Mengapa tegang?"

"Takut..."

Jeno terdiam sejenak sebelum bertanya lagi, "Katakan. Mengapa kau takut?"

Jaemin tampak memikirkan jawaban yang tepat untuk semua pertanyaan itu.

"Katakan semuanya." desak Jeno.

"Pertama, aku takut karena kau seperti berandal." jawab Jaemin sambil memainkan jarinya di bawah meja.

"Apa?"

"Bukan! Karena imejmu! Sifatmu juga dingin. Cara bicaramu juga. Seperti anak laki-laki berandal yang dulu aku takuti. Maaf!"

"Aku sudah mengatakan jangan minta maaf hanya karena hal-hal kecil. Lalu?" Jeno menyuruh Jaemin melanjutkan ucapannya. Lelaki manis itu terdiam selama beberapa detik sebelum mengatakan apa yang sebenarnya ingin ia katakan pada Jeno.

"Kau selalu menarikku seenaknya, menakutkan, membuatku tertekan, tidak memikirkan kondisiku, mengeluarkan kata-kata yang menyakitkan, semaumu sendiri tanpa memikirkan pendapatku. Yang seperti itu menakutkan." Jaemin meremas tangannya di bawah meja sembari agak menunduk ketika mengatakan itu.

Jeno tidak merespon. Hal itu membuat Jaemin melirik ke atas untuk melihat ekspresi lelaki tampan itu, "Walaupun seperti itu, aku bukannya menuntutmu."

"Tidak akan kulakukan lagi."

"Apa?" tanya Jaemin untuk memastikan pendengarannya.

"Kubilang tidak akan kulakukan lagi, semua itu."

"Mengapa?"

"Kau bilang mengapa? Tadi kau berkata bahwa kau takut."

"Ah, itu. Iya, tetapi—"

"Aku tidak akan melakukan hal yang tidak kau suka. Memangnya itu mengejutkan?"

Jaemin memainkan ibu jarinya di bawah meja, "Terima kasih."

"Kau tidak perlu berterima kasih hanya karena ini."

Dan kata-kata itu membuat Jaemin sadar bahwa Jeno sedang merasa bersalah padanya.

Setelah percakapan mereka yang cukup serius itu, Jeno kembali menenggak minumannya.

"Bagaimana kau mengenaliku?" tanya Jaemin.

"Apa?"

"Waktu itu sudah sangat lama dan dulu kita tidak dekat juga tidak banyak berbincang. Lalu, wajahku berubah sekali. Padahal aku sama sekali tidak mengenalimu." Jaemin menunduk sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Dulu kau merupakan anak yang cukup berkesan bagiku."

"Kenapa?!" Jaemin berdoa dalam hati agar Jeno tidak mengatakan dirinya cukup berkesan karena ia sangat jelek.

"Kau yang menemukannya. Barbary Budy."

"Aku tidak tahu apakah boleh menanyakan ini, tetapi apa kau mencarinya karena bu direktur?" tanya Jaemin hati-hati. Ia cukup terkejut saat Jeno meletakkan gelasnya di meja.

"Iya. Kenapa?"

"Seperti itu ya?" Jaemin mengelus tengkuknya, "Mungkin kau tidak tahu. Berkatmu, aku jadi menyukai Barbary Budy sampai aku berpikir bahwa aku harus menggunakannya ketika aku dewasa. Saat pertama kali bertemu bu direktur, aku berpikir beliau sangat berkharisma. Secara penampilan, beliau sangat cantik. Sifatnya juga sangat berkarakter, tetapi jika dipikir, sekarang sepertinya aku berpikir seperti itu karena aroma bu direktur. Saat itu beliau menggunakan Barbary Budy."

Jeno mendengarkan perkataan Jaemin.

"Jadi, maksudku adalah— mungkin aku tidak pantas mengatakannya, tetapi jika hanya sebatas berbicara dengan bu direktur, mungkin kau bisa melakukannya."

Rahang Jeno tampak mengeras, "Aku— hanya dengan mencium bau parfumnya saja sudah mual."

Jaemin merasa takut saat melihat perubahan ekspresi Jeno yang menurutnya menyeramkan.

"Penampilan, memang wajahnya cantik. Ingatan tentang orang itu sebenarnya tidak banyak yang terbayang, tetapi ingatan tentang dirinya yang duduk sambil menatap cermin terbayang dengan sangat jelas. Orang gila. Parfum dan wajahnya, hanya dua hal itu yang terbayang dalam ingatanku. Dia yang tenggelam dalam parfum. Jika teringat aroma parfun yang setiap hari digunakannya, rasanya kepalaku seperti kotor ternodai oleh parfum." Jeno menjeda kalimatnya, "Lalu, dia yang terus menatap cermin kemudian memukulinya, tidak bisa menerima dirinya yang tidak cantik, seperti orang sakit jiwa. Entah sejak kapan dia tidak lagi berbicara dengan ayah, juga denganku dan adikku. Lalu, dia langsung keluar dari rumah dan tidak kembali sama sekali. Padahal sebelumnya dia bukan orang yang seperti itu. Aku benar-benar tidak mengerti, tetapi saat melihatnya bersama laki-laki lain, aku langsung mengerti."

Jaemin terdiam menyimak curahan hati anak paling dingin sekampus itu.

"Lalu dia benar-benar meninggalkan kami. Walaupun orang itu sudah tidak ada, bau parfum sial itu tidak pernah hilang dari penciumanku. Di saat sedang beraktivitas seperti biasa pun, bau itu tiba-tiba tercium padahal aku tidak menginginkannya, tetapi kadang-kadang muncul, membuatku kesal. Karena itu aku memintamu untuk mencarinya. Jika aku tahu, setidaknya aku bisa memberikan nama pada perasaan tidak tenang karena tidak tahu namanya."

"Kau mabuk hingga bisa bercerita seperti ini?" tanya Jaemin hati-hati.

"Iya. Sepertinya aku mabuk."

🦄

Jaemin izin untuk pergi ke toilet. Ia terus memikirkan perkataan Jeno sambil mengelap tangannya yang habis dicuci.

"Padahal direktur tidak terlihat seperti orang yang dikatakan Jeno." gumam Jaemin sebelum berjalan keluar toilet.

Di luar, ia tidak dapat menemukan Jeno di tempat duduk mereka tadi. Seorang waitress menghampirinya untuk memberi tahu jika Jeno sudah membayar semua pesanannya dan langsung pergi.

"Apa?!" Jaemin bergegas keluar untuk menyusul Jeno. Lelaki tampan itu ternyata belum jauh dari sana.

"Jeno! Tunggu! Berhenti! Ada apa denganmu?!"

Jeno hanya menoleh sekilas.

"Padahal aku yang hendak membayar." Jaemin mencoba mengatur nafasnya sehabis berlari.

"Mobil." ujar Jeno singkat.

"Apa?"

Belum sempat Jaemin menyadari maksud perkataan Jeno, lelaki itu sudah menarik tangannya hingga posisi mereka sangat dekat. Sebuah mobil melintas di belakang Jaemin seolah menjadi background kemesraan mereka berdua saat itu.

"Ada mobil." Jeno melepaskan tangan Jaemin setelah mobil itu berlalu.

"Te, terima kasih."

"Jika seperti tadi, boleh kutarik?"

"Apa?! Oh, iya!"

"Baiklah." Jeno berbalik hendak pergi.

"Bukan! Kubilang berhenti sebentar!"

Jeno menuruti perkataan Jaemin.

"Aku hanya ingin menraktir karena merasa bersalah. Nanti akan kutraktir!"

"Kau."

"Apa?"

"Jadi kau dalam hati memberikan nilai pada setiap orang yang kau lihat?"

Jaemin terdiam.

"Jika seperti itu, dalam penilaianmu sendiri, kau seberapa?"

"Aku... 8 mungkin?"

"8 dari 10?"

"Bukan! Tentu saja dari 100!"

"Kalau begitu, siapakah yang mendapat nilai 100?"

"Belum lama ini, Renjun dan bu direktur."

Jeno menghela nafasnya, "Apa kau tidak lelah hidup seperti itu?"

"Aku juga melakukan ini bukan karena ingin. Aku selalu mendengar kata jelek untuk seluruh bagian wajahku. Jika ada orang yang berkata bahwa mataku jelek, aku jadi memperhatikan mata orang lain dan membandingkannya denganku. Jika ada yang berkata hidungku jelek, aku jadi memperhatikan hidung orang lain. Mungkin karena terus seperti itu aku jadi memiliki kebiasaan memperhatikan wajah orang lain."

Jaemin menatap sepatunya, "Tetapi, tentu aku harus memperbaikinya. Jika orang lain sampai tahu, pasti mereka tidak akan suka."

"Yang seperti itu akan menghancurkan dirimu terlebih dahulu."

Wajah Jaemin memerah sehingga ia menyembunyikannya agar tidak terlihat oleh Jeno.

"Jika seperti itu terus, kau akan terus bersedih, tidak peduli bagaimana pun wajahmu."

Tepat saat itu, bus yang ditunggu Jeno datang.

"Hati-hati di jalan!"

Jeno menatap Jaemin sebelum masuk ke dalam bus. Dan setelah bus itu melaju, Jaemin kembali sendiri. Wajahnya memerah membayangkan itu adalah pertama kalinya ia benar-benar berbincang dengan Jeno.

🦄

Esok paginya, Jaemin bertemu Dahyun di gerbang kampus dan mereka memutuskan untuk berjalan bersama ke dalam gedung. Dahyun sedang menelepon seseorang sehingga Jaemin memilih untuk mengecek ponselnya.

senior lee minhyung
Jaemin, kau tidak ada jam kosong ya? Bisa bertemu hari ini?

Jaemin benar-benar tidak tahu harus bagaimana.

"Iya, datanglah saat akhir pekan! Aku sudah bersih-bersih karena kau mau datang. Jaraknya hanya satu stasiun dari kampus. Tidak perlu membawa apa pun. Iya. Love you."

"Kekasihmu?" tanya Jaemin setelah Dahyun selesai menelepon.

"Iya! Kekasihku ada di Busan. Ia bilang hari Minggu ingin ke sini. Sejak masuk kuliah kami belum bertemu. Aku rindu." ujar Dahyun penuh semangat yang mana membuat Jaemin tersenyum karena ia berpikir bahwa Dahyun sangat manis saat bersemangat.

"Dahyun, kau pernah memiliki kekasih berapa kali?"

"Kekasih?" Dahyun tampak berpikir, "Jika dihitung dari sekolah dasar, 15 kali."

"Berbeda sekali denganku!" ujar Jaemin terkejut.

"Banyak ya? Mengapa kau bertanya seperti itu?"

"Sebenarnya, aku kurang berpengalaman. Jadi, ada yang ingin kutanyakan."

Dan setelah itu, Jaemin mulai menanyakan apa yang selama ini membuatnya bingung.

"Suka karena cantik itu aneh? Mengapa seperti itu?" Dahyun malah balik bertanya.

"Mana mungkin ada orang suka padaku karena aku cantik?!"

"Kenapa? Jaemin memang cantik. Mungkin seleranya memang yang seperti Jaemin."

"Seperti itu ya? Walau ia adalah orang yang seleranya sangat aneh sekali pun, jika suka karena wajah, aku agak..." Jaemin memikirkan kata-kata yang tepat, "Ia tidak mendekatiku seenaknya tanpa memikirkan pendapatku. Sepertinya orangnya baik, tetapi di bagian itu aku agak kepikiran."

"Tetapi, memang benar jika kita bisa menyukai orang jika wajahnya tampan, bukan? Daripada orang biasa, aku juga lebih suka yang tampan."

Jaemin tersenyum. Dalam hatinya berpikir bahwa orang yang tampan itu biasanya lebih menakutkan.

"Pasti orang itu bukan menyukaimu hanya karena wajah. Bagaimana jika kau menilainya setelah bertemu beberapa kali? Bisa jadi ia lebih baik daripada kelihatannya."

Setelah mendengar perkataan Dahyun, Jaemin kembali membuka chat dari Minhyung.

🦄

Baru saja masuk ke dalam gedung kampus, Jaemin sudah melihat Jeno di depan mesin penjual otomatis. Ia bingung hanya sekadar untuk menyapa.

Jeno yang menyadari dirinya sedang ditatap akhirnya menoleh, "Ada apa?"

Jaemin memikirkan kata-kata yang tepat untuk dikatakan pada Jeno.

1. Kau selamat sampai rumah?
Karena ia selamat, maka itu ia berada di sini sekarang.

2. Kemarin tidak perlu membayar.
Jika membicarakan itu lagi, maka suasana akan menjadi aneh.

3. Cuaca hari ini cerah ya?
Lebih canggung daripada yang sebelumnya.

"Kau sepertinya suka sekali minum soda." Akhirnya kata-kata itulah yang keluar dari mulut Jaemin.

Jeno tampak terkejut dalam sepersekian detik, tetapi ia bisa mengontrol ekspresinya kembali, "Tidak juga. Aku hanya minum karena bosan."

"Seperti itu ya? Baiklah. Sampai jumpa." Jaemin segera pergi menjauh dari Jeno dan tiba-tiba saja berpapasan dengan Yukhei.

"Jaemin! Sudah lama ya? Nomormu hilang jadi aku tidak bisa menghubungimu. Aku mencarimu saat MT tetapi kau tidak terlihat. Padahal aku ingin minum bersamamu."

Jeno yang berada beberapa meter jauhnya dari mereka melirik tajam.

"Sekarang kau mau minum? Ayo! Tidak masalah, bukan? Mengapa tidak ada jawaban? Jadi, jawabannya iya? Kalau begitu, nanti kuhubungi."

Jaemin tidak mampu mengeluarkan sepatah kata pun karena Yukhei seakan tidak memberinya kesempatan untuk berbicara.

Kesabaran Jeno habis. Ia berjalan menghampiri mereka berdua dan bertanya pada Jaemin tepat di depan wajah Yukhei, "Kau menyukainya?"

Jaemin terkesiap. Jeno mengulangi pertanyaannya, "Suka atau tidak?"

"Apa lagi yang kau lakukan?!" gertak Yukhei.

"Lagi?" gumam Jaemin.

"Tidak suka? Jika tidak suka, katakan. Mengapa gugup seperti itu? Kau hanya perlu mengatakan bahwa kau tidak mau!"

"Hei, anak gila! Mengapa kau selalu ikut campur?! Bagaimana kau tahu perasaanya?!"

"Itu... Maaf. Jika seperti ini, aku kurang nyaman." cicit Jaemin.

"Eh?"

"Sekarang, tolong jangan seperti ini..."

"Apa?! Mengapa?! Kau bilang kau tidak memiliki kekasih?! Mengapa—"

"Hey." Jeno menyela perkataan Yukhei, "Tidak dengar jika ia mengatakan tidak suka?"

Lelaki tinggi besar itu pergi setelah tidak bisa menjawab perkataan Jeno lagi.

"Sesulit itu mengatakan tidak suka? Yang seperti itu jika tidak mendengar kata tidak dari awal akan berpikir tidak masalah berlaku seperti itu."

Jaemin terdiam dengan wajah yang memerah.

"Kalian sedang apa di depan pintu? Tidak masuk? Jangan menghalangi jalan! Masuk!" Tiba-tiba saja Tzuyu muncul di belakang mereka.

"Maaf." ujar Jaemin.

"Jeno, kau juga suka ke ruang jurusan?"

"Kenapa? Ada masalah?"

"Dingin sekali kau ini." gerutu Tzuyu.

Begitu masuk ke dalam ruangan, mereka langsung disambut oleh Renjun.

"Halo semua!"

"Halo." jawab Tzuyu sambil memainkan ponselnya.

"Hai." jawab Jaemin. Hanya Jeno yang tidak menjawab sapaan Renjun.

"Jaemin, akhir-akhir ini kau sering memakai jaket kulit. Cocok sekali." Renjun tersenyum.

"Benarkah? Terima kasih."

"Aku tampak kekanak-kanakan sehingga kurang cocok menggunakan jaket seperti itu. Aku iri denganmu!" Renjun bergelayut di lengan Jaemin.

Sementara itu, Tzuyu sedang sibuk dengan ponselnya yang menampilkan ruang obrolan di grup komite siswa.

ketua angk. 3 Kang Daniel
Jadi, saat festival kita membuat bar kimia ya?

ketua Lai Guanlin
Ya. Untuk serving, kontak anak-anak tahun pertama yang cantik.

wakil ketua angk. 3 Im Nayeon
Siapa yang cantik di angkatan 18? Renjun?

ketua angk. 3 Kang Daniel
Pokoknya Huang Renjun harus! Haha.

ketua Lai Guanlin
Baiklah.
Tzuyu, kau yang bertanggung jawab mencari orang
Siapa itu—Lee Felix juga.

Chou Tzuyu
Akan kucoba.

ketua Lai Guanlin
Jika hanya 2 orang masih kurang.
Pilih dengan benar anak yang cantik lalu bawa.
Aku hidup sampai sekarang untuk hari ini.

ketua angk.3 Kang Daniel
Betul sekali.
Setelah sekian lama hanya melihat anak cantik komite.

ketua angkatan 1
Hahaha

Tzuyu merasa para laki-laki anggota komite itu menggelikan. Termasuk Guanlin, si anak yang terlalu cepat masuk kuliah.

ketua Lai Guanlin
Pokoknya Tzuyu, kau kontak dulu Renjun dan Felix.
Lalu, untuk umpan tamu perempuan dan laki-laki submisif, ambil juga satu yang tampan?

ketua angk. 3 Kang Daniel
Siapa?

anggota Park Jihoon
Anak tahun pertama ada yang tampan.

Chou Tzuyu
Lee Jeno?
Ia tidak akan mau T_T

wakil ketua angkatan 2
Bukannya ia yang menghabisi Kak Jongdae ya?

ketua Lai Guanlin
Ah, dia.
Tiba-tiba jadi suka.

ketua angk. 3 Kang Daniel
Hahahaha sinting.

Tzuyu menoleh ke sebelahnya untuk mengajak Jeno berbicara, "Jeno."

"Apa?"

"Apa kau mau ikut serving bar saat festival nanti?"

"Tidak." jawab Jeno cepat.

"Renjun, apa kau bisa membantu serving bar saat festival?"

Renjun yang sedang bercanda dengan Jaemin menoleh, "Bar? Saat festival kita membuat bar? Tetapi, kakak di tempat ekstrakurikuler juga meminta bantuan padaku saat festival nanti."

"Apa?! Jika memang tidak bisa, tolong bantu walau cuma sehari."

"Bagaimana ya?" Renjun tampak berpikir, "Kalau begitu, apakah boleh jika aku bersama dengan Jaemin?"

"Apa?" Jaemin kebingungan.

"Iya! Jika bersama Jaemin sepertinya akan seru sekali! Jika Jaemin ikut, aku akan ikut!"

"Aku?" tanya Jaemin ragu. Dan Jeno memperhatikannya dari tempat ia duduk.

🦄

Na Jaemin as Kang Mirae✌️

nanapoo

Ipagpatuloy ang Pagbabasa

Magugustuhan mo rin

764K 77.3K 25
Lee Jeno di jodohkan orang tuanya, tetapi ia menolak dan memilih kabur dari rumah, Jeno mengaku diusir dari rumahnya pada seorang pemuda manis namun...
269K 21.2K 100
"Jadi, saya jatuh dan cinta sendirian ya?" Disclaimer! Ini fiksi nggak ada sangkut pautnya di dunia nyata, tolong bijak dalam membaca dan berkomentar...
458K 78.8K 45
✒ 노민 [ Completed ] 2nd book of Alhambra "Titik balik" adalah di mana mereka menemukan sebuah pencerahan melalui peristiwa-peristiwa dalam hidupnya da...
341K 51.2K 11
[Romance] [School Life] What if we rewrite the stars? •BxB •Jeno x Jaemin •acel_kins •Don't like? Then don't read bitches!