Sebelumnya, buat yang kemarin bingung sama tatapannya Minhyung yang tidak berdosa bisa lihat di sini ya hehe ^^
Jeno tidak melepaskan pegangannya di tangan Jaemin, "Lalu kau sendiri, apa yang akan kau lakukan dengan membawa anak yang sedang mabuk?"
"Apa yang kau pikirkan sebenarnya? Sekarang yang akan membawa anak yang sedang mabuk secara paksa itu kau!" Minhyung mulai tersulut emosi.
"Sudahlah. Kau, cepat." Jeno menarik lengan Jaemin untuk yang kesekian kalinya sehingga membuat lelaki manis itu terkejut.
"Lepas!" Jaemin menghempaskan tangannya hingga terlepas dari genggaman Jeno. Ia tidak mempedulikan tatapan tajam yang diberikan Jeno untuknya. Yang bisa ia lakukan saat itu hanyalah menundukkan kepala dan mulai menangis.
"Kau... Mengapa selalu semaumu sendiri menarik orang, membuat orang takut, selalu... bicara semaumu saja!" Jaemin mengangkat kepalanya dan meneriaki Jeno tepat di depan wajah tampan itu.
"Aku takut..." Lelaki manis itu mengingat bagaimana perlakuan para anak laki-laki yang mengurungnya di toilet, perlakuan Jongdae padanya, dan ditambah lagi dengan Jeno yang selalu bersikap semaunya sendiri.
"Aku takut! Aku benci semuanya!"
Kedua laki-laki tampan itu tidak bisa mencegah Jaemin karena anak itu berlari meninggalkan mereka dengan sangat cepat.
Minhyung melirik Jeno kesal sebelum menyusul Jaemin. Jeno hanya terpaku karena ingatan masa lalu kembali merasuki pikirannya.
"Lepas! Kubilang lepas!"
Jeno kecil menatap sang ayah yang mencengkeram lengan ibunya secara paksa.
"Apa yang kau lakukan?! Kau gila ya?! Apa yang kau lakukan di hadapan anak-anak?! Sadarlah! Jangan perlakukan aku semaumu! Aku bukan—"
"Mengapa tiba-tiba teringat itu?" Jeno menghela nafas dan menyisir rambutnya ke belakang.
🍺
"Jaemin, kau tidak apa-apa?" tanya Mark pada Jaemin yang menghentikan larinya untuk mengambil nafas.
"A, aku baik-baik saja! Sangat baik! Sudah ya!" Jaemin melanjutkan larinya.
"Ternyata ia pemalu."
🍺
Sementara itu, anak-anak lain sedang bermain jujur-jujuran. Dari permainan itu, dapat diketahui bahwa yang menyukai Renjun tidak hanya Woojin.
"Renjun populer sekali!"
"Cantik itu dosa ya, Renjun!"
"Tembak! Tembak!"
Lelaki mungil itu menatap mereka seolah tidak mengerti.
Botol kembali diputar dan tepat mengarah ke Felix.
"Adik Felix, kau ingin ditanya apa?" tanya Tzuyu.
"Kakak seperti bapak-bapak."
Tzuyu tertawa, "Jika harus berpacaran dengan seseorang yang ada di tempat ini, siapa orangnya? Jika tidak bisa memilih, minum."
"Seseorang?" Felix mulai bersemu, "Changbin."
"Ia tidak bingung, langsung Changbin!"
"Tembak, Changbin!"
"Sudahlah! Putar lagi!" Felix tampak salah tingkah.
"Iya. Kalian urus saja berdua." Tzuyu terkikik.
Botol kembali diputar dan tepat mengarah ke Renjun.
"Akhirnya!"
"Aku sudah menunggu-nunggu. Tanyakan pertengkaran cinta yang tadi!"
Tzuyu tersenyum, "Renjun, apakah sekarang ada orang yang kau sukai?"
"Orang yang disukai sekarang? Aku tidak tahu."
"Jawabannya ambigu. Minum!"
"Jika dilihat dari suasana yang tadi, sepertinya kau ada sesuatu dengan Jeno. Aku juga sering melihat kalian berdua bertemu."
"Itu... hanya pelajaran. Bukan apa-apa. Aku hanya berteman dengan Jeno. Sama sekali bukan rasa suka seperti pada kekasih." Tatapan Renjun meredup, "Tapi, aku tidak tahu Jeno berpikir seperti apa."
"Jadi, Jeno suka padamu?"
"Bukan seperti itu! Aku juga sama sekali tidak menyangka jika Woojin berpikir seperti itu padaku. Aku tidak tahu."
Tepat saat itu, Jaemin masuk ke dalam ruangan dengan terhuyung. Tzuyu menanyakan keadaannya. Jaemin berkata bahwa perutnya terasa tidak enak dan ia meminta izin untuk pergi ke kamar saja.
"Mengapa harus meminta izin? Jika kau lelah, ke kamar saja. Jika anak-anak sudah mulai tidur, kau ikut tidur saja. Aku akan main sampai pagi." kata Tzuyu.
"Apa aku juga boleh ke kamar? Jaemin, mari ke kamar bersama." Renjun tersenyum.
"Iya."
Keheningan menyelimuti mereka selama perjalanan ke kamar. Jaemin baru membuka suara saat mereka tiba, "Selamat tidur, Renjun."
"Jaemin, kau tidak menghapus make up?"
"Tidak." Jaemin lebih memilih kulitnya rusak daripada wajah tanpa make up-nya terlihat.
"Baiklah. Aku menghapus make up dulu. Selamat tidur!" Renjun berjalan menuju kamar mandi untuk membasuh wajahnya.
Tips cantik dari Huang Renjun : tetap memakai blush on dan liptint tipis sebelum tidur.
🍺
Hari menjelang siang. Tampak Yeeun sedang berjalan di bawah teriknya matahari bersama Woojin yang murung.
"Apakah lebih baik jika aku cuti kuliah? Bagaimana menurutmu?"
"Sudah kukatakan jika kau adalah tipe yang akan putus dengan kekasih untuk cuti wajib milter, tetapi kali ini mendapat kekasih juga tidak, sudah harus cuti militer!" Yeeun tertawa geli sambil menunjuk wajah Woojin.
"Kau benar-benar ingin mati ya?"
"Maaf. Aku keterlaluan ya?"
"Woojin, selamat pagi!" Renjun tiba-tiba saja muncul.
"Selamat pagi." jawab Woojin. Ia terpaku melihat senyuman Renjun dan Yeeun lagi-lagi menertawainya.
Sementara itu, Renjun kembali berjalan dan tidak sengaja berpapasan dengan Changbin yang sibuk dengan ponselnya.
"Selamat pagi, Changbin. Kau terlihat sangat lelah. Apakah kau baik-baik saja?"
Changbin mengalihkan fokus dari ponselnya, "Apa? Ah, iya. Aku sedikit lelah karena kemarin minum sampai pagi."
"Jangan sampai sakit karena salah minum." Renjun menyentuh lengan Changbin dan tersenyum hingga laki-laki itu menjadi salah tingkah.
🍺
Jaemin tampak lesu siang itu. Tzuyu menanyakan keadaannya, tetapi ia tampak tidak fokus karena memikirkan kejadian semalam dengan Jeno yang pastinya akan membuat hubungan mereka menjadi lebih canggung.
"Hey kau."
Baru saja dipikirkan dan Jeno sudah muncul di belakangnya. Jaemin melarikan diri dengan alasan hendak ke toilet. Hal itu membuat ekspresi Jeno berubah kesal.
"Anak itu senang sekali melarikan diri." Jeno baru saja hendak mengejarnya saat teringat kejadian semalam di mana Jaemin berkata bahwa dirinya takut jika dipaksa seperti itu.
"Ada apa? Dosa apa yang kau lakukan pada Jaemin?" tanya Tzuyu, tetapi Jeno masih saja terpaku memikirkan Jaemin, serta sang ibu yang baru saja mendapatkan nomor ponselnya dan bimbang akan menelepon atau tidak.
🍺
🦄nanapoo