"Senior, silahkan minum duluan."
"Aduh, terima kasih!" kata senior Jongdae sambil tersenyum lebar.
"Aduh, orangnya juga sopan ya. Tidak usah panggil senior, panggil saja kakak." kata senior Amber pada Renjun.
"Ah, begitu tidak apa-apa?" tanya Renjun ragu.
Senior Jongdae langsung menjawab cepat dengan wajahnya yang mulai memerah, "Tentu saja!"
Sepertinya dia terbawa perasaan.
Aku terus saja melirik ke arah Renjun dari meja yang berbeda. Dia cantik sekali, para senior juga suka padanya. Apa aku juga bisa dekat dengannya?
Tiba-tiba, Renjun menoleh ke arahku. Aku terkejut akan hal itu dan langsung melihat ke arah lain. Tetapi, telingaku masih mendengarkan percakapan antara Renjun dengan beberapa anak laki-laki yang merupakan calon mahasiswa baru.
"Namamu Chanhee ya?"
"Iya, kau tahu?"
"Ah, waktu perkenalan kupikir suaramu enak sekali didengar."
"Ah. Be, begitu ya?" tanya Chanhee gugup. "Ya, memang banyak yang bilang begitu."
"Kau Hyunwoo, kan? Aku juga mengingatmu karena perkenalan dirimu menarik." lanjut Renjun tersenyum.
"Aku juga tahu kau, Renjun kan?"
"Iya! Wah, kau ingat aku ya? Terima kasih."
"Kalau begitu, bagaimana jika kita semua tukar nomor ponsel?"
Aku juga ingin seperti Renjun yang langsung bisa dekat dengan semua orang tanpa merasa canggung.
👸
Aku mencoba alkohol dan langsung merasa kepahitan. Saat itu aku berpikir mengapa semua orang suka minuman ini?
Semua orang mulai saling bertanya alasan mengapa mereka memilih jurusan kimia. Ada yang mencocokkan dengan nilai, ada juga yang ingin menjadi PNS lingkungan. Dan tibalah saatnya giliranku yang ditanya.
"Aku ingin menjadi perfumer." jawabku.
"Perfumer?"
"Ah, orang yang membuat parfum ya? Kau suka parfum?"
"Iya juga. Jaemin sedang pakai parfum ya? Wanginya enak." Dahyun mendekat ke arahku.
"I, iya kan? Ini namanya Romeur 2 Rose."
"Wah, manis sekali! Cocok sekali dengan Jaemin."
Aku jadi teringat zaman SMP...
"Wah, Jaemin, wangimu enak sekali. Kau pakai shampoo apa?"
"Oh, ini bukan shampoo. Ini parfum. Namanya Romeur 2 Rose. Mau coba?" Aku menawarkan parfumku pada anak perempuan yang tadi menanyakan aku memakai shampoo apa.
"Hah? Kau pakai parfum? Dengan wajah seperti itu?"
...
Baru seminggu menggunakan parfum itu, aku langsung memberikan itu ke ibu.
"Dahyun, terima kasih banyak." ujarku sambil menahan haru.
Dahyun kebingungan, "Eh? Hanya begitu padahal."
"Jaemin sering sekali berterima kasih untuk hal kecil. Kau beda sekali dengan imejmu ya? Padahal kelihatannya sangat cuek." Kak Tzuyu menatapku. Aku hanya tertawa canggung.
BRAK
Semua orang di meja itu terkejut saat sebuah botol diletakkan di meja dengan keras.
"Hei! Mana boleh anak baru hanya mengobrol dan tidak minum." Aku menoleh dan mendapati orang yang meletakkan botol itu ternyata adalah senior Jongdae.
"Iya tidak, Jaemin?" Ia merangkulku.
"I, iya. Maaf, senior."
"Semuanya cepat minum!"
Lalu setelahnya senior Jongdae mendekatkan dirinya kepadaku, "Jaemin, kau punya kekasih? Berapa orang?"
"Eh, satupun tidak ada."
"Bohong. Kelihatannya bisa punya 9 orang. Aku boleh jadi yang ke-10 tidak?" Senior Jongdae tertawa.
"Eh?"
"Bercanda, hahahaha!" Ia mengelus tanganku.
"Jangan kaku begitu panggil senior segala, panggil kakak saja." Senior Jongdae tersenyum setelah selanjutnya memanggil Lee Jeno yang kebetulan lewat.
"Oi, kau, si tampan!"
Lee Jeno menoleh sedikit.
"Lihat. Ia langsung menoleh saat dipanggil tampan! Namamu siapa? Masa pergi saat pesta sambutan anak baru?"
"Lee Jeno. Saya sebentar lagi mau pergi." jawab Lee Jeno itu.
"Bicara apa kau? Cepat minum ini satu gelas!" Kak Jongdae memberikan satu gelas besar minuman beralkohol.
Dan siapa yang menyangka jika Lee Jeno bisa menghabiskan semuanya.
"Boleh juga kau. Sudah tampan, jago minum juga ya?"
"Itu pujian ya, kak?" Jeno bertanya ke Tzuyu.
"Kau tahu aku lebih tua?"
"Dilihat juga langsung tahu kakak bukan 20 tahun." jawab Jeno santai.
"Apa?! Ingin mati ya kau?!"
"Wah, Jeno! Kau orang pertama yang berani begitu dengan Kak Tzuyu."
"Hahahaha."
Satu hal yang ada di pikiranku ; Lee Jeno seram seperti berandalan.
"Jaemin, kenapa tidak minum?" tanya Kak Jongdae tiba-tiba.
"Hah? Ini pertama kalinya aku minum."
"Hahaha! Bercandamu lucu sekali!" Kak Jongdae memukul-mukul bahuku. "Cara itu tidak berfungsi untukku! Aku menyukaimu apa adanya!"
Untungnya Renjun datang sehingga aku bisa sedikit terhindar dari suasana memalukan itu.
"Anu... Aku boleh bergabung?"
"Kenapa pakai tanya? Kau kan peran utama angkatan 18!" Kak Jongdae tertawa.
"Eh, kak senior bicara apa? Tidak kok, senior Jongdae."
"Kau bahkan ingat namaku ya? Panggil kakak saja!"
"Yang benar? Kalau begitu akan aku panggil Kak Jongdae. Terima kasih."
Setelahnya tatapan Renjun mengarah ke Lee Jeno, "Kau Jeno, kan? Lee Jeno. Kau mencolok ya, tidak bisa dilupakan."
Jeno hanya melirik sekilas ke arah Renjun tanpa mengeluarkan sepatah katapun.
"Wah, kalian berdua secara visual serasi sekali ya."
"Jadi kita punya pasangan visual?"
"Dari orientasi sudah ada pasangan nih?"
"Anak-anak sekarang cepat sekali ya."
"Ja, jangan begitu! Tidak enak dengan Jeno." kata Renjun.
"Aduh! Mana ada anak lelaki yang tidak suka dekat denganmu?!"
"Hahahahaha."
"Jaemin, aku boleh duduk di sini?" tanya Renjun tiba-tiba.
"Eh? Ah, iya!"
Renjun tersenyum dan langsung mendekatkan dirinya ke arahku, "Jaemin kelihatannya kuat minum, curang! Aku lemah sekali dengan alkohol, sudah pusing."
"Oh, begitu ya? Jangan minum banyak-banyak."
"Jaemin, kita selfie yuk!"
"Eh, selfie?!"
Jangankan selfie, aku bahkan tidak pernah foto selain foto kelas dan foto karyawisata. Itu pun aku selalu ingin merobek foto bagianku.
"Tidak mau ya?" tanya Renjun murung.
"A, ayo!"
CEKRIK
"Wah, Renjun cantik sekali ya!"
"Di foto juga cantik sekali."
"Itu kan memang dianya saja yang cantik."
Renjun tersenyum mendengar penuturan orang-orang setelah melihat foto kami.
"Wah, Jaemin juga cantik ya!"
"Iya! Combo dewi!"
Aku berpikir kalau itu salah karena aku jauh di bawah Renjun.
"Renjun, lipatan matamu alami kan?"
"Iya, alami. Tapi kadang banyak yang bertanya apa aku operasi karena lipatannya tebal." Renjun tersenyum.
"Kau juga ditanya seperti itu rupanya? Memang sekarang kalau punya lipatan mata pasti langsung ditanya begitu."
"Aku sedih karena jarak mata dan alisku dekat, kalau operasi sepertinya akan aneh." kata Tzuyu.
"Eh? Jangan! Matamu sekarang sudah bagus!" jawab Dahyun.
"Begitu kita melakukan operasi, kita langsung menjadi manusia buatan." Renjun lalu menatapku, "Jaemin, lipatan matamu juga alami, kan?"
"Eh?"
Semua orang langsung terdiam.
"Hm? Iya, kan?"
"Oh? Tidak. Aku..."
"Pft."
Semua mata langsung tertuju ke Lee Jeno yang tampak sedang menahan tawa.
"Oi." katanya ke Renjun, "Kau niat sekali sih."
"Oh? Maksudnya aku?" tanya Renjun untuk meyakinkan bahwa yang sedang diajak bicara oleh Lee Jeno adalah dirinya.
"Iya, kau." Jeno tersenyum sinis, "Menarik ya?"
Renjun terdiam. Aku juga. Semuanya juga terdiam. Suasana langsung menjadi canggung.
👸
Diusahain update cepet biar cepet kelar juga soalnya ceritanya panjang.
🦄nanapoo