Catch Fire × Calum Hood || ✓

By merkuhel-13

5.2K 717 450

Berkisah tentang seorang gadis yang mencoba untuk terbebas dari masa lalu dengan bantuan seorang lelaki yang... More

1 × 1
√4
6:2
8 - 4
10:2
12 - 6
6 + 1
√9 + 5
√81
9 + 1
√121
12 × 1
10 + 3
15 - 1
5 × 3
17 : 1
9 × 2
18 + 1
5 × 4
21 + 1
20 + 3
12 × 2
24 + 2
9 × 3
14 ÷ ½
28 + 1
6 × 5
33 - 2
Bacotan Rahel

7 × 3

119 17 5
By merkuhel-13

Dengan segala keberanian dan keyakinan yang ada di dalam diriku, aku memasuki lingkungan sekolah yang pernah menjadi rumah keduaku selama tiga tahun. Jujur saja, aku sangat merindukan masa-masa di mana aku masih memakai seragam yang berwarna putih biru itu. Dan terkadang, aku juga merindukan masa-masa di mana aku dan dia bersama, dalam konteks pertemanan pastinya.

Aku kembali memasuki lingkungan PSM bukan karena kemauanku, tetapi karena permintaan dari Joshua dan juga Calum. Mereka berdua memintaku untuk menyaksikan gladi bersih mereka untuk acara esok hari. Dan karena mereka adalah orang-orang yang baik, tanpa memikirkan dampak yang dapat kurasakan, aku langsung menerima permintaan mereka.

"Lo belum beli tiket, kan, Bel?" tanya Joshua setelah posisinya sudah sejajar dengan posisiku.

Aku menggelengkan kepalaku. Aku memang sengaja belum, lebih tepatnya tidak, membeli tiket pentas seni PSM karena aku tahu, tanpa tiket pun aku bisa memasuki acara ini. "Kenapa? Lo mau beliin gue?"

"Rugi," jawab Joshua spontan lalu ia mengeluarkan sesuatu dari tasnya dan menyodorkan sesuatu itu kepadaku. "VIP Pass buat lo."

Aku menerima ID Card dari Joshua dan memperhatikannya dengan saksama. Bagian depan ID Card ini bertuliskan VIP PASS dan bagian belakangnya bertuliskan namaku serta peranku, yaitu sebagai fotografer Tanpa Nama. "Josh, lo apa-apaan, sih? Kenapa gue jadi fotografer lo coba? Megang handphone aja kadang gue gemetaran, apalagi megang kamera."

"Lo mau masuk gratis apa engga nih?" tanya Joshua.

"Ya, maulah," jawabku.

"Ya udah, lo pake ID Card itu, tapi lo gak usah fotoin kita, kita udah ada fotografer sendiri, kok," kata Joshua.

"Ini atas persetujuan Austin dan Matt juga, kan?" tanyaku memastikan karena aku merasa tidak enak dengan Austin dan Matt  yang merupakan rekan-rekan Joshua di band Jamming J.

Joshua menganggukkan kepalanya. "Lo tenang aja, Bel, buat lo semua pasti aman."

"Ew, geli gue," balasku dengan nada seola-olah aku jijik mendengar jawaban Joshua. Padahal, jika aku bisa jujur, aku akan mengatakan bahwa aku sangat senang mendengar jawaban Joshua. Jawabannya seakan-akan menjelaskan bahwa aku adalah orang yang istimewa.

Astaha, apa yang baru saja kupikirkan? Aku tidak seharusnya berpikiran seperti itu. Aku akui aku sedikit tertarik dengan Joshua. Tetapi kenapa aku merasa ada sesuatu yang kurang, ya? Sesuatu yang kurasakan itu berhasil membuatku berpikir bahwa aku dan Joshua tidak akan pernah bersatu.

"Oh ya, Bel, nanti lo balik sama gue, ya?" pinta Joshua.

Aku menganggukkan kepalaku. Permintaan Joshua barusan adalah sebuah rezeki. Dan rezeki tidak boleh ditolak, bukan?

"Josh!" panggil seseorang dari arah kiri kami.

Aku dan Joshua menoleh ke sumber suara dan mendapati Austin sedang berjalan ke arah kami, diikuti oleh Matt di belakangnya.

"Lo lama banget, anjir, Bang Cal sama yang lainnya udah nungguin di studio musik," kata Austin setelah posisinya sudah berada di dekat tempat aku dan Joshua berdiri.

"Lha, bukannya langsung dipanggung?" tanya Joshua.

Austin menggelengkan kepalanya. "Kita latihan di sana dulu, panggung mau dipakai sama anak seni tari."

"Oh, gitu," balas Joshua lalu ia melirikku. "Lo mau ikut bareng kita atau nyari Arissa sama Avi?"

"Gue nyari Arissa sama Avi aja deh," jawabku. "Lo berdua ada lihat Arissa atau Avi gak?"

"Ada, mereka lagi di kantin," jawab Matt.

"Mau gue anterin gak, Bel?" tawar Joshua.

Aku menggelengkan kepalaku. "Engga usah, Josh, lo langsung ke studio musik aja, kasihan Bang Cal udah nungguin lo."

"Kita duluan, ya, Bel," pamit Austin kemudian ia melangkahkan kakinya untuk memimpin Matt dan Joshua agar mengikutinya.

Aku mengangggukkan kepalaku lalu aku berjalan menuju kantin. Semoga saja di perjalanan menuju kantin aku tidak bertemu dengan dia. Dan semoga saja, apapun yang berkaitan dengan dia juga tak kutemukan.

Sejujurnya aku sudah melupakannya atau bisa dibilang aku sudah move on darinya dan itu berkat keberadaan Calum, dan mungkin Joshua. Namun, aku belum siap untuk bertemu dengannya. Aku belum siap jika kenangan itu kembali muncul tepat di saat aku melihatnya lagi.

"Mawar sama Gytha mana?" tanyaku saat aku baru saja bergabung dengan Arissa dan Avi di salah satu sudut kantin yang dulunya menjadi tempat favorit kami untuk berkumpul.

"Gytha lagi nemenin Mawar latihan di studio musik," jawab Avi.

Aku sedikit terkejut mendengar jawaban Gytha. "Latihan? Latihan apaan?"

"Mawar salah satu pengisi acara pensi lusa," jawab Arissa.

"Jadi, Bel, pensi lusa itu bakal ada break buat kita semua nyicipin makanan yang ada di stan. Nah, karena pihak panita penginnya ada lagu pengisi break itu, ketua panita minta kita buat nyari penyanyi yang mau nyanyi sukarela dan gue pilih Mawar," jawab Avi. "Dan Mawar pilih Calum."

"Mereka bakal duet gitu?" tanyaku.

Arissa dan Avi menganggukkan kepala mereka. Melihat Calum dan Mawar bernyanyi bersama adalah hal yang paling tidak ingin kusaksikan secara langsung. Aku tak yakin diriku akan tahan melihat aksi mereka di atas panggung. Ya, walaupun pastinya tidak akan terlalu mesra. Tetapi aku tetap merasa bahwa mereka akan melakukan sesuatu yang tak pantas kulihat.

"Nyanyi lagu apaan?" tanyaku.

Avi mengangkat kedua bahunya. "Mawar bilang lagunya itu rahasia, kita semua gak boleh tau sampai mereka nyanyiin lagu itu."

"Bel, kalau misalnya lo ngerasa lo bakal sakit hati kalau lihat mereka duet, kita bakal kasih tau lo kapan mereka beraksi biar lo bisa ngehindar," kata Arissa.

"Tenang, gue bakal aman, kok," balasku tanpa benar-benar memaknai balasanku itu. Sepertinya yang kukatakan tadi, aku tidak yakin diriku akan tahan melihat mereka berdua.

"Gue gak yakin," ucap Avi. "Bel, pokoknya kalau lo memang mau lihat penampilan mereka berdua, lo harus sediain Joshua di samping lo."

"Kok jadi Joshua?" tanyaku.

"Kita tau lo lagi berusaha buat suka sama Joshua," jawab Arissa. "Dan kita juga tau lo bakal aman kalau ada Joshua di samping lo."

Semoga saja Arissa benar. Semoga saja dengan adanya Joshua di sampingku esok, aku akan aman. Jika memang aku aman di samping Joshua, maka aku yakin, aku akan terus aman berada di sampingnya.

"Eh, Bella, lo kapan datangnya?" tanya Mawar yang baru saja datang bersama dengan Gytha di belakangnya.

"Baru aja, War," jawabku. "'Gimana latihannya?"

"Gue pastiin lo semua bakalan terkesima lihat penampilan Mawar sama Calum," jawab Gytha seraya duduk di samping Mawar yang sudah duduk terlebih dahulu.

"Oh ya, Bel, gue bisa minta tolong sama lo gak?" tanya Mawar.

"Minta tolong apaan, War?" tanyaku.

"Tolong videoin penampilan gue sama Calum," jawab Mawar.

Entah kenapa aku merasa Mawar memang sengaja menyuruhku agar aku menyaksikan penampilan mereka. Baiklah, jika itu memang permainan Mawar, aku ikut. Aku akan buktikan kepada Mawar bahwa penampilan mereka berdua tidak dapat membuatku sedih.

"Kenapa gak Gytha aja, War?" tanya Avi yang terlihat tidak terima dengan permintaan Mawar kepadaku.

"Gytha, kan, buka stan, gak mungkin diganggu, kan?" tanya Mawar. "Lagian Bella, kan, cuma penonton, gak ada salahnya, kan, kalau gue minta tolong?"

"Engga, kok, War," jawabku. "Lo tenang aja, pasti gue bakal videoin lo sama Calum lusa nanti."

Arissa Claretta: Sombong bgt anyink

Pesan dari Arissa itu adalah hal yang pertama kali kulihat ketika aku memeriksa notifikasi yang baru masuk di ponselku. Arissa benar. Mawar baru saja memancarkan sebuah kesombongan dan dia memang sengaja ingin membuatku sakit hati. Aku yakin, Mawar tahu kalau aku pernah menyukai kekasihnya itu.

"War, ini minum lo, tadi ketinggalan di studio," ucap seseorang.

Aku yang tadinya hendak membalas pesan dari Arissa memutuskan untuk membatalkannya dan menoleh ke sumber suara. Calum sedang meletakkan sebuah botol minuman di hadapan Mawar. Ini sedikit aneh, Calum menggunakan 'lo-gue' kepada Mawar sementara kepadaku, ia menggunakan 'aku-kamu'. Ini benar-benar aneh.

"Oh iya, Cal, 'makasih," jawab Mawar seraya tersenyum kepada kekasihnya itu. "Btw nanti balik bareng, kan?"

Calum menganggukkan kepalanya lalu ia melihat ke arahku. "Bel, Joshua minta kamu ke studio sekarang."

"Ngapain?" tanyaku dengan sesantai mungkin walaupun saat ini aku sedang mendapat tatapan aneh dari orang-orang yang ada di sekelilingku karena Calum menggunakan kata 'kamu' kepadaku.

Calum mengangkat kedua bahunya pertanda ia tidak mengetahui jawaban yang tepat atas pertanyaanku itu. "Yuk, Bel."

Aku menganggukkan kepalaku lalu beranjak dari tempat dudukku. "Gue pergi dulu, ya, guys."

•••

Yuhu besok uh en, tapi aku belum ada persiapan dong!:)

3/31/'19
20:19

Continue Reading

You'll Also Like

160K 25.6K 48
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...
1.5M 140K 72
Ziel adalah candu. Tawanya Candanya Aroma tubuhnya Senyum manisnya Suara merajuknya dan Umpatannya. . . . "Ngeri bang." - Ziel "Wake up, Zainka."...
864K 52.7K 35
Delissa Lois adalah seorang gadis cantik yang terkenal barbar, suka mencari perhatian para abang kelas, centil, dan orangnya kepo. tapi meskipun begi...
927K 76.5K 28
Mark dan Jeno kakak beradik yang baru saja berusia 8 dan 7 tahun yang hidup di panti asuhan sejak kecil. Di usia yang masih kecil itu mereka berdua m...