IRREPLACEABLE (Completed āˆš)

By Nana_JN

26.8K 2.2K 634

Tragedi terjadi. Ia keturunan yang tersisa. Dan bersamanya lah ia mampu melewatinya. Namun apa yang terjadi... More

PROLOG
BAB 1
BAB 2
BAB 3
BAB 4
BAB 5
BAB -1
Irreplace-info-able
BAB 7
BAB 8
BAB 9
BAB 10
BAB -2
BAB 11
BAB 12
BAB 13
BAB 14
BAB 15
BAB -3
BAB 16 (End)
EPILOG
EXTRA 1

BAB 6

1K 102 26
By Nana_JN

Pagi-pagi sekali Charisa harus terbangun oleh gedoran pintu yang sangat mengganggu tidur nyenyaknya. Entahlah, sejak kejadian ketiduran itu malah membuatnya sangat nyenyak tidur saat sampai dirumah. Harusnya kan dia susah tertidur, tapi ini malah sebaliknya.

Dan sekarang ia sudah tiba di wilayah kerajaan felixios, sesuai dengan janji teman-temannya untuk menjenguk putri Anneth.

"Semua udah lengkap?" Tanya Nashwa sambil menghitung teman-temannya.

Alde mengikuti arah mata Nashwa, ia pun ikut-ikutan menghitung kehadiran teman-temannya.

"Kayaknya ada yang kurang deh," terka Friden,

Joa mengerutkan dahinya, "siapa?"

Pangeran Clinton yang sedari tadi berdiam diri, ia pun berdehem pelan, "Deven." ucapnya singkat.

Charisa menganggukkan kepalanya. Ia baru sadar kalau sedari keberangkatan Deven tidak terlihat. Aneh memang, karena selama ini ia selalu bersama Deven dan ketidakhadiran Deven malah tidak disadarinya.

"Cha?"

"Eh? Kenapa?" Charisa tertegun saat Nashwa menegurnya,

"Kamu gapapa, kan?"

"Enggak, nggak papa kok."

Clinton menyadari ada yang berbeda dari Charisa. Gadis itu banyak diamnya. Tidak seperti biasa, gadis itu selalu berbicara apa saja. Namun kali ini kelihatannya seperti ada hal yang dipikirkannya.

"Memang Deven kemana?" tanya Alde mengalihkan perhatian,

"Sudah duluan. Kita tinggal menunggu mobil jemputan dari Felixios." sahutan pangeran Clinton malah semakin membuat mereka semua terdiam.

Terutama Charisa. Selama ini, sepanjang perjalanan lama persahabatannya dengan Deven, laki-laki itu tidak pernah satu kali pun tidak menceritakan apa saja tentang dirinya. Dan kali ini, Deven benar-benar tidak menceritakan apapun. Entah ini hanya pemikiran negatifnya atau memang kenyataannya, namun ia mengira Deven sudah melupakannya.

Atau memang selama ini Deven memang melupakannya, dan hanya ia yang selalu mengingat Deven?

"Jangan terlalu sering melamun," bisik Clinton pelan,

Lagi, Charisa tertegun dibuatnya. Ia hanya membalas dengan senyuman singkatnya.

Tidak berapa lama mobil jemputan mereka tiba, dengan tiga buah mobil mewah berwarna hitam mengkilap berjejer rapi dihadapan mereka.

Charisa sudah ingin mengamit tangan Nashwa untuk semobil dengannya. Namun terlambat dengan pangeran Alde yang sudah membukakan pintu mobil untuk temannya itu. Ia mendengus pasrah. Matanya lalu mengarah pada putri Joaquine yang ternyata sudah masuk ke mobil kedua dengan pangeran Friden.

Yah, mau bagaimana lagi. Pilihan terakhir dengan pangeran Clinton. Ia menatap pasrah ke arah pangeran tampan yang sedari tadi menatapnya.

"Mau tukeran dengan putri Nashwa?"

Charisa menggeleng pelan. Tanpa dibukakan pintu, ia duluan masuk ke dalam mobil. Sejak malam tadi, ia berpikir keras untuk menjauhi pangeran Clinton. Ia tidak mau mengacaukan hidupnya yang tenang dengan hadirnya pangeran itu dihidupnya.

Ia juga teringat dengan obrolannya malam tadi dengan putri Nashwa via telfon. Betapa antusiasnya putri sultan Mahmoud itu menceritakan bagaimana kejadian saat dirinya tidak sadarkan diri. Termasuk saat pangeran Clinton yang langsung sigap menolongnya. Dan kata-kata terakhir putri Nashwa terngiang-ngiang dipikirannya,

"Aku rasa, pangeran Clinton suka sama kamu deh, Cha."

Charisa tidak ingin berbangga hati, atau malah semakin mendekatkan dirinya pada pangeran tampan itu. Ia hanya ingin menjaga hatinya dari yang namanya sakit hati.

Lebih baik mundur perlahan kebelakang daripada nantinya jatuh terjerembab pada lubang yang jelas ada di depan mata.

👑👑👑

"Silahkan masuk, Putri Anneth sudah menunggu." Seorang pelayan wanita tersenyum ke arah mereka semua lalu menundukkan kepalanya yang kemudian berlalu pergi setelah menunjukkan arah suatu tempat.

Clinton menatap heran ke arah Charisa yang langsung melipir ke samping putri Nashwa, mengamit erat tangan putri cantik itu.

Tatapan heran Clinton diikuti oleh ekor mata pangeran Alde. "Jadi?" tegurnya sambil menepuk pundak Clinton

"Eh, apa?"

"Gak sadar? Atau pura-pura gak sadar?"

"Maksud lo apaan sih?"

"Dia, cewek pertama yang lo perlakuin dengan beda. Bukan lagi sih, dia cewek pertama di hidup lo. Atau emang selama ini, cewek yang selalu lo perhatiin dari dulu itu dia?"

Clinton sempat terdiam beberapa saat. Lalu ia tersenyum singkat. "Gue cuma mau jaga dia." sahutnya pelan,

"Sampai kapan?" tanya Alde penasaran,

"Sebentar lagi."

Alde mengakhiri pertanyaannya. Tidak ada satupun orang yang bisa menanyakan sampai akhir tentang arti menjaganya pangeran Clinton. Ia memang mulai bersahabat dengan pangeran itu sejak kelas delapan. Dan ia selalu tahu, ada gadis yang setiap hari diperhatikan Clinton.

Bukan hanya diperhatikan dalam artian menatap, namun dengan segala bentuk perhatian nyata dari jauh. Seperti selalu mengirimi pakaian, hadiah di setiap ulang tahun, atau selalu memanggil ajudannya untuk selalu menjaga gadis itu dari jauh. Dan meminta ajudan itu untuk selalu mengabarinya apapun tentang gadis itu.

Alde tidak menutup matanya, ia sangat tahu dengan semua tindakan Clinton. Hanya satu hal yang ia tidak tahu, untuk apa. Untuk apa pangeran itu repot-repot memperhatikan gadis itu. Sampai-sampai Deven, yang ia kenal saat kelas sembilan beberapa kali terlihat di istana Denziar saat ia berkunjung. Deven selalu datang dengan kisah si gadis itu. Menceritakan sedetail mungkin apa yang gadis itu alami seharian pada Clinton. Dan ajudan yang dimaksud adalah Deven.

"Anneth!!" Pekik Joa yang langsung berhambur pada Anneth, diikuti oleh Nashwa dan Charisa.

"Hei, my bro." sapa Deven sambil mengajak tos ketiga pangeran,

"Duduk dulu ya," pinta Anneth,

Mereka semua sedang berada di ruang obrol istana Felixios. Ruangan yang mengusun tema alam terbuka namun sebenarnya indoor itu terlihat sangat menenangkan. Adanya air mancur yang dikelilingi kolam ikan berbentuk hati menyejukan mata. Ditambah dengan banyaknya tanaman hijau yang menghiasi setiap dinding menjasikan ruangan itu sebagai ruangan ternyaman di istana Felixios.

"Kamu udah nggak papa kan, Neth? Udah agak mendingan kan?" Charisa mendekat ke samping putri Anneth sambil memegang pundaknya,

Anneth tersenyum dengan menampilkan gigi rapinya. "Udah sehat, Cha."

"Huft, Syukur lah, kita semua khawatir, Neth." Ucap Nashwa,

Anneth lagi-lagi tersenyum, ia kemudian menatap teduh ke arah Deven yang nampak asik mengobrol dengan ketiga pangeran.

"Jadi gimana ceritanya?" Pangeran Friden memulainya,

Deven ingin bersuara, namun ia kembali menatap ke arah putri Anneth. Meminta persetujuan putri kesayangan raja Felio itu,

Perlahan Anneth mengangguk pelan, menyetujui Deven lah yang akan menceritakannya.

👑👑👑

"Aku hanya ingin memberitahukan satu hal. Terimakasih sudah peduli pada sandirawa yang telah kurancang."

Deven membelakkan kedua matanya. Ia berdiri lunglai dengan nafas yang memburu. Menatap putri Anneth dengan keterkejutan yang luar biasa.

"Ke-kenapa?" tanya Deven lemah,

Putri Anneth menundukkan kepalanya, ia mengelus pelan kalung pemberian mendiang ibu kandungnya. Lalu menatap Deven dengan tatapan bersalah.

"Ibu, dia orang terbaik yang pernah hadir di hidupku. Hidup ibu sangat indah. Mempunyai suami yang sangat mencintainya. Punya anak-anak yang yang menyayanginya. Dan punya sahabat kayak bunda Vernita yang selalu ada untuk dia." Ucap Anneth sambil menyela air mata yang turun dipipinya.

Deven masih diam ditempat. Jujur saja ia agak kecewa dengan apa yang telah putri Anneth katakan. Karna sebuah kejujuran memang menyakitkan, namun hal itu lebih baik daripada sebuah kebohongan.

"Dulu, ibu punya dua sahabat, selain bunda Vernita ada putri Tiara. Tetapi, putri Tiara ngekhianatin Bunda Vernita. Dia ngerebut pacar Bunda Vernita. Hingga akhirnya tertinggal Bunda Vernita dan Ibu. Ibu kira, putri Tiara udah pergi menjauh, ternyata dia malah datang lagi. Dia.. Yang udah ngeracunin Ibu."

Tangis putri Anneth sudah tak terbendung lagi. Deven lekas mendekat, duduk disampingnya sambil mengusap pelan pundaknya. Meski Deven belum menemukan kisah sebenarnya, ia mencoba bertahan dari ego kemarahannya. Ia mencoba legowo dengan berusaha mendengarkan kisah asli sampai habis.

"Aku yang ngeliatnya. Aku saksinya, Dev. Tapi waktu itu aku nggak tau itu untuk Ibu. Aku harusnya bisa mencegah. Tapi aku terlambat, racun itu sudah menghancurkan organ tubuh Ibu. Sejak saat itu, aku trauma dengan yang namanya persahabatan dengan lebih dari satu orang. Aku nggak mau kejadian terulang. Cuma Joa yang aku punya sebagai sahabat." Ucap Anneth sambil menatap dalam Deven,

Deven mulai memahami benang merah dari sandiwara yang telah dirancang putri Anneth. Setidaknya, apapun ujung ceritanya nanti. Ia akan memaafkan putri Anneth.

"Yang sudah terlibat, Bunda Vernita, William dan Joa. Aku meminta mereka untuk menjalankan rencanaku. Aku hanya ingin mengetahui, sejauh mana pertemanan yang baru ku rasakan dengan kalian. Aku tau ini terlalu cepat, karna aku sendiri kepingin tau lebih awal. Aku nggak mau kecewa dengan kepercayaan yang sudah ku kasih ke kalian. Dengan hadirnya kamu sebagai orang pertama yang nemuin aku, dan kekhawatiran temen-temen yang lain sudah membuka sedikit demi sedikit dinding pertahanan trauma aku yang dulu. Mengobatinya dengan kepedulian kalian. Maafkan aku, seolah-olah aku sedang menguji kalian dengan jalanku sendiri. Setelah ini, kalau kamu mau menjauh dan nyeritain ini dengan mereka, silahkan. Aku sudah siap dengan konsekuensinya."

Putri Anneth terdiam beberapa saat, tubuhnya menegang dengan pelukan erat Deven.

"Ini bukan pelukan perpisahan, kan?" Tanya Anneth getir sambil menahan isak tangisnya.

Deven menggeleng pelan, ia pun mendongak sambil melepas pelukannya. Lalu menggenggam lembut tangan putri cantik itu,

"Terimakasih, sudah menceritakan luka lama kamu. Aku memang agak kecewa dengan cara kamu. Tapi aku mencoba memahaminya, nggak sepenuhnya salah dengan semua sandiwara yang sudah kamu buat. Dengan ini juga membuktikan, semua pemikiran negatif kamu sudah bisa dihilangkan. Kami semua peduli sama kamu. Jadi, jangan pernah lagi berpikiran cuma putri Joa yang peduli dihidup kamu. Cuma putri Joa yang selalu ada untuk kamu. Sekarang sudah ada Charisa, putri Nashwa, Pangeran Friden, pangeran Alde, pangeran Clinton dan pastinya aku yang akan selalu ada disisi kamu."

Tangis putri Anneth kembali luruh, ia langsung memeluk erat Deven. Mengucapkan maaf serta terimakasih secara berulang-ulang. Ia memang sangat menyesali tindakannya, namun bukan berarti sepenuhnya ia menyesal. Ia juga merasa takut pada dampak yang akan terjadi. Karna sebelumnya, ia sudah diperingati bunda Vernita. Apalagi William, sepupunya itu sempat menceramahinya panjang lebar sebelum akhirnya setuju. Termasuk Joa yang awalnya sangat marah. Namun dengan segala bujuk rayuan, akhirnya ia setuju.

"Bagaimana kalau mereka marah?" tanya Anneth takut,

Deven tersenyum, menggeleng pelan. "Sahabat akan selalu memaafkan. Dan sahabat nggak akan meninggalkan satu sama lain."

👑👑👑

Deven mengakhiri kisahnya. Ia menghembuskan pelan nafasnya. Lalu menatap ke arah teman-temannya yang nampak diam.

Kemudian putri Nashwa berdiri. Putri Anneth menatap ke arahnya dengan perasaan takut dan khawatir yang luar biasa.

"Segitu nggak percayanya sama kami?!"

Charisa terperangah menatap Nashwa. Ia yang duduk disamping putri Anneth langsung menggenggam erat tangan putri itu yang sudah dingin.

Sama halnya dengan Charisa, para pangeran nampak tertegun dan tak percaya dengan cerita dibalik disekapnya putri Anneth. Tidak ada yang berani bersuara setelah putri Nashwa menyeruakan hal yang mereka juga pikirkan.

"Nashwa?!" tegur Charisa heran,

"Dasar bego." Umpat Nashwa sambil menghapus air mata yang telah mengalir.

Tanpa diduga, putri Nashwa langsung memeluk erat putri Anneth dengan tangis pecahnya. Ia juga membawa Charisa dan putri Joa dalam pelukannya.

"Cie udah gugup ya tadi?" tawa Nashwa sambil mengusap air matanya,

Putri Anneth ikut tertawa, sambil mengangguk pelan. "Kamu kayak marah banget tadi,"

"Dikira cuma kamu apa yang bisa akting, aku juga bisa." Ledek Nashwa,

Putri Joa tersenyum bahagia. Ia pun merangkul Charisa, menatapnya dalam lalu membisikkan sesuatu yang hanya didengar Charisa.

Deven bernafas lega, tersenyum setelahnya. Ia menatap ke arah tiga pangeran yang nampak merasakan hal serupa. Lega rasanya saat putri Nashwa yang langsung memeluk erat putri Anneth. Lega karna mereka kira akan ada pertikaian, namun nyatanya semuanya kembali damai.

Berbeda dengan pangeran Clinton yang sempat terdiam ketika mendengarkan kisah tadi. Ia memang mencerna ceritanya, namun ada kisah lain yang ia tangkap dan menjadi beban pikirannya.

"Putri Tiara. Ibuku.. " ucapnya dalam hati.

👑👑👑

Terimakasiii banyaak atas apresiasinya untuk cerita ini, dan maaf baru bisa ngelanjutin 🙏

Kalau suka ceritanya, ditunggu vote dan komennya 😊 dan kritikan atau sarannya ditunggu juga 😊
I wait u, 🤗

Sabtu, 02 Februari 2019.

Continue Reading

You'll Also Like

58.7K 2.9K 20
Jin x Jihyo Jk x Tzuyu. Taehyung x Sana. Namjoon x Jeongyeon. Jimin x Mina Suga x Nayeon. ...
5.6K 1.4K 130
[Buku 1 dari Tetralogi Endia] Bagi Ann Knightley, menjalani hidupnya yang membosankan dengan mengikuti tata aturan yang telah ada adalah pilihan terb...
2.7M 263K 78
Bercerita tentang Labelina si bocah kematian dan keluarga barunya.
550K 60.2K 65
WARNING!! BXB AREA. MOHON MENJAUH JIKA ANDA HOMOPHOBIA! CERITA INI 100% KARANGAN SEMATA. HANYA FANTASI. TOLONG BEDAKAN MANA YANG FAKE DAN REAL. WARN...