Tentang Rasa

Av LangitBercerita

306K 13K 2K

#Fanfiction Iqbaal dan Sasha pernah saling sayang, kala itu ketika hanya ada mereka berdua. Rasa yang tumbuh... Mer

1 - Canggung
2 - Mie Instan Di Balik Rindu
3 - Jangan Sedih
4 - Kencan
5 - The Kiss
6 - Terima Kasih Sudah Buat Senang
7 - Jangan ke Jakarta
9 - Kita Ini Apa?
10 - Selesai di Bandung
11 - You Are The Sun
12 - I Am Just Another Girl
13 - Is It Goodbye For Us?
14 - Karena Promo
15 - Cemburu
16 - Berpisah
17 - I Miss You
18 - Video Call
19 - Putus?
20 - 09.06
21 - Batal
22 - I Will Definitely See You
23 - Sepakat
24 - Sampai Besok
25 - Resepsi
26 - Seberapa Serius
27 - Malam di Kemang
28 - Lany's Concert
29 - The Talk After 1975
30 - I Love You But I'm Letting You Go
31 - Distance
32 - Penawaran Pura-Pura
33 - Santa Monica Date
34 - I Like You So Much
35 - Mau Dibawa Ke Mana
36 - Amin Paling Serius
37 - Me And You Against The World

8 - Girls Day Out.....and A Boy

7.7K 309 5
Av LangitBercerita

I think that I would die without you, I think that I am falling for you

A simple equation of love wouldn't be so hard.

Ringgo 5 - MJ

***

Tidak ada pembicaraan apa pun setelah waktu itu. Iqbaal tidak mengkonfirmasi lagi mengenai acara mereka Jumat ini. Sasha juga tidak mau bertanya karena males nanti kelihatannya dia yang kepengen ketemu banget. Ya dia pengen ada kegiatan di waktu luangnya, tapi kan nggak seputus asa itu sampai harus ngemis ke Iqbaal juga. Toh dia bisa melakukannya sendiri kalau dia mau.

Hari ini, Sasha sudah sarapan di restoran, kemudian dilanjutkan dengan berenang di hotel. Hampir sebulan ada di hotel ini dan dia tidak pernah mencoba fasilitas apapun di hotel, seperti gym dan kolam renang. Sesudah berenang, dia siap-siap karena Yori dan Zulfa akan mengajaknya nonton nanti. Senang banget karena minggu ini ada mereka yang bisa diajak jalan-jalan.

Ketika sedang ngeblow rambutnya, ada ketukan di pintu kamarnya. Ia mengintip dari lubang intip pintu, ada Iqbaal berdiri di sana. Kenapa dia datang? Sasha segera membuka pintu, "Ada apa, Baal?"

"Kamu belum siap?" Iqbaal melihat Sasha dari ujung kaki sampai ujung rambut. Sasha masih memakai celana pendek, kaos oblong, dan rambut yang masih setengah basah.

"Mau ke mana emang?" Sasha kebingungan, "Kamu ikut juga ya jalan-jalan sama Yori dan Zulfa?" tebak Sasha.

"Jalan-jalan sama Yori dan Zulfa?"

"Iya, hari ini aku mau jalan sama mereka."

"JALAN SAMA MEREKA?" nada suara Iqbaal meninggi.

"Iya. Kenapa emangnya?" tanya Sasha polos.

"Hari ini kamu harusnya jalan sama aku. Ini Jumat. Ingat?" Iqbaal mulai tidak sabar.

Sasha memutar bola matanya, berusaha mengingat apa dia punya janji dengan Iqbaal, "Kayaknya aku nggak janjian sama kamu, deh."

Iqbaal menarik napas kesal, "Udah masuk dulu, deh. Dilihatin orang nggak enak." Ada beberapa orang yang baru keluar dari lift dan akan melewati mereka.

Sasha mundur beberapa langkah karena didorong pelan oleh Iqbaal. Ih, belum diijinin masuk, udah langsung masuk aja, sih.

"Kan aku udah bilang Jumat ini aku temenin kamu. Kamu kan merengek-rengek kesepian. Udah aku kasih waktu lho ini buat nemenin kamu sampai jadwal di Jakarta aku batalin."

"Merengek-rengek?" Suara Sasha pun meninggi karena dia merasa tidak pernah merengek minta ditemenin Iqbaal, "Kapan aku merengek minta ditemenin kamu, hah?"

"Ya waktu itu. Waktu kamu nekat mau ke Jakarta."

"Terus kenapa kalau aku mau ke Jakarta? Aku nggak nyuruh kamu batalin acara kamu di Jakarta demi aku." Sasha melipat tangannya di dada.

"Ya tapi nggak masuk akal aja kamu mau bolak-balik ke Jakarta. Bikin capek aja."

"Kamu aja tiap off bolak-balik Jakarta. Sehat-sehat aja tuh kamu sampai sekarang. Kenapa sewot kalau aku mau ke Jakarta!"

Karena aku nggak mau kamu ketemu Dodot, Sha! Tapi kata-kata itu ia telan sendiri, "Ya udah jadi jalan nggak kita?"

"Aku nggak perlu jalan sama kamu. Hari ini aku ada janji sama Zulfa dan Yori. Lagian berasa bikin janji sama aku, tapi konfirmasi lagi aja nggak. Emang aku bawahan yang kamu bisa perintah-perintah!" Sasha menghembuskan napas kesal.

Iqbaal tahu semakin dia memaksa, semakin Sasha akan tidak mau. Kali ini dia harus mengalah kalau dia masih mau jalan sama Sasha. Dan tentu saja dia masih mau. Semua jadwal sudah dia kosongkan buat hari ini.

"Kamu janjian sama Zulfa dan Yori jam berapa?" Iqbaal melembutkan nada suaranya.

"Sebentar lagi jalan. Mau nonton." Sasha duduk kembali di depan cermin sambil ngeblow rambutnya lagi.

"Sampai jam berapa?"

"Nggak tahu. Emang kenapa?" nada Sasha masih ketus.

"Aku ikut, ya." Iqbaal memberikan senyum termanis supaya Sasha luluh.

"Buat apa? Cewek semua. Girls day out."

"Plus one boy." Iqbaal menggeser kursi Sasha sehingga kali ini mereka berhadap-hadapan. Wajahnya mendekat ke wajah Sasha yang masih memegang hair dryer.

Bisa nggak sih nggak bikin jantungan gini, Baal!

Sasha menggigit bibir bawahnya. Jangan luluh. Jangan luluh! "Kamu tanya aja sama Yori dan Zulfa boleh nggak kamu ikut."

"Yes! Iya." Iqbaal melepaskan kursi Sasha dan langsung mengambil ponselnya menelepon Yori. Sebenarnya buat Iqbaal permintaan kayak gini nggak jadi masalah sih buat dia. Yori dan Zulfa juga pasti nggak keberatan karena semua juga tahu kalau Iqbaal pengen deketin Sasha aja, "Boleh nih kata Yori."

"Beneran?"

"Ya iyalah. Kan kamu dengar sendiri aku nelepon dia. Dia langsung iya aja, tuh. Nggak ribet kayak kamu."

"Oh, ribet, ya." Sasha melotot ke Iqbaal, "Ya udah sana aja kamu pergi sama Yori dan Zulfa. Aku nggak jadi pergi." Sasha menaruh hair dryernya.

"Lho, kok gitu?"

"Aku anaknya ribet. Males pergi sama kamu." Sasha mendekati Iqbaal dan menarik tangannya, "Udah ya, aku mau pergi sendiri aja." Sasha menatap mata Iqbaal, "Ke Jakarta."

Sasha mengambil ponselnya, entah hendak menelepon siapa. Tapi Iqbaal tahu Sasha bisa nekat kalau udah punya kemauan. Iqbaal langsung menarik ponsel Sasha, "Jangan." Ia memasukkan ponsel Sasha ke sakunya.

Ia memegang kedua bahu Sasha dan menatap wajah Sasha, "Maafin aku ya, Sha. Aku nggak mikir dulu kalau ngomong. Mau maafin aku?" Iqbaal tersenyum manis.

Sasha menarik napas panjang. Sungguh ia lemah kalau Iqbaal sudah mulai mengalah, "Ya udah. Tapi aku nggak suka digituin, ya."

"Iya. Janji." Iqbaal menunjukkan jari simbol peace.

Sasha kembali ke tempat duduknya untuk ngeblow rambut lagi. Tiba-tiba ada telepon yang masuk dari Yori. Yori menanyakan apakah Sasha udah siap dan memastikan Sasha tidak keberatan karena ada Iqbaal. Sasha bilang kalau dia masih mengeringkan rambutnya. Tapi kemudian, Iqbaal merebut telepon Sasha, "Yor, berangkat aja duluan ama Zulfa. Nanti gue sama Sasha nyusul. Dia belum selesai, nih. Japri tempatnya di mana, ya."

"Ih, kok gitu?"

"Ya habis kamu belum selesai gitu. Kan kasihan mereka nunggu lama. Biar mereka booking tempat aja dulu. Kamu cepetan, gih."

Alasan Iqbaal cukup masuk akal makanya Sasha tidak membantah. Padahal Iqbaal melakukan itu supaya dia bisa semobil berdua dengan Sasha. Kebetulan banget Yori menelepon untuk memastikan.

Tidak ada pembicaraan apa pun setelah waktu itu. Iqbaal tidak mengkonfirmasi lagi mengenai acara mereka Jumat ini. Sasha juga tidak mau bertanya karena males nanti kelihatannya dia yang kepengen ketemu banget. Ya dia pengen ada kegiatan di waktu luangnya, tapi kan nggak seputus asa itu sampai harus ngemis ke Iqbaal juga. Toh dia bisa melakukannya sendiri kalau dia mau.

Hari ini, Sasha sudah sarapan di restoran, kemudian dilanjutkan dengan berenang di hotel. Hampir sebulan ada di hotel ini dan dia tidak pernah mencoba fasilitas apapun di hotel, seperti gym dan kolam renang. Sesudah berenang, dia siap-siap karena Yori dan Zulfa akan mengajaknya nonton nanti. Senang banget karena minggu ini ada mereka yang bisa diajak jalan-jalan.

Ketika sedang ngeblow rambutnya, ada ketukan di pintu kamarnya. Ia mengintip dari lubang intip pintu, ada Iqbaal berdiri di sana. Kenapa dia datang? Sasha segera membuka pintu, "Ada apa, Baal?"

"Kamu belum siap?" Iqbaal melihat Sasha dari ujung kaki sampai ujung rambut. Sasha masih memakai celana pendek, kaos oblong, dan rambut yang masih setengah basah.

"Mau ke mana emang?" Sasha kebingungan, "Kamu ikut juga ya jalan-jalan sama Yori dan Zulfa?" tebak Sasha.

"Jalan-jalan sama Yori dan Zulfa?"

"Iya, hari ini aku mau jalan sama mereka."

"JALAN SAMA MEREKA?" nada suara Iqbaal meninggi.

"Iya. Kenapa emangnya?" tanya Sasha polos.

"Hari ini kamu harusnya jalan sama aku. Ini Jumat. Ingat?" Iqbaal mulai tidak sabar.

Sasha memutar bola matanya, berusaha mengingat apa dia punya janji dengan Iqbaal, "Kayaknya aku nggak janjian sama kamu, deh."

Iqbaal menarik napas kesal, "Udah masuk dulu, deh. Dilihatin orang nggak enak." Ada beberapa orang yang baru keluar dari lift dan akan melewati mereka.

Sasha mundur beberapa langkah karena didorong pelan oleh Iqbaal. Ih, belum diijinin masuk, udah langsung masuk aja, sih.

"Kan aku udah bilang Jumat ini aku temenin kamu. Kamu kan merengek-rengek kesepian. Udah aku kasih waktu lho ini buat nemenin kamu sampai jadwal di Jakarta aku batalin."

"Merengek-rengek?" Suara Sasha pun meninggi karena dia merasa tidak pernah merengek minta ditemenin Iqbaal, "Kapan aku merengek minta ditemenin kamu, hah?"

"Ya waktu itu. Waktu kamu nekat mau ke Jakarta."

"Terus kenapa kalau aku mau ke Jakarta? Aku nggak nyuruh kamu batalin acara kamu di Jakarta demi aku." Sasha melipat tangannya di dada.

"Ya tapi nggak masuk akal aja kamu mau bolak-balik ke Jakarta. Bikin capek aja."

"Kamu aja tiap off bolak-balik Jakarta. Sehat-sehat aja tuh kamu sampai sekarang. Kenapa sewot kalau aku mau ke Jakarta!"

Karena aku nggak mau kamu ketemu Dodot, Sha! Tapi kata-kata itu ia telan sendiri, "Ya udah jadi jalan nggak kita?"

"Aku nggak perlu jalan sama kamu. Hari ini aku ada janji sama Zulfa dan Yori. Lagian berasa bikin janji sama aku, tapi konfirmasi lagi aja nggak. Emang aku bawahan yang kamu bisa perintah-perintah!" Sasha menghembuskan napas kesal.

Iqbaal tahu semakin dia memaksa, semakin Sasha akan tidak mau. Kali ini dia harus mengalah kalau dia masih mau jalan sama Sasha. Dan tentu saja dia masih mau. Semua jadwal sudah dia kosongkan buat hari ini.

"Kamu janjian sama Zulfa dan Yori jam berapa?" Iqbaal melembutkan nada suaranya.

"Sebentar lagi jalan. Mau nonton." Sasha duduk kembali di depan cermin sambil ngeblow rambutnya lagi.

"Sampai jam berapa?"

"Nggak tahu. Emang kenapa?" nada Sasha masih ketus.

"Aku ikut, ya." Iqbaal memberikan senyum termanis supaya Sasha luluh.

"Buat apa? Cewek semua. Girls day out."

"Plus one boy." Iqbaal menggeser kursi Sasha sehingga kali ini mereka berhadap-hadapan. Wajahnya mendekat ke wajah Sasha yang masih memegang hair dryer.

Bisa nggak sih nggak bikin jantungan gini, Baal!

Sasha menggigit bibir bawahnya. Jangan luluh. Jangan luluh! "Kamu tanya aja sama Yori dan Zulfa boleh nggak kamu ikut."

"Yes! Iya." Iqbaal melepaskan kursi Sasha dan langsung mengambil ponselnya menelepon Yori. Sebenarnya buat Iqbaal permintaan kayak gini nggak jadi masalah sih buat dia. Yori dan Zulfa juga pasti nggak keberatan karena semua juga tahu kalau Iqbaal pengen deketin Sasha aja, "Boleh nih kata Yori."

"Beneran?"

"Ya iyalah. Kan kamu dengar sendiri aku nelepon dia. Dia langsung iya aja, tuh. Nggak ribet kayak kamu."

"Oh, ribet, ya." Sasha melotot ke Iqbaal, "Ya udah sana aja kamu pergi sama Yori dan Zulfa. Aku nggak jadi pergi." Sasha menaruh hair dryernya.

"Lho, kok gitu?"

"Aku anaknya ribet. Males pergi sama kamu." Sasha mendekati Iqbaal dan menarik tangannya, "Udah ya, aku mau pergi sendiri aja." Sasha menatap mata Iqbaal, "Ke Jakarta."

Sasha mengambil ponselnya, entah hendak menelepon siapa. Tapi Iqbaal tahu Sasha bisa nekat kalau udah punya kemauan. Iqbaal langsung menarik ponsel Sasha, "Jangan." Ia memasukkan ponsel Sasha ke sakunya.

Ia memegang kedua bahu Sasha dan menatap wajah Sasha, "Maafin aku ya, Sha. Aku nggak mikir dulu kalau ngomong. Mau maafin aku?" Iqbaal tersenyum manis.

Sasha menarik napas panjang. Sungguh ia lemah kalau Iqbaal sudah mulai mengalah, "Ya udah. Tapi aku nggak suka digituin, ya."

"Iya. Janji." Iqbaal menunjukkan jari simbol peace.

Sasha kembali ke tempat duduknya untuk ngeblow rambut lagi. Tiba-tiba ada telepon yang masuk dari Yori. Yori menanyakan apakah Sasha udah siap dan memastikan Sasha tidak keberatan karena ada Iqbaal. Sasha bilang kalau dia masih mengeringkan rambutnya. Tapi kemudian, Iqbaal merebut telepon Sasha, "Yor, berangkat aja duluan ama Zulfa. Nanti gue sama Sasha nyusul. Dia belum selesai, nih. Japri tempatnya di mana, ya."

"Ih, kok gitu?"

"Ya habis kamu belum selesai gitu. Kan kasihan mereka nunggu lama. Biar mereka booking tempat aja dulu. Kamu cepetan, gih."

Alasan Iqbaal cukup masuk akal makanya Sasha tidak membantah. Padahal Iqbaal melakukan itu supaya dia bisa semobil berdua dengan Sasha. Kebetulan banget Yori menelepon untuk memastikan.

Mereka berempat akhirnya memutuskan untuk nggak jadi nonton bioskop dan lebih memilih untuk ke Rumah Guguk. Tentu saja ini keputusan Sasha, Yori, dan Zulfa sepihak. Iqbaal mengikuti mereka saja. Kebetulan waktu masuknya adalah saat sholat Jumat jadi Iqbaal bisa sholat dulu, sementara mereka main di Rumah Guguk. And of course the girls were crazy about those cute dogs. Histeris banget.

Mereka bertiga bisa menghabiskan waktuberjam-jam cuma untuk main sama anjing-anjing, lalu ngobrol di cafenya sambil cekikikan. Iqbaal tentu saja banyakan jadi pendengar yang baik karena sungguh pembicaraan para wanita ini sering di luar kemampuannya untuk mencerna. Dan ternyata aneh juga jadi cowok sendiri di antara para perempuan yang heboh ini. Tapi Iqbaal berusaha untuk tidak menginterupsi dan minta pindah tempat karena tadinya ini memang acara mereka.

Perempuan emang nggak bisa ya dibiarkan bersama-sama karena mereka bisa ngobrol sampe 5 jam! Lima jam dan itu juga belum ada niat mau selesai sampai Iqbaal mengingatkan bahwa tempatnya sudah mau tutup, baru mereka berhenti. Itu pun mereka masih mendiskusikan habis ini mau ke mana lagi.

Tentu saja Iqbaal langsung berusaha menggagalkan acara tersebut, "Woy, kalian mau sampe tengah malam ya jalan-jalannya?"

"Ini kan masih sore, Baal," sahut Zulfa.

"Bosen, ya? Hahahaha." Ledek Yori.

"Ya menurut lo aja deh, Yor. Kalian ngomongin apa juga gue nggak ngerti. Udahlah kita balik aja."

"Ya udah kamu pulang duluan aja. Aku nanti lanjut sama Yori dan Zulfa. Kamu bawa mobil, kan." Tambah Sasha.

Loh, kok malah Sasha yang mau pergi ninggalin gue!

"Eh, ada club yang lagi hits banget di Bandung. Ke situ, yuk." Ajak Yori.

"What? Club? Nggak. Gila aja kalian!" Iqbaal langsung bereaksi.

"Emang kenapa sih, Baal? Lo kan sering juga ke club?" Zulfa menyelidik.

"Ya emang. Tapi besok syuting pagi. Kalian bisa pingsan kalau sampe tengah malam keluyuran. Lagian...." Iqbaal melirik ke Sasha, "Dilan mau ajak Milea-nya pergi dulu."

Sasha terkejut. Perasaan nggak ada rencana untuk pergi berdua Iqbaal, deh.

"WOOOY, mau ajak Sasha aja ribet banget dari tadi ngelarang kita," Zulfa memukul bahu Iqbaal, "Bilang, dong!"

"Emang sejak kapan kita punya rencana pergi bareng?" tanya Sasha kebingungan.

"Sejak sekarang. Yuk!" Iqbaal menggandeng tangan Sasha.

Yori dan Zulfa senyum-senyum, "Ya udah Sha sama Iqbaal aja dulu. Nanti kita tunggu di hotel aja, ya. Dadah!" sahut Zulfa.

Yori dan Zulfa meninggalkan Iqbaal dan Sasha. Sasha merengut dan tidak suka karena Iqbaal membuat rencana tanpa persetujuannya dan mengganggunya menghabiskan waktu bersama teman-teman.

***

Fortsätt läs

Du kommer också att gilla

65.4K 7.1K 60
Chris adalah seorang duda yang memiliki empat anak,anak nakal yang selalu sulit diurus semenjak cerai dengan istri. suatu saat ia bertemu dengan hyun...
159K 16.3K 64
FREEN G!P/FUTA • peringatan, banyak mengandung unsur dewasa (21+) harap bijak dalam memilih bacaan. Becky Armstrong, wanita berusia 23 tahun bekerja...
53K 7.7K 18
Renjun mengalami sebuah insiden kecelakaan yang membawa raganya terjebak di dalam mobil, terjun bebas ke dalam laut karena kehilangan kendali. Sialny...
372K 31K 58
Kisah si Bad Boy ketua geng ALASKA dan si cantik Jeon. Happy Reading.