AYNA (Jodoh Sahabatku)

By ritaawal

180K 6.1K 615

Ayna dan Reika, dua orang mahasiswa yang bersahabat dan saling menyayangi satu sama lain. Suka-duka telah mer... More

1. Batal Nikah
2. Menghadapi Takdir
3. Sahabatku, Reika
4. Anak Panah Beracun
5. Be Strong, Ayna
6. Kebenaran
7. Yogyakarta
8. Sahabat Sampai Ke Surga
9. Curahan Hati Sahabat
10. Sahabat Sejati
11. Hikmah
12. Kenangan
13. Geletar Cinta
14. Menjaga Kehormatan
15. Wajah Mendung Lusi
16. Episode Kehidupan
17. Ketulusan yang Diuji
18. Empati
20. Udara Selasa
21. Encounter
22. Laki-Laki Itu
23. Rencana Tetua
24. Anak Menantu
25. Patah Hati
26. Rahasia Hati
27. Hari Pertama
28. Lelah
29. Malam Kedua
30. Dialogue
31. Doa
32. Satu Ranjang
33. Liburan
34. Cinta 4 Hati
Assalaamu'alaikum
35. Hati Yang Terserak
36. Mimpi Buruk
37. Memoar
38. Latent
40. Go Home
41. Cold
43. Qalqalah Cinta
46. Dia Tahu
Assalaamu'alaikum
Sekuel 1
Sekuel 2
Melipir
Cover Novel
NOVEL AYNA
Cetakan Ke 2
CETAKAN KE 4

19. Kasih Ibu

2.4K 117 15
By ritaawal

~ Jika ridho seorang ibu sudah turun, maka kesulitan apa pun akan lebih mudah terlewati ~

_Ayna_

Ayna berdiri di depan ruang rawat kelas 3. Berat rasanya melangkahkan kaki ke dalam. Terlihat Lusi masih dalam posisi berbaring di tempat tidur paling dekat dengan pintu masuk. Tante Mirna terduduk di sebelahnya, menenggelamkan wajahnya. Bahunya terlihat naik turun menahan isak tangis.


Ada empat tempat tidur di dalam, satu tempat tidur kosong, tepat di sebelah Lusi. Penghuni kamar yang lainnya sempat melongok ke arah mereka saat Tante Mirna berteriak. Ayna masih mematung di pintu masuk.

"Permisi." Seorang perawat melewati Ayna. Ayna menggeser posisi berdirinya. Ia enggan masuk ke dalam. Dengan langkah gontainya di terduduk di kursi tunggu di depan ruangan Lusi. Ia membuka ponsel pintarnya. Ia membuka grup whatsapp yang berisikan dia, Lusi, Mai, dan Reka. Ada beberapa chat di sana.

"Hai, kalian pada ke mana, ya? Katanya mau ikut kajian kemuslimahan di MUI (Masjid utama kampus mereka) .... Aku sendirian, nih. Enggak asyik, Ah." Itu Mai. Chat-nya terabaikan sejak pukul 13.00 tadi. Reika juga terlihat tidak merespon.

"Kajiannya bagus, loh. Nyesel, deh kalian enggak ikutan!" celetuk Mai lagi.

"Halo ...," masih Mai, chat-nya beberapa menit yang lalu.

"Hoi, Ayna! Jangan diam saja. Aku lihat kamu sedang online. Balas chat aku. Pada ke mana sih kalian? " Mai kembali bersuara di grup.

Ayna ragu mau mengetik sesuatu di sana. Reika pun belum mengetahui masalah Lusi sama sekali. Ayna putuskan untuk menelepon Mai. Ia juga merasa butuh teman untuk saling menguatkan.

"Assalamualaikum, Mai! Kalau kamu sudah tidak ada kegiatan lagi di kampus, cepat datang ke RS Mitra Keluarga, Depok. Kelas 3. Lusi, Lusi ... sudahlah. Kalau bisa secepatnya ke sini! Nanti aku jelaskan!" Ayna langsung menutup teleponnya.

Mai terdengar panik ketika mendengar kata rumah sakit dan Lusi. Tanpa banyak bertanya dia langsung berkata, "Oke. Tunggu aku."

Ayna memperhatikan papan di hadapannya, ada biaya perawatan yang tertera untuk tiap kelasnya di sana. Ayna lalu memejamkan matanya. Sebutir air mata lolos dari ujungnya. Kembali dirasakannya kepalanya yang berdenyut-denyut. Ah, iya. Dia baru ingat, ini masa PMS-nya (Premenstrual Syndrom). Sekitar 50% wanita mengalaminya. Banyak keluhan yang terjadi akibat perubahan hormon ketika masa itu, di antaranya perubahan emosi. Cepat marah, mudah menangis, stres, sakit kepala, sakit persendian, dan lain sebagainya.

Ayna sudah biasa mengalami pusing kepala jika sedang PMS. Yang dibutuhkan hanya istirahat atau ketika rasanya sangat mengganggu, ia mengonsumsi obat anti nyeri seperti parasetamol atau ibuprofen.

"Kenapa aku tidak mati saja, Ma. Kenapa Allah membiarkan aku hidup?!" terdengar teriakan Lusi dari dalam. Kali ini Ayna sontak berdiri lalu masuk ke dalam, dia akan berusaha menenangkan sahabatnya.

Mata Ayna terbelalak melihat Lusi yang sedang berusaha melepas infusnya, menendang-nendang selimutnya sambil berusaha berdiri dari duduknya. Tante Mirna sedang berusaha untuk menahannya.

"Lusi!" sapaan yang mengagetkannya. Mata Ayna dan Lusi bertatapan beberapa detik. Binar matanya sudah menghilang, Ayna seperti melihat Lusi yang berbeda. Air mata pun tidak sanggup terbendung lagi.

"Ayna ...." desah Lusi. "Aku, aku hamil," katanya. Air matanya bergulir, Lusi berangsur tenang. Ayna dan Tante Mirna membantunya untuk berbaring lagi.

"Astagfirullahaladzim ...." bisik Ayna lirih. Air matanya kini menganak sungai, ia tidak tega melihat kondisi sahabatnya saat ini.

Tante Mirna meremas pundak Ayna, lalu memberi isyarat dia harus keluar dari sana. Ayna mengangguk paham.

"Kenapa aku tidak mati saja, Ay? Kenapa aku masih hidup, kenapa pula janin ini masih bersarang di rahimku! Kenapa dia tidak mati saja!" tangis Lusi pecah. Siapa pun yang mendengarnya pasti akan ikut terlarut, tangisan yang begitu menyayat hati.

"Lusi. Aku memang nggak bisa benar-benar merasakan apa yang kamu alami. Tapi aku tahu, aku bisa membayangkan bagaimana rasanya, pasti sangat sulit dan sangat sedih. Kamu tahu, selalu ada hikmah di setiap kejadian. Allah sayang banget sama kamu Lusi. Dia tidak membiarkanmu mati dalam keadaan yang buruk, Suul khotimah, berkubang dosa. Kamu masih diberi kesempatan bertobat memperbaiki semuanya. Jangan sia-siakan kesempatan itu ...."

Lusi terus terisak-isak. "Apa aku masih bisa diampuni, Ay? Astagfirullah .... Astagfirullah," mata sembabnya mencari keyakinan dari mata jernih Ayna.

"Insyaallah ...." kata Ayna. Lusi pun menghambur ke pelukan Ayna. Mereka menangis bersama-sama lama sekali.

Tante Mirna melihat dan mendengarkan dari luar, tangannya meremas bagian depan pakaiannya. Hatinya sakit, sakit sekali. Melihat putri kesayangan yang selama ini ia bangga-banggakan karena kecerdasannya harus mengalami cobaan sebesar itu. Tante Mirna berlalu dari sana, mencoba mencari ketenangan di tempat lain.

"Ay, terima kasih, ya. Kamu tetap ada di samping aku. Kamu enggak meninggalkan aku terpuruk dengan semua ini sendirian. Aku bahkan belum tahu, bagaimana bisa menghadapi diriku sendiri, apalagi menghadapi mamaku, dan semua orang nantinya." Lusi melepas pelukannya.

"Lusi, sebenarnya kamu tidak pernah sendirian, selalu ada Allah yang melihat semua yang kamu lakukan. Kamu tahu, Dia sangat ingin kamu kembali kepada-Nya dalam ketaatan, sampai kamu diberi cobaan seperti ini. Ini tanda bahwa kamu sangat dicintai. Allah sayaaaang ... banget sama kamu, Lusi," ucap Ayna bijak.

"Mirip Ustazah, ya, sekarang Ayna?" tiba-tiba Mai berkata, datang menghampiri mereka. Mai langsung memeluk Lusi erat. "Yang sabar, ya, Lusi. 'Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan' Surat Al-Insyirah ayat lima sampai enam." Mai menirukan gaya seorang ustazah kondang.

Disambut segera oleh Ayna, "Curhat, dong, Mah! Cie, yang habis ikut kajian muslimah jadi beda," Ayna menyikut Mai.

Seulas senyum tipis terbit di wajah Lusi. Ia bersyukur memiliki sahabat-sahabat terbaik. Tapi senyum itu segera menghilang ketika ingat janin di dalam perutnya.

"Biasanya, kalau ibunya kritis, janin yang belum berkembang itu enggak bertahan, loh. Kok, janin di rahimku ini masih bertahan, ya?" Perlahan Lusi memukul-mukul perutnya sendiri.

"Astagfirullah!" Mai menahan lengan Lusi. "Lusi, apa kamu mau mencoba membunuhnya untuk yang kedua kali? Kok, kamu bisa setega itu? Istighfar Lusi!

"Kamu enggak merasakan ada di posisi aku sekarang, Mai. Bagaimana dengan masa depanku, Hah?" kini Lusi terlihat begitu emosi.

Ayna dan Mai hanya bisa saling menatap. Seketika mereka kehilangan kata-kata. Sejujurnya mereka pun bingung harus bagaimana. Emosi Lusi memang terlihat belum stabil akibat tekanan psikologis dan rasa sakit di pergelangan tangannya.

"Ada Allah ... dan Mama, Lusi." Tante Mirna kembali lagi mendatangi kami. "Sudahlah, ini sudah kehendak Tuhan. Bagaimana pun harus kita hadapi. Semua akan ada hikmahnya. Mama yakin kita bisa melewatinya bersama-sama. Tante Mirna mengelus-elus rambut putrinya.

Lusi menangis di pelukan Tante Mirna. Tidak ada lagi kata-kata yang meluncur keluar saat itu. Mai dan Ayna juga terhanyut dalam keharuan. Hanya isak tangis Lusi yang terdengar sesekali.

Lusi pun memejamkan matanya. Lama Tante Mirna mengelus-elus kepalanya, sampai Lusi tertidur. Memang kekuatan terbesarnya saat ini haruslah berasal dari ibunya. Jika ridho seorang ibu sudah turun, maka kesulitan apa pun akan lebih mudah terlewati.

Setelah Lusi tertidur, Tante Mirna bertanya, "Apa kalian tahu, siapa ayah dari anak yang dikandung Lusi?" Ayna dan Mai saling memandang lalu menggeleng bersamaan.

Tante Mirna menghembuskan napasnya kasar. "Terima kasih, ya atas perhatian kalian. Tante minta tolong, kalau boleh, apa mau kalian sering-sering menjenguk Lusi? Rasanya kalau hanya tante sendiri yang menghadapi Lusi, Tante ... tante belum tentu kuat," katanya sambil mengusap sebulir air mata yang lolos dari sudut matanya.

"Insyaallah, Tante. Jika butuh bantuan jangan segan ya, Tan. Kami juga sayang sama Lusi. Kami pamit dulu ya, kami akan segera kembali lagi nanti." pamit Ayna.

"Iya. Iya, terima kasih."

Bergantian Mai dan Ayna memeluk Tante Mirna, berharap bisa memberikan sedikit lagi kekuatan.

*****

Mai dan Ayna pergi ke food court di ITC Depok yang letaknya berseberangan dengan rumah sakit. Ayna memesan es kacang merah untuk mendinginkan kepalanya yang dirasa tengah berasap. Mai memesan banyak camilan, sepertinya dia mau berlama-lama di sana. "Kamu belum makan, Mai?" tanya Ayna heran.

Pertanyaan Ayna dibiarkan mengambang di udara, "Ay, Lusi pernah bilang ke aku waktu di Jogja. Katanya dia baru satu kali melakukan itu, dan dia ingat siapa laki-laki itu."

"Siapa??" tanya Ayna menghentikan suapan es ke mulutnya.

💕💕💕💕💕💕💕💕💕💕💕💕💕

Kamu udah pernah nyobain es kacang merah beluuumm? Enak banget loh.. Sehat lagi.. Nih tak kasih resepnya yaaa... Selamat menikmatiii...

Dinginkan dulu hati dan otak abis baper2an iye kan. Hohoho..

Jogja, 1 Januari 2019
Salam
Ritaawal

Continue Reading

You'll Also Like

16.8M 730K 42
GENRE : ROMANCE [Story 3] Bagas cowok baik-baik, hidupnya lurus dan berambisi pada nilai bagus di sekolah. Saras gadis kampung yang merantau ke kota...
895K 135K 47
Awalnya Cherry tidak berniat demikian. Tapi akhirnya, dia melakukannya. Menjebak Darren Alfa Angkasa, yang semula hanya Cherry niat untuk menolong sa...
706K 71.3K 24
Karmina Adhikari, pegawai korporat yang tengah asyik membaca komik kesukaannya, harus mengalami kejadian tragis karena handphonenya dijambret dan ia...
6.1M 318K 58
Tanpa Cleo sadari, lelaki yang menjaganya itu adalah stalker gila yang bermimpi ingin merusaknya sejak 7 tahun lalu. Galenio Skyler hanyalah iblis ya...