Kita Dalam Aksara

By _yayaaan

2.7K 141 45

Dunia bilang, kamu bukan untuk aku. Jadi aku putuskan, untuk memilikimu lewat aksara. More

Untuk Fajar
Kala Itu
Dimensi
Reda
Jendela Usang
Sekat
A
Petrichor
Bulan Ke Tujuh
Kembali
Angkasa
Pada Lembayung Jingga Sore Hari
Setelah Sekian
Di Kehidupan Baru
Ada
Bertahun Lamanya
Mencintai Sepi
Kita: Dalam Aksara
Jangan Cintai Aku Apa Adanya
Dalam Upaya
Tak Selaras
Rindu
Untuk
Yang Memandangmu dari Jauh
Tanpa Arah
Surat untuk Januari
Less and Less
Pupus
Mundur
Perihal Mencintai dan Memberi
Dulu
November
Desember

Cokelat Hangat

43 8 7
By _yayaaan


Segelas cokelat hangat membawaku terlempar pada ingatan sore itu. Untuk kesekian kalinya, kita duduk bersisian di penghujung dermaga. Senyummu selalu saja merekah dari wajah yang cerah. Tak pelak, jantungku bergejolak. Perahu, tepi pantai, dan langit jingga milik senja menjadi saksi kala aku yang jatuh cinta.

Senyum ceria dan tertawa, kita bersama, menghadap lensa. Entah tawa nyata atau sandiwara, aku tak apa. Aku hanya duduk diam tanpa suara, menatapmu yang berulang kali memperbaiki posisi kamera. Langkahmu bagaikan angin rindu yang menyeretku  untuk bertemu. Tapi mana mungkin semestamu beririsan denganku. Alasan klise: aku bukan sesuatu bagimu.

Cokelat hangatku habis. Namun aku malah terlempar pada ingatan ketika kita duduk sebaris. Bagiku, itu kenangan manis. Di batang kayu besar, tepi pantai. Pandangan kita satu arah, pantai, laut dan langit yang megah. Aku membatu. Kau di dekatku, namun rindu dan sendu menggerogoti hatiku. Aku pilu. Inderaku tertuju pada laut yang betemu darat, menderu. Barang sebentar, inderaku beralih pada suaramu yang menggetar. Aku enggan melihat kanan, karena sekali saja aku melakukan, dunia akan tau bahwa kau yang ku dambakan. Ku nikmati saja senja, sebagai pangalih perhatian.

Hari mulai petang. Bintang mulai muncul dengan sinar benderang.

“Sudah malam, mari pulang”.

Ajakanmu tak membuatku ingin berlalu. Aku masih ingin menetap dan menatap. Kau sudah melangkah, meninggalkanku yang masih penuh harap dalam resah.

Ingin ku bilang, “Tunggu aku”, namun lidahku kelu.

Aku tertampar keadaan yang membuatku semakin sendu. Aku bukan sesuatu bagimu, hanya angin lalu, yang takkan membuatmu merindu. Aku bergerak turun, mengkuti jejak kakimu yang tercetak pada pasir abu-abu. Ku genggam tangan ringkihku dalam bisu.

Aku baru saja menemukan, tapi aku sudah merasa kehilangan. Helaan napasku terasa berat, sedang malam sudah semakin pekat. Aku kemudian memutar langkah, kembali ke tempat senyummu tadi sore merekah. Aku tak ingin kembali. Karena saat aku kembali ada rasa yang harus patah dan nanti ku sesali. Aku tak mau jatuh lagi.

Aku baru saja bertemu rumah untuk pulang. Tapi kamu enggan menerimaku datang. Malam semakin larut, namun aku tak peduli pada takut. Aku hanya ingin menatap langit malam dan bintang, sebagai penawar atas rasa yang tak terbalaskan. Aku tau ini kesalahan, tapi aku terlalu takut berhadapan dengan kenyataan.

pada fajar di pagi hari
aku menitipkan hati
agar hangat oleh cahaya mentari
dan tersampaikan padamu sebagai pengawal hari


Bima Sakti, 2018.

Continue Reading

You'll Also Like

54.3K 801 100
Antologi puisi "Debu Semesta" adalah antologi puisi pertama dari penulis yang berisi 100 puisi dengan berbagai macam tema. Terinspirasi dari perasaan...
141K 2.6K 70
Puisi bukan cerita Warning⚠ : Mengkritik boleh asal jangan menyakiti, membaca boleh asal jangan mencaci.
34.7K 1K 49
Pencapaian terbaik #1 di sajak (26 Mei 2023) #1 di poems (5 mei 2023) #1 di coretan (13 Juni 2023) #2 di puisicinta (11 mei 2023) #2 di poem (24 mei...
61.6K 1.4K 146
#92 In Poetry 20 July 2017 #111 In Poetry 11 July 2017 #157 In Poetry 11 Mei 2017 Quotes dan kata-kata mutiara. "Jika ini adalah ketertarikan sesaat...