Magic Shop

Por imegis

239K 31.5K 3.7K

[180614] - [200113] Kupikir, bertemu dengan sang idola itu sebuah harapan mustahil. Mengingat latar belakang... Más

Prologue
Ch. 1 : Begin
Ch. 2 : Awake
Ch. 3 : Euphoria
Ch. 4 : Butterfly
Ch. 5 : Her
Ch. 6 : Good Day
Ch. 7 : I Like It
Ch. 9 : First Love
Ch. 10 : Don't Leave Me
Ch. 11 : Love
Ch. 12 : Pied Piper
Ch. 13 : Go Go
Ch. 14 : I Know
Ch. 15 : Trouble
Ch. 16 : Am I Wrong?
Ch. 17 : UhGood
Ch. 18 : Let Go
Ch. 19 : Love Maze
Ch. 20 : I Like It (Pt.2)
Ch. 21 : N.O
Ch. 22 : Ddaeng
Ch. 23 : Moving On
Ch. 24 : Hug Me
Ch. 25 : Lost
Ch. 26 : Let Me Know
Ch. 27 : Beautiful
Ch. 28 : Stigma
Ch. 29 : Anpanman
Ch. 30 : Answer
Ch. 31 : Serendipity
Ch. 32 : 24/7
Ch. 33 : Nothing Like Us
Ch. 34 : Miss Right
Ch. 35 : Save Me
Ch. 36 : Epiphany
Ch. 37 : Singularity
Ch. 38 : Coffee
Ch. 39 : So What
Ch. 40 : Blood, Sweat and Tears
Ch. 41 : Light
Ch. 42 : 2! 3! (Hoping for Better Today)
Ch. 43 : I'm Fine
Ch. 44 : Come Back Home
Ch. 45 : Heartbeat
Ch. 46 : A Brand New Day
Epilogue : Dream Glow
Ji Eun's Gallery
Author's Note
Announcement
Bonus Chapter : Padlock of Love
Bonus Chapter 2 : Surprise

Ch. 8 : Danger

5.2K 768 80
Por imegis

"Whatever other people say. You're the best for me, just the way you are."
.
.

Keadaan dalam restoran sangat ramai. Aku berjalan membawa nampan yang berisi pesanan dari mereka untuk ku hidangkan.

Tadi pagi saat aku dan Jungkook sedang sarapan di cafe biasanya, Taehyung datang dan terus menatap kami.

Kehadirannya sedikit membuatku terkejut, seakan saat itu kami tertangkap basah sedang dating. Wajah Taehyung pun terlihat sangat serius saat menatap kami.

Namun Taehyung hanya mengatakan bahwa kedatangannya untuk membawa Jungkook kembali ke Bighit. Dan aku dengan perasaan sedikit aneh, akhirnya merelakan kepergian mereka berdua.

Aku melirik jam tanganku. Tinggal menunggu tiga jam lagi restoran akan tutup.

Dan pada saat itu tiba, aku dan Bibi lantas sibuk membersihkan meja dan peralatan yang kotor.

Begitu selesai, seperti biasa Bibi Yoon pasti akan memberikan beberapa potong ayam goreng untukku. Ia bilang, "Makanlah yang banyak. Aku kasihan melihat kakimu yang kecil itu."

Sedangkan aku langsung menerimanya dengan senang hati karena untuk seminggu ini aku akan tinggal sendirian dirumah.

Aku menatap keluar restoran dengan pasrah, lagi-lagi hari ini hujan. Aku kembali berjalan ke dalam untuk mengambil jaket milikku.

"Ji Eun-ah." Bibi Yoon memanggilku.

Aku menoleh. Mendapati Bibi yang sedang memegang payung. "Ne?"

Bibi Yoon menatapku ragu. "Apa kau yakin ingin pulang disaat hujan seperti ini?"

Memang hujannya tidak terlalu deras. Tapi angin dinginnya masih sanggup menembus kulit.

Tapi aku tidak peduli. Aku hanya ingin pulang dan tidur lebih awal karena aku merasa tubuhku saat ini sangat lelah dan butuh istirahat.

Lagi pula aku suka hujan.

Aku mengangguk padanya. "Aku sangat mengantuk. Jadi aku ingin tidur lebih awal."

Ku lihat Bibi Yoon yang kini berjalan ke arahku. "Ini."

Bibi Yoon memberikan payung yang ia genggam padaku. "Pakai ini. Semoga saja hujannya tidak semakin deras, jaga kesehatanmu. Jika kau sedang sakit, kau bisa menghubungiku untuk libur kerja."

Aku tersenyum. "Ne. Kamsahamnida."

Aku pun segera memakai jaketku. "Imo. Aku pulang dulu."

"Ne. Joshimhae ga." (Ya. Hati-hati dijalan.)

Aku berjalan ke arah pintu restoran. Sebelum aku membukanya, aku melihat seorang pria berdiri memunggungiku tepat di depan restoran.

Wajahnya tidak terlihat. Yang terlihat hanyalah pakaian yang aku yakin bahwa itu cukup tebal disaat hujan seperti ini.

Kupikir bahwa dia adalah orang yang sedang berteduh untuk menghindari hujan. Mungkin aku harus menyuruhnya masuk karena udara di luar cukup dingin.

Saat aku membuka pintu restoran, ia langsung menoleh ke arahku.

Begitu aku melihat wajahnya, aku tersentak dan terpaku seketika.

Pria yang berdiri dihadapanku ini adalah pria yang sama yang menemuiku dan Jungkook di cafe tadi pagi.

Kim Taehyung.

Ia menatapku dengan seksama. Aku sendiri masih menatapnya bingung.

Di layar televisi mungkin aku bisa tersenyum melihatnya, namun saat bertemu secara langsung seperti ini aku justru sedikit merasa takut. Aku hanya terbiasa oleh kehadiran Jungkook.

Ia menghela nafas. "Aku menunggumu."

"A-apa?"

Ia berjalan semakin dekat denganku. "Bisa kita bicara sebentar? Aku bawa mobil."

Sedikit ragu untuk menjawabnya, namun pada akhirnya aku menganggukan kepalaku.

.

Aku kini berada di dalam mobil seorang Kim Taehyung. Ia menyalakan penghangat agar kami tidak kedinginan. Sementara hujan diluar semakin deras.

Beruntung sekali aku bisa terhindar dari angin dan hujan. Aku juga sekaligus menyelamatkan ayam goreng ku yang diberikan oleh Bibi Yoon.

Sebelum memasuki mobil, aku bersusah payah mengontrol diriku sendiri agar tidak terlihat gugup.

Dan kurasa ini berhasil.

Aku menoleh kearahnya yang sedang memakai sealtbelt. "Apa yang ingin oppa bicarakan?"

Ia kini menatapku. Ekspresi wajahnya tiba-tiba berubah, ia tersenyum padaku. "Aku tahu kau seorang ARMY."

Aku masih menatapnya tidak mengerti.

Sedangkan Taehyung kini mulai menyalakan mobilnya. "Saat pertama aku melihatmu, aku sudah menduganya."

Aku tersenyum. Mengingat betapa gugupnya aku saat melihatnya memasuki restoran. Saat itu ia terus menatapku dan aku sedikit panik.

"Ah. Geurae. Aku memang tidak pandai menyembunyikan sesuatu." (Benar.)

Taehyung melirik ke arahku lalu mulai melajukan mobilnya menembus hujan yang semakin deras. Ku tatap jendela mobil yang basah oleh hujan, windscreen wiper terus bergerak di depan sana.

Aku menghela nafas.

Apa hanya itu yang ingin dibicarakan oleh pria disampingku ini? Kurasa bukan. Tidak mungkin seorang idol rela menunggu di luar yang keadaannya sedang hujan hanya untuk memastikan apakah aku fans nya atau bukan.

Tidak masuk akal.

Ia berdehem sejenak lalu melanjutkan, "Sejak kapan kau mengenal Jungkook?"

Good.

Seolah menyadari apa yang kupikirkan, akhirnya ia bertanya juga.

Aku masih menatap jendela depan. "Beberapa hari yang lalu."

Ia tertawa. "Kalian terlihat akrab."

"Apa menurutmu begitu?"

Taehyung masih sibuk menyetir. "Beberapa hari ini, ia terlihat bahagia. Mungkin itu karenamu."

Aku menoleh kearahnya, namun tidak menjawab pernyataannya. Lalu Taehyung melirik kearahku sebentar. "Kau tidak terlihat seperti ARMY."

Aku terkekeh. "Memang apa yang harus aku lakukan untuk membuktikannya padamu?"

Ia tersenyum. "Seharusnya kau menunjukkan respon heboh. Seperti berteriak, melompat atau sejenisnya."

"Jadi aku harus berteriak dan melompat di dalam mobil?" Aku menatapnya geli

Sedangkan Taehyung dengan seenaknya menjawab, "Silahkan. Aku ingin lihat."

Kami pun tertawa. Tawanya sama persis seperti yang biasa aku lihat dibeberapa videonya. Dia memang asli.

Ia lalu bertanya, "Dimana rumahmu?"

Aku pun memberitahukan alamat rumahku. Dan ia mengatakan akan mengantarku pulang.

Taehyung kembali menoleh ke arahku, namun kali ini sedikit lama. "Kau terlihat sedikit pucat."

Aku menatapnya yang sedang fokus mengemudi.

Aku mengangguk, walau aku yakin ia tidak bisa melihatnya. "Aku sedikit merasa pusing."

Memang benar. Kepalaku sedikit pusing, tadi pun aku sangat merasa lelah dan memutuskan untuk pulang ke rumah meskipun hujan.

Tapi aku beruntung karena Taehyung datang. Jika tidak, mungkin aku masih duduk di halte menunggu bus datang dan aku benar-benar akan sakit.

Kudengar Taehyung menghela nafasnya. "Kau harus ke dokter."

Aku menggeleng. "Ahh.. Sireo." (Aku tidak mau)

Taehyung melirik kearahku. "Kau bisa sakit."

Belum sempat aku menjawab, Taehyung sudah lebih dulu memutar arah. Aku menatapnya heran.

Menyadari kebingunganku Taehyung berkata, "Kita harus periksa kesehatanmu."

Oh god. Aku hanya ingin pulang dan tidur.

Dan akhirnya, aku pun hanya sanggup menghela nafas. Pasrah akan kelakuannya.

.

Kini mobil yang ku tumpangi sudah mulai memasuki area rumahku.

Saat Taehyung membawaku ke klinik untuk memeriksaku, dokter mengatakan bahwa aku terkena anemia dan aku tidak mengatur pola makanku dengan baik.

Aku dapat mengingat Taehyung yang melotot marah kearahku saat itu, ia mengomeliku seakan-akan aku adalah adiknya. Bahkan ia juga yang membayar obat dan biaya periksaku.

Taehyung sangat baik.

Meskipun kami baru dekat hari ini, tapi dia sangat peduli. Dan aku masih tidak mengerti, mengapa ia rela menungguku saat hujan di depan restoran tadi hanya untuk membicarakan hal seperti itu.

Tapi jujur, model rambut mullet-nya itu membuatku sedikit takut meskipun ia sangat tampan dengan rambut hitamnya.

Taehyung memarkirkan mobilnya tepat di depan rumahku. Aku tersenyum kearahnya. "Oppa, terima kasih sudah membawaku ke dokter dan mengantarkanku pulang."

Bingung harus membalas kebaikkannya dengan apa, aku pun memutuskan untuk memberikan ayam goreng yang sedari tadi kubawa untuknya. "Oppa. Kau suka ayam goreng kan? Ini untukmu."

Taehyung tertawa. "Kalau begitu berikan aku nomor telponmu."

"Mwo?" Aku menatapnya tidak percaya.

Ia mengambil handphone-nya dan bersiap mengetik. "Katakan. Aku akan mencatatnya."

Dengan terburu-buru aku ikut membuka handphone-ku dan menyebutkan nomor telponku padanya. Jujur, selama ini aku tidak pernah hafal nomor telponku sendiri.

Lalu berapa saat kemudian, handphone ku berdering. Menunjukkan nomor asing yang kini menghubungiku.

Aku menatap Taehyung. Sedangkan dirinya kini tersenyum puas padaku. "Itu nomorku."

Aku kembali menatap layar handphone-ku lalu mengangguk ke arahnya, pertanda aku mengerti.

Aku menyembunyikan kegembiraanku dan tersenyum lebar ke arahnya. "Gomawo. Aku sangat senang." (Terima kasih)

Taehyung mengangguk ke arahku. "Cheonmaneyo." (Sama-sama.)

Aku menatap keluar mobil. Hujan sudah mulai mereda. Aku kembali menatapnya yang kini sedang mengetuk-ngetukkan jarinya. "Kalau begitu aku masuk."

Taehyung mengangguk.

Saat aku hendak membuka pintu, pergerakanku ditahan olehnya. Aku menoleh.

Tatapan Taehyung mengarah pada bungkusan berisi ayam goreng yang aku bawa. Aku terkekeh, dan kuberikan bungkusan ini padanya. "Untukmu."

Bodoh. Aku lupa bahwa aku tadi sempat mengatakan bahwa ini untuknya, dan aku dengan tidak mau malu hampir membawanya kembali.

But, hey! Taehyung tidak mengatakan bahwa ia setuju tadi.

Ia menerimanya sambil tersenyum bahagia. Wajahnya kini berbinar dan menatapku kagum. "Gomawo."

Sifat aslinya masih belum hilang meskipun usianya sudah bertambah.

Aku menatapnya masih dengan kekehan yang aku tujukan padanya. "Terima kasih kembali."

Lalu aku membuka pintu mobil dan keluar. Aku berlari menghindari gerimis yang masih membasahi jalanan lalu berdiri tepat di depan rumahku.

Aku menatap mobilnya yang kini mulai memutar balik dan kembali melaju. Aku menatap kepergiannya sampai mobil yang ia kendarai tidak terlihat olehku.

Kurasa setelah ini aku harus memasak terlebih dahulu sebelum makan malam lalu meminum obat, kemudian tidur.

.

Suara handphone bergetar diatas nakas membuat kedua kelopak mataku terpaksa terbuka.

Aku segera mengambil benda bergetar itu tanpa berniat bangkit dari ranjang. Ku lihat puluhan pesan masuk dari Hye Ra.

Aku menyernyitkan dahiku. "Ada apa dengannya?"

Baru saja aku akan membuka pesannya namun ia sudah menelpon ku terlebih dahulu. Aku segera mengangkatnya.

"Ya. Waegeuㅡ"

"Ji Eun-ah! Cepat nyalakan televisimu. Palli!" Ia berteriak padaku. (Cepat!)

Dengan terburu-buru aku bangun dari tidurku dan segera menyalakan televisiku. Belum sempat aku mengganti chanel-nya, sebuah berita menampilkan foto seorang pria buronan yang kupikir usianya tidak lebih tua dariku.

"Ada apa?" Aku bertanya pada Hye Ra yang masih tersambung denganku.

"Kau lihat beritanya? Seorang pria yang kini menjadi buronan itu?" Ia masih membuatku tidak mengerti.

"Eoh."

Hye Ra melanjutkan. "Dia adalah orang yang telah menabrakmu. Ia sempat melarikan diri dan hilang jejak. Namun semalam ia melakukan aksi pencurian dan membunuh sang pemilik rumah."

Aku menatap layar televisi dengan wajah terkejut. Dan benar, berita ditelevisi menyebutkan semua kejahatan yang ia lakukan.

Hye Ra kembali melanjutkan, "Korban dari pencurian sekaligus pembunuhan itu adalah keluarga temanku, dan itu mengingatkanku padamu. Saat ini kau sedang tinggal sendirian, dan aku ingin kau bisa lebih waspada."

Jujur, aku takut mendengar pernyataan Hye Ra.

Aku masih menatap foto yang ditampilkan di televisi. Aku dapat menyimpulkan, mungkin pria itu masih seumuran dengan Suga atau J-Hope. Ia masih terlihat muda.

"Ji Eun-ah." Hye Ra menyadarkanku.

"Ne?" (Ya?)

"Perhatikan wajahnya. Ingat, dia adalah orang yang telah menabrakmu."

Sh*t.

Kini aku menatap televisi yang menampilkan kejadian dekat Sinsa Station exit 6. Sebuah mobil hitam melaju dengan kencang dan tiba-tiba berhenti.

Lalu mobil itu berbelok mengambil arah lain dan kembali melaju dengan cepat. Setelah mobil itu pergi, terlihatlah seorang gadis menggunakan jaket berwarna biru tengah tergeletak ditengah jalan, terlihat ada darah di daerah kepalanya.

Gadis itu tidak sadarkan diri.

Disana terlihat orang-orang tengah terburu-buru berlari ke arah gadis itu, keadaan berubah jadi ramai. Aku juga dapat melihat Hye Ra yang ikut berlari lalu setelah melihat gadis itu, ia terlihat tengah menelpon.

Lalu beberapa saat, sebuah mobil ambulance datang.

Seorang pria memakai hoodie hitam oversize dan masker mendekat ke arah gadis tersebut, lalu menggendongnya untuk membantu memasukkannya ke dalam mobil ambulance.

Hye Ra juga ikut membantu membawakan tas yang sempat dibawa gadis itu. Dan ikut masuk ke dalam mobil.

Tubuhku meremang seketika.


Gadis berjaket biru itu adalahㅡ

ㅡaku.

"Ji Eun-ah, kau dengar aku?" Hye Ra memanggilku.

Aku menatap tajam layar televisi. Aku mengepalkan tanganku sampai memutih.

Aku mengangguk. "Ne. Aku akan mengingat wajah pelakunya dan menangkap orang jahat itu."

***

Annyeong~
Update pagi loh ini.. 😚

Masih ada yang baca kan? Iya kan? 😅
Aslinya mau aku up kemarin tapi lupa, mian..😂

Keep voment ya readers ku tercintah..
See you soon~ 😘
.

-gsl-

⬇ (tap vote juseyo😊)

Seguir leyendo

También te gustarán

50.7K 11.3K 36
[COMPLETED] Gadis yang selalu terlihat murung di depan sebuah piano tua yang ada di ruang musik sekolah itu membuat seorang Min Yoongi penasaran. My...
6.8K 280 22
belajar bahasa korea pada part.1 ini mengajarkan tentang hangul. huruf huruf hangul. cara menggunakan. dan cara penggabungan. Dan juga sedikit kosa k...
74.6K 10.5K 77
Rena terguncang atas pengakuan dari Taehyung yang membuat hatinya terluka. Kesedihannya itu membuatnya berpaling pada laut pasang. Namun ternyata, it...
49.8K 5.7K 35
TAMAT. ✔ Pembaca diharap bijak!!! Beberapa scene mungkin kurang nyaman untuk beberapa pembaca. *** "Aku tahu dibalik dunia yang nyata, pasti ada du...