Magic Shop

By imegis

239K 31.5K 3.7K

[180614] - [200113] Kupikir, bertemu dengan sang idola itu sebuah harapan mustahil. Mengingat latar belakang... More

Prologue
Ch. 1 : Begin
Ch. 2 : Awake
Ch. 3 : Euphoria
Ch. 4 : Butterfly
Ch. 5 : Her
Ch. 7 : I Like It
Ch. 8 : Danger
Ch. 9 : First Love
Ch. 10 : Don't Leave Me
Ch. 11 : Love
Ch. 12 : Pied Piper
Ch. 13 : Go Go
Ch. 14 : I Know
Ch. 15 : Trouble
Ch. 16 : Am I Wrong?
Ch. 17 : UhGood
Ch. 18 : Let Go
Ch. 19 : Love Maze
Ch. 20 : I Like It (Pt.2)
Ch. 21 : N.O
Ch. 22 : Ddaeng
Ch. 23 : Moving On
Ch. 24 : Hug Me
Ch. 25 : Lost
Ch. 26 : Let Me Know
Ch. 27 : Beautiful
Ch. 28 : Stigma
Ch. 29 : Anpanman
Ch. 30 : Answer
Ch. 31 : Serendipity
Ch. 32 : 24/7
Ch. 33 : Nothing Like Us
Ch. 34 : Miss Right
Ch. 35 : Save Me
Ch. 36 : Epiphany
Ch. 37 : Singularity
Ch. 38 : Coffee
Ch. 39 : So What
Ch. 40 : Blood, Sweat and Tears
Ch. 41 : Light
Ch. 42 : 2! 3! (Hoping for Better Today)
Ch. 43 : I'm Fine
Ch. 44 : Come Back Home
Ch. 45 : Heartbeat
Ch. 46 : A Brand New Day
Epilogue : Dream Glow
Ji Eun's Gallery
Author's Note
Announcement
Bonus Chapter : Padlock of Love
Bonus Chapter 2 : Surprise

Ch. 6 : Good Day

5.8K 834 60
By imegis

"I am waiting for you
Are you also waiting for me like this?"

.
.

Aku masih tidak percaya akan kehadirannya.

Pria dihadapanku ini masih menatapku dengan tersenyum. Namun beberapa saat kemudian, senyum itu perlahan luntur.

Ia menatapku dengan cemas. Apa ia curiga bahwa aku salah satu fansnya?

Aku sadar, raut wajahku sangat mudah ditebak. Jadi kurads ia tahu apa yang ada dipikiranku.

Kini aku refleks menunduk, memalingkan wajahku darinya. Lalu aku dapat mendengar suara bibi Yoon, pemilik restoran ini menyapanya dengan ramah.

"Aigoo, Taehyung-ah. Kau datang lagi."

Taehyung tersenyum ke arahnya, lalu membungkuk sedikit. "Ne, imo." (Ya, bibi.)

Lalu Taehyung kembali menatap ke arahku. Bibi yang melihatnya, langsung memperkenalkanku padanya.

Bibi Yoon memegang pundakku. "Oh, perkenalkan. Ia adalah pekerja baruku, Han Ji Eun. Ia sangat ramah dan baik, ia juga pekerja keras."

Aku membungkukkan tubuhku pada Taehyung tanpa menatapnya. "Annyeonghaseyo, Han Ji Eun imnida"

Taehyung ikut membungkukkan tubuhnya, namun ia tidak perkenalkan namanya padaku. Mungkin ia tahu bahwa aku sudah mengetahui namanya.

Hey.. siapa yang tidak kenal Bangtan di negara ini?

Saat ini BTS sedang berada dipuncaknya. Apalagi Taehyung, ia pernah mendapatkan peringkat nomor 1 kategori pria tertampan di seluruh dunia tahun 2017. Jelas semua orang kini mengenalnya.

Bibi Yoon lalu menyuruhnya duduk di ruangan khusus agar tidak menjadi pusat perhatian. Bedanya ruangan itu memiliki pintu yang bisa ditutup dan duduknya lesehan.

Sedangkan aku kini sibuk membersihkan meja lain yang habis digunakan pelanggan.

Bibi Yoon bertanya padanya, "Kau ingin pesan apa?"

Aku menatap ke arah mereka sekilas. Lalu Taehyung menjawab, "Seperti biasa saja."

Aku dapat mendengar suara mereka dengan jelas dari sini. Taehyung lalu bertanya, "Tidak biasanya Imo menerima pekerja baru. Ada apa?"

Bibi Yoon menjawab, "Akhir-akhir ini tubuhku sering merasa lelah dan pelanggan semakin banyak. Bagaimana pun pada akhirnya aku butuh bantuan orang lain, jadi aku memasang sebuah papan iklan di depan pintu."

Aku mendengar wanita paruh baya itu tertawa. "Namun tidak sampai satu menit aku memasang papan iklan itu, Ji Eun melihatnya. Lalu ia menawarkan dirinya untuk bekerja padaku. Jadi aku menerimanya, dan ternyata ia sangat baik dalam bekerja. Aku menyukainya."

Senyumku terlukis, aku juga dapat mendengar Taehyung tertawa mendengar ceritanya.

Setelah aku membersihkan meja, Bibi Yoon menyuruhku untuk mengambilkan pesanan Taehyung. Begitu aku selesai menyiapkan pesanan, segera ku antar ke meja Taehyung.

Ku lihat mereka yang sedang berbincang. Seolah tidak peduli, aku pun berlutut lalu meletakkan daging, sayuran dan alat memanggang di meja Taehyung.

Bibi Yoon kembali bertanya padanya, "Tidak biasanya kau datang kesini sendiri. Dimana member yang lain?"

Taehyung tersenyum ke arah Bibi. "Sebentar lagi mereka akan datang."

Pernyataannya sukses membuatku refleks menoleh ke arahnya. Dan sialnya, ia juga kini sedang menatapku dengan tatapan menyelidik.

Wajahnya seakan menunjukkan bahwa dia sangat penasaran dengan responku. Aku tahu itu.

Dengan cepat aku memalingkan wajahku dan kembali meletakan pesanannya di meja.

Jika member lain akan kesini, berarti Jungkook juga akan datang.

Mengingatnya, membuatku jadi bersemangat. Kurasa hari ini aku akan di suguhi pemandangan indah dari tujuh pria idamanku.

Beberapa saat kemudian, aku mendengar suara pintu restoran terbuka dan benar saja, mereka datang.

Semua member datang kesini.

Kulihat mereka satu persatu masuk ke dalam restoran. "Hyung, yeogi." Taehyung berteriak kearah mereka. (disini)

Jin lalu melambaikan tangannya ke arah Taehyung.

Dapat kulihat Jungkook berada di paling belakang. Ia terus berjalan sambil menunduk.

Hal yang menarik perhatianku adalah, mereka semua berambut hitam, membuat wajah-wajah itu terlihat semakin tampan. Dan mereka berjalan kearahku, atau lebih tepatnya kearah Taehyung.

Aku hanya bisa terpaku menatap mereka semua. Jujur, jantungku sedang tidak normal saat ini. Andai saja ini adalah hari ulang tahunku, maka akan aku anggap ini sebagai hadiah terbaik untukku.

Lalu aku segera bangkit dan berdiri di samping pintu, menunggu mereka yang kini sedang masuk ke dalam ruangan karena aku ingin keluar dari ruangan ini.

Aku tidak akan sanggup bertahan jika berada bersama mereka. Bisa-bisa aku terkena serangan jantung mendadak.

Aku sibuk menatap mereka yang sedang mencari posisi duduk, lalu terakhir aku melihat Jungkook yang sedang melepas sepatunya dan berjalan masuk. Akhir-akhir ini aku jadi sering memikirkannya dibanding member lain. Mungkin karena kami sering berkomunikasi melalui chat.

Lalu tiba-tiba Jungkook mengangkat kepalanya dan menoleh kearahku. Pandangan kami pun saling bertemu.

Ia menatapku dengan terkejut. "Eoh."

Suara terkejutnya sukses membuat member lain, termasuk Bibi Yoon menatap kearah kami.

Aku menelan salivaku. Bahkan tanpa sadar aku memainkan jari-jari kakiku karena gugup.

Kulihat seisi ruangan ini menatap kami dengan penuh tanda tanya. Dan Taehyung, entah kenapa ia justru menatap kami dengan tatapan aneh.

Lalu aku kembali menatap Jungkook, berharap ia akan berpura-pura tidak mengenalku. Jika ada yang tahu bahwa kami saling kenal, aku takut akan terjadi masalah.

Namun, seperti bisa membaca pikiranku, Jungkook tiba-tiba menunduk dan meminta maaf padaku. "Mianhaeyo. Aku terkejut karena tidak tahu ada orang berdiri disini."

Ekspresi wajahnya tiba-tiba berubah seakan ia tidak mengenalku.

Aku menghela nafas lega lalu berkata, "Ahh. Gwaenchanhayo."

Jungkook sempat tersenyum padaku sebelum berjalan ke arah dimana para hyung-nya duduk.

Lalu aku keluar bersama Bibi Yoon. Saat aku sedang memakai sepatuku, aku dapat mendengar suara Jin dan Jimin yang menertawakan Jungkook, dan itu sukses membuatku jadi ikut terkikik.

Tawa mereka benar-benar membuat mood ku menjadi lebih baik.

*

Aku kini sibuk berjalan kesana kemari melayani para pembeli. Hari ini sangat ramai, pantas saja Bibi Yoon membuka lowongan pekerjaan. Jika ramai seperti ini, pasti Bibi akan kelelahan.

Tugasku hanya menjadi seorang pelayan, sedangkan Bibi Yoon bertugas di kasir dan dapur. Lalu biasanya saat restoran akan tutup, kami membersihkan piring kotor secara bersamaan.

Aku berjalan membawa nampan yang berisi ayam goreng ke meja yang berada di dekat jendela.

Lalu setelah melayani mereka, aku menoleh ke ruangan dimana semua member BTS berada.

Meskipun saat ini restoran sedang ramai, namun pintu ruangan itu tidak ditutup secara rapat. Aku dapat melihat masih ada sejengkal celah di pintu itu.

Awalnya aku tidak peduli, namun saat aku melihatnya dengan teliti, ternyata ada Jungkook yang kini sedang memperhatikanku.

Mungkin aku salah lihat. Namun ku perhatikan lagi, ternyata benar. Ia sedang menatapku.

Bahkan ia kini sedang tersenyum kearahku. Wajah itu benar-benar menggemaskan, dan aku jadi tertawa karena gemas olehnya.

Dan seperti virus yang menular, Jungkook pun jadi ikut tertawa saat melihatku.

Lalu aku memberi isyarat bahwa aku harus kembali bekerja, dan ia menganggukkan kepalanya. Aku pun beranjak pergi.

Beberapa saat kemudian, restoran kembali sepi. Semua pelanggan sudah pergi, hanya tersisa aku yang kini sedang mengelap meja.

Brakkk

Tiba-tiba terdengar suara pintu seret yang dibuka secara kasar yang berhasil membuatku terkejut, refleks aku menoleh kearah sumber suara dengan tatapan horror.

Kulihat Namjoon yang kini menatapku dengan ekspresi terkejut. Dan biar kutebak, pasti ialah pelaku yang membuka pintu seperti orang kesetanan tadi.

Yoongi lalu menepuk pundaknya dengan kasar. "Ya, Namjoon-ah. Kau bisa merusak pintunya."

Lalu Hoseok tertawa sambil menujukku. "Lihat, gadis itu bahkan sampai terkejut."

Kini semua member jadi menatap ke arahku lalu tertawa. Sedangkan aku hanya terkekeh canggung dihadapan mereka.

Namjoon juga kini tertawa canggung. Ia berjalan ke arahku lalu membungkuk sambil meminta maaf. Kulihat semua member juga jadi ikut menghampiriku.

Jimin tersenyum ke arahku. "Tolong maafkan Namjoon-hyung. Ia memang ceroboh. Ku harap hyung tidak merusak pintunya." Ucapnya sambil menepuk pundak sang leader.

"Jika pintunya rusak, kau bisa hubungi kami untuk ganti ruginya." Ucap Taehyung yang akhirnya bicara padaku.

Aku mengangguk sambil tertawa karena ucapan Jimin dan Taehyung.
Memang benar. Namjoon adalah satu-satunya member yang mempunyai julukan 'God of destruction' Karena hampir semua barang yang ia sentuh bisa rusak.

Tawa kami pun berhenti, kini atmosfernya jadi terasa sepi. Aku menatap mereka satu persatu.

Mereka semua menatapku sambil tersenyum. Aku jadi merasa terharu.

Selama ini, aku tidak pernah mendapatkan sebuah keajaiban seindah ini. Dulu saat aku masih di Gwangjin-gu, meskipun itu masih kota Seoul. Aku sama sekali tidak pernah bertemu mereka.

Saat aku dalam masa sulit, mereka lah yang mampu membuatku tertawa. Saat aku ditingkat terakhir SMP, aku sering di bully oleh teman-temanku. Aku sempat berpikir bahwa aku ingin menyerah, namun dengan karyanya, mereka mampu membuatku bertahan dan membuatku lebih kuat lagi.

Aku selalu berharap suatu saat, aku mendapat izin untuk menonton konser mereka. Aku selalu berharap bisa menghadiri event fansign mereka.

Aku sangat ingin bertemu. Namun sayang, aku hanya bisa berharap dan menunggu sebuah keajaiban akan mempertemukan kami suatu saat nanti.

Dan saat ini mereka yang ku cintai, orang yang membuatku semangat menjalani hidup, kini berdiri dihadapanku dan menatapku sembari tersenyum.

Aku sangat bersyukur.

Dadaku jadi terasa sesak. Mataku jadi terasa perih, dan kurasa sebentar lagi air mataku akan keluar.

Ahh.. Ini tidak bagus.

Tidak. Aku tidak bersedih.

Aku bahagia. Sangat bahagia.

Aku segera menundukkan kepalaku, mengalihkan tatapanku dari mereka. Air mata mulai merembas dari kelopak mataku.

Dan aku kembali bersyukur karena Bibi Yoon datang menghampiri kami disaat yang tepat.

Dengan kepala yang masih aku tundukkan, aku membungkuk kearah mereka lalu berjalan ke arah dapur dan tangisku pun pecah. Tentu saja aku menghindari mereka.

Aku tidak ingin mereka melihatku menangis. Aku tidak ingin mereka tahu aku adalah salah satu dari fans nya.
Cukup Jungkook saja yang tahu, aku juga tidak ingin Jungkook menjauh dariku.

Walau sebenarnya aku pernah menolak hal ini akan terjadi, menolak bahwa Jungkook akan jadi sedekat ini denganku. Namun seiring berjalannya waktu, ternyata sifat alami manusia mulai muncul dalam diriku.

Aku ingin merasa lebih dekat lagi dengannya, dan aku sadar. Kebahagiaanku saat ini akan menyakitiku juga pada akhirnya.

Beberapa saat kemudian, aku mendengar mereka semua berterima kasih pada Bibi Yoon dan juga terdengar suara pintu terbuka. Dengan hati-hati aku mengintip keluar. Kulihat kini mereka sedang berjalan keluar restoran.

Kuhapus air mataku lalu keluar dari tempat persembunyian untuk menghampiri Bibi Yoon dan berdiri di belakang wanita paruh bawa tersebut.

Aku menatap kepergian mereka melalui jendela restoran. Mereka memasuki mobil berwarna hitam yang mungkin dikendarai oleh managernya. Lalu mobil itu mulai berjalan dan menjauh.

Saat mereka hilang hari pandangan kami, Bibi Yoon menoleh. Ia terkejut oleh kehadiranku, namun di detik berikutnya Bibi Yoon menatapku khawatir.

"Aigoo. Kenapa kau menangis?"

Aku menatap Bibi Yoon heran. "Apa wajahku terlihat habis menangis?"

Bibi menganggukkan kepalanya. "Waegeuraeyo?" (Apa yang terjadi?)

Aku mengalihkan pandanganku ke arah jendela. "Eopseoyo." (Tidak ada.)

Kami terdiam selama beberapa menit.

Ku dengar Bibi Yoon menghela nafasnya lalu merangkul pundakku. Aku menoleh kearahnya yang kini sedang tersenyum. "Kau tahu? Seseorang yang mengalihkan pandangannya saat berbicara, biasanya ia sedang berbohong."

Aku tertegun.

Bibi melanjutkan, "Kau mengalihkan pandanganmu ke arah jendela, tatapanmu menerawang jauh pada mobil itu. Dan biar kutebak, masalahmu ada pada mereka, bukan?"

Aku menatapnya terkejut. "Aku sama sekali tidak memikirkan Bangtan."

"Aku tidak bilang kalau 'mereka' yang ku maksud itu Bangtan, 'kan?"

Skakmat!

Bibi Yoon tersenyum mengejek, lalu kembali ke dapur. Meninggalkanku yang masih terpaku.

Aku menghela nafas lalu menepuk kepalaku sendiri.

Mungkin aku harus meninggalkan kebiasaan burukku yang selalu bersikap spontan.

Jika di pikir-pikir, ternyata aku termasuk orang yang menyebalkan. Selalu bersikap seenaknya, pantas saja ibuku dulu sering memarahiku. Aku juga pernah memotret Jungkook dengan cara yang tidak sopan.

Dan jangan bilang bahwa Jungkook juga menilaiku seperti ini.

Arghh! Andwae...

*

Malam ini restoran tutup lebih awal. Angin malam menusuk kulitku yang hanya tertutup oleh pakaian tipis, gerimis sisa hujan petang tadi masih membasahi jalanan aspal.

Aku berjalan sambil memakai payung, di tangan kiriku terdapat ayam goreng yang tadi Bibi Yoon berikan untuk ku bawa pulang.

Ibu saat ini juga sedang tidak ada di rumah. Ia bilang selama seminggu ini, ia akan pergi ke rumah saudara kami yang berada di Jepang. Sebenarnya aku diajak, namun aku memilih untuk tidak ikut karena pasti akan ada perubahan yang tidak aku duga lagi.

Ya. Karena aku hidup di dunia yang berbeda dari sebelumnya.

Jadi aku memutuskan untuk mengajak Hye Ra menginap dirumahku. Dan ibu pun mengizinkannya.

Ini pasti akan menyenangkan.

Aku membelokkan langkah kakiku ke arah cafe yang sudah kami sepakati sebelumnya untuk bertemu.

Begitu aku masuk, aku mengedarkan pandanganku ke setiap sudut cafe. Dan aku menemukan Hye Ra yang sedang asik memainkan handphone-nya di barisan paling ujung, aku pun segera menghampirinya.

Saat aku tiba, aku segera duduk dihadapannya. Hye Ra yang menyadari keberadaanku, langsung tersenyum.

"Ya. Harusnya kau bilang kalau sudah sampai."

Aku menatapnya geli. "Yang penting aku sudah datang 'kan?"

Hye Ra tertawa lalu memberikanku sebuah jaket dan sebuah secangkir kopi yang ku tebak adalah vanilla latte.

Aku menatap jaket tersebut lalu kembali menatap kearahnya. Seakan mengerti maksudku, Hye Ra segera menjelaskan. "Aku sudah menduga kau akan memakai pakaian yang tipis, jadi aku membawakan jaket ini untukmu."

Oh. Aku terharu.

Kutatap dia dengan kagum. "Aigoo.. kau sangat baik Kim Hye Ra-ssi"

Detik berikutnya, ia justru malah tersenyum sombong sambil mengibaskan rambutnya ke belakang dengan wajah sok cantik.

Jujur. Aku jadi ingin memukulnya.

Aku memutar kedua bola mataku. "Jadi, kita ke rumahku sekarang?"

"Ok." Hye Ra menganggukkan kepalanya.

Kami berdua pun berjalan ke luar cafe setelah memakai jaket. Gerimis sudah berhenti, jadi kami tidak perlu memakai payung lagi.

Di perjalanan kami saling mengobrol dan berbincang membahas idol kami yang sebentar lagi akan comeback. Menyenangkan bukan, jika sesama fangirl sedang bersama. Kami tidak akan kehabisan topik pembicaraan.

Tak terasa, beberapa menit kemudian kami sampai di rumahku.

Aku membuka pintu, menyalakan lampu, lalu mempersilahkan Hye Ra untuk masuk. Aku mengajaknya ke ruang yang ada televisi-nya sambil memakan ayam yang tadi Bibi Yoon berikan untukku.

Kami saling tertawa menonton acara televisi yang menampilkan drama-komedi.

Lalu aku teringat, mungkin aku harus menceritakan masalahku pada Hye Ra. Lagi pula, meskipun kami baru kenal sekitar sepuluh hari yang lalu, kami sudah sangat dekat. Bahkan Hye Ra memberikan kalung persahabatan saat aku keluar dari rumah sakit.

Aku menoleh, menatap Hye Ra yang kini sedang sibuk menggigit ayam goreng. Aku berdehem sejenak lalu memanggilnya. "Hye Ra-ya."

"Eum?" Ia masih sibuk dengan makanannya.

"Apa kau mempercayaiku?" Aku menatapnya penasaran.

Lalu ia balas menatapku setelah susah payah menelan apa yang ada dimulutnya. "Tentu saja. Kita sahabat, bukan?"

Benarkan, dia menganggapku sahabat?

Aku masih ragu untuk mengatakannya, namun pada akhirnya tetap ku katakan juga. "Kalau begitu, apa kau percaya kalau aku bukan berasal dari dunia ini?"

"Jangan mengkhayal."

"Aku serius."

Hye Ra meletakkan ayam goreng yang ada di tangannya, lalu kembali menatapku. Wajahnya terlihat seperti sedang menilai diriku se-intens mungkin. Di detik berikutnya, ekspresi gadis itu berubah seakan-akan terkejut dengan pernyataanku.

"A-apa kau benar-benar serius?"

Aku menganggukkan kepalaku. "Sangat serius."

Lalu Hye Ra tiba-tiba menutup mulutnya. Ia menatapku tidak percaya. "Wajahmu terlihat serius. Itu artinya kau jujur, kan?"

Aku kembali menganggukkan kepalaku.

Seketika Hye Ra langsung meraih pundakku dan meremasnya. "Kalau begitu ceritakan padaku."

Ia menatapku tajam. "Sedetail-detailnya."

***

Yuhuuu~ Saya balik lagi.. 😘

Oww... HAPPY BIRTHDAY MY KELINCI BEROTOT~ 😘
🎉 #HAPPYJKDAY #JKMagicDay #LittleEuphoriaDay 💜

Ga tau kenapa inget perubahan dia jadi pen mewek😭 Dulu masih kecil, polos & sekarang udah dewasa, makin tinggi.

Moga kedepannya Bangtan makin sukses terusssss... Aminn~ 😊

Ahh.. jgn lupa voment yah guyss.. kemrin aku liat vote nya jadi menurun, terus aku mikir, 'apa gara2 aku sering update lama jadi para readers jengkel sama aku?' 😅

Makanya sekarang aku percepat. 😙

Ok. Cukup sekian.
See you soon, guysss...
I love youuu~ 💜

-gsl-

(klik vote juseyo😆)

Continue Reading

You'll Also Like

43.1K 4.4K 11
Np : (Cerita ini dibuat berdasarkan pengetahuan dangkal tentang 'Limbo'. Tidak sepenuhnya benar) Y.n (Your Name) "Bahkan Surga dan Neraka menolak" "B...
1.5M 140K 72
Ziel adalah candu. Tawanya Candanya Aroma tubuhnya Senyum manisnya Suara merajuknya dan Umpatannya. . . . "Ngeri bang." - Ziel "Wake up, Zainka."...
220K 19.8K 33
"I think ... I like you." - Kathrina. "You make me hate you the most." - Gita. Pernahkah kalian membayangkan kehidupan kalian yang mulanya sederhana...
218K 17.9K 90
"Jadi, saya jatuh dan cinta sendirian ya?" Disclaimer! Ini fiksi nggak ada sangkut pautnya di dunia nyata, tolong bijak dalam membaca dan berkomentar...