That time when we're together...

By Hayioctober

19.2K 1.4K 73

Contoh, sebagai gadis populer, aku juga harus mengalami ini. "kamu mutusin aku?" setidaknya, suaraku terdenga... More

1. It just happens...
2. How long are you gonna be broken heart?
3. Life doesn't get better easily
4. Bad day
5. Dating your classmate should have some sort of warning.
6. Sometimes, shit just follows you everywhere
7. bad luck
8. He cares?
9. when you want to throw yourself under a moving bus
10. Crazy plan by crazy people
11. That level of beauty you have
12. Another world war
13. Please heart
14. Stupid people makes stupid plan
15. Another stupid people
16. Good job!
17 when you dig your own grave
18. There goes another dignity
19. you serious?
20 a stranger comes
21. stumbled
22. Such a cute teddy bear
23. There goes self esteem
24. When your habit kicking in.
25 Can death just come?
26. Sweet Cheese Cake
27. It will be fine
28. Fine doesn't come that fast
29. Meeting the cat
30. The sister
31. Double date
32. French Fries
33 Party prep
34. A little flirting
35. Gossip time
36. Balada Indomie
37. A yoga story
38. Rainy
39. Crashing a Party Like ....
40. That level of silliness
41. A basket of fruit and a bouquet of flowers
42. The packages
43. The proposal
44. Hand in hand
45. Ignored
46. I am special, you know.
47. Healing time
48. Is it a battlefield?
49. Being a refugee
50. A kiss
51. The 'perhaps' option
52. It's over. The end
53. A new friend
54. Another bazaar story
55. A Flirting game
56. Some cats are fighting
57. sometimes, you just have zero expectation
58. It is over
59. Dejavu
60. It is not funny.
61. Tisyu talk
63. When you can freely talk with your ex, congrats.
64. Late night drama
65. Lets do the talk. Under the stars. Talk about times.
66. That time when we're together and that time that will be spent together.

62. Why should I?

210 16 0
By Hayioctober

62 why should I?

Ini cukup aneh. Aku tak bisa memberikan alasan yang tepat tapi perkara tisyu itu berputar dikepalaku sepanjang malam dan semakin kupikirkan, membuatku semakin ingin membunuh Garra. Dari mana mereka bisa mengambil kesimpulan kalau anak itu menyukaiku?!

Dia menyukaiku? Dia menyukaiku tapi terlihat sangat gembira di semua foto kegiatannya yang super padat bersama semua orang.

Dia menyukaiku? Dia menyukaiku tapi tak sekalipun sekedar meluangkan waktu untuk mengirim pesan?

Dia menyukaiku? Dia menyukaiku tapi kemana-mana bersama Chalichacha. Apa Chilaca? Apa Cilacap? Oke. Masa bodoh dengan nama wanita hina itu. Maksudku, hima.

"MEH!!"

"Astagfirullah! Farhan!!" reflek aku memukulnya dengan tas yang sedang kupeluk. Dia mengelak kekiri dan kekanan tapi aku mengejarnya dengan tekun. Jedi menangkap tasku baru menjadi akhir perkelahian kecil kami.

"ngapain ngelamun? Selesai ujian. Waktunya gembira. Waktunya hepi!" aku ingin mengukir kata happy dikening Farhan dengan pisau belati rasanya.

"argh! Kayaknya salah jawab semua. Gara-gara Putri nih. Nenek sihir itu bikin aku gagal belajar." Dia sepanjang malam menceramahiku tanpa henti. Tak berbelas kasih. Belum lagi gagal tidur karena kasus tisyu. Aku minum satu gelas kopi pahit demi membuka mata pagi ini.

Aku sudah mengalami hari yang sangat berat dan ini baru jam 10.

Kelas ramai dengan selesainya ujian. Semua orang terlihat sudah punya jadwal yang sangat padat. Ada yang berniat karaoke, ada yang akan pergi makan-makan atau kaum elit disudut kelas masih membahas soal ujian.

Sementara aku, tertangkap sedang termenung memandang layar gelap hape yang sudah begitu sejak berabad-abad lalu rasanya.

"malam ini kita mau makan-makan di café nya Garra. ikutan?" tawar Jedi. Dia memasukkan bukuku yang masih berserakan sementara aku masih bergantung di kursi. Masih belum sepenuhnya sadar untuk menjadi manusia bebas.

Dimana?

"siapa Garra?" apa aku kenal seseorang dengan nama Garra? Tunggu, apa Garra itu nama manusia? Kamu yakin bukan nama sejenis benda?

Farhan ngakak. Jedi ikut tertawa setelah berusaha menahannya beberapa detik.

"gimana kalau habis semester ini kita gak usah sok temanan lagi?"

"alah. Kamu gak bisa hidup tanpa kita Me. Gak usah sok kuat deh." Mereka lanjut tertawa. Aku langsung berbalik akan kabur ke sekumpulan geng rumpi dibelakang, berniat membuktikan kalau aku masih akan hidup. Tapi dia menangkap tali tas ku. Memaksaku kembali duduk.

"jadi gimana? Ikutan?"

"gak."

"udah berapa lama? Hampir sebulan apa ya? Mau berapa lama kalian berantem?" dia bilang, lebih dari 3 hari tidak bertegur sapa itu haram hukumnya. Aku bilang dia sok tahu, dia malah bilang aku tak punya agama. Sungguh, aku punya teman yang tak pernah masuk PKN waktu SMA.

Mereka masih ngotot mengajakku untuk ikut sepanjang perjalanan dari kelas ke parkiran. Kami akan pergi makan bareng satu kelas yang mungkin akan dilanjutkan dengan acara tak penting lainnya. Meski aku tetap bertahan tak mengenal Garra, mereka tak pantang mundur.

"semua anak kosan kamu ikut kok. Kamu mau sendirian dirumah?"

"kenapa emang?" dia salah. Aku sangat suka ditinggal sendirian dirumah.

Mereka putuskan kalau aku orang yang paling keras kepala di dunia saat gagal membuatku menjawab bersedia.

***

Aku mengunci pintu kamar.

Dan mereka habis-habisan mengetok pintu kamarku.

Selama nyaris sepanjang sore.

Meski mereka memakiku sebuas apapun, aku bergeming. Mematikan lampu, menyumpal telingaku dengan headset dan tidur. Aku capek habis karoukean sekelas. Bersosialiasi selalu menghisap semua energy yang ada dibadanku dan aku tak punya kekuatan untuk bersosialisasi ronde dua. Saat aku terbangun, itu sudah jam setengah 9 dan ada puluhan missed call masuk ke hape. Beserta semua pesan WA yang dikirim dengan sangat sadis.

Aku menyalakan lampu sembari scrolling melihat pesan yang masuk. Isinya ya, mereka yang makan bareng disana. Aku Cuma membaca bagian depan pesan tanpa membukanya. Lapar. Mari kita keluar dan cari makan Momo...

Berniat tak terlihat menyedihkan, aku sengaja berdandan.

"dimana? Ngapain? Aku jemput ya."

5 menit kemudian aku sudah didepan kosannya si dokter. Dia menungguku dipinggir jalan bersama helm. Dipikir, kami sungguh sangat aneh untuk berteman.

"mau makan apa?" dia menggosok mata. Aku menuduhnya belum cuci muka dan dia mengelak dengan sangat cepat. Terlalu cepat malah makin mencurigakan.

"belum tahu. Lesehan depan aja yok."

Dia memandangiku. "kamu dandan kayak gini Cuma mau ke lesehan depan?"

Menurutnya, dengan berwarnanya bibirku, itu pertanda aku berdandan. Dia benar tentu saja. Selayaknya orang, tidak akan membahas ini, tapi dia bukan manusia jadi semuanya berbeda. Matanya sangat curiga pada baju berlengan flare yang kupakai karena saat malam biasanya aku muncul dengan kaos oblong dan celana.

"mau berangkat gak?" dia bisa tinggal kalau tak mau. Dengan menyebalkan, dia tersenyum simpul sebelum mengambil alih kendaraan. Aku bilang akan mengancamnya kalau sampai menghubungi Putri.

Benar, tak sampai 5 menit kami tiba di lesehan yang terlihat cukup ramai. Ujian yang selesai mungkin salah satu penyebabnya. Terlihat sangat penuh dan juga berkabut asap dari pembakaran. Yang ada dipikiranku Cuma, pulang. Belum apa-apa, aku sudah gerah dan kalau kepanasan, aku berubah menjadai Hulk.

"kita ke ice cream aja yok? bisa pingsan ini. Rame banget." terlihat seperti akuarium yang kepenuhan dan kekurangan oksigen. Aku tidak datang untuk ini. Saat menengok, dia hampir tertidur ke pintu lesehan.

Aku menyikutnya dan dia sontak bangun sambil meringis sambil bertanya kenapa. Sumpah. Dari semua manusia, ingatkan kenapa Cuma dia manusia yang bisa kuajak?

Bermotoran, kami pindah ke coffee shop langgananku yang juga menjual ice cream. Aku berusaha menghindari cake tapi apa mau dikata. Kalau sudah disini, perkara wajib untuk makanan manis.

Meski tak bisa dikatakan sepi, ini cukup lebih manusiawi. Tanpa asap, dengan music dan pelayan cakep.

"ice cream apa ice cream?" dokter menyikutku saat pelayan cakepnya menyapa dengan akrab. Menerangkan frekuensi seringnya aku kesini dan akhir-akhir ini, aku memang sering kesini. Sendiri. Sambil berharap ada penulis cakep tempo hari muncul.

Maaf. Ku akui aku sedikit banyak bukan diriku akhir-akhir ini.

"ice cream." Jawabku pasti. Mendorongnya ke bagian ice cream untuk memilih racikan. Tak terlalu banyak pilihan tapi ini lebih dari cukup. Belum lagi harganya yang tak selangit. Hihi

"hai Me. Bareng siapa nih?" oke, saking seringnya kesini, aku sudah berkenalan.

"kalau aku bilang ini dokter, percaya?"

Namanya Chandra. Anak fak Ekonomi. Bekerja sambil kuliah. Aku bukan orang yang gampang berkenalan jadi kami kenal lewat dia yang merekomendasikan perpaduan rasa saat aku Cuma memandangnya dengan sangat pasrah sepulang mengantar acqua tempo hari. Hari yang cukup bersejarah.

Chandra sok berpikir sebentar sebelum bilang, semua hal bisa terjadi karena dunia sudah sangat demokratis dan menerima segala bentuk kemungkinan.

"hebat. kamu orang pertama yang punya jawaban yang paling bijaksana."

"biasanya dijawab apa?"

"dia lebih mirip pasien dari pada dokter." Dokter mendesis terkejut dengan jawabanku. "oke, aku minta rekomendasi. Buat dia, buat aku. Mahal gak papa, dia yang bayar." Chandra yang mengacungkan jempol dan si dokter yang langsung sadar apa tujuan dia dibawa kesini.

"kata kamu gak akan minta traktir karena bentar lagi kita pisah. Mau ngelepas image tukang minta traktir."

"masa? Kapan aku bilang?" dia berusaha mengingat saat aku menariknya untuk duduk bersama ice cream dan sepotong kue masing-masing.

Dokter menyipitkan matanya sambil menyuapi es. "tukang minta traktir, tukang gagal move on." Desisnya.

Aku tersedak. "siapa gagal move on? Aku gak cemburu-cemburu lagi ya sama Jedi."

"Jedi? Uwah.... Kamu pintar pura-pura lupa ya Me sekarang. Bener nih kata Putri, otaknya terlalu dipaksa belajar."

Aku melotot. "aku bisa seriusan lupain kamu sekarang. Mau coba?"

"meme meme..."

"apaan."

"gak. Kamu tahu kan kalau disana sekarang ada Garra yang lagi ketawa-ketawa bareng sama Icha." Dia menunjukku dengan sendok. Jangan tanya aku bagaimana dia tahu dimana Garra apalagi siapa Icha.

Sendokku sendiri berhenti di tengah jalan. Berniat memasukkan satu potongan besar kue dan berhenti mendadak sebelum tiba. Aku kaget. Dia tersenyum sok paham. Dengan reflek aku langsung melihat sekeliling. Tak lucu kalau tiba-tiba ada Putri diantara semua orang.

"gak, aku dikasih tahu Putri aja tadi. Dia nanya kamu muncul gak. Aku bilang iya." Sungguh, bagaimana mukanya bisa sangat tak bersalah. Siapa lagi makhluk di bumi ini yang bisa kupercaya.

"ini gak ada hubungan apapun sama Garra. please deh. Udah berapa abad juga. Ngapain masih dikait-kait gak jelas sama itu anak. Ingat ya, dia itu Cuma kenalan bukan mantan pacar." Semua orang selalu memberiku wajah tak percaya setiap mendengar pernyataan ini dan setiap kalinya tetap berhasil membuatku tersinggung. Aku belum pernah gagal move on. Aku Cuma pernah butuh waktu agak lama untuk move on.

Dua hal yang sangat berbeda dan aku move on sekarang. Tolong jangan perjelek riwayat percintaanku yang bahkan tak terlalu bahagia untuk dikenang.

"yakin gak mau lihat kesana?"

Aku memandangnya sebentar kemudian mengingatkan kalau dia kesini dengan motorku. Silahkan coba membuatku tersinggung dan rasakan akibatnya. Dia tertawa dan kemudian memutuskan untuk membicarakan hal lain. Seperti persiapan kepulangannya.

"minggu ini ya. Lebih cepat. Aku baru minggu depannya lagi KKN. Anak puskesmas mau ngapain katanya?"

"biasa, paling minta traktir." Hapenya berbunyi dan dia berhenti bicara. "lihat Me."

Disana, di layarnya terpampang video Garra dan chalinching yang sedang tertawa dengan tangan yang memegang mic. Latarnya jelas panggung di café Garra. Sementara yang terdengar adalah lolongan bak serigala dari penonton adegan yang bisa kusebutkan dengan jelas punya siapa saja. Sebelum dengan jelas bisa kudengar suara Putri.

"MULAI BAHAYA INI ME. KAMU BISA BENARAN JOMBLO. BURUAN SEBELUM TELAT!!" dia berteriak demi mengalahkan music dan sekarang, semua orang didalam café ikut mendengar dengan sangat jelas. Sejelas aku yang tepat didepan hape.

Kaget. Aku menangkap hape untuk mematikannya. Begitu berhasil, aku hampir membanting hape itu ke lantai. Apa sih maksud Putri!

Si dokter buru-buru menangkap hapenya. Dia juga kaget pada lengkingan suara Putri yang keluar setelah dia menekan volume hape full.

"kenapa?" kenapa dia memberiku wajah kayak gitu? "aku gak kenal Garra."

Wajah tak percayanya begitu kentara. Hapenya berdenting lagi dan kali ini dia memperlihatkan screencap snap chachacha di instagram. Dia yang bernyayi berdua Garra dengan muka keduanya yang luar biasa girang. No caption, Cuma gambar mic sekitar 5.

Aku mengunyah ice cream. Sangat dingin tapi aku menolak berjengit.

"kata Putri, gak usah sok ninggalin hape deh. Serius ini Me, kayaknya Icha bakal nembak Garra malam ini. Dia sama temannya ngomong mau nembak Garra lewat nyanyi apa gitu." Si dokter memperlihatkan wajahnya dari balik hape. "Kayaknya Garra cenderung ditembak cewek terus ya? Si Nabillah, kamu, sekarang Icha. Cowok top." Kemudian dia manggut-manggut sok paham. Kenapa aku bisa berpikir untuk menenangkan diri bersama orang ini? Dia malah membuat tensi darahku naik berkali-kali lipat.

"kamu pernah gak kayak gini... kalau misal dia buat kamu, dia bakal balik. Kalau enggak, ya gimanapun juga enggak."

Si dokter memiringkan kepalanya, bisa kudengar syaraf-syarafnya yang bergerak berusaha mencerna perkataanku.

"kalau Garra memang buat kamu, dia bakal balik. Kalau bukan, gimanapun tetap enggak. Gitu?"

"aku gak bilang Garra secara spesifik."

Dia mendekat. "tapi hasil itu berdasarkan usaha, kalau kamu gak usaha, ya gimana bisa hasilnya bagus?"

"kenapa mesti aku yang usaha?"

"karena kamu mau hasilnya?" aku melotot mendengarnya.

"siapa bilang aku mau sama dia?"

"aku gak bilang begitu barusan." Terlihat sedikit kesal, dia mengelap tangannya kemudian, hap! Menaruhnya dipuncak kepalaku. "Wahai jin yang merasuki meme, coba tolong ditinggalin dulu biar dia gak plinplan. Kalau mau ya bilang mau, kalau enggak ya bilang enggak. Tolong, jangan bikin bingung dia." Kemudian dia menepuk-nepuk puncak kepalaku dengan mulut yang komat kamit baca doa.

"gimana? Udah bisa ambil keputusan?"

Baru kali ini aku melihat prosesi rukyah di café dan aku sendiri yang menjadi korbannya. Dia Cuma dokter dan baru saja beralih profesi menjadi ustadz. Mempermalukanku, serta dirinya dalam sekali jalan.

Aku ingin menancapkan sedotan ini ke lubang hidungnya.

Kami membicarakan banyak hal lain untuk selanjutnya. Aku memaksanya untuk mencoba menyapa cewek yang sedang makan berdua tak jauh dari kami tapi dia gemetaran dikursi. Akhirnya, di jam setengah 10 kami memutuskan untuk pulang.

Sehabis mengantarkan si dokter, aku masih sempat mampir ke mamang roti bakar. Tiba-tiba saja rasanya aku butuh cemilan untuk merayakan selesainya semester ini di kamar. Sendiri saja, aku tak akan membagi Putri.

***

Entah kenapa, mereka mendiamkanku keesokan harinya. Biasanya anak kosan sangat ramai membahas ini itu apalagi setelah kejadian semalam yang sepertinya tergolong kejadian besar. Siangnya aku baru tahu kalau mereka marah aku melepaskan Garra.

Singkatnya, si chalacha itu resmi nembak Garra semalam.

"mau dikasih tahu gak Garra jawab apa?" kami sedang membahas perpisahan dengan si dokter yang secara sepihak semalam sudah diputuskan di rumah Garra saja. Diluar apapun, itu tempat paling bagus untuk pesta dan gratis.

Kenapa mereka masih mengajakku membahas kalau semuanya sudah mereka putuskan.

"gak." Jawabku pendek. Bisa kulihat mereka saling pandang mendengar jawabanku. Kata Bianca, mereka sudah lelah dengan drama yang sedang kumainkan. "trus, ntar malam langsung ke rumahnnya aja?"

Mereka mengangguk.

Pagi ini, beberapa masih kekampus. Tapi kebanyakan Cuma berdaster dirumah. Jam 10 aku sudah siap keluar.

"kemana?" mendiamkan bagaimanapun, mereka toh tetap kepo.

"keluar bentar." Aku memasukkan topi ke tas. Putri memata-mataiku sebelum kembali bertanya aku mau kemana. "mau tahu aja."

***

Continue Reading

You'll Also Like

40.6K 2.6K 45
*BOOK ONE* [⚠ CHAPTER AKHIR DI PRIVATE] Bagi cewek-cewek di sekolahnya, Agitha itu cewek paling beruntung. Gimana enggak? Cewek tomboy itu punya tiga...
47.6K 4.3K 55
[Angelman series 1] Aku ingin tau rasanya menangis. Aku ingin menangis saat suasana sedih. Aku ingin menangis saat disakiti. Adara Fredella Ulani ad...
1.1M 52.4K 66
Follow ig author: @wp.gulajawa TikTok author :Gula Jawa . Budidayakan vote dan komen Ziva Atau Aziva Shani Zulfan adalah gadis kecil berusia 16 tah...
3.3M 178K 38
Siapa yang tak mengenal Gideon Leviero. Pengusaha sukses dengan beribu pencapaiannya. Jangan ditanyakan berapa jumlah kekayaannya. Nyatanya banyak pe...