That time when we're together...

By Hayioctober

19.2K 1.4K 73

Contoh, sebagai gadis populer, aku juga harus mengalami ini. "kamu mutusin aku?" setidaknya, suaraku terdenga... More

1. It just happens...
2. How long are you gonna be broken heart?
3. Life doesn't get better easily
4. Bad day
5. Dating your classmate should have some sort of warning.
6. Sometimes, shit just follows you everywhere
7. bad luck
8. He cares?
9. when you want to throw yourself under a moving bus
10. Crazy plan by crazy people
11. That level of beauty you have
12. Another world war
13. Please heart
14. Stupid people makes stupid plan
15. Another stupid people
16. Good job!
17 when you dig your own grave
18. There goes another dignity
19. you serious?
20 a stranger comes
21. stumbled
22. Such a cute teddy bear
23. There goes self esteem
24. When your habit kicking in.
25 Can death just come?
26. Sweet Cheese Cake
27. It will be fine
28. Fine doesn't come that fast
29. Meeting the cat
30. The sister
31. Double date
32. French Fries
33 Party prep
34. A little flirting
35. Gossip time
36. Balada Indomie
37. A yoga story
38. Rainy
39. Crashing a Party Like ....
40. That level of silliness
41. A basket of fruit and a bouquet of flowers
42. The packages
43. The proposal
44. Hand in hand
45. Ignored
46. I am special, you know.
47. Healing time
49. Being a refugee
50. A kiss
51. The 'perhaps' option
52. It's over. The end
53. A new friend
54. Another bazaar story
55. A Flirting game
56. Some cats are fighting
57. sometimes, you just have zero expectation
58. It is over
59. Dejavu
60. It is not funny.
61. Tisyu talk
62. Why should I?
63. When you can freely talk with your ex, congrats.
64. Late night drama
65. Lets do the talk. Under the stars. Talk about times.
66. That time when we're together and that time that will be spent together.

48. Is it a battlefield?

195 20 1
By Hayioctober


48 is it a battlefield?

"Ah. Kamu sengaja." aku menusuk pipinya dengan telunjukku. Dia meringis tapi tetap konsentrasi membersihkan luka.

Mungkin ini salah satu keuntungan terbesar mengenal dokter. Dokter yang sampai sekarang tak kuingat siapa namanya, rela berkunjung untuk mengecek keadaanku. Aku pastikan kalau aku tak bisa membayar dan dia bilang dia suka rela. Kudoakan dia masuk surga. Hanya saja, apa dia harus menekan lukaku sedemikian keras setelah bilang ini suka rela?

Semua orang merayakan sabtu sore diluar rumah. Jadi kami Cuma berdua di ruang tengah. Dia yang kebetulan kosong jadwal muncul di kosanku dengan kotak obat.

"jadi, kamu benaran bakal tinggal di rumah Garra?"

"ngapain? Dia mungkin lebih berbahaya dari pada orang yang ngancam." Entah dapat pikiran dari mana mereka sampai ingin mengirimku kesana. Dengan alasan Garra tinggal di rumah pribadi. Masih ada Jedi yang tinggal bersama orang tua tapi aku mungkin lebih memilih untuk ditabrak lagi daripada kesana.

Dia menengok. "tapi, kalau kamu misalnya diserang lagi. Gimana? Mungkin memang lebih aman tinggal disana dulu untuk sementara. Dia juga gak tinggal sendiri kan? Lagian teman-teman kamu juga bakal ikut."

Aku menghela nafas. Mengalihkan pandangan dari acara gossip yang sedang kutonton. Dengan mata polosnya dia baru saja mencoba mengatakan hal yang menurutnya sangat masuk akal kan?

"dokter. Kamu pernah makan ceker mercon?" Rambutnya bergoyang saat menggeleng. Makan apa dia selama ini kalau tak pernah makan ceker? "bisa pake motor kan?" dia kembali menggeleng. Dia lahir diplanet mana tak bisa bawa motor?

"apa yang kamu bisa selain jadi dokter?" aku jelas menyindir tapi dia berpikir keras untuk menjawab. Dia bilang, dia bisa bawa mobil tapi motor gak. Aku mengabaikan penjelasannya yang berusaha membela diri sambil menelpon nomor ceker mercon yang ada diujung jalan. Minimal dua kalau ingin diantar.

15 menit kemudian ceker itu datang dan si dokter begitu ngeri melihat si ceker yang berwarna merah menyala dari 2 box kecil didepan kami.

"kamu bisa sakit perut."

Aku menyodorkan satu ke mukanya. "dokter kok takut sakit." Matanya melotot. Terlalu ngeri untuk membuka mulut. "makan!"

Sekian menit kemudian dihabiskan dengan dia yang bolak balik mengambil minum. Menahan air mata dan menghabiskan satu kotak tisyu tapi terlalu takut padaku untuk berhenti makan. Dia lucu sekali.

Menarik ingus aku tertawa sepelan mungkin agar tak menyakiti rusuk.

"kamu belum pernah ke bioskop selama disini?" katanya dia Cuma menghabiskan waktu luang jam dinasnya dengan main game di asrama. Sebagai dokter yang dalam masa pengabdian selama 6 bulan, dia baru menjalani 2 bulan. Tapi, apa dia se-tak punya teman itu untuk tak kemana-mana selama 2 bulan? Unbelievable. Ada orang yang lebih tak punya acara dari pada aku.

Dia menarik ingus dengan sadis dan hampir menyedot tisyu yang disumpalnya kehidung sekalian.

"kamu pasti senang banget bisa kenal aku. Gimana mungkin kamu gak pernah coba makan ceker? Ckckck." Aku mengelap keringatnya yang bercucuran sambil menahan tawa dan menahan pedas. Dia tak akan mati kepedasan kan?

"aku senang bisa kenal kamu." Senyum kepedasannya membuatku hampir tersedak. Dia polos sekali. Jelas sekali berbohong tapi berbohong yang sangat meyakinkan. Baru kali ini ada orang yang mengiyakan bualanku tanpa pembelaan sama sekali. Dia bahkan menyebutku teman pertamanya disini.

"apa aku gak terlalu cantik buat jadi teman pertama kamu?" Aku bercanda tapi dia berpikir keras. Katanya, cantik itu relative. Ini membuatku menyumpalkan satu ceker gendut kemulutnya. "makan."

Air matanya meleleh, ingusnya meleleh. "saking pedasnya. Aku gak tahu ini enak apa enggak. Enak?" tanyanya disela menangis.

"makan pedas itu bikin pikiran lebih plong."

"aku gak bisa mikirin apapun." Dia minum satu gelas besar.

"lihat, aku jadi lupa kalau punya tugas yang setinggi gunung buat diselesaikan. Ini lebih efektif dari narkoba."

Dokter itu bersandar ke sofa sambil berkipas. "kamu pernah coba narkoba?"

"contoh. Dokter. Contoooh. Kenapa kamu selalu anggap serius semua omongan aku. Kalau aku bilang aku pengen bunuh diri, kamu pasti percaya."

Dia tiba-tiba duduk. "kamu mau bunuh diri? Kenapa?"

Aku hampir lupa mengelap ingusku yang sekarang mulai aktif. "aku pernah loh masuk penjara waktu masih kecil."

"serius?!"

"iya soalnya nusuk mata teman sekelas pake pensil." Dokter itu ternganga dan menumpahkan air yang belum ditelannya. Aku terhempas ke sofa berusaha tertawa sekalem mungkin tapi aku hampir tak bisa bernafas karena tertawa saat dia malah bertanya kenapa aku menusuknya. "karena dia banyak tanya."

Tiba-tiba bunyi letusan kencang membahana di teras rumah.

Letusan kencang yang saling bersusulan.

Aku tersentak dan mengira itu bom tapi si dokter keluar dan sambil berteriak dia bilang kalau itu adalah satu renteng petasan. Untuk beberapa saat kami Cuma bisa diam menutup telinga menunggu petasan itu habis dan melihat dari balik jendela orang-orang yang mencari asal suara bising di sore hari yang begitu tenang.

"ada apaan?" abang-abang yang tinggal dikosan sebelah datang beramai-ramai.

"petasan. Gila. Ini kerjaan siapa!"

"me. Kamu di dalam?" mereka tahu Cuma aku penghuni didalam rumah.

Dokter keluar terlebih dahulu disusul aku yang keluar perlahan karena kaki yang belum sepenuhnya bisa diajak lari. Mereka menyerbu ke teras melihat aku benaran ada didalam. Katanya mereka melihat ada 2 orang motoran. Masuk pekarangan terus yang satu turun ngelempar petasan kemudian langsung kabur.

"kamu gak papa?" tanya salah seorang. Aku tak berniat menunjukkannya tapi aku sepertinya cukup pucat. Jantungku berdetak sangat kencang. Suara itu sangat mengagetkanku. Bagaimana kalau itu benaran bom? Apa tempat ini bahkan layak untuk didatangi teroris?

Si dokter merangkul bahuku dan menyuruhku duduk. Memandangi bekas petasan yang berserakan diteras kosan. Ditengah orang-orang yang ramai menduga-duga. Siapa yang begitu iseng melakukan ini?

Nabillah? Apa mungkin dia begitu nekat?

Beberapa hari ini dia memang menyumpahiku yang ditabrak tapi dia tak mungkin sebodoh itu melakukannya kalau tak ingin dicurigaikan? Hanya saja aku tak terpikirkan orang lain selain nabillah untuk saat ini.

Sore sabtu yang tenang langsung berubah heboh. Sepulangnya anak kosan membuat semuanya semakin heboh.

"meme dilemparin bom!" itu yang diteriakan Putri dihapeku.

Dia panic luar biasa dan marah aku tak menghubungi siapapun. karena itu, dia yang melakukannya. Menelpon semua orang dan bilang kalau aku baru saja di bom. Seharusnya dia menelpon tim gegana atau densus 88. Entah kenapa dia menelpon Garra.

"dia pacar kamu bego!" makinya padaku.

Anak itu tak muncul dengan cepat karena dia ada kumpul fotograpi dan datang berbarengan dengan Jedi sebagai rekan satu club. Farhan dan Miko yang sudah lebih dulu muncul menjadi pemberi detail.

"kamu sebaiknya ngungsi me." Mario, pacar Bianca yang jelas tertua diantara kami. Memberikan pendapat dengan sangat serius. Bianca langsung mendukungnya. Katanya aku bisa tinggal di rumah Mario kalau mau. Gadis itu mungkin tak sadar tapi Mario hampir terjungkang dari pinggir teras mendengarnya.

Ningrum belum selesai menangis. Dia dari tadi disebelahku dengan aku yang sibuk mencoba menenangkannya. Bukannya ini terbalik?

"kok ada ya kak orang sejahat itu..." isaknya. Ningrum kami yang baik hati. Aku ingin sekali bilang kalau ini Cuma petasan bukan bom jadi dia tak perlu buang-buang air mata. But well, dia menangis terlalu serius untuk ku cegah.

"me, kita cemas. Sebaiknya kamu benaran ngungsi dulu sebelum pelakunya tertangkap. Ini bukan Cuma iseng. Dia bisa aja ngelakuin yang lebih ekstrim lagi." aku Cuma memandangi Putri. Vina menyarankanku untuk pulang saja. Lagi pula aku belum akan masuk kuliah. Aku akan lebih aman dirumah.

Aku bahkan tak memberitahu siapapun apa yang kualami sekarang. Orang tuaku bisa pingsan ditempat. Mengelabui Naya bukan hal gampang. Aku yakin dia akan tahu sebentar lagi. Hanya saja, aku tak merasa ingin membuat mereka cemas. Demi apa, aku baru keluar dari rumah sakit atas nama gejala malaria. Kemudian masuk lagi sebagai korban tabrak lari. Sekarang, dilempari bom?

Memangnya aku kuliah dimana? Medan perang? Aku perlu ikut wamil.

"kamu bisa tinggal dirumah aku untuk sementara. Kamu bisa ajak teman. Dirumah aku cuma tinggal berdua tapi ada satpam yang jaga." Akhirnya Garra bicara.

"kenapa aku ke tempat kamu?"

"dia pacar kamu!" hardik Bianca. Aku melotot. Beraninya dia menghardikku?!

"me. Kita khawatir sama keselamatan kamu. Untuk sementara sebaiknya kamu ngungsi ketempat yang lebih aman." Jedi menyela membuatku bimbang.

Aku tak ingin merepotkan siapapun. Lagi pula aku yakin ini tak semenyeramkan yang mereka bayangkan. Ini Cuma petasan. Bukan bom. Tak semudah itu untuk menyewa pembunuh bayaran kan?

"kamu mau dilempar bom dulu baru mau nyelamatin diri?" Putri jelas marah. Dia bilang akan menyelamatkanku ke kuburan kalau sudah dilempar bom. Dengan sok dia mengabaikan pelototanku.

"kamu gak ngerepotin siapapun." Aku kira ini Jedi tapi ternyata Garra.

***

Continue Reading

You'll Also Like

4.1M 481K 43
[available on bookstores; gramedia, etc.] Ketika kamu baru saja bahagia lagi, sesuatu mengharuskanmu berpaling dan merelakan segalanya. O S C I L L...
993 133 9
Ini kisah tentang Liana Pahlevi, gadis berusia 17 tahun yang berusaha membantu seorang pria keluar dari masa-masa sulitnya. Mengulurkan tangan dan te...
379 148 5
kamu amerta dalam aksara ku. start : des 27, 2023
1.3M 63.9K 50
Rasa cinta terlalu berlebihan membuat Lia lupa bahwa cinta itu tidak pernah bisa dipaksakan. Rasanya ia terlalu banyak menghabiskan waktu dengan meng...