Bonnie & Clyde || K.T.H.

By themoonsea

63.5K 10.1K 771

"Aku tak akan membiarkan siapapun merenggut kebahagian dari hidupku lagi, bahkan jika aku harus membunuh mere... More

Prologue
I : "Mini Market"
II : "Lunch Box"
III : "Give and Take"
IV : "Drunk"
V : "Heart"
VI : "Caught"
VII : "Romantic"
VIII : "Accompany"
IX : "Argument"
X : "Recording"
XI : "Blood Stain"
XII : "Dealt"
XIII : "Night Out"
XIV : "Revealed"
XV : "Trauma"
XVI : "Gone"
XVII : "Purpose"
XVIII : "Déjàvu"
XIX : "Clyde"
XX : "Runaway"
XXI : "Sea"
XXII : "Hatred"
XXIII : "Stigma"
XXIV : "Unsure"
XXV : "Tear"
XXVI : "Trust"
XXVII : "Euphoria"
XXVIII : "Freedom"
XXIX : "Love"
XXX : "Fear"
XXXI : "Medicine"
XXXII : "Anxiety"
XXXIII : "Flower"
XXXV : "Summer"
XXXVI : "Trial"
XXXVII : "Grudge"
XXXVIII : "Emotion"
XXXIX : "Silence"
XXXX : "Bliss"
XXXXI : "Strange"
XXXXII : "Suspicion"
XXXXIII : "Dilemma"
XXXXIV : "Misunderstood"
XXXXV : "Black & White"
XXXXVI : "Causes"
XXXXVII : "Rain"
: EPILOGUE :
× P O S T E R ×

XXXIV : "Arrested"

876 170 22
By themoonsea

Chapter 34 :

"You don't know Him."

- • -

By ©TheMoonSea

- • -

» 🌹 «


Ruangan ini terasa sangat panas, ditambah dengan emosi yang menggebu-gebu, Taehyung diikat dengan tali disana agar ia tak melarikan diri. Butuh lebih dari 10 orang untuk mengikatnya, pemuda itu sangat kuat.

"Persetan, keluarkan aku dari sini!"

Dan ia belum berhenti, atau mungkin tidak akan pernah sampai ia dilepas.

Pipinya berbekas dengan air mata yang telah mengering, wajahnya sangat merah, keringat terus meleleh di tubuhnya. Ia masih berteriak dan bergerak-gerak di atas kursi itu mencoba melepaskan diri, ini telah berlangsung 3 jam lamanya.

Ia benci di kunci. Apalagi jika itu di rumah ini.

"Keparat sialan," Taehyung menunduk, sangat kesal.

Bodohnya ia tak membawa senjata apapun di kantongnya, bahkan kawat dan pisau lipat yang selalu ia simpan di kantongnya tidak ia bawa bersamanya. Ia terbiasa pergi ke tempat ini tanpa membawa barang-barang itu, Hoseok tidak mengizinkannya membawa barang-barang itu, karena jika terdeteksi maka mereka akan ketahuan. Katanya mereka datang tidak untuk membuat kekacauan, jadi sebaiknya jangan di bawa.

Pemuda itu sangat menyesal, seharusnya ia tahu Hyuna pergi bersamanya, setidaknya ia melakukan persiapan.

Dan itu membuatnya kembali meneteskan air mata.

Ia sangat takut, cemas, dan marah. Ia melihat Hyuna pergi begitu saja, bahkan tak melawan untuk kembali kepada Taehyung.

Rencana awalnya datang hanya untuk buket bunga sialan itu, tapi dengan Hyuna ia melupakan dimana ia berada.

Wajah Hyuna masih terbayang-bayang dikepalanya, bagaimana gadis itu tersenyum, bagaimana gadis itu terlihat takjub dengan hal sekitar yang belum pernah ia lihat sebelumnya, Taehyung seperti hanya melihat Hyuna tanpa memikirkan apapun.

Air matanya mengalir dengan deras saat merasakan tubuhnya mengingat sentuhan itu. Bagaimana tangan mereka saling terkait, bagaimana mereka berdansa seperti hanya ada mereka berdua di tengah lantai dansa itu, dan bagaimana rasanya sangat menyakitkan saat kaitan tangan mereka terlepas begitu saja.

"Mengapa kau tidak melawan untukku? Kenapa kau membiarkan mereka membawamu pergi?"

Mereka telah berjanji, namun janji itu telah diingkar.

Padahal Taehyung telah berpikir, ia berhasil membuat gadis itu benar-benar tersenyum seperti apa yang ia janjikan. Ia tak pernah mengingkar janjinya, pemuda itu akan selalu menepati janjinya.

Namun Hyuna bahkan tak melawan saat mereka terpisah.

Taehyung tak berpikir macam-macam, ini bukan karena Hyuna ingin meninggalkannya. Setidaknya itu yang ia pikirkan saat ini. Gadis itu yang memintanya untuk bertahan, maka ia akan memegang kalimatnya. Logikanya mengatakan, tidak mungkin Hyuna yang memintanya untuk tidak pergi, tapi meninggalkannya. Ayolah, Taehyung adalah orang yang genius.

Cukup membingungkan saat melihat Hyuna pergi begitu saja, Taehyung tak mengerti. Tapi ia sadar ada sesuatu yang tidak ia ketahui.

Yakin sekali itu bukan karena Hyuna ingin berpisah dengannya, Taehyung melihat mata Hyuna saat itu.

"Apa yang ia sembunyikan dariku?"

Taehyung mengangkat kepalanya saat mendengar suara pintu terbuka. Seorang pria yang sangat ia kenal berdiri di pintu dengan ekspresi tak terbaca, melipat tangannya dengan sombong.

"Sudah berhenti berteriak Kim Taehyung?"

Pemuda itu diam, ia bersandar di kursi merelakskan punggungnya, mencoba terlihat tenang. Ia hanya menatap pria itu dengan tajam.

"Kau bertumbuh menjadi seorang pemuda yang kuat, tak disangka butuh 15 orang untuk menahanmu. 20 orang untuk mengikatmu, benar-benar hebat," pria itu menutup pintu, mengambil kursi menariknya di depan Taehyung, duduk berhadapan dengan pemuda itu. "Tak ingin mengatakan sesuatu?"

"Bangsat, bisa kau lepaskan tali-tali ini dariku?" Taehyung mengangkat alisnya, menantang.

"Kau tidak memanggilku seperti itu Kim Taehyung," pria di hadapannya menatap Taehyung dengan tajam.

"Berhenti memanggil nama panjangku keparat, kau pantas dipanggil seperti itu," dan setelah kalimat itu keluar dari mulut Taehyung, ia mendapat pukulan keras di wajahnya bahkan kursinya hampir rubuh.

Tapi tidak, pukulan itu tak seberapa dengan luka yang ia rasakan selama 17 tahun terakhir. Jadi ia menyeringai, "baiklah tuan Kim yang terhormat, kau ingin kupanggil seperti itu huh?"

Pria itu menghela nafas, sangat lelah dengan kelakuan pemuda di hadapannya.

"Kenapa kau melarikan diri dari panti asuhan?"

"Tentu saja karena aku ingin hidup, apa lagi alasannya? Itu sama sekali bukan tanggung jawabmu, kau yang membuangku tuan Kim," pria itu tampak sangat kesal dengan tingkah laku Taehyung.

"Kau pikir kau bisa keluar begitu saja? Apa kau telah berhasil menjadi anak yang jujur untuk pantas keluar dari sana?"

Hening, kedua lelaki itu saling bertatapan. Ekspresi Taehyung sangat tenang, tapi tangannya telah terkepal.

"Aku keluar saat berumur 17, aku memiliki pilihan kemana aku akan pergi. Lagian aku memiliki uang yang sangat banyak, aku tak membutuhkanmu sama seperti kau tidak membutuhkanku," satu tamparan melayang diwajahnya.

"Katakan kau telah menjadi anak yanga jujur," pria bermarga Kim itu menuntut.

"Aku bisa membunuhmu dengan tangan kosong jika kau tidak mau tutup mulut, jika itu kurang jujur untuk kau dengar aku bisa membuktikannya tuan Kim," mata Taehyung menggelap, ia menatap pria dihadapannya dengan serius akan membuktikan apa yang ia katakan.

"Woah," pria itu bertepuk tangan, tak percaya, "kau seorang pembunuh sekarang? Taehyung yang lemah, yang hanya bisa menangis? Yang berharap kebohongannya bisa dipercaya!?"

Taehyung tahu pria ini tidak percaya dengan kata-katanya, seperti biasa. Ia pikir apa yang sedang Taehyung katakan adalah sebuah lelucon, sayang sekali Taehyung hanya mengatakan hal-hal jujur ketimbang berbohong.

"Aku hanya bertanya, kau ingin mengetes kejujuranku, tuan tenangkan dirimu," ejek Taehyung, "aku bisa membuktikannya, agar kau bisa berpikir kembali apa yang telah kau lakukan kepadaku."

"Kau menjadi anak bajingan setelah bertahun-tahun menghilang, aku heran kesialan apa yang kudapat untuk memilikimu," pria itu memangku kaki, "tuhan sangat tidak adil, kau sama sekali tidak berguna."

"Kalau begitu kenapa kau menahanku disini? Lepaskan aku, dan lupakan semuanya. Lakukan seperti saat kau membuangku, itu lebih baik," Taehyung kembali bersandar di kursi, menampakkan seringaiannya.

"Dan karena itu aku harus mendidikmu kembali, lalu membuatmu menjadi orang yang berguna," pria itu berdiri.

"Aku bukan anakmu, aku tak butuh didikanmu. Aku punya keluarga yang lebih baik dalam mendidikku, sebenarnya yang bajingan disini kau bukan aku tuan Kim," ujar Taehyung dengan sinis, menatap pria yang berdiri tinggi di hadapannya dengan remeh.

Pria itu mengambil dagu Taehyung, dengan kasar mengapitnya agar mata mereka bertemu.

"Bersikaplah baik, panggil aku ayah, dan bereskan dirimu sendiri untuk bertemu kakek besok."

Dengan begitu pria bermarga Kim meninggalkan Taehyung sendirian di ruangan itu, kembali terkunci.

Taehyung yang tadinya berusaha untuk keluar, membeku di tempat. Bahkan dalam ruangan yang terasa panas ini, tangan pemuda itu menjadi sangat dingin walaupun keringat masih keluar dari permukaan kulitnya, perasaannya bercampur aduk.

Aku akan bertemu kakek....

| × |

Hyuna menunduk sama sekali tidak melakukan gerakan perlawanan saat beberapa polisi membawanya masuk ke dalam kantor polisi.

Ia pikir memegang tangan Taehyung dan berusaha agar kaitan itu tak lepas merupakan batas perlawanannyaa, saat kaitan itu lepas ia hanya bisa menerima kenyataan. Pikirannya cukup kacau, tapi ia cukup cemas dengan Taehyung setelah menyadari mansion besar yang mereka kunjungi tadi adalah milik tuan dan nyonya Kim, dan tempat itu adalah tempat Taehyung menjalani masa kecilnya yang tak bahagia. Hyuna khawatir Taehyung akan merasa tertekan.

Dan itu adalah hal yang terus berputar-putar di kepalanya, sampai seorang polisi membukakan pintu untuknya masuk.

Ada meja, dan tiga kursi di ruangan tertutup itu.

Hyuna tak mengenal ruangan-ruangan apa saja yang ada di kantor polisi, ini adalah pertama kalinya ia berada di sini. Ruangan ini cukup familiar tapi belum pernah ia kunjungi sebelumnya, ia mungkin pernah melihatnya di film.

"Silahkan duduk nona Shin," masih dengan borgol di kedua pergelangan tangannya, polisi-polisi itu menarikkan kursi untuknya duduk.

Kemudian mereka meninggalkan gadis itu sendirian disana. Katanya ia akan di introgasi, untuk memastikan beberapa hal tentang ingatan dan bukti.

Hyuna sedikit gugup menunggu seseorang yang akan menempati tempat duduk di hadapannya.

Lalu pintu kembali terbuka, menampakkan dua orang. Hyuna mengenal salah satu dari mereka, wanita yang berselingkuh dengan mantan kekasihnya, Park Jimin.

Wanita itu menatap Hyuna dengan intens, bahkan saat ia duduk dengan seorang pengacara matanya tak berkedip melihat Hyuna.

"Selamat malam, nona Shin, benar?" Hyuna mengangguk, ia menoleh ke kanan tahu jika mereka sedang di awasi dari luar.

"Anda adalah kekasih Park Jimin sebelum ia meninggal?" Hyuna kembali mengangguk, tak bisa mengucapkan apapun saat wanita bermarga Choi itu terus menatapnya.

"Nyonya Choi, anda bisa mengenal gadis ini?" Pengacara itu bertanya kepada kliennya.

Keheningan menyeruak dalam ruangan itu, Choi Mina masih menatap gadis di seberang meja. Hyuna bahkan tak mengerti dengan ekspresi wajah wanita itu, sangat aneh dan tak terbaca. Butuh waktu beberapa saat, sampai akhirnya wanita itu menjawab- "aku melihatnya saat itu, di kamarku, gadis ini adalah kekasihnya ia adalah orang itu."

Lalu tiba-tiba sudut bibirnya terangkat, "ya, aku ingat. Aku mengingatnya dengan jelas sekarang."

"Tidak ada orang kedua di sana, kupikir aku berhalusinasi. Hanya ada gadis ini dengan pistol di tangannya, ia menancapkan sesuatu di leherku sampai aku tak sadarkan diri," wanita itu berdiri, tersenyum licik, "kau tertangkap sekarang, jalang!"

Pengacara di sampingnya menahan wanita itu, berusaha membawanya keluar. Namun wanita itu mampir untuk mendekatkan wajahnya pada telinga Hyuna.

"Untuk lelaki sialan yang telah menembak kekasihku, aku akan membalas dendam kepadanya lewat dirimu. Aku akan membuatnya menderita Shin Hyuna, dan menghabisimu. Ingat kata-kataku," dengan begitu ia keluar bersama dengan pengacaranya.

Hyuna duduk membeku setelah mendengar kalimat yang di ucapkan oleh wanita itu kepadanya.

Gadis itu telah mencurigai pengakuannya tadi yang setengahnya adalah bohong, dan Hyuna semakin ketakutan saat wanita itu menyinggung Taehyung. Ia tak tahu bagaimana wanita itu mengingat Taehyung tanpa mengenalnya, apa yang mengingatkannya dengan Taehyung saat melihatku?

Hyuna tersentak kaget saat pintu kembali terbuka, seorang lelaki dengan pakaian rapih masuk lalu mengunci pintu. Hyuna terus memperhatikannya saat lelaki itu duduk di hadapannya melonggarkan dasinya.

"Selamat malam nona Shin, tak perlu khawatir cctv dalam ruang introgasi ini telah di matikan. Pintu di luar terkunci dan tak ada orang yang sedang memperhatikan dari luar, kau bisa tenang sekarang," Hyuna mengerutkan dahinya mendengar ucapan lelaki di hadapannya. Bukannya introgasi ini seharusnya dipantau?

"Untuk apa anda mengatakan itu?"

"Perkenalkan aku adalah jaksa yang menemukan barang bukti di tempat kejadian," tidak membalas pertanyaan Hyuna, lelaki ini malah mengatakan hal yang lain.

"Baiklah, pak jaksa," Hyuna masih menatap lelaki ini dengan bingung.

"Jadi sebenarnya ini cukup menyebalkan," lelaki itu menghela nafas dengan kasar, melepaskan dasinya membuat Hyuna membulatkan matanya. "Aku menemukan bukti di tempat kejadian, dengan jelas ada sidik jari nyonya Choi di sana karena ia yang memegang pistol itu, lalu pistol itu miliknya. Mereka tidak curiga apapun, jadi pistol itu tidak di periksa lebih lanjut. Namun tiba-tiba salah satu petugas yang melakukan pemeriksaan menemukan sidik jari lainnya di bagian atas pistol."

"Katakan kepadaku apa yang kau lakukan dengan pistol itu," lelaki itu menatap Hyuna dengan serius, membuat Hyuna menegakkan postur tubuhnya.

"Anda...pasti telah mendengar pengakuan nyonya Choi tadi-"

"Aku meminta penjelasanmu bukan dirinya," Hyuna menelan ludah. "Kau tidak setuju dengan pernyataan itu atau ada sesuatu yang kau sembunyikan Shin Hyuna?"

Hyuna membulatkan matanya.

"Saya pikir seorang jaksa harus netral, dan tidak memihak," ujar Hyuna pelan, mulai bingung dengan sikap lelaki ini.

"Ya dan aku memang netral, makanya aku ingin mendengar penjelasan kedua belah pihak," lelaki itu melipat tangannya, mengisyaratkan Hyuna untuk segera menjelaskan.

"A-aku...anda dengar sendiri bukan ia hanya mengatakan ada satu orang disana, lalu siapa lagi itu jika bukan saya?"

"Ada orang yang sedang kau lindungi nona Shin? Jangan ceroboh dan jelaskan dengan prespektifmu," kalimat itu meresap ke dalam otak Hyuna.

Jangan ceroboh, ia tahu wanita itu telah mengancamnya dan dia adalah wanita yang licik. Aku tidak seharusnya mengikuti pengakuannya saat aku memiliki kesempatan untuk mengatakan sesuatu.

Tapi apa ini akan baik-baik saja dengan Taehyung?

"Anda akan percaya?"

"Jelaskan saja dulu," Hyuna menunduk sebentar, mencari cara terbaik untuk menjelaskan tampa benar-benar membongkar identitas Taehyung.

"Sebenarnya ada dua orang di sana, Saya tidak benar-benar ingat. Kami tidak saling mengenal," Hyuna menatap kedua mata lelaki itu, mencoba untuk berujar dengan lancar dengan cerita yang ia palsukan sedikit. "Park Jimin adalah kekasihku, ia ditembak oleh lelaki itu."

Jantung Hyuna semakin berdegup dengan cepat, terasa sedikit menyakitkan. "Saya jatuh ke lantai merangkak ke arah jasad kekasih saya, lalu lelaki itu melempar pistolnya. Ia tampaknya berlari ke arah nyonya Choi, dan menancapkan jarum, saya tidak memperhatikan dengan jelas. Saya melihat pistol itu di lantai, lalu mengambilnya-"

"Mengapa kau mengambilnya?"

"S-saya hanya menatap pistol itu di tanganku, y-yang telah membunuh kekasihku. Lalu meletakannya kembali. Setelah itu saya hanya, f-okus melihat jasad kekasih saya," dan pertahanan Hyuna runtuh, ia tak bisa menahan rasa gugupnya lagi. Sangat terdengar dari kalimatnya.

"Kenapa kau mengambil pistol itu?"

"S-saya hanya ingin melihat-nya?"

Keheningan menyelimuti ruangan itu, semakin lama Hyuna semakin takut melihat tatapan lelaki di seberang meja. Sangat tajam, dan menusuk.

"Kenapa kau melakukan hal bodoh itu?"

"K-kenapa anda percaya?"

Lelaki itu memijat pilipisnya, Hyuna pikir ia telah membuat lelaki itu bingung. Tapi sungguh ia hanya ingin tahu jika lelaki ini percaya kepadanya, karena Hyuna berbohong tentang tak mengenal lelaki yang telah membunuh Jimin.

Helaan nafas kasar kembali menarik perhatian Hyuna, "jika saja kau tak melakukan hal bodoh itu kau tidak akan duduk di sini dengan borgol di tanganmu. Kau mempersulit keadaan, ingin menyelamatkan pembunuh ini huh?"

"Apa yang anda ketahui tentang hal itu?" Tanya Hyuna cepat.

Tidak, ia sama sekali tidak membuat kalimatnya terlihat seperti sedang menyelamatkan Taehyung, ia hanya mengatakan tak mengenalnya. Walaupun ia gugup ia berusaha mengatakan segalanya seperti ia sedih dengan kematian Jimin.

Hyuna tak mengira lelaki ini akan mengatakan hal itu.

"Banyak hal yang ku ketahui, aku adalah jaksa nona Shin," menaruh kedua tangannya pada tangan kursi, ada kerutan di dahinya, "tak perlu terlalu formal kepadaku."

"B-baiklah," Hyuna masih berusaha keras melawan rasa takutnya, "katakan semua banyak hal itu kepadaku."

Lelaki itu menatap Hyuna sebentar, lalu kearah pintu. "Kau masih di borgol?"

Hyuna mengangguk.

"Baiklah, lelaki yang sebenarnya menembak Park Jimin adalah Kim Taehyung, apa aku benar?"

Mata Hyuna membulat, "darimana k-kau-"

"Ia memanipulasi barang bukti satu-satunya yaitu pistol, karena saat itu semua cctv di area apartemen itu tidak berfungsi," Hyuna menggenggam tangannya dengan erat di bawah meja, keringat mulai bercucuran di dahinya. "Lalu barang bukti yang seharusnya sempurna, dihancurkan oleh sidik jarimu."

"Siapa kau?" Tubuh Hyuna mulai bergemetar. "Kau tidak tahu siapa Kim Taehyung, jika kau berani membunuhku-"

"Kenapa aku ingin membunuhmu?" Lelaki itu berdiri, berjalan menuju gadis di seberang meja.

"A-aku...k-kau mengunci pintu, mematikan cctv, menanyakan borgolku, ji-ka kau a-adalah orang suruhan nyonya Choi, aku bersumpah..." Hyuna tak bisa meneruskan kalimatnya, menutup mata saat merasakan lelaki itu telah berada di belakangnya.

"Kau bersumpah akan menelfon Kim Taehyung? Kau pikir bisa melakukannya?"

Sialan.

"Pemuda itu sedang terperangkap di tempat lain sepertimu," lelaki itu memutar kursi, dan Hyuna masih belum memiliki keberanian untuk mengangkat kepala. "Kenapa berpura-pura seperti kau bisa menghubunginya saat ini?"

Dan Hyuna mulai terisak. Benar, ia tidak memiliki Taehyung saat ini. Dan di dalam ruangan ini, mungkin ia akan mati terbunuh.

"K-kalau begitu, lakukan apa saja maumu!" Hyuna mengangkat kepala, "tapi tolong jangan bongkar identitas Taehyung, katakan jika aku adalah pembunuhnya. Dan b-bisakah kau memberi surat kepada Taehyung, ka-takan aku m-mati karena kecelakaan?"

Keadaan menjadi hening. Hyuna tidak kehilagan kewarasannya, ia hanya berpikir itu adalah satu-satunya hal yang bisa ia lakukan untuk Taehyung.

Katakan semua ini salahnya, dari awal ia tidak seharusnya mengatakan apapun tentang Jimin kepada Taehyung, walaupun ia tidak menyesal telah bertemu dengan Taehyung.

Gadis ini telah mencintai Taehyung tanpa ia sadari sejak lama, Hyuna yang mengambil pistol itu sangat natural. Ia ingin melindungi Taehyung tanpa ia sadari.

"B-bisa kau lakukan? Aku tidak tahu bagaimana kau bisa memberikan surat itu, t-tapi jika kau mengetahui ia sedang terperangkap, d-dan kau pasti adalah orang suruhan nyonya Choi yangt-erbaik, mu-mungkin kau bisa. Jadi ku-mohon," Hyuna menatap lelaki di hadapannya dengan memelas.

"Kau bercanda?" Hyuna mengerutkan dahinya. "Kau lakukan itu, dan semua orang akan mati terbunuh dengan bagian-bagian tubuh mereka terpisah. Kau yang mengatakan aku tak mengenal Taehyung?"

Lelaki itu mendekat, "ia adalah pembunuh bayaran paling ditakuti oleh semua pembunuh dan gangster di Korea Selatan."

"Perkenalkan aku Kim Namjoon, ketua dari kelompok kami."

Hyuna sukses melongo, tangisnya terhenti, ia sangat tidak percaya- "dan kau seorang jaksa? Atau kau pura-pura..?"

"Aku jaksa, ya aku juga seorang jaksa," lelaki bernama Namjoon itu bersandar di meja. "Keren bukan? Seorang jaksa memimpin kelompok pembunuh bayaran."

Hyuna terdiam, sungguh pikirannya dipenuhi pertanyaan, beberapa menit lalu ia berpikir akan terbunuh dalam ruangan ini karena lelaki bernama Namjoon yang sangat mencurigakan dan ancama Choi Mina yang baru saja keluar saat lelaki ini masuk, tampak ganjil. Ayolah, ini adalah seorang jaksa!

"Kau...kau pasti sudah gila," Hyuna menggelengkan kepalanya perlahan.

"Terdengar cukup gila, tapi ini pekerjaanku. Dan ini cukup adil, kupikir kau telah mengetahui alasan Taehyung membunuh, benar?"

"Apa hubungannya dengan pekerjaanmu?" Hyuna menoleh.

"Mereka dibunuh tidak sepenuhnya karena masalah yang privat. Beberapa dari mereka pernah masuk kantor polisi dan keluar begitu saja, padahal mereka bersalah, tapi kekuasaan itu tidak adil bukan?" Hyuna melihat lesung pipi Namjoon saat ia tersenyum, "jadi sebaiknya mereka dimusnahkan secara illegal. Itu lebih baik, kami mendapat bayaran karena masalah pribadi mereka, kami akan menyetujui jika yang akan dibunuh adalah pihak yang bersalah terutama jika ia pernah masuk ke kantor polisi dan berhasil keluar. Itu aturannya."

Jadi selama ini, alasannya bukan hanya sekedar yang ia ketahui?

"Aku membentuk kelompok ini, memungut anak-anak remaja yang dibuang. Hanya orang-orang bodoh yang tak mau memungut berlian. Mereka kulatih dan menghidupi mereka dengan uang kerja kerasku sebagai seorang jaksa, cukup merepotkan pada awalnya saat mereka semua tinggal di tempatku, namun mereka mulai menghasilkan uang dengan berlatih menghack sistem-sistem," Namjoon mengetuk dagunya, "saat remaja aku juga di buang, mereka membunuh orangtuaku yang tidak bersalah, dihukum mati karena kesalahan orang lain. Dan tentu saja mereka memiliki kekuasaan, aku hanya pemuda yang suarajya tak akan pernah di dengar. Maka dari itu aku bekerja keras agar bisa menjadi seorang jaksa untuk melakukan hal yang benar, lalu membiayai adikku Kim Seokjin pemilik toko kue karena ia suka memasak. Dan ternyata sekedar menjadi jaksa tidak cukup untuk menghentikkan orang-orang yang berkuasa, jadi aku membentuk kelompokku."

"Kim Seokjin?"

"Kau mengenalnya?" Lesung pipi Namjoon semakin nampak. "Ia adalah adik kesayanganku."

"Aku pikir toko itu..."

"Ya itu adalah salah satu mata pencarian orang tuaku, mereka meninggal, sempat di tutup beberapa saat sampai aku kembali memiliki uang untuk membukanya kembali, jadi Jin yang mengambil alih tempat itu sepenuhnya saat ia lulus kuliah."

Hyun terdiam, sangat speechless. Tidak menyangka cerita di balik semua hal yang ia lihat, penuh dengan perjuangan. Hyuna merasa sangat kecil, mengetahui hidupnya tak bisa dibandingkan dengan mereka, dan Hyuna sempat hampir sangat membenci Taehyung.

"Taehyung adalah anak yang sangat genius. Hoseok memperkenalkanku dengannya, ia sangat cepat belajar. Tapi sangat keras kepala. Ia pernah membunuh dengan meninggalkan jejak begitu saja, itu adalah misi pertamanya. Ia tidak mendengarkan instruksi kami, membuat polisi-polisi menangkapnya. Untung saja aku berhasil mengeluarkannya, lalu menghapus datanya di kantor polisi. Sejak itu ia sangat berhati-hati, tapi selama setahun ia bekerja dengan rekan lainnya karena ia belum bisa bertanggung jawab. Sampai aku memberinya kebebasan kembali. Tapi dengan ia bekerja bersama rekan lainnya, membuatnya pandai di segala divisi, itulah mengapa semua orang di underground sangat takut kepadanya," Namjoon terkekeh.

"Aku dengar ia melarikan diri dari panti asuhan sebelum bertemu denganmu. Ia pernah diadopsi oleh keluarga Kim, lalu di kembalikan ke panti asuhan, ia sangat-sangat trauma. Ia tak mempercayai Cinta, Yoongi mengatakan untuk tidak memberitahu Taehyung jika aku telah mengetahui tentang keluarga Kim yang mengadopsinya mungkin karena itu adalah mimpi buruknya-"

"Tunggu, maksudmu dari awal Taehyung adalah anak yatim piatu, lalu ia di adopsi oleh keluarga Kim?"

"Yoongi bilang nyonya Kim memiliki masalah pada kandungannya sehingga tak bisa hamil," Hyuna mendongak ke arah Namjoon, "maka dari itu mereka memiliki Taehyung."

"Yoongi mengatakan ia diadopsi oleh keluarga Kim?"

Hyuna menggeleng. "Tapi Yoongi memanggil mereka tuan dan nyonya Kim, bukan ayah dan ibu Taehyung."

"Itu permintaan Taehyung, karena ia membenci kedua orang itu," Namjoon menunduk.

"Kau pergi ke pesta keluarga Kim ya?" Hyuna mengangguk. "Kau melihat pria seumuran Seokjin?"

"Aku melihat pria yang dipanggil presdir muda, jika aku tidak salah dengar, namanya Hyunsik. Ia beradu mulut dengan Taehyung," ujar Hyuna mengingat-ingat kejadian beberapa jam yang lalu. Namjoon mengangguk paham.

"Sebenarnya Hyunsik bukanlah anak mereka, ia adalah anak angkat. Dan jangan berasumsi mereka mengembalikan Taehyung ke panti asuhan lalu mengadopsi anak lainnya-

Alasan mengapa Yoongi memberitahumu untuk tidak mengatakan kepada Taehyung jika kau telah mengetahuinya adalah, karena mereka adalah orang yang menghancurkan masa kecil Taehyung.

Orang tuanya sendiri."

- + -

🌑

[ N O T E ]

HI, HAPPY EID MUBARAK untuk semua yang akan merayakan, mohon maaf lahir dan batin 🙏

Karena aku juga bakal merayakan, aku cuma bisa update satu kali minggu ini. Maaf :(

Dan aku rasa chapter sebelumnya sedikit mengecewakan, i just kinda feel that way. I'm sorry, but i will try my best. Semoga chapter kali ini memuaskan.

Ok segitu aja, good night 🌹

Love from the moon, i Love You 💜

Continue Reading

You'll Also Like

300K 22.9K 104
"Jadi, saya jatuh dan cinta sendirian ya?" Disclaimer! Ini fiksi nggak ada sangkut pautnya di dunia nyata, tolong bijak dalam membaca dan berkomentar...
36.6K 2.3K 10
Cerita ini merupakan pychopath jimin dan sahabatnya kim taehyung. Mereka selalu membuat orang yang berada di samping mereka merasa takut
2.3K 386 12
Harap follow Author terlebih dahulu DON'T COPY MY STORY OKEY Jebakan masalalu, membawa luka yang akan terus di kenang sampai masa depan. "kalian ha...
3.9K 246 7
Kisah hidup seorang chenle Slow update dan sesuai mood.